Perilaku Caring Perawat dalam Memberikan Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Jiwa

Berdasarkan penelusuran terhadap faktor-faktor tersebut di atas dapat diasumsikan bahwa faktor-faktor tersebut sangat mempengaruhi perilaku caring seorang perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien gangguan jiwa.

5.2.2 Perilaku Caring Perawat dalam Memberikan Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Jiwa

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 21 responden 58,3 yang menunjukkan perilaku caring dengan kategori cukup dalam memberikan asuhan keperawatan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan. Hal ini menunjukkan bahwa perawat di Rumah Sakit Jiwa tersebut belum memperlihatkan perilaku caring dalam memberikan asuhan keperawatan. Pada kenyataannya masih ditemukan perawat yang hanya memberikan asuhan keperawatan berdasarkan rutinitas sehari-hari seperti memberikan obat, membersihkan tempat tidur, dan meminta pasien untuk mempersiapkan makan. Selain itu, sering ditemukan perawat yang berbicara dengan nada yang tinggi kepada pasien ketika meminta pasien untuk membersihkan ruangan, memaksa pasien untuk minum obat, dan melakukan pengekangan fisik pada pasien dengan perilaku kekerasan dan jarang memberikan asuhan yang berfokus pada kebutuhan psikososial pasien. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan pernyataan Watson 2007, mengenai penempatan caring sebagai dasar dalam praktek keperawatan. Diperkirakan bahwa ¾ pelayanan kesehatan adalah caring sedangkan ¼ adalah Universitas Sumatera Utara curing. Jika perawat sebagai suatu kelompok profesi yang bekerja selama 24 jam di rumah sakit lebih menekankan caring sebagai pusat dan aspek yang dominan dalam pelayanannya maka akan tercipta hubungan yang baik antara perawat- pasien. Kenyataan yang dihadapi saat ini adalah bahwa kebanyakan perawat terlibat secara aktif dan memusatkan diri pada fenomena medik seperti cara diagnostik dan cara pengobatan dan mengabaikan posisi dari perilaku caring tersebut. Sementara itu, 15 responden 41,7 menunjukkan perilaku caring dengan kategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian kecil perawat masih menunjukkan perilaku caring yang sesuai dengan kesepuluh faktor karatif yang merupakan faktor-faktor pembentuk caring sehingga kebutuhan biofisik, psikososial, spiritual, dan interpersonal pada pasien gangguan jiwa tersebut dapat terpenuhi. Pada penelitian ini ditemukan bahwa perawat peka terhadap dirinya sendiri dan orang lain. Hal ini berarti bahwa perawat mampu mengidentifikasi kebutuhan pasien dan membantu pasien untuk mengatasi masalahnya. Pearwat juga menanamkan sikap penuh harapan kepada pasien. Meskipun hal ini belum lakukan oleh semua perawat. Pada kenyataannya masih ditemukan perawat yang memberi harapan pada pasien bahwa penyakitnya dapat disembuhkan apabila pasien teratur minum obat dan mematuhi semua program pengobatan dan perawatan. Hasil studi ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Curruth, et al. 1999, dalam Nurachmah, 2001 yang menyatakan bahwa asuhan Universitas Sumatera Utara keperawatan bermutu yang diberikan oleh perawat dapat dicapai apabila perawat dapat memperlihatkan sikap “caring” kepada pasien. Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus merefleksikan atribut-atribut dari perilaku caring tersebut seperti empati, suportif, perasaan haru, melindungi, memberi pertolongan, edukasi dan lainnya sesuai dengan kebutuhan, masalah, nilai dan tujuan dari orang ataupun kelompok yang didampingi tersebut Leininger, 1984, dikutip dari Kozier Erb, 1985. Hasil penelitian ini juga diperkuat oleh teori yang dikemukakan oleh Mayehoff dalam Dwidiyanti, 1998 yang memandang caring sebagai suatu proses yang berorientasi pada tujuan membantu orang lain bertumbuh dan mengaktualisasikan diri. caring merupakan suatu affect yang digambarkan sebagai suatu emosi, perasaan belas kasih atau empati terhadap pasien yang mendorong perawat untuk memberikan asuhan keperawatan bagi pasien. Dengan demikian perasaan tersebut harus ada dalam diri setiap perawat supaya mereka bisa merawat pasien. Asuhan keperawatan bermutu yang diberikan oleh perawat dapat dicapai apabila perawat dapat memperlihatkan sikap “caring” kepada klien. Dalam memberikan asuhan, perawat menggunakan keahlian, kata-kata yang lemah lembut, sentuhan, memberikan harapan, selalu berada disamping klien, dan bersikap “caring” sebagai media pemberi asuhan keperawatan Curruth, et al., 1999, dalam Nurachmah, 2001. Universitas Sumatera Utara BAB 6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan dapat diambil kesimpulan dan saran mengenai perilaku caring perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien gangguan jiwa di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan.

6.1 Kesimpulan