7 Periode pengamatan juga menjadi perbedaan penelitian ini dengan Pambudi
2012. Pambudi hanya mengamati satu tahun periode pengamatan yaitu 2011 sedangkan peneliti mengamati empat tahun periode yaitu 2010-2013.
Penelitian ini menggunakan data sekunder dengan populasi perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Peneliti memilih
perusahaan perbankan karena sektor perbankan sering disorot oleh pemerintah dengan program restrukturisasi perbankan dalam rangka
memperbaiki perekonomian nasional akibat dampak krisis ekonomi yang terus berkelanjutan. Industri perbankan diharapkan mampu menggerakkan
roda perekonomian nasional sehingga bangsa Indonesia pada akhirnya dapat terbebas dari krisis ekonomi. Faktor inilah yang akhirnya menarik perhatian
para pelaku pasar modal untuk mengamati gejala-gejala yang terjadi di dunia perbankan. Data yang digunakan peneliti berasal dari laporan tahunan dan
laporan keuangan perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI. Berdasarkan latar belakang diatas, maka penelitian ini berjudul
PENGARUH KARAKTERISTIK AUDITOR, TIPE KEPEMILIKAN PERUSAHAAN, KOMPLEKSITAS, DAN UKURAN PERUSAHAAN
TERHADAP PENETAPAN FEE AUDIT PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BEI.
1.2 Rumusan Masalah
Penelitian ini bermaksud untuk menguji pengaruh antara karakteristik auditor, tipe kepemilikan perusahaan, kompleksitas, dan ukuran perusahaan terhadap
fee audit. Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
8 1. Apakah pengaruh karakteristik auditor, tipe kepemilikan perusahaan,
kompleksitas, dan ukuran perusahaan terhadap fee audit baik secara parsial maupun secara simultan?
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan masalah yang telah dirumuskan di atas, penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris :
1. Pengaruh karakteristik auditor, tipe kepemilikan perusahaan, kompleksitas, dan ukuran perusahaan terhadap fee audit baik secara parsial maupun
secara simultan.
1.4 Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan diatas, maka manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan untuk menambah pengetahuan dan pemahaman
peneliti mengenai pengaruh karakteristik auditor, tipe kepemilikan perusahaan, kompleksitas dan ukuran perusahaan terhadap penetapan fee
audit. 2. Bagi Perusahaan
Penelitian ini juga diharapkan mampu untuk memberikan tambahan informasi bagi perusahaan mengenai faktor yang mendukung dalam
penentuan seberapa besar fee audit yang diberikan, sehingga manajemen tidak merugikan auditor dan dapat membayar fee secara rasional.
9 3. Bagi Kalangan Akademisi
Penelitian ini dapat memberikan referensi tambahan dan sumbangan konseptual sebagai bahan pembelajaran dan menambah wawasan
pengetahuan di bidang akuntansi dan pengauditan. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Menjadi bahan referensi tambahan untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh karakteristik auditor, tipe kepemilikan perusahaan,
kompleksitas, dan ukuran perusahaan terhadap fee audit. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu dasar bagi penelitian selanjutnya.
10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1 Karakteristik Auditor
2.1.1.1 Kantor Akuntan Publik KAP
Menurut Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik per 1 Januari 2001,
Kantor Akuntan Publik KAP adalah suatu bentuk organisasi akuntan publik yang memperoleh izin sesuai dengan peraturan
perundang-undangan, yang berusaha di bidang pemberian jasa profesional dalam praktek akuntan publik. Seluruh perusahaan yang telah
Go Public dan terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia diharuskan untuk memenuhi kewajiban untuk menyampaikan laporan keuangan yang telah
diaudit oleh Kantor Akuntan Publik KAP sebelum dipublikasikan kepada publik sesuai dengan keputusan ketua BAPEPAM No Kep.
17PM2002.
Ada empat KAP terbesar yang merupakan kantor Akuntan Publik Internasional yang biasanya disebut dengan “the Big Four”. Masing–
masing KAP tersebut memiliki kantor di kota–kota besar di Amerika Serikat dan di negara–negara lain yang biasa disebut partners termasuk
di Indonesia.
11 Yang termasuk dalam the Big Four Tuanakotta: 2011 adalah:
1. KAP Haryanto Sahari Rekan yang berafiliasi dengan Pricewaterhouse Coopers PwC.
2. KAP Osman Bing Satrio Rekan yang berafiliasi dengan Deloitte Touche Tohmatsu DTT.
3. KAP Purwantono, Sarwoko Sandjaja yang berafiliasi dengan Ernst and Young Global EY.
4. KAP Siddharta Widjaja yang berafiliasi dengan Klynveld Peat Marwick Goerdeler KPMG.
Menurut Mulyadi: 2002 bidang jasa yang dihasilkan oleh Profesi Akuntan Publik adalah:
1. Jasa Assurance adalah jasa professional independen yang meningkatkan mutu informasi bagi pengambil keputusan. Pengambil
keputusan memerlukan informasi yang andal dan relevan sebagai basis untuk pengambilan keputusan.
2. Jasa Atestasi, adalah suatu pernyataan pendapat atau pertimbangan orang yang independen dan kompeten tentang apakah asersi suatu
entitas sesuai, dalam semua hal yang material, dengan kriteria yang telah ditetapkan termasuk didalamnya adalah audit umum atas laporan
keuangan, pemeriksaan atas laporan keuangan prospektif, pemeriksaan atas pelaporan informasi keuangan performa, review atas
laporan keuangan, dan jasa audit serta atestasi lainnya.
3. Jasa Nonassurance, adalah jasa yang dihasilkan oleh akuntan publik yang di dalamnya ia tidak memberikan suatu pendapat, keyakinan
negatif, ringkasan temuan, atau bentuk lain keyakinan. Jenis jasa nonassurance yang dihasilkan oleh akuntan publik adalah jasa
kompilasi, jasa perpajakan, dan jasa konsultasi.
Dalam hal pemberian jasa audit atas laporan keuangan, KAP hanya
dapat memberikan pelayanan paling lama 6 enam tahun buku berturut- turut. Badan usaha KAP dapat berbentuk:
1. Perseorangan: hanya dapat didirikan dan dijalankan oleh seorang akuntan publik yang juga bertindak sebagai pimpinan.
2. Persekutuan perdata atau firma: hanya dapat didirikan oleh paling sedikit 2 orang akuntan danatau 75 dari semua sekutu adalah
12 akuntan publik. Masing-masing sekutu disebut rekan partner dan
salah seorang sekutu bersifat sebagai Pemimpin Rekan. 3. Bentuk usaha lain yang sesuai dengan karakteristik profesi akuntan
publik, seperti yang diatur oleh Undang-Undang. Pada umumnya perusahaan memilih menggunakan jasa auditor
independen dari Kantor Akuntan Publik KAP untuk meningkatkan kredibilitas dari laporan keuangan tersebut. Perusahaan yang tidak
menggunakan jasa auditor independen kemungkinan besar akan memiliki laporan keuangan dengan tingkat kredibilitas yang sangat kecil. Dalam
memilih mempekerjakan auditor untuk memberikan jasa audit, perusahaan memiliki pandangan, jika diaudit oleh kantor akuntan publik yang besar
dan memiliki hubungan kerja sama dengan kantor akuntan publik asing, maka akan menghasilkan penilaian yang lebih baik dimata stakeholders
dibandingkan bila diaudit oleh kantor akuntan publik kecil.
2.1.2 Tipe Kepemilikan Perusahaan
2.1.2.1 Badan Usaha Milik Negara BUMN
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ghosh 2010 yang mengambil objek penelitian perusahaan manufaktur di India, meneliti
tentang hubungan antara tipe kepemilikan, manajemen laba, dan fee audit. Hasilnya, fee audit yang dibayarkan perusahaan asing lebih tinggi
dibandingkan dengan fee audit yang dibayarkan oleh BUMN. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa auditor internasional kemungkinan
lebih dipilih baik oleh perusahaan asing maupun BUMN. Dalam
13 penelitian ini, tipe kepemilikan perusahaan dibagi menjadi dua yaitu
BUMN dan perusahaan swasta. Kepemilikan perusahaan di Indonesia diatur dalam Undang-
Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara. Dalam pasal 1 Undang-Undang tentang BUMN berisi mengenai hal
sebagai berikut : 1. Badan Usaha Milik Negara, yang selanjutnya disebut BUMN, adalah
badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan
negara yang dipisahkan. 2. Perusahaan Perseroan, yang selanjutnya disebut Persero, adalah
BUMN yang berbentuk perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau paling sedikit 51 lima puluh satu
persen sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia yang tujuan utamanya mengejar keuntungan.
3. Perusahaan Perseroan Terbuka, yang selanjutnya disebut Persero Terbuka, adalah Persero yang modal dan jumlah pemegang sahamnya
memenuhi kriteria tertentu atau Persero yang melakukan penawaran umum sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang pasar
modal. 4. Perusahaan Umum, yang selanjutnya disebut Perum, adalah BUMN
yang seluruh modalnya dimiliki negara dan tidak terbagi atas saham, yang bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan barang
14 danatau jasa yang bermutu tinggi dan sekaligus mengejar keuntungan
berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan. Maksud dan tujuan dari pendirian Badan Usaha Milik Negara
menurut UU No. 19 Tahun 2003 adalah sebagai berikut : 1. Memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional
pada umumnya dan penerimaan negara pada khususnya; 2. Mengejar keuntungan;
3. Menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang danatau jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat
hidup orang banyak; 4. Menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat
dilaksanakan oleh sektor swasta dan koperasi; 5. Turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha
golongan ekonomi lemah, koperasi, dan masyarakat.
2.1.2.2 Perusahaan Swasta
Perusahaan Swasta, yaitu perusahaan yang seluruh modalnya dimiliki oleh swasta dan tidak ada campur tangan Pemerintah. Modal
diperoleh dari warga negara Indonesia dan perusahaan didirikan di Indonesia.
Perusahaan Swasta biasanya berbentuk perusahaan perseorangan, firma, persekutuan komanditer, atau perseroan terbatas.
Perusahaan Swasta yang berbentuk perseroan terbatas diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
Perusahaan swasta ini ada tiga macam, yaitu:
15 1. Perusahaan swasta nasional, yaitu perusahaan swasta milik warga
Negara Indonesia ; 2. Perusahaan swasta-asing, yaitu perusahaan swasta milik warga Negara
asing ; 3. Perusahaan swasta campuran joint-venture, yaitu perusahaan swasta
milik warga negara Indonesia dan warga negara asing.
2.1.3 Kompleksitas
Kompleksitas terkait dengan kerumitan transaksi yang ada di perusahaan. Kompleksitas operasi klien merupakan salah satu variabel
yang penting dalam menentukan besarnya fee audit. Menurut Mulyadi 2002: 90, klien yang kegiatannya menghasilkan transaksi yang sangat
rumit merupakan klien yang mengandung risiko besar bagi auditor bila dibandingkan dengan klien yang kegiatannya bersifat konvensional.
Kompleksitas operasi perusahaan dapat menyebabkan biaya audit yang lebih tinggi karena pekerjaan audit yang dibutuhkan lebih banyak
sehingga waktu yang diperlukan akan semakin banyak dan secara otomatis biaya yang lebih tinggi per jam akan dibebankan kepada klien
Cameran, 2005; Firth, 1985. Variabel kompleksitas dalam penelitian ini sebagian besar adalah
perusahaan menengah besar yang hampir memiliki masalah kerumitan transaksi. Oleh sebab itu, penelitian ini menggunakan anak perusahaan
subsidiary sebagai indikator kompleksitas, mengingat kompleksitas jasa audit yang diberikan merupakan ukuran rumit atau tidaknya transaksi
16 yang dimiliki oleh klien Kantor Akuntan Publik untuk diaudit Hay et al.,
2008. Anak perusahaan subsidiary adalah sebuah perusahaan yang dikendalikan oleh sebuah perusahaan yang lebih tinggi. Selain itu, anak
perusahaan turut atau sepenuhnya dikendalikan oleh perusahaan lain, karena sebagian atau seluruh modalnya dimiliki oleh perusahaan lain atau
induk perusahaan. Semakin besar perusahaan, maka semakin besar pula anak perusahaan sebagai lini induk perusahaan. Penelitian mengenai
pengaruh kompleksitas dalam penentuan harga pelayanan audit fee audit sudah pernah dilakukan oleh Harjinder et al. 2010 dengan hasil
yang signifikan positif.
2.1.4 Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan dapat menunjukkan besar kecilnya suatu perusahaan. Ukuran perusahaan dapat diklasifikasikan menurut berbagai
cara antara lain dengan natural log total aktiva, nilai pasar saham, jumlah pendapatan dan lain-lain. Machfoedz dalam Septianingrum, 2014.
Lampiran Keputusan Ketua BAPEPAM dan LK No Kep. 11PM1997 menyatakan bahwa ukuran perusahaan kecil atau menengah
diukur dengan cara melihat total asset tidak lebih dari Rp. 100.000.000.000,- seratus miliar rupiah. Syarat ukuran perusahaan
besar memiliki total asset lebih dari Rp. 100.000.000.000,-. Menurut Nugrahani 2013 ukuran perusahaan dinyatakan sebagai
determinan dari struktur keuangan dalam hampir setiap studi dan untuk sejumlah alasan berbeda :
17 1. Ukuran perusahaan dapat menentukan tingkat kemudahan perusahaan
memperoleh dana dari pasar modal. 2. Ukuran perusahaan menentukan kekuatan tawar-menawar dalam
kontrak keuangan. 3. Ada kemungkinan pengaruh skala dalam biaya dan return membuat
perusahaan yang lebih besar dapat memperoleh lebih banyak laba. Penentuan ukuran perusahaan pada penelitian ini didasarkan
kepada total asset perusahaan. Menurut Ahmad dan Kamarudin 2003 menyatakan perusahaan yang besar memiliki sumber daya yang lebih
besar untuk membayar biaya audit dan memiliki kemampuan untuk membayarnya secepat mungkin setelah tutup tahun perusahaan.
Perusahaan yang memiliki total aktiva besar menunjukkan arus kas perusahaan sudah positif dan dianggap memiliki prospek yang baik
dalam jangka waktu relatif lama, selain itu juga mencerminkan bahwa perusahaan yang memiliki total aktiva yang besar relatif lebih stabil dan
lebih mampu menghasilkan laba dibanding perusahaan dengan total aktiva yang kecil Nugrahani, 2013.
2.1.5 Auditor Eksternal
Auditor eksternal adalah profesi audit yang melakukan audit atas laporan keuangan dari perusahaan, pemerintah, individu atau organisasi
lainnya sesuai dengan standar audit yang berlaku umum. Selain standar audit, akuntan publik atau auditor independen dalam menjalankan
tugasnya harus memegang prinsip-prinsip profesi baik dengan sesama
18 anggota maupun dengan masyarakat umum. Prinsip-prinsip ini mengatur
tentang tanggung jawab profesi, kepentingan publik, integritas, objektivitas, kompetensi dan kehati-hatian profesional, kerahasiaan,
perilaku profesional, dan standar teknis Rapina dkk, 2010. Profesi akuntan publik bertanggung jawab untuk menaikkan
tingkat keandalan laporan keuangan perusahaan-perusahaan. Peran utama auditor eksternal adalah untuk memberikan pendapat apakah laporan
keuangan bebas dari salah saji material Mulyadi, 2002:12.
2.1.6 Fee Audit
Iskak 1999 dalam Suharli dan Nurlaelah 2008 mendefinisikan fee audit adalah honorarium yang dibebankan oleh akuntan publik kepada
perusahaan auditee atas jasa audit yang dilakukan akuntan publik terhadap laporan keuangan. Penetapan biaya audit yang dilakukan oleh
KAP berdasarkan perhitungan dari biaya pokok pemeriksaan yang terdiri dari biaya langsung dan tidak langsung. Biaya langsung terdiri dari biaya
tenaga yaitu manager, supervisor, auditor junior dan auditor senior. Sedangkan biaya tidak langsung seperti biaya percetakan, biaya
penyusutan komputer, gedung dan asuransi. Setelah dilakukan perhitungan biaya pokok pemeriksaan maka akan dilakukan tawar
menawar antar klien yang bersangkutan dengan kantor akuntan publik. Institut Akuntan Publik Indonesia IAPI menerbitkan Surat
Keputusan No. KEP.024IAPIVII2008 pada tanggal 2 Juli 2008 tentang Kebijakan Penentuan Fee Audit. Dalam bagian Lampiran 1 dijelaskan
19 bahwa panduan ini dikeluarkan sebagai panduan bagi seluruh Anggota
Institut Akuntan Publik Indonesia yang menjalankan praktik sebagai akuntan publik dalam menetapkan besaran imbalan yang wajar atas jasa
profesional yang diberikannya. Dijelaskan dalam Surat Keputusan mengenai penetapan fee audit,
yang harus dipertimbangkan oleh akuntan publik adalah: 1. Kebutuhan klien;
2. Tugas dan tanggungjawab menurut hukum. 3. Independensi.
4. Tingkat keahlian dan tanggungjawab yang melekat pada pekerjaan yang dilakukan, serta tingkat kompleksitas pekerjaan.
5. Banyaknya waktu yang diperlukan dan secara efektif digunakan oleh akuntan publik dan sifatnya menyelesaikan pekerjaan.
6. Basis penetapan fee yang disepakati.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi besar kecilnya fee audit yaitu menurut Sankaraguruswamy et al. 2003, fee audit
merupakan pendapatan yang besarnya bervariasi tergantung dari beberapa faktor dalam penugasan audit seperti, ukuran perusahaan klien
client size, ukuran KAP, keahlian auditor tentang industri industry expertise, dan efisiensi yang dimiliki oleh auditor technological
efficiency of auditors. Faktor-faktor ini sangat berpengaruh terhadap penentuan fee audit yang dibebankan KAP kepada kliennya. Faktor lain
20 seperti berapa target profit yang akan didapatkan pemilik jelas sangat
besar pengaruhnya juga. Penjelasan ini dibahas lebih lanjut oleh Surat Keputusan No.
KEP.024IAPIVII2008 tentang Kebijakan Penentuan Fee Audit dimana dalam menetapkan imbalan jasa harus sesuai dengan martabat profesi
akuntan publik dan dalam jumlah yang pantas untuk dapat memberikan jasa sesuai dengan tuntutan standar profesional akuntan publik yang
berlaku. Imbalan jasa yang terlalu rendah atau secara signifikan jauh lebih rendah dari yang dikenakan oleh auditor atau akuntan pendahulu
atau dianjurkan oleh auditor atau akuntan lain, akan menimbulkan keraguan mengenai kemampuan dan kompetensi anggota dalam
menerapkan standar teknis dan standar profesional yang berlaku.
2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian yang sejenis yang sebelumnya telah dilakukan untuk menentukan fee audit. Hasil – hasil penelitian ini digunakan untuk bahan
referensi peneliti. Di bawah ini dapat dilihat ringkasan penelitian terdahulu adalah sebagai berikut :
21
Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu
No Peneliti
Judul Variabel
Hasil Penelitian
1. Yatim et al.
2006 Governance
Structures, Ethnicity, and Audit Fees of
Malaysian Listed Firms
Var. Independen: a.
Governance Structures
b. Ethnicity
Var. Dependen: a. Fee Audit
Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan
antara fee audit dan independensi dewan
komisaris, komite audit, dan frekuensi pertemuan
komite audit. Hasil penelitian ini juga
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang
negatif antara fee audit dan perusahaan yang
dimiliki oleh pribumi bumiputera.
2. Ghosh et al.
2007 The Impact of
Regulation on Auditor Fees:
Evidence
From the Sarbanes- Oxley Act.
Var. Independen: a. Opini Audit,
Karakteristik klien, dan Peraturan
Hukum. Var. Dependen:
a. Fee Audit Opini
audit, dan karakteristik klien
meningkatkan fee audit hingga 77 tiap tahun.
Sedangkan peraturan hukum meningkatkan
upaya audit yang melekat pada Sarbanes-
Oxley Act.
3. Oktorina dan
Wedari 2015
An Empirical Investigation on
Ownership Characteristics,
Activities of the Audit Committee, and Audit
Fees Var. Independen:
a. Karakteristik kepemilikan
Kepemilikan Institusional dan
Kepemilikan Manajerial, dan
b. Aktivitas Komite Audit jumlah rapat
komite audit dalam satu tahun
Var. Dependen: a. Fee Audit
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa kepemilikan institusional
tidak mempunyai pengaruh terhadap fee
audit. Kepemilikan manajerial
dan
aktivitas komite
audit membuat pengaruh yang signifikan terhadap
fee audit. 4.
Pambudi 2012
Pengaruh Kepemilikan
Perusahaan dan Manajemen Laba
terhadap Tipe Auditor dan Audit
Fees pada Perusahaan Manufaktur di Bursa
Efek Indonesia Var. Independen:
a. Tipe kepemilikan perusahaan BUMN
dan swasta, dan b. Manajemen laba
diukur dengan pendekatan
modifikasi Jones Kepemilikan perusahaan
tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
probabilitas pemilihan auditor dan fee audit.
Manajemen laba tidak memiliki pengaruh
terhadap probabilitas
22
No Peneliti
Judul .Variabel
Hasil Penelitian
Var. Dependen: a. Tipe auditor KAP
domestik dan KAP berafiliasi asing,
b. Fee Audit. pemilihan auditor.
Manajemen laba berpengaruh positif
terhadap fee audit.
5. Desender et
al. 2009
Board Characteristics and
Audit Fees:Why Ownership
Structure Matters? Var. Independen:
a. Ownership Structure BUMN dan swasta,
b. Monitoring c.
The provision of resources
Var. Dependen: a. Fee Audit
Memiliki hubungan signifikan antara
kepemilikan perusahaan dan fee audit. Fee audit
berhubungan positif dan signifikan dengan
perusahaan yang tersebar kepemilikannya
Swasta.
Struktur kepemilikan yang tersebar Swasta
cenderung lebih fokus pada pemantauan, di
mana peran monitoring adalah krusial untuk
mengurangi masalah keagenan diantara
pemegang saham dan manajemen tersebar
Swasta. Dewan komisaris di perusahaan
dengan kepemilikan terkonsentrasi BUMN
cenderung lebih fokus pada penyediaan sumber
daya.
Sumber : Diolah oleh Peneliti 2.3
Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual merupakan penjelasan mengenai gambaran pokok permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini. Berdasarkan
uraian teoritis dan penelitian terdahulu, faktor-faktor yang mempengaruhi fee audit yang merupakan variabel independen adalah karakteristik
auditor, tipe kepemilikan perusahaan, kompleksitas, dan ukuran perusahaan.
23
2.3.1 Pengaruh Karakteristik Auditor terhadap Fee Audit
Karakteristik auditor dinilai dengan ukuran Kantor Akuntan Publik KAP apakah termasuk dalam KAP Big4 atau non-Big4. Perusahaan
yang menggunakan jasa dari kantor akuntan publik akan bekerja sama dengan auditor eksternalnya untuk mengaudit laporan keuangan. Dengan
koordinasi dan komunikasi yang baik dari pihak internal maupun eksternal akan mengurangi kemungkinan kesalahan dan kecurangan yang
akan dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan. Kantor akuntan publik yang memiliki nama besar Big 4
dipandang sebagai auditor yang akan menghasilkan tingkat kualitas audit yang melebihi persyaratan minimal keprofesionalan dan berkualitas dari
Kantor Akuntan Publik yang tidak memiliki nama besar. Kantor akuntan publik yang termasuk dalam Big4 akan menghasilkan pelaporan
keuangan yang berkualitas tinggi dan diharapkan membuat sedikit kesalahan sehingga memiliki fee audit yang lebih tinggi. Francis dan
Krishnan dalam Nugrahani, 2013. Nugrahani 2013 juga menyatakan bahwa Karakteristik auditor Kantor akuntan Publik berpengaruh positif
signifikan terhadap fee audit eksternal.
2.3.2 Pengaruh Tipe Kepemilikan Perusahaan terhadap Fee Audit
Untuk mencegah deteksi dari setiap pengambilalihan sumber daya perusahaan untuk tujuan politik, ada sedikit alasan BUMN mungkin
menghindari memilih brand-name auditor Ghosh, 2010. Perusahaan
24 milik negara cenderung menggunakan auditor lokal non Big Four atau
auditor berkualitas rendah, karena dapat meningkatkan modal melalui koneksi ini tanpa mengurangi asimetri informasi dengan laporan
keuangan yang kredibel. Fakta tersebut dipengaruhi oleh penelitian yang dilakukan oleh De Angelo 1981 yang berpendapat bahwa Kantor
Akuntan Publik KAP Big Four dianggap memiliki tingkat independensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan auditor lokal, sehingga audit yang
dilakukan KAP big four akan jauh lebih baik dibandingkan dengan jasa audit yang diberikan oleh KAP lokal. Perusahaan yang lebih memilih
perikatan kerja dengan KAP lokal mengeluarkan biaya audit yang lebih rendah dibandingkan dengan penggunaan KAP big four.
Desender et al. 2009 menemukan hubungan yang signifikan antara kepemilikan perusahaan dan fee audit. Dalam penelitian tersebut,
fee audit berhubungan positif dan signifikan dengan perusahaan yang tersebar kepemilikannya. Perusahaan yang dimiliki oleh banyak
pemegang saham swasta akan meningkatkan kompleksitas dalam melakukan audit dibandingkan perusahaan yang kepemilikan sahamnya
terpusat atau sebagian besar dikuasai oleh negara BUMN. Penelitian yang dilakukan Joshi dan Al-Bastaki 1999 dan
penelitian Anderson dan Zehgal 1994 menunjukkan hubungan yang positif antara fee audit dengan tipe kepemilikan perusahaan. Desender et.
Al. 2009 menemukan hubungan signifikan antara tipe kepemilikan perusahaan dengan fee audit. Ghosh 2010 dalam penelitiannya
25 mengungkapkan bahwa biaya audit yang dibayarkan oleh perusahaan
BUMN lebih rendah jika dibandingkan dengan biaya audit yang dikeluarkan oleh perusahaan asing.
2.3.3 Pengaruh Kompleksitas terhadap Fee Audit
Kompleksitas merupakan variabel penting dalam menentukan fee audit. Dalam penelitian ini menggunakan anak perusahaan subsidiary
sebagai proxy karena sampel dalam penelitian ini sebagian besar adalah perusahaan menengah besar yang hampir memiliki masalah kerumitan
transaksi. Semakin besar perusahaan tersebut, maka semakin besar juga anak perusahaan yang tersebar. Hal ini dikarenakan perusahaan pusat
mengalami perkembangan postitif yang signifikan, maka perusahaan pusat akan mengembangkan juga anak perusahaannya agar tejadi
kontinuitas yang positif dari atas hingga ke bawah. Penelitian yang dilakukan oleh Waggoner dan Cashell 1991 menunjukkan bahwa
semakin banyak waktu yang diberikan, semakin banyak transaksi yang dapat dites oleh auditor.
Penelitian Hay et al. 2006 juga menyatakan pendapat bahwa terdapat hubungan positif signifikan antara anak perusahaan dengan
besar penetapan fee audit eksternal. Semakin kompleks klien, semakin sulit dalam mengaudit dan membutuhkan waktu yang lebih lama. Hal ini
berakibat pada penetapan fee audit yang semakin tinggi.
26
2.3.4 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Fee Audit
Fee Audit merupakan hal yang penting dalam menentukan pemeriksaan dan kualitas laporan keuangan suatu perusahaan perbankan.
Banyak pertimbangan yang dilakukan untuk menentukan fee audit yang sesuai. Salah satu pertimbangan yang dilakukan adalah melihat ukuran
perusahaan client size. Client Size adalah variabel yang paling penting dalam menentukan fee audit pada penelitian sebelumnya. Auditor yang
melakukan audit di perusahaan besar akan menghabiskan lebih banyak waktu dan sumber daya untuk meninjau operasi klien karena perusahaan
besar terlibat dalam sejumlah besar transaksi yang tentu saja membutuhkan waktu berjam-jam bagi auditor untuk memeriksa, Simunic
1980, dan Joshi dan Al-Bastaki 2000, dan ukuran perusahaan yang lebih besar maka memerlukan agency cost yang besar Subramaniam, et
al., 2009. Hasil penelitian yang menjelaskan bahwa fee audit berpengaruh positif dengan ukuran klien diukur dengan total aset,
misalnya, Simunic, 1980 di Amerika Serikat. Hal tersebut akan mengakibatkan jika ukuran klien yang diukur dengan total aset itu tinggi
membuat proses audit yang dilakukan oleh auditor akan semakin rumit, maka penetapan fee audit akan semakin tinggi.
2.3.5 Pengaruh Karakteristik Auditor, Tipe Kepemilikan Perusahaan,
Kompleksitas, dan Ukuran Perusahaan terhadap Fee Audit
Fee Audit adalah biaya yang harus ditanggung klien karena telah mendapatkan jasa audit dari sebuah KAP. Secara simultan, karakteristik
27 auditor, tipe kepemilikan perusahaan, kompleksitas, dan ukuran
perusahaan berpengaruh terhadap Fee Audit. Kantor akuntan publik yang termasuk dalam Big4 akan menghasilkan pelaporan keuangan yang
berkualitas tinggi dan diharapkan membuat sedikit kesalahan sehingga memiliki fee audit yang lebih tinggi. Francis dan Krishnan dalam
Nugrahani, 2013. Begitu juga dengan tipe kepemilikan perusahaan, Ghosh 2010 dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa biaya audit
yang dibayarkan oleh perusahaan BUMN lebih rendah jika dibandingkan dengan biaya audit yang dikeluarkan oleh perusahaan asing. Hay et al.
2006 menemukan bahwa semakin kompleks klien, semakin sulit dalam mengaudit dan membutuhkan waktu yang lebih lama. Hal ini berakibat
pada penetapan fee audit yang semakin tinggi. Sedangkan Simunic 1980, meneliti bahwa jika ukuran klien yang diukur dengan total aset
itu tinggi membuat proses audit yang dilakukan oleh auditor akan semakin rumit, maka penetapan fee audit akan semakin tinggi.
28 Maka dibawah ini kerangka konseptualnya adalah :
H
1
H
2
H
5
H
3
H
4
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Sumber : Peneliti
2.4 Pengembangan Hipotesis
Pengembangan hipotesis merupakan hasil sementara berdasarkan pemikiran dan teori yang belum teruji kebenarannya. Penelitian ini akan
menguji pengaruh karakteristik auditor, tipe kepemilikan perusahaan, kompleksitas, dan ukuran perusahaan terhadap fee audit, maka hipotesis
yang dapat dijelaskan berdasarkan landasan teori dan peneliti terdahulu sebagai berikut.
H
1
: Karakteristik auditor berpengaruh terhadap fee audit. H
2
: Tipe kepemilikan perusahaan berpengaruh terhadap fee audit. H
3
: Kompleksitas berpengaruh terhadap fee audit. H
4
: Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap fee audit. H
5
: Karakteristik Auditor, Tipe Kepemilikan Perusahaan, Kompleksitas, dan Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap Fee Audit
Tipe Kepemilikan Perusahaan X
2
Fee Audit Karakteristik Auditor X
1
Kompleksitas X
3
Ukuran Perusahaan X
4
29
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian