Inflasi di Sumatera Utara

4.4. Inflasi di Sumatera Utara

Tingkat inflasi di Sumatera Utara mengalami perkembangan yang berfluktuasi. Dalam kurun waktu tahun 1991 sampai dengan tahun 2005, tingkat inflasi yang paling tinggi yang pernah terjadi di Sumatera Utara adalah pada tahun 1998, yaitu mencapai 83,56 persen. Ini adalah tingkat inflasi yang sangat tinggi. Tingkat inflasi ini juga menunjukkan keadaan ekonomi yang sangat parah, dimana harga-harga mengalami kenaikan yang sangat drastis. Banyak perusahaan industri-industri yang terpaksa melakukan pemutusan hubungan kerja dikarenakan biaya operasional yang sangat tinggi yang harus mereka tanggung, baik biaya modal kerja yang dikarenakan tingginya bunga kredit, dan biaya yang lain yang diperlukan untuk melakukan produksi atau menjalankan usahanya. Sebagai akibatnya bertambahnya pengangguran, pendapatan riil masyarakat menjadi sangat menurun, banyak yang depresi, bahkan sulit untuk bersekolah. Para pengusaha juga menjadi kesulitan atau enggan untuk membuka lapangan usaha baru, karena biaya yang dibutuhkan sangat besar. Bagi mereka yang memiliki dana, lebih memilih menyimpan dananya di bank daripada membuka usaha, karena dengan demikian mereka tidak mengambil resiko kerugian. Sektor perbankan juga mengalami keterpurukan pada masa ini, dimana banyak bank yang harus dilikuidasi. Kemudian tingkat inflasi yang tinggi pada urutan kedua di Sumatera Utara terjadi pada tahun 2005, hal ini disebabkan oleh kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga BBM Bahan Bakar Minyak. Harga BBM yang naik cukup tinggi, menyebabkan harga-harga juga menaik cukup tinggi, yang menyebabkan inflasi Afri Hidayat : Analisi Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Posisi Pendapatan Asli Daerah PAD Provinsi Sumatera Utara, 2010. mencapai 22,41 persen. Hal ini juga membuat ekonomi masyarakat makin terpuruk di Sumatera Utara. Tabel IV.2. Perkembangan Inflasi di Provinsi Sumatera Dalam Persen Tahun 1991 – 2005 Tahun Tingkat Inflasi 1991 07,95 1992 05,42 1993 10,67 1994 07,68 1995 07,61 1996 09,10 1997 14,49 1998 01,38 1999 01,68 2000 05,90 2001 15,50 2002 09,49 2003 05,06 2004 08,83 2005 22,41 Sumber: Bank Indonesia dan BPS Medan Afri Hidayat : Analisi Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Posisi Pendapatan Asli Daerah PAD Provinsi Sumatera Utara, 2010.

4.5. Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah (PAD), dan Dana Alokasi Umum (DAU) Terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal Pada Pemerintahan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

7 86 98

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Kemandirian Fiskal terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Era Disentralisasi Fiskal Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara Periode 2008-2012

6 112 101

Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus Dan Dana Bagi Hasil Terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal Pada Pemerintah Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatera Utara

5 90 92

Pengaruh Belanja Modal Dan Pendapatan Asli Daerah (Pad) Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Provinsi Sumatera Utara

3 82 84

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Terhadap Perkembangan Pembangunan Di Kabupaten Deli Serdang

1 74 77

Pengaruh Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Peningkatan Belanja Modal pada Pemerintahan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

1 54 73

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Belanja Langsung Di Pemerintah Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara

2 40 98

Analisis Pengaruh PMDN dan PMA terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Propinsi Sumatera Utara

0 23 84

Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dan Dana Alokasi Umum (DAU) Terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal Pada Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Propinsi Sumatera Utara

1 41 93

Pengaruh Belanja Modal Dan Pendapatan Asli Daerah (Pad) Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Provinsi Sumatera Utara

0 0 11