Kurva Pertumbuhan BAL Potensial

dihasilkan oleh bakteri tersebut tidak terekskresi dan terakumulasi dalam media tumbuh. Dari hal ini dapat diketahui bahwa setiap isolat bakteri asam laktat yang diperoleh menghasilkan metabolit dan kemampuan menghambat yang berbeda- beda pada beberapa mikroba patogen. Verschuere et al., 2000 mengemukakan bahwa mekanisme bakteri antagonis yang dapat digunakan sebagai biokontrol adalah menghasilkan senyawa penghambat pertumbuhan patogen, terjadi kompetisi pemanfaatan senyawa tertentu atau kompetisi pemanfaatan energi dan kompetisi tempat menempel. Aktivitas antibakteri terbentuk setelah memasuki fase stasioner mengikuti mekanisme quorum sensing yang merupakan sistem komunikasi antar sel dalam merespon perubahan lingkungan. Pembentukan senyawa metabolit ini merupakan suatu bentuk respon bakteri untuk pertahanan melawan mikroba lain Abee et al., 2011; Whitehead et al., 2001; Tinaz, 2003. Selain itu juga faktor yang mempengaruhi pembentukan metabolit yaitu nutrien dan laju pertumbuhan bakteri.

4.3. Kurva Pertumbuhan BAL Potensial

Pertumbuhan biakan isolat potensial UM1 dan UM4 diamati dengan mengukur densitas optik OD pada rentang waktu 3 jam selama 30 jam. Pertumbuhan isolat UM1 dan UM4 ditandai dengan meningkatnya nilai densitas medium selama rentang waktu inkubasi. Penentuan kurva pertumbuhan BAL bertujuan untuk mengetahui fase stasioner pada isolat UM1 dan UM4 karena senyawa antimikrob dihasilkan pada fase tersebut Drider, 2006. Kurva pertumbuhan Gambar 4.3 menunjukkan bahwa isolat UM1 dan UM4 memiliki fase adaptasi pada waktu pertumbuhan dari 0 hingga 6 jam pertama. Fase adaptasi yang cukup lama disebabkan karena bakteri tersebut tumbuh sebelumnya pada media yang berbeda. Media tumbuh isolat sebelumnya adalah media MRSA selanjutnya dilakukan penyegaran pada media NB. Menurut Ghali et al., 2003, jika media dan lingkungan pertumbuhan sama seperti media dan lingkungan sebelumnya maka mungkin tidak diperlukan waktu adaptasi. Kurva pertumbuhan isolat UM1 dan UM4 dapat dilihat pada Gambar 4.3 berikut: Gambar 4.3. Kurva pertumbuhan isolat UM1 dan UM4 pada media NB Bakteri mengalami pertumbuhan yang lambat dan memasuki fase stasioner isolat BAL pada jam ke-21. Isolat BAL mengalami fase pertumbuhan yang relatif tetap hingga jam ke-30 dikarenakan jumlah sel yang tumbuh sama dengan jumlah sel yang mati. Produksi atau pemanenan senyawa antimikrob isolat UM1 dalam pengendalian biofilm Aeromonas salmonicida dilakukan pada fase akhir logaritimik atau fase awal stasioner berdasarkan kurva pertumbuhan yaitu jam ke- 21. Pemanenan pada fase ini dilakukan dengan harapan bakteri mulai memproduksi senyawa metabolit antmikrob BAL. Pada saat fase ini terjadi kondisi biakan rutin, akumulasi produk limbah, kekurangan nutrien, perubahan pH, dan faktor lain yang mendesak senyawa antimikrob BAL keluar sehingga pada fase inilah diduga senyawa antimikrob telah dihasilkan oleh BAL misalnya seperti produk-produk yang mungkin dapat menghambat pertumbuhan patogen penyebab penyakit pada ikan seperti asam laktat, asam piruvat, bakteriosin dan lain sebagainya. Hasil yang berbeda ditemukan pada penelitian Mayasari et al., 2013 yaitu bakteri asam laktat Lactobacillus plantarum yang diinkubasi pada media NB pada suhu 37 C mencapai fase akhir logaritmik atau fase awal stasioner pada jam ke- 15. Hal ini menunjukkan kecepatan pertumbuhan sel BAL dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan juga dipengaruhi oleh jenis mikroorganisme. 4.4. Uji Aktivitas Senyawa Antimikroba Isolat BAL Potensial UM1 dan UM4 Terhadap Mikroba Patogen Aeromonas salmonicida Dari hasil pengukuran besar zona hambat yang diperoleh dari masing- masing isolat BAL terhadap mikroba patogen uji, dua isolat yaitu UM1 dan UM4 yang memiliki zona hambat paling besar digunakan untuk produksi senyawa antibakterinya dan dilihat efetivitasnya dalam menghambat bakteri patogen uji Aeromonas salmonicida. Hasil pengamatan pada uji ativitas senyawa antimikrob UM1 dan UM4 memiliki potensi antimikrob yang berbeda pada hari pertama dan hari kedua, dapat ditunjukkan oleh Tabel 4.3. Tabel 4.3. Hasil uji aktivitas senyawa antimikrob BAL terhadap bakteri uji Aeromonas salmonicida BAL Diameter Zona Hambat terhadap Patogen Aeromonas salmonicida mm Kloramfenikol kontrol Senyawa antimikrob BAL Hari 1 Hari 2 Hari 1 Hari 2 UM1 15,58 15,88 8,60 8,85 UM4 16,12 16,23 8,53 8,55 Dari tabel diatas diperoleh hasil bahwa masing-masing isolat memiliki kemampuan menghambat yang bervariasi. Secara umum, besar zona hambat yang ditunjukkan dari hari pertama sampai hari kedua terjadi peningkatan. Hal ini disebabkan karena pada hari ke dua metabolit sekunder dari BAL tersebut dihasilkan lebih banyak sehingga penghambatannya lebih terlihat jelas pada hari kedua dibandingkan dengan hari pertama. Senyawa atau metabolit antibakteri BAL lebih efektif daripada isolat BAL dilihat dari besar zona penghambatan yang dihasilkan pada senyawa antibakteri BAL. Efektivitas senyawa antibakteri BAL dalam menghambat bakteri patogen dipengaruhi oleh kepadatan dan strain BAL serta komposisi media. Selain itu, produk substansi penghambat dari BAL b dipengaruhi oleh media pertumbuhan, pH dan suhu lingkungan. Menurut Salminem et al., 2004, BAL mampu menghasilkan zat atau senyawa antimikroba yang dapat menghambat pertumbuhan dan aktivitas mikroba. Selain itu juga dapat memproduksi senyawa asam organik yang berfungsi sebagai asidulan atau pengawet. Gambar 4.5. Hasil Uji Antagonis Senyawa antimikrob selama 48 jam a Senyawa antimikrob UM1 b Senyawa antimikrob UM4 terhadap Aeromonas salmonicida Dalam penelitian ini tidak diidentifikasi jenis antimikroba apa yang dihasilkan, tetapi beberapa penelitian telah membuktikan bahwa bakteri asam laktat menghasilkan beberapa senyawa yang menghambat pertumbuhan mikroba. Isolat BAL menghasilkan senyawa antimikroba diantaranya adalah asam laktat, asam-asam organik, hidrogen peroksida, dan selain itu juga menghasilkan bakteriosin yang merupakan senyawa komplek protein spesifik yang bersifat bakterisidal Permanasari, 2004. Bakteriosin yang dihasilkan oleh BAL diketahui mampu menghambat pertumbuhan bakteri patogen. Bakteriosin merupakan senyawa yang banyak dihasilkan oleh bakteri asam laktat Lubas et al., 2012. Penelitian Isnansetyo et al., 2002, menemukan Pseudomonas sp. AMSN mampu menghambat pertumbuhan V. alginolyticus karena menghasilkan senyawa 2,4 diacetylploroglucinol. Penelitian Saputri 2012, Pediococcus pentosaceus mampu menghasilkan agen antimikroba bakteriosin yaitu Pediosicin yang menghambat beberapa spesies patogen seperti Listeria monocytogenesis yang dapat UM4 UM1 a Kloramfenik ol Kloramfenik ol UM1 b menyebabkan Listeriosis. LA-5 juga memproduksi CH5 bakteriosin yang ditandai tidak hanya sebagai antibakteri jangkauan luas, tetapi juga mempunyai aksi penghambatan terhadap ragi tertentu Salminen, 2004.

4.5. Pembentukan biofilm