BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Peranan Pembimbing Agama
1. Pengertian Peranan Peranan kata dasarnya adalah “peran” yang berarti perangkat tingkah yang
diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan dalam masyarakat.
5
Dalam kamus modern, peran diartikan sesuatu yang menjadi kegiatan atau memegang
pemimpin yang utama.
6
Sedangkan dalam kamus ilmiah populer, peran mempunyai arti orang dianggap sangat berpengaruh dalam kelompok
masyarakat dan menyumbangkan pemikiran maupun tenaga demi suatu tujuan.
7
Kata peran dapat berakhiran “an” menjadi peranan yang mempunyai arti tindakan yang dilakukan seseorang dalam suatu peristiwa.
8
David Berry mendefinisikan “peranan” sebagai seperangkat harapan- harapan yang dikenalkan pada individu yang menempati kedudukan sosial
tertentu.
9
Harapan-harapan tersebut, merupakan imbangan dari norma-norma sosial, oleh karena itu dapat dikatakan peranan-peranan tersebut ditentukan
5
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2002, Cet. Ke-2, h. 854
6
Wjs. Poerwadarminta, Kamus Modern, Jakarta: Jembatan, 1976, Cet. Ke-2, h. 473
7
Media Center, Kamus Ilmiah Populer, Jakarta: Mitra Press, 2002, Cet. Ke-1, h. 251
8
Depdiknas, op. cit., h. 854
9
David Berry, Pokok-Pokok Pikiran dalam Sosiologi, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995, Cet. Ke-3, h. 99
oleh norma-norma di dalam masyarakat, artinya seseorang diwajibkan untuk melakukan hal-hal yang diharapkan oleh masyarakat di dalam pekerjaannya.
Dalam persepektif ilmu psikologi sosial “peranan didefinisikan dengan suatu perilaku atau tindakan yang diharapkan oleh orang lain dari seorang
yang memiliki suatu status di dalam kelompok tertentu”.
10
Dari definisi di atas dapat dipahami bahwa peranan adalah bagian yang dimiliki seseorang dalam suatu kegiatan atau peristiwa di masyarakat baik
dengan menyumbangkan pikiran maupun tenaga demi suatu tujuan. 2. Pengertian Pembimbing Agama
Menurut kamus bahasa Indonesia pembiming adalah orang yang membimbing atau menuntun.
11
Bimbingan merupakan terjemahan dari kata bahasa Inggris “guidance” yang berasal dari kata kerja “to guide” yang berarti
“menunjukan” A.M. Romly berpendapat bimbingan adalah “bantuan atau pertolongan
yang diberikan kepada individu atau kelompok dalam mengatasi kesulitan- kesulitan di dalam kehidupannya agar supaya individu itu dapat mencapai
kesejahteraan hidupnya”.
12
Dewa Ketut Sukardi berpendapat bimbingan adalah sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan sacara berkesinambungan
supaya individu tersebut dapat memahami dirinya sendiri, sehingga dia sanggup
10
W.A. Gerungan, Psikologi Sosial, Jakarta: PT. Eresco, 1988, h. 135
11
Depdiknas, op. cit., h. 152
12
A. M. Romly, Penyuluhan Agama Menghadapi Tantangan Baru, Jakarta: PT Bina Rena Pariwara, Cet. Ke-1 h. 11
mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntunan dan keadaan lingkunan sekolah, keluarga, dan masyarakat.
13
Dari pendapat-pendapat di atas dapat dipahami bahwa pembimbing adalah seseorang yang memberikan bantuan atau pertolongan kepada orang lain baik
itu individu maupun kelompok yang dilakukan secara berkesinambungan agar individu tersebut dapat mengembangkan dirinya secara maksimal sesuai dengan
potensi atau kemampuannya. Sedangkan agama menurut Harun Nasution berasal dari kata “ad-din”,
religi relegere, religare dan agama. Dalam bahasa arab berarti menguasai, menundukan, patuh, balasan, dan kebiasaan. Sedangkan dari religi latin atau
relegere berarti mengumpulkan dan membaca. Kemudian religare berarti mengikat. Adapun kata agama terdiri dari dua suku kata “a” berarti “tidak” dan
“gam” berarti “pergi” artinya “tidak pergi, tetap ditempat, diwarisi turun temurun”.
14
Berdasarkan dari pengertian kata-kata tersebut, menurut Harun Nasution inti sari dari agama adalah ikatan-ikatan yang harus dipatuhi atau harus
dipegang manusia, yang merupakan kekuatan yang lebih tinggi dari kekuatan manusia sebagai kekuatan ghaib yang tidak dapat ditangkap dengan panca
indera. Namun mempunyai pengaruh yang sangat besar sekali terhadap kehidupan manusia sahari-hari.
15
13
Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksana Program Bimbingan dan Konseling, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000, Cet. Ke-1, h. 18
14
Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jakarta: Universita Indonesia Press, 1985, Cet. Ke-5, h. 9-10
15
Ibid., h.10
Quraish Shihab berpendapat bahwa agama adalah hubungan antara makhluk dan khalik. Hubungan ini mewujudkan dalam sikap batinnya serta
tampak dalam ibadah yang dilakukannya dan tercermin dalam sikap kesehariannya.
16
Glock dan Stork 1996 sebagaimana yang dikutip Djamaludin Ancok mengemukakan bahwa agama adalah sistem simbol, sistem keyakinan, sistem
nilai, dan sistem perilaku yang terlembagakan yang semuanya itu berpusat pada persoalan-persoalan yang dihadapinya sebagai yang paling dimaknai.
17
Sedangkan Hendro Puspito mendefinisikan agama sebagai suatu sistem kepercayaan dan praktek dengan nama suatu masyarakat atau kelompok
manusia berjaga-jaga menghadapi masalah terakhir di dunia ini.
18
Dari berbagai definisi yang telah dikemukakan di atas penulis mencoba memahami bahwa agama adalah sebuah sistem kepercayaan yang diyakini
sebagai kekuatan yang lebih tinggi dari kekuatan menusia dimana manusia berserah diri kepada-Nya, dan hanya kepada-Nya manusia menjalani ritual
keagamaan tersebut yang tercermin dalam perilakunya sehari-hari. Sehingga dari pengertian pembimbing dan agama di atas maka dapat
dijelaskan bahwa pembimbing agama adalah seseorang yang memberikan bimbingan berupa agama Islam kepada klien dengan bantuan secara mental
spiritual yang dilakukan secara berkesinambungan sehingga klien dapat
16
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-qur’an, Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat
, Bandung: Mizan, 1992, Cet. Ke-2, h. 210
17
Djamaludin Ancok dan Fuad Nasori Soroso, Psikologi Islam atas Problem-Problem Psikolog,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995, Cet. Ke-2, h. 76
18
Hendro Puspito, Sosiologi Agama, Yogyakarta: BPK Gunung Mulia, 1996, Cet. Ke-2, h. 35
memahami dirinya sendiri dan mampu mengatasi segala permasalahan yang dihadapinya dengan tetap berserah diri kepada Allah, sehingga dapat
membantu klien mencapai perkembangan diri secara optimal sebagai makhluk sosial.
3. Tujuan dan Fungsi Pembimbing Agama Pembimbing agama seperti yang dikemukakan di atas adalah seseporang
yang memberikan bimbingan berupa agama Islam. Adapun tujuan bimbingan agama Islam sendiri menurut Aunur Rahim Faqih bahwa dengan membagi
secara umum dan khusus yang dirumuskan sebagai berikut : a. Tujuan Umum
Membatu individu mewujudkan dirinya menjadi manusia seutuhnya agar mencapai kebahagian di dunia dan di akherat
b. Tujuan Khusus 1 Membantu individu mengatasi masalah yang sedang dihadapinya.
2 Membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang baik atau yang telah baik agar tetap lebih baik,
sehingga tidak akan menjadi sumber masalah bagi dirinya dan orang lain.
19
Sedangkan fungsi dari bimbingan agama Islam menurut Ahmad Mubarok, dapat dibagi menjadi empat tingkatan.
1. Fungsi pencegahan atau preventif, yaitu membantu individu menjaga atau mencegah timbulnya masalah bagi klien, fungsi ini ditujukan
19
Aunur Rohim Faqih, Bimbingan dan Konseling Islam, Yogyakarta UI Press, 2001, Cet. Ke-2, h. 31
kepada orang-orang yang selalu disibukan oleh duniawi dan materi atau orang yang menghadapi keruwetan hidup.
2. Fungsi kuratif atau korektif yaitu memberi bantuan kepada klien dalam memecahkan masalah yang sedang dihadapinya atau dialaminya.
3. Fungsi pemeliharaan atau preservatif, yaitu membantu klien yang sudah sembuh agar tetap sehat, tidak mengalami problem yang pernah
dihadapi. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan membentuk semacam klub yang anggotanya para klien atau eks-klien dengan menawarkan
program-program yang terjadwal misalnya ceramah keagamaan atau keilmuan, dll.
4. Fungsi pengembangan atau developmental, yaitu pembimbing atau konselor dalam fungsi ini adalah membantu klien yang sudah sembuh
agar dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya pada kegiatan yang lebih baik.
20
Sedangkan menurut M. Arifin, agar tugas sebagai pembimbing agama dapat dilaksanakan dengan baik, maka bimbingan dan penyuluhan harus
dilakukan fungsi sebagai berikut : 1. Mengusahakan agar anak bimbing dapat terhindar dari segala
gangguan dan hambatan yang mengancam kelancaran proses perkembangan
dan pertumbuhan
yaitu gangguan
berupa mentalspiritual, dan hambatan yang berupa jasmaniah fisik
20
Ahmad Mobarok, op. cit., h. 91-93
2. Membantu memecahkan kesulitan yang dialami oleh tiap anak bimbing
3. Melakukan pengarahan terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak bimbing sesuai dengan kenyataan bakat, minat, dan kemampuan yang
dimiliki sampai kepada titik optimal yang mungkin dicapai.
Fungsi khusus bimbingan dan penyuluhan adalah : 1. Fungsi menyesuaikan pribadi anak bimbing dengan kemajuan dalam
perkembangannya secara optimal. 2. Fungsi mengadaptasikan program pelajaran agar sesuai dengan bakat,
minat, kemampuan serta kebutuhan anak bimbing.
21
B. Kemandirian