3.
ا ا ءاﺰ أ بﺮ او ضوﺮ ا اﺪ ﺎ ﻮه ﻮ
ﺮ
al-hasywu huwa m ā ‘adā al-‘arūdu wa al-darbu min `ajzā`i al-syatraini
‘al-hasyu adalah potongan pola bunyi syair yang terdapat pada selain al-‘ar ūdu
dan al-darbu yaitu potongan yang ada sebelum akhir al-sadru dan sebelum akhir al-‘ajzu’.
2.3.2.1 Tahapan Analisis Pola Syair Arab Untuk menentukan apakah pola bunyi syair yang ada dalam suatu syair
benar atau tidak, Utbah 1989 dalam Abidin 2006: 28-29 menggunakan 4 empat tahapan analisis yaitu:
1. Tulisan ‘Arud atau
ﺔ وﺮ ا ﺔ ﺎ ﻜ ا
kit ābatu al ‘arūdiyatu
2. Lambang bunyi ‘Arud atau
ﺮ ا ﻜ ا و
al-syaklu al-a‘r ūdiy
3. Penggunaan tabel yang pertama atau
ا وﻷا لوﺪ ا ماﺪ
ل
istikhd āmu al-
jadwalu al-`awwalu . 4.
Penggunaan tabel yang kedua
ا ﺎ ا لوﺪ ا ماﺪ
istikhdamu al-jadwalu al- s
ānī .
1. Tulisan ‘Arud atau
ﺔ ﺿوﺮﻌ ا ﺔﺑﺎ ﻜ ا
kit ābatu al-‘arudiyatu
Dalam menentukan pola bunyi bait syair bahrun dari suatu syair maka terlebih dahulu kita menentukan al-kit
ābah al-`arudiyah tulisan ‘Arud. ‘Arud adalah ilmu yang mempelajari tentang cara menentukan pola bunyi
suatu syair sehinga demikian dapat diketahui apakah pola syair benar atau tidak. Hasyimi 1995: 23 mengemukakan cara penulisan tulisan ‘Arud sebagai
berikut : 1.
ﻜ و فوﺮ
hur ūfun
tuntaqu wa l ā tuktabu yaitu bunyi huruf
yang dilafalkan sewaktu kita membacanya akan tetepi tidak dituliskan, seperti :
ﻮ ا نﻮ
nun al-tanwinu pada kata
آ ﺎ
ب
kit ābun maka
tulisan ‘Arudnya menjadi
آ ﺎ
kit ābun dan pada kata
ﺮ
marra menjadi
رﺮ
marra, dalam hal ini huruf yang bertasydid diganti dengan
Universitas Sumatera Utara
2.
و ﻜ
فوﺮ
hur ūfun tuktabu wa lā
tuntaqu yaitu bunyi huruf yang ditulis akan tetapi tidak dilafalkan sewaktu diucapkan, seperti :
واﻮ ا
al-wawu pada kata
وﺮ
‘amru,
ا م ا
al-lamu al-syamsiyah yaitu pada kata
ا
al-saifu dan
ﻮ اةﺰ ه
hamzatu al-wasli pada kata
او
wantaqala kemudian
ﺰ ا ﻷا ا
ةﺪ واﻮ
ﺔ ﺎ ا
al-`alifu al- z
āidatu liwawi al-jamā‘ati pada kata
اﻮ آ
katab ū.
ﺔ ﺎ آ ﺔ وﺬ أ
alifun mahz ūfatun kitābatun yaitu alif yang dibuang
ketika dituliskan. Misal: menuliskan alif pada kata
اﺬه
h āzā menjadi
اذﺎه
h āzā dan
ﻜ
l ākin menjadi
آ
l ākin.
3.
4.
ﺮ ا تﺎآﺮ و
آﺮ ا بﺮ او ض
harak ātu al-‘arūdi wa al-darbi al-
mutaharrikaini yaitu huruf yang berharkat yang terletak pada akhir ad- darbi dan al-‘arudi maka dalam tulisan ‘arudnya harkat huruf tersebut
dipanjangkan. Contoh tulisan ‘Arud pada sebuah bait syair :
ﻈ ا ﺬ ا ﺮ ﺎ ﻚ ﺄ ﻮ ذ ﺮ او ﺔ ﻮ ﻬ
fainnaka g āfiru al-zanbi al-azīmi fahablī taubatan wagfir zunūbi
ذذﺮ ﺎ ﻚ ﺄ ﻮ ذ ﺮ او ﻮ ﻬ ﻈ
Tulisan ‘Arud : Pada contoh syair di atas potongan kata
ﻮ ذ
zun ūbī adalah al-sadru
dimana akhir taf‘ilahnya huruf
ي
mati sehingga ia tidak dipanjangkan. Potongan kata
ﻈ ا
al-az īmi adalah al-‘arūdu dimana akhir taf‘ilah
harkat hidup. Maka ‘arudnya dipanjangkan menjadi
ﻈ
al-az īmī.
5.
ﻮ ا
al-hasywu yang berakhiran dengan
ﺔآﺮ ا ﺔ ا ﺮ
dam īru
al-gayyibati al-mutaharrikati yaitu dam īr al-gayyibah yang terletak
diakhir
ﻮ ا
al-hasywu, maka kata tersebut dipanjangkan harkatnya. Contoh:
إ
innahu menjadi
إ ﻮﻬ
innah ū fīhi menjadi
ﻬ
f īhī
Universitas Sumatera Utara
Contoh syair :
ﺄ اﺪ تﻮ ه
ا ﺪ و ﺰ ا كاذ
ءا
wa ‘inda allahi f ī zāka al-jazā`u Hajauta muhammadan fa`ajabtu ‘anhu
Maka tulisan ‘Arudnya:
ﻮﻬ ﺄ اﺪ
تﻮ ه ءاﺰ آاذ ﺪ و
و
wa ‘inda allahi f ī zākal jazā`ū Hajauta muhammadan fa`ajabtu ‘anhū
2. Lambang bunyi ‘Arud atau