1.1 Rumusan Permasalahan
Rumusan masalah dalam penelitian ini ialah: 1. Jenis BAL yang manakah yang efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri
patogen A. salmonicida penyebab penyakit pada ikan perairan tawar. 2. Apakah isolat A. salmonicida mampu membentuk biofilm pada permukaan
PVC dan sisik ikan. 3. Apakah senyawa antimikrob BAL terplih mampu mengendalkan biofilm A.
salmonicida.
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini ialah: 1.
Penapisan isolat BAL yang potensial dalam menghanbat pertumbuhan A.
salmonicida yang bersifat patogen pada ikan.
2. Mengetahui aktivitas antimikrob BAL potensial dalam menghambat
pertumbuhan A. salmonicida yang bersifat patogen pada ikan.
3. Mengetahui kemampuan bakteri patogen A. salmonicida dalam membentuk
biofilm dan kemampuan senyawa antimikrob BAL terpilih dalam pengendaliaan biofilm A. salmonicida.
1.5 Manfaat Penelitian
Melalui penelitian ini didapatkan isolat BAL perairan tawar yang memiliki
kemampuan mengendalikan A. salmonicida yang bersifat patogen pada ikan.
Penelitian ini juga bermanfaat bagi masyarakat sebagai informasi dengan memanfaatkan potensi aktivitas antimikroba bakteri asam laktat yang dapat
dikembangkan lebih lanjut untuk pemecahan masalah serangan patogen pada perikanan perairan.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penyakit Pada Ikan
Penyakit ikan adalah segala sesuatu yang dapat menimbulkan gangguan pada ikan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Penyakit ikan tidak timbul
sebagai kejadian mandiri tanpa adanya dukungan dari faktor lain tetapi merupakan hasil interaksi anatara jasad penyebab penyakit itu sendiri dan kondisi lingkungan
hidupnya. Interaksi yang tidak serasi ini menyebabkan stress pada ikan, sehingga mekanisme pertahanan diri yang dimilikinya menjadi lemah dan akhirnya mudah
diserang oleh penyakit Afrianto dan Liviawaty, 1992. Selain itu makanan yang tidak mencukupi kebutuhan nutrisi baik dalam jumlah maupun mutunya serta
kondisi lingkungan yang buruk dapat menyebabkan munculnya penyakit. Terdapat banyak faktor yang menentukan seekor ikan menjadi sakit.
Faktor utamanya adalah host organisme peliharaaninang, patogen mikroba, parasit dan lingkungan yang menyangkut fisik, kimia atau tingkah laku seperti
stres. Penyakit non parasiter yaitu penyakit yang disebabkan bukan oleh hama maupun organisme parasit. Penyakit ini dapat dikelompokkan berdasarkan faktor
penyebabnya yaitu lingkungan dalam hal ini air sebagai media hidup, parameter- parameternya yaitu suhu, pH, oksigen terlarut, senyawa beracun,
kekeruhankecerahan air, salinitas dan pakan. Penyakit-penyakit parasiter yang menyerang ikan mas dan nila umumnya disebabkan oleh virus, bakteri, jamur,
protozoa dan cacing. Penyakit dapat merugikan usaha budidaya ikan karena secara potensial dapat menurunkan produksi dan kualitas ikan Yurisman, 1994.
2.1.1. Penyebab Penyakit Ikan Golongan Bakteri
Beberapa jenis penyebab penyakit ikan golongan bakteri yang sering menimbulkan kerugian dalam usaha budidaya ikan antara lain meliputi
Aeromonas hydrophila, Aeromonas salmonicida, Mycobacterium, Nocardia,
Edwardsiella tarda, Edwardsiella ictaluri, Streptococcus, Pasteurella, Yersinia ruckeri, dan Streptomyces.
Bakteri Aeromonas hydrophila merupakan penyebab penyakit
haemorrhagic septicaemia yang juga disebut sebagai MAS Motile Aeromonad Septicaemia, ditandai dengan adanya luka di permukaan tubuh, lokal hemorrhagi
terutama pada insang, borok, abses, exopthalmia dan perut kembung Austin dan Austin, 1993.
Kemampuan menimbulkan penyakit dari bakteri Aeromonas hydrophila cukup tinggi. Gejala yang menyertai serangan bakteri ini antara lain ulser yang
berbentuk bulattidak teratur dan berwarna merah keabu-abuan, inflamasi dan erosi di dalam rongga dan di sekitar mulut seperti penyakit mulut merah red
mouth disease. Tanda lain adalah haemorhagi pada sirip dan eksopthalmia pop eye yaitu mata membengkak dan menonjol Nitimulyo et al., 1993. Selain itu
ciri-ciri lainnya adalah pendarahan pada tubuh, sisik terkuak, borok, nekrosis, busung, dan juga ikan lemas sering di permukaan atau dasar kolam Angka,
1990. Bakteri A. salmonicida juga dimasukkankan ke dalam kelompok bakteri
gram negatif dengan ciri-ciri berbentuk batang, non motil, serta terdapat diperairan air tawar, payau, dan laut, penyebab utama penyakit pada ikan
salmonid dengan penyakit yang dikenal dengan nama furunkulosis. Tanda-tanda klinis serangan A. salmonicida antara lain adanya hemorrhage pada otot tubuh
dan bagian tubuh lainnya, jaringan subkutan seperti melepuh dan berkembang menjadi borok yang dalam ulcerative dermatitis. Pada beberapa kasus
septicemia terjadi pembengkakan limpa, ginjal, dan ascites, necrosis pada jaringan, serta akumulasi sel bakteri dan sel inflamatori sel fagositosis akibat
eksotoksin leukositolitik Angka, 2005. Bakteri Mycobacterium merupakan penyebab penyakit Tuberkulosis ikan.
Bakteri ini telah diketahui menyerang 157 spesies ikan, 11 spesies amphibia, dan 27 spesies reptilia. Semua jenis salmon sangat mudah diserang. Mycobacterium
fortuitum, M. marinum, M. chelonei ternyata memungkinkan menyerang tangan dan paru-paru manusia yang bekerja menangani ikan yang sakit Tuberkulosis.
Bakteri ini tersebar di seluruh dunia. Sumber infeksi utama Mycobacterium adalah ikan sakit, tetapi dimungkinkan juga dari sumber bukan ikan air dan alat-alat
karena bakteri ini diduga bersifat oportunistik. Cara penularan dan penyebaran diduga melalui beberapa cara yang memungkinkan yaitu melalui pakan dan air
serta transovarian. Ikan yang terserang Tuberkulosis akan mengalami kerusakan organ dalam, kurus dan kemudian mati. Apabila terjadi luka akan kehilangan
protein plasma dan ikan sangat mudah terserang Infeksi sekunder. Penyakit Edwardsiellosis disebabkan oleh bakteri dari genus Edwardsiella
yaitu Edwardsiella tarda dan Edwardsiella ictaluri. Bakteri ini menyerang spesies spesies ikan di daerah tropis. Bakteri E. tarda dan E.ictaluri bisa bertahan hidup
di air. Beberapa inang alamiah bisa bertahan sebagai carrier. Penularan secara horizontal yaitu kontak antara inang satu dengan inang lainnya atau melalui air.
Gejala eksternal ikan yang terserang Edwardsiellosis pada infeksi ringan, hanya menampakkan luka-luka kecil. Ukuran luka sebesar 3 – 5 mm. Luka tersebut
berada disamping bagian belakang badan posterio-lateral. Sebagai
perkembangan penyakit lebih lanjut, luka bernanah berkembang dalam otot rusuk dan lambung. Pada kasus akut akan terlihat luka bernanah secara cepat bertambah
dengan berbagai ukuran. Perkembangan lebih lanjut, luka-luka rongga-rongga berisi gas. Terlihat bentuk cembung, menyebar ke seluruh tubuh. Ikan tampak
kehilangan warna, dan luka-luka kemudian merata di seluruh tubuh. Jika luka digores, bau busuk H
2
S tersebar. Bekas jaringan mati bisa berisi 3 rongga.
2.1.2. Penyebab Penyakit Ikan Golongan Jamur
Salah satu kelompok jamur yang sering menyerang ikan air tawar adalah Saprolegnia sp. yang merupakan penyebab penyakit saproligniasis. Penyakit ini
dikenal dengan nama fish mold yang dapat menyerang ikan dan telur ikan. Saprolegnia sp termasuk ke dalam Subdivisi Zygomycotina Zygomycetes, Kelas
Oomycetes, Ordo Saprolegniales dan kelompok fungi non septat. Jamur ini bereproduksi secara seksual spora~oospora dan juga aseksual antheridia dan
oogonia yang mengalami kematangan. Jamur ini menyerang sebagian besar ikan air tawar, umumnya ikan mas, tawes, gabus, gurami, nila, dan lele. Selain itu, juga
menyerang ikan kakap yang dipelihara di salinitas rendah. Jenis lain penyakit jamur yang termasuk berbahaya untuk ikan antara lain adalah Aspergillus flavus
flavus, Aphanomyces, Branchiomyces, dan Ichthyophonus. A. flavus merupakan jamur yang mampu memproduksi aflatoksin
Handajani Purwoko, 2008 dan merupakan jamur patogen potensial yang dapat mengakibatkan aspergillosis Malau, 2012. Aflatoksin merupakan suatu
metabolit sekunder yang terbentuk setelah fase logaritmik pertumbuhan kapang A. flavus Mehan et al., 1991, yang terdiri dari empat komponen induk yaitu,
aflatoksin B1 AFB1, aflatoksin B2 AFB2, aflatoksin G1 AFG1 dan aflatoksin G2 AFG2. Di antara keempat jenis aflatoksin ini, diketahui aflatoksin
B1 AFB1 dan aflatoksin B2 AFB2 termasuk yang berbahaya, sehingga pengembangan penelitian banyak difokuskan pada aflatoksin jenis ini Coallier
Idzack, 1985. Serangan cendawan A.flavus mengakibatkan berbagai kerusakan meliputi kerusakan fisik, kimia, bau, warna, tekstur, dan nilai nutrisi, serta
berakibat pada kesehatan manusia dan hewan Talanca Mas’ud, 2009. A. flavus merupakan kapang saprofit. Koloni yang sudah menghasilkan
spora akan berwarna cokelat kehijauan hingga kehitaman. Miselium yang semula berwarna putih tidak tampak lagi ketika spora mulai muncul. Koloni A. flavus
dapat mencapai diameter 3-5 cm dalam waktu tujuh hari, dan berwarna hijau kekuningan karena lebatnya konidiofor yang terbentuk. Kepala konidia khas
berbentuk bulat, kemudian merekah menjadi beberapa kolom, dan berwarna hijau kekuningan hingga hijau tua kekuningan. Konidiofor berwarna hialin, kasar dan
dapat mencapai panjang 1,0 mm ada yang sampai 2,5 mm. Vesikula berbentuk bulat hingga semibulat, dan berdiameter 25-45 µm. Fialid terbentuk langsung
pada vesikula atau pada metula, dan berukuran 6-10 x 4,0-5,5 µm. Metula berukuran 6,5-10 x 3-5 µm. Konidia berbentuk bulat hingga semibulat,
berdiameter 3,6 µm, hijau pucat dan berduri Gandjar et al., 1999. Secara makroskopis jamur yang tumbuh terlihat warna koloni hijau kekuningan yang
merupakan indikator adanya jamur A. flavus. Secara mikroskopis pada A. flavus tampak vesikel agak lonjong dengan dinding konidia lebih halus dan tidak
bergerigi Safika, 2008.
Kondisi optimum jamur ini untuk menghasilkan aflatoksin adalah pada suhu 25-35
C, kelembaban relatif 85 dan kadar air 16 , serta pH 6. Kontaminasi aflatoksin pada bahan pangan terjadi bila strain aflatoxigenic
berhasil tumbuh dan membentuk koloni serta selanjutnya memproduksi aflatoksin. Jamur A. flavus akan menghasilkan 50 strain aflatoxigenic Cotty
Melon, 2004. Jamur Apanomyces dilaporkan menyerang lobster air tawar, crayfish, sea
mullet, yellow fin bream, dan sand whiting. Jamur ini menyerang organ persendian dan pergerakan. Ikan yang terserang mengalami paralisis, terlihat diam
terlentang di dasar akuarium atau kolam sampai mati. Tidak ada respon terhadap rangsangan eksternal yang diberikan. Jaringan yang terinfeksi umumnya daerah
persendiaan berwarna kekuningan atau cokelat dan mengalami nekrosis. Aphanomyces merupakan parasit obligat, menginfeksi daerah lunak persendian
dan ruas abdomen. Jamur ini membentuk hifa disepanjang syaraf ventral dan ganglion otak. Keadaan ini menimbulkan gangguan serta kerusakan organ
lokomotor dan juga sistim kekebalan dari ikan yang terinfeksi. Branchiomycosis adalah penyakit ikan yang disebabkan jamur
Branchiomyces sanguinis. Inang definitif dari jamur ini dilaporkan meliputi Cyprinus carpio, Tinca tinca, Carrasius auratus, Esox lucius, Gasterosteus
aculeatus, dan Salmonid. Tandatanda klinis serangan Branchiomycosis meliputi adanya nekrosis pada insang yang berwarna keputihan. Ikan mengalami kesulitan
bernafas atau asphyxia, megap-megap di permukaan air. Insang memperlihatkan tanda-tanda hemorhagik. Ikan terlihat berkumpul di daerah pemasukan air dan
tidak mau makan. Kejadian infeksi dipengaruhi oleh suhu perairan. Infeksi hanya terjadi pada musim panas, terutama pada bulan Juli – Agustus di daerah yang
bermusim empat. Morbiditas penyakit ini dapat mencapai 50 , sedang pada infeksi yang bersifat akut dapat menimbulkan kematian sebanyak 30 – 50 dari
populasi ikan yang terinfeksi dalam waktu 2 – 4 hari, terutama diakibatkan karena terjadinya anorexia. Branchiomycosis akut dapat dikenali dengan terjadinya nodul
putih pada insang sebagai suatu luka patogenomonik. Infeksi dari jamur ini dapat terjadi secara langsung dari spora yang menempel pada insang atau dengan cara
tertelan Anderson, 1995. Sand paper disease adalah penyakit yang disebabkan jamur Ichthyophonus hofferi. Inang definitif cendawan ini dilaporkan meliputi
Clupea harengus harengus, Salmo gairdneri, Salvelinus fontinalis.
2.2. Bakteri Asam Laktat BAL
BAL ditemukan pertama kali oleh Pasteur, seorang profesor kimia di University of Lille pada tahun 1878. Pada tahun 1889, Tissier, peneliti Prancis menemukan
bakteri yang mendominasi saluran usus bayi yang minum air susu ibu yaitu Bifidobacterium. BAL berbentuk bulat maupun batang, Gram positif dan dengan
sedikit perkecualian tidak motil, katalase negatif, tidak mempunyai sitokrom, aerotoleran, anaerobik hingga mikroaerofolik, serta membutuhkan nutrisi yang
kompleks seperti asam amino, vitamin B1, B6, B12 dan biotin, purin dan pirimidin Surono, 2004. Walaupun BAL dapat hidup dengan dan tanpa oksigen,
sumber energi terbesarnya untuk tumbuh adalah fermentasi gula. Bakteri ini mempunyai kapasitas respirasi yang sangat terbatas dan tidak dapat memperoleh
ATP dari proses respirasi Salminen Wright, 2004. BAL dibagi menjadi tiga grup berdasarkan pola fermentasinya, yaitu :
a. Grup I : BAL homofermentatif obligatif, yang mengubah heksosa menjadi asam laktat melalui jalur Embden-Meyerhof, namun tidak bias memfermentasikan
pentosa ataupun glukonat. BAL grup ini termasuk dalam termobakterium, yang kekurangan glukosa-6 fosfat dehidrogenase dan 6-fosfoglukonat. Sebagian besar
BAL grup ini tumbuh pada suhu 45 C namun tidak tumbuh pada suhu 15
C Hopzapfel, 1998.
b. Grup II : BAL heterofermentatif fakultatif, yang memfermentasikan heksosa secara homofermentatif namun sebagian galur pada beberapa kondisi mempunyai
metabolisme heterofermentatif dari heksosa menjadi asam laktat, karbondioksida dan ethanol atau asam asetat. Pentosa difermentasi melalui fosfoketolase menjadi
asam laktat, karbondioksida dan ethanol atau asam asetat. Produksi asam asetat terjadi jika NAD+ dapat diregenerasi tanpa pembentukan ethanol, misalnya
melalui reduksi fruktosa atau molekul oksigen. BAL grup ini termasuk dalam
streptobakterium, yang mempunyai dua enzim dehidrogenase tetapi menggunakan jalur Embden-Meyerhof untuk fermentasi glukosa Hopzapfel, 1998.
c. Grup III : BAL heterofermentatif obligatif, yang memfermantasikan heksosa menjadi asam laktat, karbondioksida dan etanol atau asam asetat, jika terdapat
akseptor elektron alternatif. Pentosa diubah menjadi asam laktat dan asam asetat. BAL grup ini termasuk dalam betabakterium, yang kekurangan fruktosa 1.6
difosfat aldolase Hopzapfel, 1998. BAL sering ditemukan secara alamiah dalam bahan pangan. Bakteri ini hidup pada susu, daging segar, dan sayur-sayuran. Pada
proses fermentasi daging spontan, BAL yang berasal dari bahan mentah atau lingkungan menyebabkan terbentuknya asam laktat dari penggunaan karbohidrat,
maupun rendahnya nilai pH 5.9 sampai 4.6 Surono, 2004.
2.2.1. Probiotik
Probiotik yaitu suplementasi sel mikroba atau komponen sel mikroba pada pakan yang menguntungkan inang Irianto, 2003. Beberapa jenis bakteri-bakteri
probitiok yang telah banyak diaplikasikan pada budi daya air tawar, air payau dan air laut diantaranya: Bacillus sp. Boonthai et al., 2011; Bacillus subtilis El-
Dakar et al., 2007; Keysami et al., 2012; Keysami et al., 2007; Kumar et al., 2008; Merrifield et al., 2010; Mohapatra et al., 2012; Bacillus licheniformis
Merrifield et al., 2010; Enterococcus faecium Gopalakannan and Arul, 2011; Merrifield et al., 2010; B. coagulans- Rhodopseudomonas palustris-
Lactobacillus acidophilus Wang, 2011; Lactococcus lactis dan Saccharomyces cerevisae.
Pada budi daya ikan, probiotik diberikan sebagai campuran makanan dan ada yang ditaburkan pada kolam pemeliharaan. Untuk probiotik yang dicampur
pakan, bisa dicampurkan dengan pakan buatan pabrik pelet maupun pakan alami seperti dedaunan. Penebaran probiotik pada kolam akan membantu tumbuhnya
plankton-plankton dan mikroorganisme lainnya dalam air kolam sebagai makanan alami ikan. Probiotik jenis ini akan menggemburkan dasar kolam sekaligus
memelihara kualitas air seperti Nature atau Super Plankton. Probiotik ini cukup
diguyurkan ke air kolam pada pagi hari setiap dua minggu sekali supaya air selalu sehat, tidak blooming dan penuh dengan plankton sebagai pakan alami.
Aplikasi probiotik tidak hanya berfungsi sebagai agen biokontrol untuk mengurangi serangan penyakit atau bioremediasi untuk memperbaiki kualitas
lingkungan, melainkan dapat pula meningkatkan nilai nutrisi pakan dan laju penyerapan nutrien sehingga memungkinkan udang mencapai pertumbuhan yang
maksimum. Aplikasi bakteri probiotik dalam perbaikan nutrisi pakan dapat dilakukan baik melalui pengkayaan pakan alami maupun pakan buatan
Widanarni et al., 2008a Mikroflora saluran pencernaan ikan gurame yang terpilih sebagai kandidat
probiotik adalah mikrob yang menguntungkan serta dapat menjaga keseimbangan mikroflora dalam saluran pencernaan ikan. Mikroflora menguntungkan yang
ditemukan pada saluran pencernaan ikan gurame adalah Moraxella sp., Bacillus sp., Carnobacterium sp., Lactobacillus sp,. dan Streptococcus sp., yang dapat
berperan sebagai nutrien tambahan bagi ikan dan suplemen dalam kultur pakan alami, yaitu bermanfaat melalui metabolit seperti vitamin B12 dan enzim yang
disekresikannya ke dalam medium kultur, selain itu dapat juga meningkatkan kecernaan nutrien pakan melalui enzim pencernaan eksogen yang
disekresikannya.
2.2.2. Manfaat Probiotik
Probiotik merupakan makanan tambahan berupa sel-sel mikroba hidup, yang memiliki pengaruh menguntungkan bagi hewan inang yang mengkonsumsinya
melalui penyeimbangan flora mikroba intestinalnya Fuller, 1987. Selanjutnya Verschuere et al., 2000 menyatakan bahwa probiotik sebagai penambah mikroba
hidup yang memiliki pengaruh menguntungkan bagi komunitas mikroba lingkungan hidupnya. Pendapat lain oleh Salminen et al., 1999 bahwa probiotik
merupakan segala bentuk preparasi sel mikroba atau komponen sel mikroba yang memiliki pengaruh menguntungkan bagi kesehatan dan kehidupan inang.
Irianto 2003 menyatakan bahwa probiotik dapat mengatur lingkungan mikrobia pada usus, menghalangi mikroorganisme patogen dalam usus dengan
melepas enzim-enzim yang membantu proses pencernaan makanan sehingga dapat meningkatkan laju pertumbuhan. Dalam proses peningkatan aktivitas
pencernaan, probiotik memiliki mekanisme dalam menghasilkan beberapa enzim exogenous untuk pencernaan pakan seperti amilase, protease, lipase, dan selulase
Bairage et al., 2002; Aslamyah, 2006; Taoka et al., 2007; Wang, 2007 Wang et al., 2008. Hasil penelitian Widanarni et al., 2009 menunjukkan bahwa
bakteri SKT-b mampu menghasilkan enzim protease dan amilase. Enzim exogenous tersebut akan membantu enzim endogenous pada inang untuk
menghidrolisis nutrien pakan.
2.3. Biofilm