Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Terhadap Perkembangan Pembangunan Di Kabupaten Deli Serdang

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP

PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN DI KABUPATEN DELI SERDANG

SKRIPSI Diajukan Oleh:

Henri Sirait

070501067

Ekonomi Pembangunan

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Medan

2011


(2)

ABSTRACT

This research explain to know the influence of the Regional Original Income that include of Local Tax, Retribution and Another Legal Regional Original Income to the progress of development of Deli Serdang.

The data that is used in this research is sekunder data with data time series from 1989-2009. The variables that is used are Regional Gross Domestic Product, Local Tax, Retribution, and Another Legal Regional Original Income. To analyze the data use OLS model.

From the result of the research shows that Local Tax has a significian influence to the Regional Gross Domestic Product, but Retribution and Another Legal Regional Original Income have no significian influence to the Regional Gross Domestic Product in Regency of Deli Serdang.

Keywords : the Regional Gross Domestic Product, Retribution and Another Legal Regional Original Income.


(3)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Pendapatan Asli Daerah yang terdiri dari Pajak Daerah, Retribusi dan Lain-lain PAD yang sah terhadap Perkembangan Pembangunan di Kabupaten Deli Serdang.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dengan jenis data time series dari tahun 1989-2009. Variabel yang digunakan adalah PDRB, Pajak Daerah, Retribusi dan Lain-lain PAD yang sah. Dalam menganalisis data digunakan model regresi linear berganda dengan metode OLS ( Ordinary Least Square).

Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Pajak Daerah berpengaruh signifikan terhadap perkembangan pembangunan, sedangkan Retribusi dan Lain-lain PAD yang sah berpengaruh tidak signifikan terhadap perkembangan pembangunan di kabupaten Deli Serdang.


(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji, hormat dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang memberikan keselamatan dan kasih karunia serta memimpin dan memberkati penulis hingga akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan.

Adapun judul skripsi ini adalah “Pengaruh Pendapatan Asli Daerah terhadap Perkembangan Pembangunan di Kabupaten Deli Serdang” ditujukan untuk memenuhi salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam mencapai gelar sarjana di program Strata 1 Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis menyadari bahwa dalam pengerjaan skripsi ini banyak dukungan yang diterima baik berupa doa, dukungan moril maupun materil dari berbagai pihak yang sangat membantu penulis. Untuk itu perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Wahyu Ariyo Pratomo, S.E, M.Ec selaku Ketua Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Irsyad Lubis, S.E, M.Soc.Sc, Ph.D selaku Ketua Ketua Program Studi S-1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(5)

5. Bapak Paidi Hidayat, S.E, M.Si Sekretaris Program Studi S-1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

6. Bapak Drs. Murbanto Sinaga, M.A selaku dosen pembimbing yang telah memberikan koreksi, bimbingan dan arahan kepada penulis.

7. Bapak Kasyful Mahalli, S.E, M.Si dan Ibu Dra. Raina Linda Sari, M.Si sebagai dosen pembanding ketika seminar proposal dan menjadi dosen penguji skripsi dalam ujian komprehensif dan meja hijau penulis.

8. Segenap dosen pengajar yang telah memberikan perkuliahan kepada penulis dan segenap staf administrasi dan staf pendukung di Fakultas Ekonomi dan Departemen Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara.

9. Para Staf dan pegawai Biro Pusat Statistik Propinsi Sumatera Utara yang telah membantu penulis dalam memperolah data.

10. Kedua Orang Tua penulis, Ayahanda M. Sirait dan Ibunda M. br Sihite serta saudara penulis yaitu Jelita Herawati Sirait, SKM, Lamhot Sirait Amd , Renata Sirait AM.kep, dan Trya Avelya Sirait yang selama ini menyayangi, mendukung serta membimbing langkah penulis.

11. kepada teman-teman EP, Handico, Rony, Harby, Ryo, Willy dan semua kawan-kawan yan tidak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih untuk semangat dan dukungan yang kalian berikan selama ini.

12.kepada teman-teman seperjuangan selama kuliah di medan Jepri pomo, Faber, Monang Rudianto, dan Sumandi serta kawan-kawan kamboja Santo, Buyung, Bang Ganda dan lain-lain terima kasih untuk semuanya dimana kita


(6)

dapat saling mendukung untuk menyelesaikan tugas dan kewajiban kita sebagai mahasiswa yang dipercayakan orang tua kita kepada kita.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu. Semoga kiranya skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.

Medan, Mei 2011 Penulis

Henri Sirait


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Hipotesis ... 6

1.4. Tujuan Penelitian ... 7

1.5. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1. Pendapatan Asli Daerah (PAD) ... 9

2.1.1 Pajak Daerah ... 11

2.1.2 Retribusi Daerah ... 14

2.1.3. Lain-Lain Pendapatan Asli Daerash Yang Sah ... 22


(8)

2.2.1. Pendapaan Regional ... 23

2.2.2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ... 23

2.2.3. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku ... 24

2.2.4. PDRB Atas Dasar Harga Konstan ... 25

2.2.5 Pendapatan Perkapita ... 25

2.2.6 Metode Penghitungan Pendapatan Regional... 25

2.3. Penelitian Terdahulu ... 27

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Ruang Lingkup Penelitian ... 28

3.2. Jenis dan Sumber Data ... 28

3.3. Pengolahan Data... 28

3.4. Model Analisa Data ... 29

3.5. Uji Kesesuaian (Test of Goodness of Fit) ... 31

3.5.1. Koefisien Determinasi (R-Squared) ... 31

3.5.2. Uji T-statistik ... 31

3.5.3. Uji F-statistik ... 33

3.6. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ... 35

3.6.1. Uji Multikolinearitas... 35

3.6.2. Uji Autokorelasi ... 35


(9)

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Daerah Penelitan ... 38

4.1.1 Kondisi Geografis ... 38

4.1.2 Kondisi Iklim dan Topografi ... 39

4.1.3. Kondisi Demografis ... 40

4.2. Keadaan PAD Kabupaten Deli Serdang Tahun 2000-2004 ... 41

4.3. PDRB ADHB Deli Serdang ... 44

4.4. Hasil Penelitian (Analisa) ... 46

4.4.1. Interpretasi Model ... 47

4.4.2. Test of Goodness of Fit (Uji Kesesuaian) ... 48

4.4.2.1 Analisis Koefisien Determinasi (R-Square) ... 48

4.4.2.2 Uji T-statistik (Uji Parsial) ... 48

4.4.2.3 Uji F-statistik (Uji Overall) ... 52

4.4.3 Uji Asumsi Klasik ... 53

4.4.3.1 Uji Multikolinearity ... 53

4.4.3.2 Autokorelasi (Serial Correlation) ... 56

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 58

5.2. Saran ... 59

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

4.1 Komposisi Tiap Jenis Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2005-2009 ... 43 4.2 Realisasi PDRB ADHB Kabupaten Deli Serdang 1989-2009 ... 45


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

3.1. Kurva Uji T-statistik ... 33

3.2. Kurva Uji F- Statistik ... 34

3.3. Kurva Uji DW- Test statistik ... 40

4.1 Kurva Uji T– Statistik terhadap Pajak Daerah ... 49

4.2 Kurva Uji T– Statistik terhadap Retribusi ... 50

4.3 Kurva Uji T Statistik terhadap Lain-Lain PAD yang Sah ... 51


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul

1 Sumber PAD Kabupaten Deli Serdang dari Sektor Pajak Daerah, Retribusi dan Lain-Lain PAD yang Sah tahun 1989-2009 (Jutaan Rupiah).

2 Realisasi PDRB ADHB Kabupaten Deli Serdang Tahun 1989-2009 (Jutaan Rupiah).

3 Hasil Estimasi Regresi Model. Regresi Pajak Daerah, Retrbusi dan Lain-Lain PAD yang Sah terhadap PDRB ADHB.

4 Uji Multikolinearitas. Regresi Retrbusi dan Lain-Lain PAD yang Sah terhadap Pajak Daerah.


(13)

ABSTRACT

This research explain to know the influence of the Regional Original Income that include of Local Tax, Retribution and Another Legal Regional Original Income to the progress of development of Deli Serdang.

The data that is used in this research is sekunder data with data time series from 1989-2009. The variables that is used are Regional Gross Domestic Product, Local Tax, Retribution, and Another Legal Regional Original Income. To analyze the data use OLS model.

From the result of the research shows that Local Tax has a significian influence to the Regional Gross Domestic Product, but Retribution and Another Legal Regional Original Income have no significian influence to the Regional Gross Domestic Product in Regency of Deli Serdang.

Keywords : the Regional Gross Domestic Product, Retribution and Another Legal Regional Original Income.


(14)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Pendapatan Asli Daerah yang terdiri dari Pajak Daerah, Retribusi dan Lain-lain PAD yang sah terhadap Perkembangan Pembangunan di Kabupaten Deli Serdang.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dengan jenis data time series dari tahun 1989-2009. Variabel yang digunakan adalah PDRB, Pajak Daerah, Retribusi dan Lain-lain PAD yang sah. Dalam menganalisis data digunakan model regresi linear berganda dengan metode OLS ( Ordinary Least Square).

Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Pajak Daerah berpengaruh signifikan terhadap perkembangan pembangunan, sedangkan Retribusi dan Lain-lain PAD yang sah berpengaruh tidak signifikan terhadap perkembangan pembangunan di kabupaten Deli Serdang.


(15)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Sistem pemerintahan yang baik merupakan faktor mutlak yang sangat dibutuhkan suatu negara dengan wilayah yang luas. Sistem ini harus terlaksana sebaik mungkin untuk mewujudkan tujuan yang diharapkan sebagai alat untuk melaksanakan berbagai pelayanan publik diberbagai daerah dan yang kedua sebagai alat bagi masyarakat setempat untuk dapat berperan serta aktif dalam menentukan arah dan cara mengembangkan taraf hidupnya sendiri yang harus sesuai dan seimbang dengan peluang dan tantangan yang dihadapi dalam koridor kepentingan-kepentingan nasional.

Seiring dengan berjalannya waktu dan perubahan stuktur dan kondisi sosial politik, maka dalam kedepannya Pemerintah mempunyai tugas yang sangat berat untuk membawa atau mendorong rakyatnya pada tingkat kesejahteraan yang optimum yang sekaligus dapat menggambarkan tingkat kemajuan ekonomi dan sosial rakyatnya dari masa ke masa. Hal itu tentu akan dapat tercapai dengan baik jika pemerintahnya secara maksimal dapat memobilisasi dana (sumber-sumber keuangan) yang berasal dari berbagai sumber untuk membiayai program-program pemerintahan dan pembangunan untuk melayani kebutuhan-kebutuhan masyarakatnya dan juga tak lepas dari peran kerja sama masyarakat bersama pemerintah dalam memajukan perekonomian mulai dari faktor-faktor atau hal yang terendah.

Setiap Adanya pergantian penguasa sesuai dengan prosedur yang telah diatur dalam negara demokrasi ini telah memicu perubahan-perubahan penting


(16)

disuatu pemerintahan, termasuk pemerintah daerah. Perubahan yang dimaksud tertuang dalam kebijakan otonomi daerah, khususnya dalam Undang-Undang No 32 Thn 2004. Dengan adanya perubahan tersebut diharapkan kesejahteraan umum dapat terwujud. Oleh karena itu dalam rangka mensejahterakan rakyat di daerahnya, pemerintah daerah mengadakan pembangunan sarana maupun prasarananya.

Demikian juga hal nya setelah desentralisasi menjadi sebuah ketentuan yang ditetapkan oleh pemerintah , yang artinya masyarakat didorong untuk lebih aktif dan mempunyai kesempatan yang lebih dari sebelumnya untuk terlibat dalam pembangunan untuk meningkatkan potensi. Otonomi daerah harus dipandang sebagai peluang untuk keberdayaan masyarakat. Pemerintah daerah sebaiknya menjadikan momentum ini sebagai peluang untuk dapat memperkuat jaringan dan dapat mengintegrasikan seluruh jaringan dan kelompok sosial yang ada dalam masyarakat ke dalam sebuah wujud kerjasama yang saling menguntungkan .

Pemerintah Daerah dalam pelaksannan otonomi daerah dan desentralisasi fisikal bertujuan untuk mengurangi ketergantungan fisikal terhadap pemerintah pusat. Pemerintah Daerah diberikan wewenang untuk mengatur rumah tangganya sendiri berdasarkan prakarsa dan aspirasi masyarakat pada daerah masing-masing. Hal ini berarti dalam pelaksanaannya pemerintah daerah harus mampu mendefinisikan kebutuhan masyarakat didaerahnya serta berprakarsa untuk mengakomodasikan kebutuhan tersebut dalam pembangunan daerah. pemerintah daerah harus bisa mengoptimalkan pemberdayaan semua potensi yang dimiliki (Mahmudi, 2009:18). Peningkatan kemandirian daerah sangat erat kaitannya


(17)

dengan kemampuan daerah dalam mengelola Pendapatan Asli Daerah (PAD) secara efektif dan efisien, sehingga akan terwujud otonomi daerah yang nyata dan bertanggung jawab dengan tidak memberatkan masyarakat dan pihak lain disertai optimalisasi alokasi pembiayaan pembangunan berdasarkan skala prioritas kebutuhan.

Di dalam UU No 32 Th 2004 tentang Pemerintahan Daerah, disebutkan bahwa otonomi yang seluas-luasnya bagi pemerintah kabupaten merupakan peluang dan sekaligus tantangan. Peluang bagi pemerintahan daerah yang memiliki potensi sumber daya alam yang optimal yang dapat dikelola sebaik mungkin dalam meningkatkan PAD, dan merupakan tantangan bagi pemerintah daerah yang mempunyai sumber daya alam yang kurang memadai.

Pengelolaan keuangan daerah berarti mengurus dan mengatur keuangan daerah itu sendiri berdasrkan pada prinsip-prinsip menurut Devas, dkk (1988 : 279-280) adalah harus bertanggung jawab (accountability), mampu memenuhi kewajiban keuangan (HO), kejujuran, berdaya guna (efficiency) dan hasil guna (effectiviness) serta pengendalian.

Masalah yang sering muncul dalam melaksanakan otonomi daerah adalah prospek kemampuan pembiayaan pemerintah daerah dalam rangka melaksanakan fungsinya sebagai penyelenggara pembangunan, penyelenggara pemerintah serta melayani masyarakat setempat sejalan dengan dinamika kehidupan masyarakat yang harus dilayani. Oleh karena itu penyelenggaraan kegiatan pemerintahan daerah senantiasa terus meningkat sehingga biaya yang dibutuhkan juga akan bertambah. Peningkatan penerimaan daerah harus senantiasa diupayakan secara


(18)

periodik oleh setiap daerah otonom melalui penataan administrasi pendapatan daerah yang efisien dan efektif sesuai dengan pola yang telah ditetapkan dalam berbagai peraturan perundang-undangan dan petunjuk pelaksanaan.

Kemampuan keuangan daerah di dalam membiayai kegiatan pembangunan didaerah merupakan pencerminan dari pelaksanaan otonomi di daerah. Untuk melihat kemampuan Pemeritah Kabupaten Deli Serdang dalam menghimpun penerimaan daerah baik penerimaan yang berasal dari sumbangan dan bantuan pemerintah pusat maupun penerimaan yang berasal dari daerah sendiri. Hal ini dapat dilihat dalam APBD yang biayanya bersumber dari PAD dengan tingkat kesesuaian yang mencukupi pengeluaran pemerintah daerah.

Perkembangan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang sejalan dari tahun ketahun serta berbanding positif merupakan indikator dalam peningkatan perkembangan pembangunan. Dalam UU No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah bahwa peranan setiap unsur atau bagian Pendapatan Asli Daerah yang ada oleh pemerintah daerah didalam desentralisasi fiskal.

Komponen yang ada seperti penerimaan pajak daerah, retribusi daerah serta Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah merupakan beberapa komponen yang menjadi sumber penerimaan daerah dimana tentunya akan terus digali baik yang sudah ada maupun sumber penerimaan baru yang potensial guna membiayai kegiatan rutin dan pembangunan di Kabupaten Deli Serdang. Sehingga dengan berlakunya undang-undang otonomi daerah, maka daerah harus membiayai segala kegiatan pembangunannya


(19)

Oleh karena itu apabila nilai pendapatan asli daerah Kabupaten Deli Serdang meningkat, maka pada akhirnya akan membentuk potensi bagi daerah. Potensi daerah tersebut pada akhirnya akan membentuk suatu kekuatan dan kemampuan bagi daerah dalam mendorong perkembangan pembangunan di Kabupaten Deli Serdang yang lebih baik. Berdasarkan uraian di atas, maka perlu ada penelitian untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel pendapatan asli daerah terhadap perkembangan pembangunan di Kabupaten Deli Serdang.

Disadari bahwa keadaan tersebut menarik untuk dikaji dan berangkat dari hal tersebut maka studi ini akan mengamati seberapa besar pengaruh variabel pendapatan asli daerah terhadap perkembangan pembangunan di Kabupaten Deli Serdang. Untuk itu penulis mengangkatnya kedalam sebuah skripsi dengan judul :

“PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN DI KABUPATEN DELI SERDANG .”

1.2 Perumusan Masalah

Dalam penyusunan penelitian ini, penulis terlebih dahulu merumuskan masalah sebagai dasar kajian penelitian yang akan dilakukan. Bertitik tolak dari uraian yang teah dijelaskan diatas, maka dapat dirumuskan suatu rumusan masalah yang akan diteliti yaitu :

1. Bagaimana pengaruh antara pajak daerah dengan perkembangan pembangunan di Kabupaten Deli Serdang ?

2. Bagaimana pengaruh tingkat retribusi daerah terhadap perkembangan pembangunan di Kabupaten Deli Serdang ?


(20)

3. Bagaimana pengaruh Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah terhadap perkembangan pembangunan di Kabupaten Deli Serdang ?

4. Bagaimana pengaruh pendapatan asli daerah (PAD) yang terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah dan Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah terhadap perkembangan pembangunan di Kabupaten Deli Serdang ?

1.3 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara dari permasalahan yang menjadi objek penelitian dimana tingkat kebenarannya masih perlu untuk di uji. Berdasarkan perumusan masalah tersebut diatas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

1. Adanya pengaruh jumlah pajak daerah dengan perkembangan pembangunan di Kabupaten Deli Serdang.

2. Adanya pengaruh tingkat retribusi daerah terhadap perkembangan pembangunan di Kabupaten Deli Serdang.

3. Adanya pengaruh Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah terhadap perkembangan pembangunan di Kabupaten Deli Serdang.

4. Adanya pengaruh pendapatan asli daerah (PAD) yang terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah dan Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah terhadap perkembangan pembangunan di Kabupaten Deli Serdang.

1.4 Tujuan Penelitian


(21)

1. Untuk menganalisis pertumbuhan jumlah pajak daerah dalam mempengaruhi perkembangan pembangunan di Kabupaten Deli Serdang.

2. Untuk menganalisis tingkat retribusi daerah dalam mempengaruhi perkembangan pembangunan di Kabupaten Deli Serdang.

3. Untuk menganalisis Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah dalam mempengaruhi perkembangan pembangunan di Kabupaten Deli Serdang.

4. Untuk menganalisis secara bersama-sama variabel pendapatan asli daerah (PAD) yang terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah dan Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah dalam mempengaruhi perkembangan pembangunan di Kabupaten Deli Serdang.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Sebagai masukan bagi pemerintah, khususnya pemerintah daerah Kabupaten Deli Serdang dalam melaksanakan dan menentukan kebijakan-kebijakan yang berdaya guna dalam peningkatan sektor PAD yang berpengaruh dalam peningkatan perkembangan pembangunan.

2. Diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi penelitian selanjutnya sekaligus sebagai sumber informasi bagi peneliti yang lain yang berminat pada masalah yang sama.

3. Dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi mahasiswa ekonomi khususnya mahasiswa Departemen Ekonomi Pembangunan.


(22)

4. Menambah wawasan dan pengetahuan penulis khususnya mengenai kontribusi nilai Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap perkembangan pembangunan.


(23)

BAB II

URAIAN TEORITIS 2.1 Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebagai salah satu sumber keuangan daerah pada hakekatnya bila dibandingkan dengan sumber-sumber keuangan lainnya menempati posisi yang paling strategis diakibatkan dengan sumber keuangan yang bersumber dari PAD inilah yang dapat mendorong kreatifitas dan keleluasaan masing-masing daerah semaksimal mungkin untuk mendapatkan sumber pendapatannya berdasarkan kewenangan yang ada padanya menurut Nasution (2009: 123). Apabila Semakin tinggi kemampuan daerah dalam menghasilkan PAD, maka semakin besar pula diskersi daerah untuk menggunakan PAD tersebut sesuai dengan aspirasi, kebutuhan dan prioritas pembangunan daerah.adapun sumber-sumber PAD yang harus dioptimalkan kuantitas nya adalah terdiri atas pajak daerah, retribusi daerah, bagian laba usaha milik daerah, dan lain-lain penerimaan asli daerah yang sah.

Pendapatan asli daerah adalah suatu pendapatan yang menunjukkan kemampuan suatu daerah untuk menghimpun sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk membiayai kegiatan daerah dan juga dalam membiayai tugas-tugas dan tanggung jawab dalam pemerintahan daerah yang bersangkutan.

PAD yang meningkat dari tahun ketahun mengindikasikan daerah tersebut mampu membangun secara mandiri tanpa tergantung dari daerah pusat sehingga dapat menghindarakn intervensi yang terlalu jauh oleh pusat terhadap jalan nya


(24)

otonomi yang dilaksanakan pemerintah daerah. Upaya peningkatan PAD secara positif dalam pengertian bahwa keleluasaan yang dimiliki oleh daerah harus dapat diamnfaatkan untuk meningkatkan PAD maupun untuk menggali sumber-sumber penerimaan baru tanpa membebani masyarakat dan tanpa menimbulkan biaya tinggi. Upaya peningkatan PAD tesebut harus dipandang sebagai perwujudan tanggung jawab Pemerintah Daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi, yaitu peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat.

Menurut Mahi (2000 : 58-59) Pendapatan Asli Daerah terkadang belum bisa diandalkan sebagai sumber pembiayaan otonomi daerah kabupaten/kota disebabkan beberapa faktor separti relatif rendahnya basis pajak/retribusi daerah, perannya tergolong kecil dalam total penerimaan daerah, kemampuan administratif pemungutan didaerah masih rendah serta kemampuan perencanaan dan pengawasan keuangan yang masih lemah.

Menurut pasal 6 Undang-undang No. 32 tahun 2004 pendapatan asli daerah berasal dari :

1. Hasil pajak daerah

2. Hasil retribusi daerah

3. Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan

4. Penerimaan dari dinas dan lain-lain pendapatan daerah yang sah.

Pasal 6 Undang-undang tahun 2004 tentang pendapatan asli daerah tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :


(25)

2.1.1 Pajak Daerah

Pajak secara umum dapat diartikan sebagai iuran wajib anggota masyarakat kepada negara berdasarkan undang-undang yang bersifat dapat dipaksakan dan terutang oleh yang wajib membayarnya dengan tidak mendapat prestasi kembali yang hasilnya digunakan untuk membiayai pengeluaran negara dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan menurut Siahaan (2005:7).

Secara umum, pajak daerah memberikan kontribusi paling besar terhadap sumber PAD dan terus meningkat secara berkesinambungan dari tahun ketahun. Secara konstitusional pajak diatur dalam pasal 23A UUD 1945 yang menyatakan bahwa “pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan Undan-Undang”. Pajak merupakan iuran yang dapat dipaksakan kepada wajib pajak oleh pemerintah dengan balas jasa yang tidak langsung dapat ditunjuk.

Pada dasarnya pajak memiliki dua peranan utama yaitu sebagai sumber penerimaan negara (fungsi budget) dan sebagai alat untuk mengatur (fungsi regulator) menurut Suparmoko (2002: 135). Saragih (2003: 61) mendefinisikan pajak daerah sebagai iuran wajib yang dapat dipaksakan kepada setiap orang (wajib pajak) tanpa kecuali. Dan K.J Davey (1988: 39) merumuskan pengertian pajak daerah meliputi bagian yang dipungut oleh pemerintah daerah dengan pengaturan dari daerah sendiri, dipungut berdasarkan peraturan nasional tetapi penetapan tarifnya dilakukan dan diadministrasikan oleh pemerintah daerah.


(26)

Dari penjelasan beberapa ahli ekonomi diatas terdapat banyak batasan tentang pajak yang telah dikemukakan, tetapi pada hakekatnya isinya hampir sama yaitu pajak adalah pembayaran iuran oleh rakyat kepada pemerintah yang dapat dipaksakan dengan tanpa imbalan jasa yang secara langsung dapat ditunjuk (Suparmoko, 1997: 277). Dari batasan atau definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa unsur-unsur pajak adalah :

1. Iuran masyarakat kepada negara

2. Berdasarkan undang-undang

3. Tanpa balas jasa secara langsung

4. Untuk membiayai pengeluaran pemerintah

Dalam literatur pajak dan public finance pajak daerah dapat diklasifikasikan berdasarkan wilayah pemungutan dan dibagi atas dua bagian yaitu pajak propinsi dan pajak kabupaten/kota. Pengertian pajak daerah kabupaten/kota cenderung sama dengan pajak propinsi, perbedaannya terletak pada wewenang atau pemerintahan yang menduduki dimana pajak propinsi dipungut oleh pemerintah daerah tingkat propinsi dan pajak kabupaten/kota dipungut oleh pemerintah daerah tingkat kabupaten/kota.

Dalam pasal 2 ayat 1 Undang-undang NO 34 tahun 2000 tentang pajak dan retribusi daerah sebagai penyempurnaan UU NO 18 tahun 1997 Jenis pajak Propinsi terdiri dari:

a) Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan diatas air , yaitu pajak atas kepemilikan dan atau penguasaan kendaraan bermotor dankendaraan diatas air.


(27)

b) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan, yaitu pajak atas penyerahan hak milik kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air sebagai akibat perjanjian dua pihak atau perbuatan sepihak atau keadaan yang terjadi karena jual beli, tukar menukar, hibah, warisan, atau pemasukan ke dalam badan usaha.

c) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, yaitu pajak atas bahan bakar yang disediakan atau dianggap digunakan untuk kendaraan bermotor, termasuk bahan bakar yang digunakan untuk kendaraan di atas air.

d) Pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah dan air permukaan, yaitu pajak atas pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah dan atau air permukaan untuk digunakan bagi orang pribadi atau badan, kecuali untuk keperluan dasar rumah tangga dan pertanian rakyat.

Dalam pasal 2 ayat 1 Undang-undang NO 34 tahun 2000 tentang pajak dan retribusi daerah. Jenis pajak Kabupaten/Kota terdiri dari:

a) Pajak Hotel yaitu pajak atas pelayanan hotel. Hotel adalah bangunan yang khusus disediakan bagi orang untuk dapat menginap/istirahat, memperoleh pelayanan, dan atau fasilitas lainnya dengan dipungut bayaran, termasuk bangunan lainnya yang menyatu, dikelola dan dimiliki oleh pihak yang sama, kecuali untuk pertokoan dan perkantoran.

b) Pajak Restoran yaitu pajak atas pelayanan restoran. Restoran adalah tempat menyantap makanan/minuman yang disediakan dengan dipungut bayaran, tidak termasuk usaha jasa boga/ catering.

c) Pajak Hiburan yaitu pajak atas penyelenggaraan hiburan. Hiburan adalah semua jenis pertunjukan, permainan, permainan ketangkasan, dan atau keramaian


(28)

dengan nama dan bentuk apapun, yang ditonton atau dinikmati oleh setiap orang dengan dipuingut bayaran, tidak termasuk penggunaan fasilitas untuk berolahraga d) Pajak Reklame yaitu pajak atas penyelenggaraan reklame. Reklame adalah benda, alat, perbuatan, atau media yang menurut bentuk dan corak ragamnya dimaksudkan untuk tujuan komersial, dipergunakan untuk memperkenalkan, menganjurkan atau memuji suatu barang, jasa, orang, ataupun untuk menarik perhatian umum kepada suatu barang, jasa atau orang yang dapat ditempatkan atau dapat dilihat, dibaca, dan atau didengar dari suatu tempat oleh umum kecuali yang dilakukan oleh pemerintah.

e) Pajak Penerangan Jalan yaitu pajak atas penggunaan tenaga listrik, dengan ketentuan bahwa di wilayah tersebut tersedia penerangan jalan, yang rekeningnya dibayar oleh pemerintah daerah.

f) Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C yaitu pajak atas kegiatan pengambilan bahan galian golongan C sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku

g) Pajak Parkir yaitu pajak yang dikenakan atas penyelenggaraan tempat parkir diluar badan jalur oleh orang pribadi atau badan,baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha seperti penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor dan garasi kendaraan bermotor yang menunggu bayaran.

Di samping jenis-jenis Pajak Daerah tersebut di atas, maka dengan Peraturan Pemerintah dapat ditetapkan jenis pajak lainnya yang memenuhi kriteria sebagai berikut :


(29)

a) Bersifat sebagai pajak bukan retribusi, berarti bahwa pajak yang ditetapkan harus sesuai dengan pengertian pajak;

b) Obyek dan dasar pengenaan pajak tidak bertentangan dengan kepentingan umum berarti pajak tersebut dimaksudkan untuk kepentingan bersama yang lebih luas antara pemerintah dan masyarakat dengan memperhatikan aspek ketentraman, kestabilan politik, ekonomi, sosial, budaya, dan pertahanan dan keamanan;

c) Potensinya memadai, berarti hasil pajak cukup besar sebagai salah satu sumber pendapatan daerah dan laju pertumbuhannya diperkirakan sejalan dengan pertumbuhan ekonomi daerah;

d) Tidak memberikan dampak ekonomi yang negatif, berarti bahwa pajak tidak mengganggu alokasi sumber-sumber ekonomi secara efisien dan tidak merintangi arus sumber daya ekonomi antar daerah maupun kegiatan ekspor-impor;

e) Memperhatikan aspek keadilan dan kemampuan masyarakat, berarti bahwa subyek dan obyeknya harus jelas sehingga dapat diawasi pemungutannya, jumlah pembayaran pajak dapat diperkirakan oleh Wajib Pajak yang bersangkutan, dan tarif pajak ditetapkan dengan memperhatikan keadaan dankemampuan Wajib Pajak untuk memikul tambahan beban pajak;

f) Menjaga kelestarian lingkungan, berarti bahwa pajak harus bersifat netral terhadap lingkungan sehingga pemungutan pajak tidak memberi peluang kepada Pemerintah Daerah dan masyarakat untuk merusak lingkungan yang akan menjadi beban bagi pemerintah dan masyarakat.


(30)

Untuk menilai berbagai pajak daerah yang ada digunakan serangkaian ukuran yaitu (Devas,1989:61):

a) Hasil (Yield) yaitu memadai tidaknya suatu pajak adalah kaitannya dengan berbagai layanan yang dibiayainya, stabilitas, dan mudah tidaknya memperkirakan besar hasil itu dan elastisitasnya hasil pajak terhadap inflasi, pertumbuhan penduduk,perbandingan hasil pajak dengan biaya pemungutan, dan sebagainya.

b) Keadilan (Equity) adalah dasar pajak dan kewajiban membayar pajak harus jelas dan tidak sewenang-wenang. Pajak bersangkutan harus adil secara horizontal, artinya beban pajak haruslah sama; harus adil secara vertikal, artinya kelompok yang memiliki sumber daya ekonomi yang lebih besar daripada kelompok yang tidak banyak memiliki sumberdaya ekonomi yang lebih besar: pajak tersebut haruslah adil dari tempat ke tempat, dalam arti tidak ada perbedaan besar dan sewenang-wenang dalam beban pajak dalam satu daerah ke daerah lain, kecuali jika perbedaan ini mencerminkan dalam penyediaan dalam layanan masyarakat.

c) Daya guna ekonomi (Economic Efficiency). Pajak hendaknya mendorong atau setidak-tidaknya tidak menghambat penggunaan sumber daya ekonomi, mencegah jangan sampai pilihan produsen dan konsumen menjadi salah arah atau orang menjadi segan menabung dan memperkecil beban lebih pajak.

d) Kemampuan melaksanakan (Ability To Implement), suatu pajak harus dapat dilaksanakan dari sudut kemampuan politis dan tata usaha.


(31)

e) Kecocokan sebagai sumber penerimaan daerah (Sustability As Local Revenue Source). Ini berarti haruslah jelas kepada daerah mana suatu pajak harus dibayarkan, dan tempat memungut pajak haruslah sedapat mungkin sama dengan tempat akhir beban pajak. Pajak tidaklah mudah untuk dihindari dengan cara memindahkan obyek pajak dari suatu daerah ke daerah lain. Pajak daerah hendaknya jangan mempertajam perbedaan – perbedaan diantara daerah dari segi potensi ekonomi masing-masing, dan pajak hendaknya tidak menimbulkan beban yang lebih besar dari kemampuan tata usaha pajak daerah.

Sumber peneriman pajak merupakan salah satu sumber potensi keuangan dari daerah tersebut. Hal ini dapat ditinjau pada sumber-sumber yang didapat dari PAD bahwa pajak daerah dari tahun ketahun memeberikan sumbangan yang signifikan bagi perekonomian , sehingga potensi pengembangan dan penggalian potensi pajak dapat dimaksimalkan. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pajak daerah adalah pajak negara yang diserahkan kepada daerah untuk dipungut berdasarkan peraturan perundangan yang dipergunakan untuk membiayai pengeluaran daerah sebagai badan hukum publik.

2.1.2 Retribusi Daerah

Di dalam kenyataan selain pajak daerah sebagai sektor utama dalam penerimaan daerah dari sektor PAD ini, bagi pemerintah daerah tingkat kabupaten dan kota retribusi daerah ini terkadang memberikan hasil yang sanat berarti pula bagi sumber keuangan daerah. Menurut (Siahaan, 2005 :5 )Retribusi adalah pembayaran wajib dari penduduk kepada negara karena adanya jasa tertentu yang diberikan oleh negara karena adanya jasa tertentu yang diberikan oleh negara bagi


(32)

penduduknya secara perorangan dimana jasa tersebut dapat dikatakan bersifat langsung yaitu yang membayar retribusi yang menempati balas jasa dari negara.

Peraturan pemerintah No. 66 tahun 2002 tentang retribusi daerah pasal satu menyebutkan bahwa retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian ijin tertentu yang khusus disediakan oleh pemerintah daerah dengan menganut prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor swasta.

Menurut Undang-undang No. 34 tahun 2000 retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Setiap suatu pungutan yang dikategorikan sebagai retribusi daerah terlebih dahulu harus ditetapkan dalam bentuk peraturan daerah (perda) dari masing-masing daerah yang akan memungut pungutan tersebut dan harus mendapatkan persetujuan dari masing-masing DPRD nya.

Pada dasarnya retribusi adalah pajak, tetapi merupakan jenis pajak khusus, karena ciri-ciri dan atau syarat-syarat tertentu masih dapat dipenuhi. Beberapa ciri yang melekat pada retribusi daerah yang dipungut di Indonesia adalah: retribusi merupakan pungutan yang dipungut berdasarkan undang-undang dan peraturan daerah yang berkenaan, hasil penerimaan retribusi masuk ke kas pemerintah daerah, pihak yang membayar retribusi mendapat kontra prestasi (balasa jasa) secara langsung dari pemerintah atas pembayaran yang dilakukan, retribusi terutang apabila ada jasa yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah yang dinikmati oleh orang atau badan.


(33)

Dari definisi di atas terlihat bahwa ciri-ciri mendasar dari retribusi daerah adalah : 1. Retribusi dipungut oleh daerah.

2. Dalam pungutan retribusi terdapat prestasi yang diberikan daerah yang angsung dapat di tunjuk.

3. Retribusi dikenakan kepada siapa saja yang memanfaatkan barang atau jasa yang disediakan oleh daerah.

Lapangan retribusi daerah adalah seluruh lapangan pungutan yang diadakan untuk keperluan keuangan daerah sebagai pengganti jasa yang diberikan oleh daerah.

Objek Retribusi terdiri dari:

a) Jasa Umum adalah jasa yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan masyarakat umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan yang diwujudkan dalam pelayanan.

Retribusi Jasa Umum terdiri dari : 1. Retribusi pelayanan kesehatan

2. Retribusi pelayanan persampahan / kebersihan

3. Retribusi penggantian biaya cetak KTP dan Akte Catatan Sipil

4. Retribusi pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat 5. Retribusi parkir di tepi jalan umum6. Retribusi pasar 6. Retribusi air bersih


(34)

8. Retribusi penggantian biaya cetak peta

b) Jasa Usaha adalah jasa yang disediakan oleh Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip-prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor swasta.

Retribusi Jasa Usaha terdiri dari:

1. Retribusi pemakaian kekayaan daerah 2. Retribusi pasar grosir dan atau pertokoan 3. Retribusi terminal

4. Retribusi tempat khusus parkir 5. Retribusi tempat penitipan anak

6. Retribusi penjualan produksi usaha daerah

7. Retribusi tempat penginapan / pesanggrahan / villa 8. Retribusi penyedotan kakus

9. Retribusi rumah potong hewan 10.Retribusi tempat pendaratan kapal

11.Retribusi tempat rekreasi dan tempat olahraga 12.Retribusi penyeberangan di atas air

13.Retribusi pengolahan limbah cair

c) Perizinan Tertentu adalah kegiatan tertentu Pemerintah Daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksud untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan, pemanfaatan ruang


(35)

penggunaan sumbar daya alam, barang, prasarana, sarana atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan

Retribusi Perijinan Tertentu terdiri dari:

1. Retribusi ijin peruntukan penggunaan tanah 2. Retribusi ijin mendirikan bangunan

3. Retribusi ijin trayek 4. Retribusi gangguan

5. Retribusi ijin tempat penjualan minuman beralkohol 6. Retribusi ijin pengambilan hasil hutan ikutan

2.1.3 Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah

Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah adalah pendapatan asli daerah yang sah diluar dari pajak daerah, retribusi daerah dan bagian laba BUMD. Misalnya hasil penjualan barang milik daerah, penjualan barang-barang bekas, penerimaan cicilan kendaraan bermotor / rumah dinas, penerimaan sewa rumah dinas / bangunan dan tanah milik daerah pemerintah daerah , dan lain-lain yang diatur dalam UU NO 33 Tahun 2004 pasal 6 ayat 2.

Sekalipun tugas dan fungsi utama dari dinas-dinas daerah adalah memberikan pelayanan terhadap masyarakat tanpa melalui memperhitungkan laba rugi, anmun dalam batas-batas tertentu dapat didayagunakan dan bertindak sebabgai organisasi ekonomi yang memberikan pelayanan jasa dengan mendapakan imbalan. Fungsi pokok dari penerimaan dinas-dinas daerah (kecuali dinas pendapatan daerah) pada umumnya adalah bukan mencari pendapatan


(36)

daerah, tetapi melaksanakan sebagian urusan pemerintah daerah yang bersifat pembinaan atau bimbingan kepada masyarakat.

Dalam ketentuan yang terdapat dalam UU NO 32 Tahun 2004, keberadaan pendirian dinas-dinas dinas daerah adalah merupakan perangkat daerah yang terpenting namun pengaturan dalam hal peranan dinas-dinas daerah sebagai salah satu sumber bagi pendapatan daerah tidak ada disebutkan. Tetapi hal ini tidaklah menghalangi dalam memberikan pelayanan kepada publik dalam mengadakan usaha-usahanya sebagai sumber pendapatan daerah asal terlebih dahulu diatur dalam peraturan daerah yang bersangkutan.

Penerimaan lain-lain dilain sisi dapat membuka kemungkinan bagi pemerintah daerah untuk melakukan berbagai kegiatan yang menghasilkan baik yang berupa materi dalam hal kegiatan bersifat bisnis, maupun non materi dalam hal kegiatan tersebut untuk menyediakan, melapangkan atau memantapkan suatu kebijakan pemerintah daerah dalam suatu bidang tertentu.

Sumber lain-lain PAD yang sah dapat menghimpun dana sebagai salah satu sumber penerimaan daerah dan tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta di lain pihak lebih mengarah kepada publik servis dan bersifat penyuluhan yaitu tidak mengambil keuntungan, melainkan hanya sekedar untuk menutup resiko biaya administrasi yang dikeluarkan.

2.2Konsep Produk Domestik Bruto


(37)

Pendapatan regional netto adalah produk domestik regional netto atas dasar biaya faktor dikurangi aliran dana yang keluar ditambah aliran dana yang masuk dan jumlah pendapatan yang benar-benar diterima oleh seluruh penduduk tersebut.

2.2.2 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Istilah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan gabungan dari empat kata yaitu:

1. Produk, artinya seluruh nilai produksi baik barang maupun jasa,

2. Domestik, artinya perhitungan nilai produksi yang dihasilkan hanya oleh faktor-faktor produksi yang berada dalam wilayah domestik tanpa melihat apakah faktor produksi tersebut dikuasai oleh penduduk atau bukan,

3. Regional, artinya perhitungan nilai produksi yang dihasilkan hanya oleh penduduk tanpa memperhatikan apakah faktor produksi yang digunakan berada dalam wilayah domestik atau bukan,

4. Bruto, maksudnya adalah perhitungan nilai produksi kotor karena masih mengandung biaya penyusutan.

Berdasarkan empat pengertian istilah di atas, maka arti PDRB adalah seluruh nilai produksi kotor baik barang maupun jasa yang dihasilkan oleh faktor-faktor produksi yang beroperasi dalam suatu wilayah, biasanya dihitung pada suatu periode tertentu.

Produk Domestik Regional Bruto adalah nilai tambah yang mampu diciptakan berbagai aktivitas ekonomi dalam suatu wilayah (H. Saberan, 2002: 5).


(38)

PDRB merupakan penjumlahan dari semua harga dan jasa akhir atau semua nilai tambah yang dihasilkan oleh daerah dalam periode waktu tertentu (1 tahun).

2.2.3 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku

Produk domestik regional bruto merupakan jumlah seluruh nilai produk barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi yang beroperasi pada suatu daerah dalam jangka waktu tertentu. PDRB yang msih ada unsur inflasi dinamakan PDRB atas dasar harga berlaku.

Dengan kata lain, PDRB atas dasar harga berlaku merupakan jumlah seluruh nilai barang-barang akhir yang dihasilkan unit-unit produksi dalam suatu periode tertentu dan biasanya satu tahun, yang dinilai dengan harga tahun yang bersangkutan.

2.2.4 PDRB Atas Harga Konstan

Harga konstan berarti produk didasarkan atas dasar harga pada tahun tertentu. Tahun yang dijadikan patokan harga disebut tahun dasar untuk penentuan harga konstan. Pada perhitungan atas dasar harga konstan berguna untuk melihat pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau sektoral.

2.2.5 Pendapatan Perkapita

PDRB dikaitkan dengan jumlah penduduk menggambarkan tingkat pendapatan perkapita suatu wilayah. Pendapatan perkapita adalah total pendapatan suatu daerah dibagi dengan jumlah penduduk tersebut untuk tahun yang sama.


(39)

2.2.6 Metode Penghitungan Pendapatan Regional

Untuk menghitung nilai seluruh produksi yang dihasilkan suatu perekonomian dalam suatu tahun tertentu dapat digunakan 3 cara penghitungan. Ketiga cara tersebut adalah :

1. Cara Pengeluaran.

Dengan cara ini pendapatan nasional dihitung dengan menjumlah pengeluaran ke atas barang-barang dan jasa yang diproduksikan dalam negara tersebut. Menurut cara ini pendapatan nasional adalah jumlah nilai pengeluaran rumah tangga konsumsi, rumah tangga produksi dan pengeluaran pemerintah serta pendapatan ekspor dikurangi dengan pengeluaran untuk barang-barang impor.

2. Cara Produksi atau cara produk netto.

Dengan cara ini pendapatan nasional dihitung dengan menjumlahkan nilai produksi barang atau jasa yang diwujudkan oleh berbagai sektor (lapangan usaha) dalam perekonomian. Dalam menghitung pendapatan nasional dengan cara produksi yang dijumlahkan hanyalah nilai produksi tambahan atau value added yang diciptakan.

3. Cara Pendapatan.

Dalam penghitungan ini pendapatan nasional diperoleh dengan cara menjumlahkan pendapatan yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang digunakan untuk mewujudkan pendapatan nasional. (Sukirno, 1994:25)


(40)

1. Mengetahui dan menelaah struktur atau susunan perekonomian. Dari perhitungan PDRB dapat diketahui apakah suatu daerah termasuk daerah industri, pertanian atau jasa dan berapakah besar sumbangan masing-masing sektornya.

2. Membandingkan perekonomian dari waktu ke waktu. Oleh karena nilai PDRB dicatat tiap tahun, maka akan di dapat catatan angka dari tahun ke tahun. Dengan demikian diharapkan dapat diperoleh keterangan kenaikan atau penurunan apakah ada perubahan atau pengurangan kemakmuran material atau tidak.

2.3 Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang pengaruh PAD terhadap Perkembangan Pembangunan yang dilakukan oleh Suntono (2005) dengan mengambil judul Pengaruh PAD Terhadap Perkembangan Pembangunan di Kota Semarang. Dalam penelitian tersebut menganalisis tentang pengaruh PAD yang terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah dan hasil perusahaan milik daerah terhadap perkembangan pembangunan di Kota Semarang.

Berdasarkan hasil uji regresi linier ganda antara pajak daerah, retribusi daerah dan hasil usaha milik daerah dengan Produk Domestik Regional Bruto menghasilkan model regresi linier ganda yang signifikan. Hal ini menunjukan bahwa model regresi dapat dipakai untuk memprediksi perkembangan pembangunan di Kota Semarang. Dari hasil analisis diperoleh nilai koefisien korelasi R sebesar sebesar 0,971. Hal ini menunjukan hubungan kuat (mendekati 1) anatara pajak daerah, retribusi daerah dan hasil usaha milik daerah dengan


(41)

perkembangan pembangunan di Kota Semarang dan Berdasarkan hasil pengujian regresi linier sederhana diperoleh model regresi yang berarati atau signifikan, kecuali regresi antara hasil usaha milik daerah dengan Produk Domestik Regional Bruto.


(42)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah menganalisis mengenai perkembangan pembangunan Kabupaten Deli Serdang yang dipengaruhi oleh Pendapatan Asli Daerah (PAD). Faktor-faktor itu adalah, tingkat pajak daerah (X1) tingkat retribusi daerah (X2), dan Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang

Sah (X3) pada kurun waktu 1989 s/d 2009. 3.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk urut waktu (time series) yang bersifat kuantitatif yaitu data dalam bentuk angka. Data – data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) SUMUT dan Deli Serdang, Badan Pengelola Keuangan Daerah Kabupaten Deli Serdang serta data lainnya yang mendukung penelitian ini diperoleh dari sumber bacaan seperti jurnal, artikel, dan buku bacaan yang berkaitan dengan penelitian ini.

3.3Pengolahan Data

Dalam mengelola data pada penelitian ini, penulis menggunakan program Tata cara dan tekhnik pengumpulan data dilakukan dengan cara mencatat data yang diperlukan dari instansi dan lembaga yang dipublikasikan.

Data yang diperoleh tersebut kemudian diolah dengan menggunakan metode statistik program Eviews 5.1 sebagai software utama untuk mengolah data dalam penelitian.


(43)

Dalam menganalisis seberapa jauh besarnya pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat digunakan model ekonometrika dengan meregresikan variabel – variabel yang ada dengan menggunakan metode kuadrat terkecil biasa (Ordinary Least Square).

Variabel yang digunakan : 1. Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Deli Serdang yang dinyatakan dengan (x = 1,2,3,) dan i menyatakan bagian-bagian yang merupakan sumber pendapatan asli daerah. Kabupaten Deli Serdang Xi.

bagian pajak daerah =X 1 bagian retribusi daerah= X2

Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah =X3 2. Variabel Terikat

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah perkembangan pembangunan secara umum yang dilaksanakan daerah Kota Semarang yang tergambar dalam Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang dinyatakan dengan (Y).

Fungsi matematika yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

Y = f (X1,X2,X3)………..(1)

Selanjutnya untuk mendapatkan model penelitian, logaritma digunakan terhadap variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Untuk menguji


(44)

pengaruh antar variabel penjelas terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi digunakan metode (Ordinary Least Square/OLS).

Log Y = α + βLogX1 + β2LogX2+ β3LogX3+µ …………..(2)

Dimana :

Y = Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) (Juta Rupiah) α = Intercept / konstanta

L = Logaritma

X1 = Jumlah pajak daerah (Juta Rupiah)

X2 = Retribusi daerah (Juta Rupiah)

X3 = Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah (Juta

Rupiah)

β1, β2,β3 = Koefisien Regresi.

μ = Error Term

Secara sistematis bentuk hipotesisnya adalah sebagai berikut :

1

LX LY

∂∂ > 0 , artinya apabila jumlah pajak daerah (LX1) mengalami kenaikan

maka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) (LY) akan mengalami kenaikan, ceteris paribus.

2

LX LY

∂∂ > 0 , artinya apabila jumlah retribusi daerah (LX2) mengalami kenaikan

maka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) (LY) akan mengalami kenaikan, ceteris paribus.


(45)

3

LX LY

∂∂ > 0 , artinya apabila jumlah lain-lain pendapatan asli daerah yang sah

(LX3) mengalami kenaikan maka Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB) (LY) akan mengalami kenaikan, cateris paribus.

3.5 Uji Kesesuaian (Test of Goodness of Fit) 3.5.1 Koefisien Determinasi (R-square)

Koefisien determinasi (R-square) dilakukan untuk melihat seberapa besar kemampuan variabel independen secara bersama – sama mampu memberi penjelasan terhadap variabel dependen, dimana nilai R2 berkisar antara 0 sampai 1 (0 < R2 < 1).

3.5.2 Uji T-statistik

Uji t merupakan suatu pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah masing-masing koefisien regresi signifikan atau tidak terhadap variabel dependen dengan menganggap variabel independen lainnya konstan. Dalam hal ini digunakan hipotesis sebagai berikut :

Ho : bi = 0... (tidak signifikan)

Ha : bi ≠ 0... (signifikan)

Dimana bi adalah koefisien variabel independen ke-i nilai parameter hipotesis, biasanya b dianggap = 0. Artinya, tidak ada pengaruh variabel X terhadap Y. Bila t-hitung > t-tabel, maka pada tingkat kepercayaan tertentu Ho ditolak. Hal ini berarti bahwa variabel independen yang diuji berpengaruh secara nyata (signifikan) terhadap variabel dependen. Dan bila t-hitung < t-tabel maka pada tingkat kepercayaan tertentu Ho diterima. Ini artinya bahwa variabel independen yang diuji tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.


(46)

Nilai t-hitung dapat diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

t-hitung = ) (bi

S bi

Dimana:

bi = koefisien variabel ke-i

Sbi = simpangan baku dari variabel independen ke-i Kriteria pengambilan keputusan :

Ho diterima t-hitung < t-tabel artinya variabel independen secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap varibel dependen.

Ha diterima t-hitung > t-tabel artinya variabel independen secara parsial berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.

Ha diterima Ha diterima

Ho diterima

0

Gambar 3.1 Uji T-statistik 3.5.3 Uji F-statistik

Uji F-Statistik ini dilakukan untuk melihat seberapa besar pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Untuk pengujian ini digunakan hipotesa sebagai berikut:


(47)

H0 : b1 = b2= b3= 0... (tidak ada pengaruh)

Ha : b1 ≠ b2≠ b3≠0... (ada pengaruh)

Hasil pengujian akan menunjukkan :

Apabila F-hitung > F-tabel, maka Ho ditolak, yang artinya setiap variabel independen secara bersama – sama berpengaruh terhadap variabel dependen. Apabila F-hitung < F-tabel, maka Ho diterima, yang artinya setidaknya satu dari variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen.

Nilai F-hitung dapat diperoleh dengan rumus:

F-hitung = ) / ( ) 1 ( 1 / 2 2 k n R k R − − − Dimana :

R2= koefisien determinasi

k = jumlah variabel independen ditambah intercept dari suatu model persamaan

n = jumlah sampel

Ho diterima Ha diterima 0 F-tabel Gambar 3.2 Uji F-statistik


(48)

3.6 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik 3.6.1 Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah alat untuk mengetahui suatu kondisi, apakah terdapat korelasi variabel independen di antara satu sama lainnya. Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinearitas dapat dilihat dari nilai R-square, F-hitung, t-F-hitung, serta standard error.

Adanya multikolinearitas ditandai dengan: a) Standard error tidak terhingga.

b) Tidak ada satupun t-statistik yang signifikan pada α = 1%, α = 5%, α = 10%.

c) Terjadi perubahan tanda atau tidak sesuai dengan teori. d) R2 sangat tinggi.

3.6.2 Uji Autokorelasi

Autokorelasi didefinisikan sebagai korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu dan ruang.

Autokorelasi terjadi bila error term (μ) dari waktu yang berbeda berkorelasi. Dikatakan bahwa error term berkorelasi atau mengalami korelasi serial apabila : variabel (ei.ej) ≠ 0; untuk i ≠ j, dalam hal ini dikatakan memiliki masalah autokorelasi.

Untuk medeteksi adanya autokorelasi dalam model penelitian ini, dilakukan uji Lagrange Multiplier (LM – Test), yaitu dengan membandingkan antara nilai X2 hitung > X2 tabel, dengan kriteria sebagai berikut :


(49)

1. Jika nilai X2hitung > X2 tabel dan Probabilitas < 0,05 , maka hipotesis yang menyatakan bahwa tidak ada autokorelasi dalam model yang digunakan, ditolak.

2. Jika nilai X2 hitung < X2 tabel dan Probabilitas > 0,05, maka hipotesis yang menyatakan bahwa tidak ada autokorelasi dalam model yang digunakan, diterima.

3.7 Definisi Operasional

1. Perkembangan pembangunan secara umum yang dilaksanakan daerah Kabupaten Deli Serdang dari tahun 1989-2009 yang tergambar dalam Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Berlaku (Juta Rupiah). 2. Pajak daerah adalah pungutan yang dilakukan pemerintah daerah Kabupaten

Deli Serdang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dari tahun 1989-2009 (Juta Rupiah).

3. Retribusi daerah yaitu pungutan daerah yang dilakukan sehubungan dengan suatu jasa atau fasilitas yang diberikan oleh Pemerintah daerah secara langsung dan nyata kepada pembayar di Kabupaten Deli Serdang dari tahun 1989-2009 (Juta Rupiah).

4. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah adalah pendapatan asli daerah selain dari pajak daerah, retribusi daerah dan bagian laba BUMD dari tahun 1989-2009 (Juta Rupiah).


(50)

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Daerah Penelitan

4.1.1 Kondisi Geografis

Kabupaten Deli Serdang Secara geografis berada pada 2°57’’ Lintang Utara, 3°16’’ Lintang Selatan dan 98°33’ – 99°27’’ Bujur Timur dengan ketinggian 0 – 500 m di atas permukaan laut yang merupakan salah satu Kabupaten yang berada di kawasan Pantai Timur Sumatera Utara.

Sesuai dengan U.U. No. 36 Tahun 2003 dalam hal pemekaran wilayah dengan lahirnya Kabupaten baru Serdang Bedagai maka pada Tahun 2004 Kabupaten ini mengalami perubahan baik secara geografi maupun administrasi pemerintahan dimana setelah adanya pemekaran daerah mengakibatkan dampak potensi daerah yang dimiliki ikut berpengaruh. Dengan terjadinya pemekaran daerah, maka Luas wilayahnya sekarang menjadi 2.497,72 KM2 terdiri dari 22 kecamatan dan 403 desa/kelurahan.

Kabupaten Deli Serdang diapit oleh 4 kabupaten dan selat malaka. Dan lebih jelasnya batas-batas kabupaten ini adalah sebagai berikut:

• Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Sumatera,

• Sebelah Selatan berbatasan dergan Kabupaten Karo,

• Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Serdang Bedagai,

• Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Karo dan Kabupaten Langkat.


(51)

Secara geografis Kabupaten Deli Serdang terletak pada wilayah pengembangan Pantai Timur Sumatera Utara yang memiliki topografi, kountur dan iklim yang cenderung bervariasi. Kawasan pantai berhawa tropis pegunungan sementara kawasan hulu yang kounturnya bergelombang sampai terjal, berhawa tropis pegunungan.

Dilihat dari kemiringan lahan, Kabupaten Deli Serdang dibedakan atas : Dataran Pantai :

Yang luasnya kurang lebih 63.002 Ha ( 26,30 %) terdiri dari 4 kecamatan (Hamparan Perak, Labuhan Deli, Percut Sei Tuan, dan Pantai Labu). Jumlah Desa sebanyak 64 Desa/Kelurahan dengan panjang pantai 65 km.Potensi Utama adalah ; Pertanian Pangan, Perkebunan Rakyat, Perkebunan Besar, Perikanan Laut, Pertambakan, Peternakan Unggas, dan Pariwisata.

Dataran Rendah :

Yang luasnya kurang lebih 68,965 Ha ( 28.80 % ) terdiri dari 11 kecamatan ( Sunggal, Pancur Batu, Namorambe, Deli Tua, Batang Kuis, Tanjung Morawa, Patumbak, Lubuk Pakam, Beringin, Pagar Merbau, dan Galang) dengan jumlah desa sebanyak 197 desa/kelurahan.Potensi Utama adalah : Pertanian Pangan, Perkebunan Besar, Perkebunan Rakyat, Peternakan, Industri, Perdagangan, dan Perikanan Darat.

Dataran Pegunungan :

Yang luasnya kurang lebih 111.970 Ha ( 44.90 %) terdiri dari 7 kecamatan (Kutalimbaru, Sibolangit, Biru-biru, STM Hilir, STM Hulu, Gunung Meriah,


(52)

Bangun Purba) dengan jumlah desa sebanyak 133 desa. Potensi Utama adalah : Pertanian Rakyat, Perkebunan, dan Peternakan.

Kabupaten Deli Serdang terdapat lima Daerah Aliran Sungai (DAS) dengan luas areal 378.841 HA yaitu DAS Belawan, DAS Deli, DAS Belumai, DAS Percut, dan DAS Ular, dimana hulu ke lima Daerah Aliran Sungai (DAS) ini berada di Kabupaten Simalungun, dan Karo yang bermuara ke Selat Malaka. Sub DAS ini pada umumnya sangat bermanfaat dan selalu dupayakan untuk mengairi areal persawahan dalam peningkatan produksi pertanian.

4.1.3 Kondisi Demografis

Jumlah penduduk Kabupaten Deli Serdang berjumlah 1.686.366 jiwa yang terdiri dari berbagai suku bangsa yang beragam seperti Melayu, Karo, Simalungun, Jawa, Toba, Minang, Cina, Aceh dan pemeluk berbagai agama seperti Islam, Kristen, Hindu dan Budha, dengan Laju Pertumbuhan Penduduknya (LPP) sebesar 2,74 persen dengan kepadatan rata-rata 616 jiwa perkilometer persegi.

Adapun visi untuk mencapai Deli Serdang yang maju dan mandiri, dengan masyarakatnya yang sejahtera, religius, dan bersatu dalam kebhinnekaan melalui pemerataan pembangunan, pemanfaatan sumber daya yang adil dan penegakan hukum yang ditopang oleh tata pemerintahan yang baik dilakukan dengan cara mengoptimalkan potensi sumber daya alam dan manusia yang dimiliki serta terus-menerus berupaya melakukan pengembangan sektor-sektor pembangunan.

Sektor Pendidikan dan Kesehatan masyarakat tanpa mengabaikan sektor lainnya seperti dibidang ekonomi dan infrastruktur sebagai bagian terpenting


(53)

dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat secara luas adalah suatu program yang harus dikedepankan untuk mencapai perkembangan pembangunan yang diharapkan di Kabupaten Deli Serdang ini.

4.2 Keadaan PAD Kabupaten Deli Serdang Tahun 2000-2004

Pendapatan asli daerah adalah sesuatu hal yang sangat penting bagi perekonomian daerah dan merupakan salah satu sumber penerimaan pemerintah daerah Kabupaten yang seogianya dalam tindakan nyata harus ditingkatkan pertumbuhannya. Hal ini merupakan sebagai salah satu tolak ukur kemampuan daerah kabupaten Deli Serdang dalam peningkatan kemandirian pemerintah daerah yang tercermin dalam kenaikan kontribusi pendapatan asli daerah secara teratur agar tidak selalu tergantung kepada bantuan dari pemerintah pusat dan pemerintah propinsi.

Adapun realisasi pendapatan asli daerah kabupaten Deli Serdang menurut komposisi tiap jenis dari tahun 2005-2009 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.1

Komposisi Tiap Jenis Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2005-2009 (Jutaan Rupiah) :

Sumber PAD 2005 2006 2007 2008 2009

Pajak Daerah 37.463,92 42.277,30 51.117,11 65.880,71 71.612,60 Retribusi Daerah 10.184,84 11.064,72 14.401,05 21.113,99 19.347,58 Lain-lain PAD yang sah 4.892,39 6.958,82 8.368,69 6.393,96 7.560,28

Sumber: Deli Serdang Dalam Angka, BPS Deli Serdang dan SUMUT

Pada tabel di atas menunjukkan hasil pendapatan asli daerah yang selalu meningkat. Selama kurun waktu lima tahun tersebut pajak daerah memberikan


(54)

kontribusi terbesar terhadap pendapatan asli daerah yaitu sebesar Rp. 37.463,92 juta pada tahun 2005 dan sampai pada tahun 2009 telah mencapai jumlah Rp. 71.612,60 juta, sehingga retribusi daerah yang ada di Kabupaten Deli Serdang merupakan satu-satunya sumber yang dapat diandalkan. Namun peran pendapatan asli daerah di luar pajak daerah tetap sangat diharapkan mengingat tuntutan dana yang harus disediakan oleh pemerintah yang semakin meningkat setiap tahunnya.

Kemudian kontribusi terbesar setelah pajak daerah adalah dari retribusi masing-masing jumlah dari tahun 2005-2009 yaitu Rp. 10.184,84 juta; Rp. 11.064,72 juta; Rp. 14.401,05 juta; Rp. 21.113,99 juta dan Rp. 19.347,58 juta. Berikutnya diikuti dengan lain-lain PAD yang sah dimana pada tahun 2005-2007 meningkat yaitu pada tahun 2005 sebesar Rp. 4.892,39 juta, tahun 2006 sebesar Rp. 6.958,82 juta, tahun 2007 sebesar Rp. 8.368,69 juta dan pada tahu 2008 mengalami penurunan dimana jumlahnya sebesar Rp. 6.393,96 juta kemudian pada tahun 2009 mengalami peningkatan dimana jumlahnya menjadi sebesar Rp. 7.560,28 juta.

Dilihat dari perkembangan PAD diatas yang terdiri dari pajak daerah, retribusi dan lain-lain PAD yang sah yang cenderung meningkat dari tahun ketahun walaupun di beberapa tahun mengalami jumlah naik turun yang tidak terlalu besar yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan pembangunan di Kabupaten Deli Serdang harus dapat dijadikan sebagai motivasi dalam visi Pemerintahan dan masyarakat Kabupaten Deli Serdang dalam mengupayakan peningkatan penerimaan daerah dengan memberi perhatian kepada perkembangan pendapatan asli daerah, namun upaya peningkatan pendapatan asli daerah ini


(55)

sering menemui kendala diantaranya adalah kurang adanya kesadaran dari masyarakat untuk membayar wajib pajak dan retribusi, maka dari itu sebagai wujud upaya peningkatan pendapatan asli daerah adalah dengan melakukan sosialisasi dengan masyarakat serta meningkatkan kesadaran masyarakat untuk membanyar pajak dan retribusi.

Kemudian dapat pula ditindaklanjuti dengan memberikan kompensasi berupa pelayanan yang baik dan perbaikan fasilitas umum bagi masyarakat. Komponen-komponen dari pendapatan asli daerah secara penuh dapat digunakan oleh daerah sesuai dengan kebutuhan dan prioritas daerah, disamping memperlihatkan adanya upaya yang dilakukan oleh pemerintah daerah dalam menggali sumber-sumber pendapatan daerah. Hal ini menjadikan suatu daerah Kabupaten/Kota lebih leluasa untuk mengurus dan mengatur rumah tangganya khususnya setelah diberlakukan otonomi daerah.

Berdasarkan uraian di atas, secara garis besar usaha untuk meningkatkan pendapatan asli daerah adalah dengan cara ekstensifikasi dan intensifikasi. Ekstensifikasi adalah dengan meluaskan jaringan obyek pendapatan asli daerah, sedangkan intensifikasi adalah dengan mengoptimalkan penerimaan dari obyek pendapatan asli daerah yang ada.

Menguraikan tentang belum optimalnya hasil pendapatan asli daerah di Kabupaten Deli Serdang sehingga mengakibatkan kecilnya kontribusi pendapatan asli daerah terhadap total penerimaan daerah kabupaten, ada beberapa faktor yang menyebabkan yaitu pertama, masih adanya sumber pendapatan potensial yang dapat digali oleh pemerintah daerah kabupaten tetapi berada diluar wewenang


(56)

daerah tersebut. Kedua, Badan Usaha Milik Daerah pada umumnya belum beroperasi secara efisien, hal ini tercermin dari laba bersih yang dihasilkan jika dilihat dari struktur biaya, asset dan penjualannya. Ketiga, rendahnya tingkat hidup dan ekonomi masyarakat, tecermin dari pendapatan perkapita. Keempat, kurang mampunyai pemerintah daerah dalam menggali sumber-sumber pendapatan yang ada.

4.3 PDRB ADHB Deli Serdang

Kegiatan ekonomi suatu daerah secara umum dapat digambarkan melalui kemampuan daerah tersebut dalam menghasilkan barang dan jasa yang diperlukan bagi kebutuhan hidup masyarakat pada suatu periode tertentu yang diindikasikan dengan PDRB. PDRB didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi.

Untuk PDRB atas dasar harga berlaku merupakan jumlah seluruh nilai barang-barang akhir yang dihasilkan unit-unit produksi dalam suatu periode tertentu sebagai tolak ukur atau indikasi kinerja makro kegiatan ekonomi di suatu wilayah. PDRB suatu wilayah menggambarkan struktur ekonomi daerah, peranan sektor-sektor ekonomi dan pergeserannya yang didasarkan pada PDRB atas dasar harga berlaku.


(57)

Tabel 4.2

Realisasi PDRB ADHB Kabupaten Deli Serdang Tahun 1989-2009 (Jutaan Rupiah)

TAHUN PDRB ADHB

1989 1.114.012,09

1990 1.340.851,54

1991 1.507.840,48

1992 1.791.782,28

1993 2.002.745,29

1994 2.414.507,50

1995 2.894.363,49

1996 3.087.153,35

1997 3.501.196,86

1998 5.375.883,78

1999 6.269.647,51

2000 7.368.841,31

2001 10.122.257,10

2002 12.762.543,63

2003 14.448.907,04

2004 15.872.389,17

2005 19.136.227,10

2006 21.459.069,56

2007 26.041.987,53

2008 30.116.831,18

2009 34.172.480,00

Sumber: BPS Deli Serdang dan SUMUT

Dilihat dari tabel diatas, PDRB ADHB Kabupaten Deli Serdang dari tahun ke tahun mulai dari tahun 1989-2009 terus mengalami peningkatan secara stabil. Pada tahun 2000 ke 2001 mengalami peningkatan yang cukup menonjol dari kisaran 7,368 triliun ke 10,122 triliun. Hal ini disebabkan adanya pengaruh gejolak ekonomi yang terjadi pada krisis moneter yang melanda negara kita pada saat itu. Peningkatan PDRB ADHB terus berlanjut hingga kisaran 20 triliunan pada tahun 2006-2007 , tahun 2008 sebesar 30,116 triliun dan pada tahun 2009 sebesar 34,172 triliun.


(58)

Setiap adanya peningkatan PDRB ADHB dari tabel yang dapat kita lihat di atas menandakan adanya peningkatan pendapatan masyarakat Kabupaen Deli Serdang sekaligus menandakan peningkatan kesejahteraan masyarakat sebagai tolak ukur dalam melihat perkembangan pembangunan dari tahun ke tahun oleh faktor-faktor yang mempengaruhi.

4.4 Hasil Penelitian (Analisa)

Untuk mendapatkan hasil regresi antara variabel independen (PDRB) sebagai tolak ukur dalam perkekmbangan pembangunan di Kabupaten Deli Serdang dan variabel dependen (Pendapatan Asli Daerah) yang terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah dan lain-lain PAD yang sah maka digunakan data sekunder yang berasal dari Dinas Keuangan Kabupaten Deli Serdang dan BPS Kabupaten Deli Serdang dan SUMUT yang dicatat mulai dari tahun 1989-2009 dan diolah dengan menggunakan bantuan program komputer. Dari hasil regresi dapat dibentuk model hasil estimasi sebagai berikut:

Y = 10.44621 +0.630882X1 + 0.207241 X2 + 0.192261 X3

Stand. Error = (0.592985) (0.141352) (0.168516) (0.084153) T-statistik = (17.61631) (4.463206) *(1.229802) *( 2.284650)* R2 = 0.982719Adjusted R2 = 0.979670F-statistik = 322.2535DW-stat = 1.543271

Ket: *) signifikan pada

α

= 1 %

4.4.1 Interpretasi Model

Berdasarkan hasil regresi diatas dapat dijelaskan pengaruh variabel pajak daerah, retribusi daerah dan lain-lain PAD yang sah terhadap perkembangan pembangunan dimana PDRB ADHB sebagai tolak ukurnya adalah sebagai berikut:


(59)

a. Pajak daerah (X1) berpengaruh positif terhadap nilai PDRB Kabupaten Deli Serdang(Y) dan besarnya koefisien 0.630882, artinya jika terjadi kenaikan pajak daerah sebesar 1 % maka akan menyebabkan peningkatan nilai PDRB sebesar 0.630882% cateris paribus.

b. Retribusi daerah (X2) berpengaruh positif terhadap nilai PDRB Kabupaten Deli Serdang(Y) dan besarnya koefisien 0.207241, artinya jika terjadi kenaikan Retribusi daerah sebesar 1 % maka akan menyebabkan peningkatan nilai PDRB sebesar 0.207241 %, cateris paribus.

c. Lain-lain PAD yang sah (X3) berpengaruh positif terhadap nilai PDRB Kabupaten Deli Serdang(Y) dan besarnya koefisien 0.192261, artinya jika terjadi kenaikan Lain-lain PAD yang sah sebesar 1 % maka akan menyebabkan peningkatan nilai PDRB sebesar 0.192261 %, cateris paribus.

4.4.2 Test of Goodness of Fit (Uji Kesesuaian) 4.4.2.1 Analisis Koefisien Determinasi (R-Square)

Dari tabel regresi diatas dapat diperoleh Koefisien Determinasi (R-Square) sebesar = 0.982719 atau 98 %. Hal ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan variasi yang terjadi pada variabel independen (pajak daerah, retribusi daerah dan lain-lain PAD yang sah) dapat menjelaskan variabel dependen (nilai PDRB Kabupaten Deli Serdang) sebesar 98 % sedangkan sisanya sebanyak 2 % dijelaskan oleh variabel lain yang tidak disertakan dalam model estimasi.


(60)

4.4.2.2 Uji T-statistik (Uji Parsial)

Uji T-statistik dilakukan untuk menguji apakah pajak daerah, retribusi daerah dan lain-lain PAD yang sah secara parsial berpengaruh nyata terhadap nilai PDRB Kabupaten Deli Serdang.

Hipotesis : H0 : b = 0…….. Tidak Signifikan

Ha : b ≠0…….. Signifikan Kriteria pengambilan keputusan:

Jika nilai uji t-statistik bernilai positif

H0 diterima apabila t-hitung < t-tabel

Ha diterima apabila t-hitung > t-tabel

Jika nilai uji t-statistik bernilai negatif

H0 diterima apabila t-hitung > t-tabel

Ha diterima apabila t-hitung < t-tabel a. Variabel Pajak Daerah (X1)

Dari hasil analisa regresi diketahui t-hitung = 4.463206

α

= 1 %; df = n-k-1= 21 – 3 -1

Df = 17

Maka t-tabel = 2,898

Dari hasil perhitungan di atas dapat diketahui bahwa pajak daerah (X1)

signifikan pada

α

=1% dengan t-hitung < t-tabel (4.463206< 2,898). Dengan demikian Ha diterima, artinya variabel pajak daerah (X1) berpengaruh nyata

(signifikan) terhadap variabel nilai PDRB pada tingkat kepercayaan 99 % (

α

=1%).


(61)

Gambar 4.1

Uji T-statistik Terhadap Pajak Daerah

b. Variabel Retribusi Daerah (X2)

Dari hasil analisa regresi diketahui t-hitung = 0.168516

α

=1%; df = n-k-1= 21-3-1

Df = 17

Maka t-tabel = 2,898

Dari hasil perhitungan di atas dapat diketahui bahwa pada

α

=1% dengan t-hitung < t-tabel (0.168516 < 2,898). Artinya, retribusi daerah (X2) merupakan

penjelas yang tidak signifikan terhadap PDRB di Kabupaten Deli Serdang mulai tahun 1989-2009 pada tingkat kepercayaan 99 %(

α

=1%).

H0 diterima

Ha diterima Ha diterima

2,898


(62)

Gambar 4.2

Uji T-statistik Terhadap Retribusi Daerah

c. Variabel Lain-lain PAD yang sah (X3)

Dari hasil analisa regresi diketahui t-hitung = 0.084153

α

=1%; df = n-k-1 = 21 – 3 -1

Df = 17

Maka t-tabel = 2,898

Dari hasil perhitungan di atas dapat diketahui bahwa pada

α

=1% dengan t-hitung < t-tabel (0.084153 < 2,898). Artinya, retribusi daerah (X2) merupakan

penjelas yang tidak signifikan terhadap PDRB di Kabupaten Deli Serdang mulai tahun 1989-2009 pada tingkat kepercayaan 99 %(

α

=1%).

H0diterima

Ha diterima

0.168516

- 2,898 2,898


(63)

Gambar 4.3

Uji T-statistik Terhadap lain-lain PAD yang sah

4.4.2.3 Uji F-statistik (Uji Overall)

Uji F-statistik dilakukan untuk menguji apakah pajak daerah, retribusi daerah dan lain-lain PAD yang sah secara bersama-sama mempengaruhi nilai PDRB ADHB sebagai tolak ukur dalam perkembangan pembangunan di Kabupaten Deli Serdang.

Hipotesis : H0 : b = 0…….. Tidak Signifikan

Ha : b≠0…….. Signifikan Kriteria pengambilan keputusan :

H0 diterima apabila F-hitung < F-tabel

Ha diterima apabila F-hitung > F-tabel

Dari hasil analisa regresi diketahui F-hitung = 322,2535

α

= 1%

V1 = k = 3

V2 = n-k-1 = 36-3-1 = 17 Maka F-tabel = 5,18

H0diterima

Ha diterima

0.084153

- 2,898 2,898


(64)

Berdasarkan perhitungan diatas dapat diketahui bahwa F-hitung > F-tabel (322,2535 > 5,18). Dengan demikian Ha diterima, artinya variabel pajak daerah (X1), retribusi daerah (X2) dan lain-lain PAD yang sah (X3) secara keseluruhan

(bersama-sama) mempengaruhi nilai PDRB ADHB sebagai tolak ukur dalam perkembangan pembangunan di Kabupaten Deli Serdang pada tingkat kepercayaan 99% (α = 1%).

H0 diterima

Ha diterima

Gambar 4.4 Uji F-statistik 4.4.3 Uji Asumsi Klasik

4.4.3.1 Uji Multikolinearity

Multikolinearity adalah alat untuk mengetahui apakah ada hubungan yang kuat (kombinasi linier) diantara variabel independen. Beberapa gejala Multikolinearitas antara lain :

a. Tanda berubah – ubah

b. Standard error setiap koefisien menjadi tak terhingga

c. Koefisien variabel tidak terhingga


(65)

d. R2 relatif tinggi

Dalam penelitian ini tidak terdapat gejala multikolinearitas di antara variabel variabel independennya. Hal ini dapat terlihat dari setiap koefisien masing masing variabel sesuai dengan hipotesa yang sudah ditentukan.

Dari model analisis :

Log Y = α + βLogX1 + β2LogX2+ β3LogX3+µ …………..(1)

Dimana :

Y = Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) α = Intercept / konstanta

L = Logaritma

X1 = Jumlah pajak daerah

X2 = retribusi daerah

X3 = Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah

Kemudian dilakukan pengujian di antara masing masing variabel independen, hal ini untuk melihat apakah ada hubungan antara masing masing variabel independen. Sehingga diperoleh hasil analisis regresi variabel independennya sebagai berikut.

1. pajak daerah = f ( retribusi daerah, lain-lain PAD yang sah )

pajak daerah = α+ β2LogX2+ β3LogX3+…... (2)

Dari hasil analisis regresi diperoleh R2 sebesar 0.973107 Artinya variable retribusi daerah (X2) lain-lain PAD yang sah (X3) mampu memberi penjelasan


(66)

>0.973107). Dengan demikian tidak terdapat gejala multikolinearity karena R-Square (persamaan 2) lebih kecil dari pada R-R-Square (persamaan 1).

2. retribusi daerah = f (pajak daerah, lain-lain PAD yang sah)

retribusi daerah = α + β2LogX1+ β3LogX3+µ …………...…(3)

Dari hasil analisis regresi diperoleh R2 sebesar 0.958914. Artinya variable pajak daerah (X1) dan lain-lain PAD yang sah (X3) mampu memberi penjelasan

sebesar 95 % terhadap nilai PDRB. R2 Y, X1, X2, X3 >R2X1, X3 (0.982719

>0.958914). Dengan demikian tidak terdapat gejala multikolinearity karena R-Square (persamaan 3) lebih kecil dari pada R-R-Square (persamaan 1).

3. lain-lain PAD yang sah = f (pajak daerah, retribusi daerah)

lain-lain PAD yang sah = α + βLogX1 + β2LogX2+µ …...……(4)

Dari hasil analisis regresi diperoleh R2 sebesar 0.947661. Artinya variabel pajak daerah (X1) dan retribusi daerah (X2) mampu memberi penjelasan sebesar

39 % terhadap nilai PDRB. R2 Y, X1, X2, X3 >R2X1, X2 (0.982719 > 0.947661).

Dengan demikian tidak terdapat gejala multikolinearity karena R-Square (persamaan 4) lebih kecil dari pada R-Square (persamaan 1).

4.4.3.2 Autokorelasi (Serial Correlation)

Autokorelasi atau serial korelasi terjadi bila term of error (μ) dari periode waktu yang berbeda berkorelasi. Dikatakan bahwa term of error berkorelasi atau mengalami korelasi serial apabila variabel (ei.ej) ≠ 0 untuk I ≠ j, dalam hal ini dapat dikatakan memiliki masalah autokorelasi.


(67)

Dalam model penelitian ini dilakukan uji Lagrange Multiplier (LM – Test) untuk medeteksi adanya autokorelasi, yaitu dengan membandingkan antara nilai X2 hitung > X2 tabel, dengan kriteria sebagai berikut :

3. Jika nilai X2hitung > X2 tabel dan Probabilitas < 0,05 , maka hipotesis yang menyatakan bahwa tidak ada autokorelasi dalam model yang digunakan, ditolak.

4. Jika nilai X2 hitung < X2 tabel dan Probabilitas > 0,05, maka hipotesis yang menyatakan bahwa tidak ada autokorelasi dalam model yang digunakan, diterima.

Berdasarkan program E-Views 5,1 uji LM – Test dengan penambahan AR (1) sebagai variable bebas sebagai berikut :

Obs * R-squared = 1.220374 prob. Chi square = 0.543249

Berdasarkan uji kriteria LM – Test, Hasil estimasi yang diperoleh menunjukkkan bahwa nilai Obs * R-squared X2 hitung < X2tabel yaitu 1.220374 < 38,93 pada level

signifikan 1%.Prob. Chi square adalah 0.543249 (lebih besar dari 0,05). Maka

hipotesis yang menyatakan bahwa tidak ada autokorelasi dalam model yang digunakan, diterima.


(68)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

1. Pajak daerah berpengaruh positif terhadap nilai PDRB Kabupaten Deli Serdang dan besarnya koefisien 0.630882, artinya jika Pajak daerah dinaikkan sebesar 1 % maka akan menyebabkan peningkatan nilai PDRB Kabupaten Deli Serdang sebesar 0.630882% pada tingkat kepercayaan 99% (α = 1%), cateris paribus.

2. Retribusi daerah berpengaruh positif terhadap nilai PDRB Kabupaten Deli Serdang dan besarnya koefisien 0.207241, artinya Jika kurs dinaikkan sebesar 1 % maka akan menyebabkan peningkatan nilai PDRB Kabupaten Deli Serdang 0.207241% pada tingkat kepercayaan 99% (α = 1%), cateris paribus.

3. Lain-lain PAD yang sah berpengaruh positif terhadap nilai PDRB Kabupaten Deli Serdang dan besarnya koefisien 0.192261, artinya Lain-lain PAD yang sah dinaikkan sebesar 1 % maka akan menyebabkan peningkatan nilai PDRB Kabupaten Deli Serdang sebesar 0.192261% pada tingkat kepercayaan 99% (α = 1%), cateris paribus.

4. Variabel pajak daerah, retribusi daerah dan lain-lain PAD yang sah secara simultan ternyata berpengaruh signifikan terhadap nilai PDRB Kabupaten Deli Serdang. Koefisien Determinasi (R-Square) sebesar = 0.982719 atau 98 %. Hal ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan variasi yang terjadi pada variabel independen (pajak daerah, retribusi daerah dan lain-lain PAD yang sah) dapat menjelaskan variabel dependen (PDRB Kabupaten


(1)

Rochmat Soemitro.1988. Asas dan Dasar Perpajakan. Bandung : Eresco

Saragih, Juli Panglima. 2003. Desentralisasi Fisikal dan Keuangan Daerah dalam

Otonomi. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Siahaan, Marihot P. 2005. Pajak dan Retribusi Daerah. Jakarta : PT. Raja

Grafindo Persada.

Soekarwo. 2003. Berbagai Permasalahan Keuangan Daerah. Surabaya :

Airlangga

University Press.

Suntono. 2005. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Terhadap Perkembangan

Pembangunan di Kota Semarang. Semarang: Universitas Negeri Semarang.

……..., Kabupaten Deli Serdang Dalam Angka, Badan Pusat Statistik.

………, Sumatera Utara Dalam Angka, Badan Pusat Statistik.


(2)

Lampiran I

Sumber PAD Kabupaten Deli Serdang dari Sektor Pajak Daerah, Retribusi

dan Lain-Lain PAD yang Sah tahun 1989-2009 (Jutaan Rupiah)

TAHUN

PAJAK DAERAH

RETRIBUSI

DAERAH

LAIN-LAIN PAD

YANG SAH

1989

831,064

1.160,196

58,296

1990

927,256

905,734

45,656

1991

1.040,112

1.118,299

68,500

1992

1.223,573

1.308,347

92,108

1993

1.550,811

1.212,675

97,836

1994

2.000,605

1.197,003

158,892

1995

3.033,898

2.076,395

181,777

1996

4.405,638

2.698,760

165,486

1997

5.955,659

3.511,381

172,435

1998

5.931,919

4.315,284

252,362

1999

5.275,301

1.658,220

329,472

2000

8.446,419

3.753,996

504,906

2001

16.655,422

7.221,675

3.119,755

2002

21.837,558

8.710,025

1.767,933

2003

36.851,534

10.771,534

4.285,594

2004

37.024,814

7.485,642

1.658,536

2005

37.463,920

10.184,848

4.892,393

2006

42.277,308

11.064,729

6.958,827

2007

51.117,115

14.401,052

8.368,693

2008

65.880,71

21.113,99

6.393,96

2009

71.612,609

19.347,581

7.560,287

Sumber: BPS Deli Serdang dan SUMUT

Lampiran II


(3)

Realisasi PDRB ADHB Kabupaten Deli Serdang Tahun 1989-2009 (Jutaan

Rupiah)

TAHUN

PDRB ADHB

1989

1.114.012,09

1990

1.340.851,54

1991

1.507.840,48

1992

1.791.782,28

1993

2.002.745,29

1994

2.414.507,50

1995

2.894.363,49

1996

3.087.153,35

1997

3.501.196,86

1998

5.375.883,78

1999

6.269.647,51

2000

7.368.841,31

2001

10.122.257,10

2002

12.762.543,63

2003

14.448.907,04

2004

15.872.389,17

2005

19.136.227,10

2006

21.459.069,56

2007

26.041.987,53

2008

30.116.831,18

2009

34.172.480,00

Sumber: BPS Deli Serdang dan SUMUT

Lampiran III

Hasil Estimasi Regresi Model

Regresi Pajak Daerah, Retrbusi dan Lain-Lain PAD yang Sah terhadap

PDRB ADHB

Dependent Variable: LY Method: Least Squares Date: 04/27/11 Time: 12:59 Sample: 1989 2009

Included observations: 21

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 10.44621 0.592985 17.61631 0.0000 LX1 0.630882 0.141352 4.463206 0.0003 LX2 0.207241 0.168516 1.229802 0.2355 LX3 0.192261 0.084153 2.284650 0.0355


(4)

R-squared 0.982719 Mean dependent var 15.63942 Adjusted R-squared 0.979670 S.D. dependent var 1.123858 S.E. of regression 0.160244 Akaike info criterion 0.654595 Sum squared resid 0.436528 Schwarz criterion 0.455638 Log likelihood 10.87325 F-statistic 322.2535 Durbin-Watson stat 1.543271 Prob(F-statistic) 0.000000

Lampiran IV

Uji Multikolinearitas

Regresi Retrbusi dan Lain-Lain PAD yang Sah terhadap Pajak Daerah

Dependent Variable: LX1 Method: Least Squares Date: 04/27/11 Time: 13:02 Sample: 1989 2009

Included observations: 21

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.227094 0.987346 -0.230004 0.8207 LX2 0.838349 0.199785 4.196260 0.0005 LX3 0.355247 0.112605 3.154802 0.0055 R-squared 0.973107 Mean dependent var 9.000264 Adjusted R-squared 0.970119 S.D. dependent var 1.545783 S.E. of regression 0.267205 Akaike info criterion 0.329962 Sum squared resid 1.285173 Schwarz criterion 0.479180 Log likelihood -0.464604 F-statistic 325.6632 Durbin-Watson stat 1.660071 Prob(F-statistic) 0.000000

Regresi Pajak Daerah dan Lain-Lain PAD yang Sah terhadap Retrbusi

Dependent Variable: LX2 Method: Least Squares Date: 04/27/11 Time: 13:04 Sample: 1989 2009

Included observations: 21

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 2.572768 0.565848 4.546749 0.0002 LX1 0.589855 0.140567 4.196260 0.0005 LX3 0.063546 0.116748 0.544296 0.5929 R-squared 0.958914 Mean dependent var 8.289131 Adjusted R-squared 0.954349 S.D. dependent var 1.049005


(5)

S.E. of regression 0.224132 Akaike info criterion 0.021595 Sum squared resid 0.904237 Schwarz criterion 0.127622 Log likelihood -3.226749 F-statistic 210.0510 Durbin-Watson stat 1.878451 Prob(F-statistic) 0.000000

Regresi Pajak Daerah dan Retrbusi terhadap Lain-Lain PAD yang Sah

Dependent Variable: LX3 Method: Least Squares Date: 05/02/11 Time: 08:24 Sample: 1989 2009

Included observations: 21

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 4.720031 1.233201 3.827463 0.0012 LX1 1.002279 0.317700 3.154802 0.0055 LX2 0.254814 0.468153 0.544296 0.5929 R-squared 0.947661 Mean dependent var 6.412932 Adjusted R-squared 0.941845 S.D. dependent var 1.861150 S.E. of regression 0.448821 Akaike info criterion 1.367181 Sum squared resid 3.625933 Schwarz criterion 1.516398 Log likelihood -11.35540 F-statistic 162.9552 Durbin-Watson stat 1.481222 Prob(F-statistic) 0.000000

Lampiran V

Uji Autokorelasi dengan Metode LM-Test

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 0.462739 Prob. F(2,15) 0.638250 Obs*R-squared 1.220374 Prob. Chi-Square(2) 0.543249

Test Equation:

Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 04/27/11 Time: 15:37 Sample: 1989 2009

Included observations: 21

Presample missing value lagged residuals set to zero.

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.345598 0.710336 0.486528 0.6336


(6)

LX1 0.014718 0.150711 0.097655 0.9235 LX2 0.062288 0.187381 0.332416 0.7442 LX3 0.047113 0.100644 0.468117 0.6464 RESID(-1) 0.295944 0.312321 0.947562 0.3584 RESID(-2) -0.091640 0.281195 -0.325894 0.7490 R-squared 0.058113 Mean dependent var 3.49E-16 Adjusted R-squared 0.255849 S.D. dependent var 0.147738 S.E. of regression 0.165562 Akaike info criterion -0.523989 Sum squared resid 0.411160 Schwarz criterion -0.225554 Log likelihood 11.50188 F-statistic 0.185096 Durbin-Watson stat 2.003956 Prob(F-statistic) 0.963828