Struktur Batin Syair Arab

4. ﺔ ﺎﻘ ا Al-Q āfiyatu ’Sajak’ Al-Q āfiatu adalah kata akhir dari sebuah bait syair Muzakki, 2006: 46. Menurut Ma‘ruf dan Al-As`adi 2001: 181: ةﺪ ا تﺎ أﺮ اوأ نﻮﻜ ا ﺔ ﻮ ا ﺎ ا ه ﺔ ﺎ ا , آ ﺎه راﺮﻜ مﺰ و ﺎﻬ ﺎ ا . Al-q āfiyatu hiya al-maqāti‘u al-sautiyyatu al-latī takūnu fī awākhiri `abyātin al- qas īdati, wa yalzimu tikrāruhā fi kulli baitin min abyātihā. ‘ Al-qāfiatu adalah potongan suara pada akhir bait syair, dan biasanya diulangi pada setiap bait-bait’.

2.4 Stuktur Batin puisi syair

Struktur batin adalah pikiran dan perasaan yang diungkapkan oleh penyair dalam menciptakan puisinya. Telaah struktur puisi tidak dapat dilepaskan dengan telaah struktur batin.

2.4.1 Struktur Batin Syair Arab

Struktur batin syair Arab terdiri dari 2 duaunsur yaitu: 1. ﺪ ﻘ ا Al-Qasdu ’Sengaja’ Qasdan adalah sebuah ungkapan atau kata-kata yang baru yang dapat dikatakan syair apabila kata-kata tersebut sengaja dijadikan syair, tidak secara kebetulan. Dalam kajian sastra qasdan ini lebih tepat diartikan dengan perasaan yang sengaja yang ia rasakan ketika menciptakan puisinya. Syair adalah karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan seorang penyair secara imajenatif, yang disusun dalam bentuk bahasa yang indah, disampaikan dengan sengaja dan diwarnai dengan irama atau wazan Muzakki, 2006: 48. Al-Hamid, dkk 1994: 202 menyebutkan perasaan dengan istilah ﺔ ﺎ ا al-‘ ātifatu dan mendefenisikannya sebagai berikut : ﺔ ﺎ ا ﺎآ ﺎ ﻮ ارﻮ نﺎ ا ﺮ ﺎ ه , حﺮ او , او . al-‘ ātifatu hiya mā yasy‘uru al-insānu syu‘ūran qawiyyan ka al-hubbi wa al- farahi wa al-gadabi. ‘ Al-‘ ātifatu adalah apa-apa yang dapat dirasakan oleh manusia dengan perasaan yang kuat seperti cinta, gembira dan marah’. 2. ﻰ ﻌﻤ ا Al-Ma‘n ā ’Tema’ Ma`na artinya gagasan atau ide. Gagasan atau ide ini merupakan unsur batin dalam syair. Para kritikus satra menamakan gagasan ini dengan fakta, yang dalam bahasa Arab disebut dengan haqiqi. Dikatakan fakta karena syair Universitas Sumatera Utara mengandung peristiwa atau kejadian yang benar-benar dijumpai dalam kehidupan nyata Arifin, 1991: 44 dalam Muzakki, 2006: 45. Fakta erat kaitannya dengan pikiran yang kemudian si penyair mengemasnya dalam bentuk gubahan syair. Dengan demikian, sebuah syair dengan tema apa pun merupakan ungkapan dari sebuah realitas yang ditulis dengan ragam tujuan Al-Hamid, dkk 1994: 204 menyebutkan tema dengan istilah ا عﻮ ﻮ al-maud ū‘u dan mendefinisikannya sebagai berikut : ا حﺪ ﺎآ ةﺪ ا ضﺮ ﻮه عﻮ ﻮ . al-maud ū‘u huwa gardu al-qasīdati kalmadhi. ‘ Al-maudū‘u adalah tujuan dari qasidah itu’. Tema merupakan gagasan pokok yang dikemukakan oleh penyair. Pokok pikiran atau pokok persoalan itu begitu kuat dalam jiwa penyair, sehingga menjadi landasan utama pengucapannya. Tema puisi harus dihubungkan dengan penyairnya dengan konsep-konsep yang terimajinasikan. Tema tidak dapat lepas dari perasaan penyair, nada yang ditimbulkan dan amanat yang hendak disampaikan. Tema ini bermacam-macam jenisnya, bisa masalah ketuhanan, cinta, kebencian, rindu, keadilan, kemanusiaan dan lain-lain Waluyo, 1987: 106-107. Adapun tema-tema syair Arab dalam permulaan Islam menurut Sutiasumarga 2001: 34 dan 48 adalah: 1. حﺪ ا Al-Madhu ’pujian’ Yaitu tema puisi yang berisikan pujian-pujian kepada seseorang terutama mengenai sifat-sifat baiknya, akhlaknya yang mulia, atau tabiatnya yang terpuji. Menurut Al-Hamid, dkk 1994: 70 al-madah adalah: حﺪ ا : حوﺪ ﺔ ا تﺎ ا ﺮ ﺎ ا ﺮآﺬ نأ ﻮه . Al-Madhu huwa `an yazkura al-sy ā‘iru al-sifātu al-hasanati lilmamdūhi. ’al- madah adalah penyair mengungkapkan sifat-sifat kebaikan yang dipujinya itu’. 2. ءﺎ ﺮ ا Al-ris ā`u ’Ratapan’ Yaitu tema puisi tentang ratapan terhadap para syuhada yang wafat dalam perjuangan menyebarkan agama Islam. Menurut Al-Hamid, dkk 1994: 71 al-ris ā`u adalah: ءﺎ ﺮ ا : ا ﺎ ﺮآذ ﻮه , او ﺮ , او ءﺎ ﺪ . Universitas Sumatera Utara Al-ris ā`u huwa zukiru mahāsini al-mayyiti wa al-tahassuri ‘alaihi, wa al-du‘ā`u lahu. ’Al-ris ā`u adalah penyair mengungkapkan kebaikan-kebaikan orang yang sudah meninggal dan dia merasa sedih terhadapnya dan dia mendoakannya’. 3. ءﺎ ﻬ ا Al-Hij ā`u ’Cacian’ Yaitu tema puisi yang berisi kebencian, kemarahan dan ketidak sukaan penyair terhadap musuh Rasul atau orang-orang yang mencemoohkan dakwah Islam. Menurut Al-Hamid, dkk 1994: 70 al-hij ā`u adalah : ءﺎ ﻬ ا : حﺪ ا ﺪ ﻮه , ﻮ ﻬ ا يأ , ﺔ ا ﺎ ﺮآذو . Al-Hij ā`u huwa diddu al-madhi, ai sabba al-mahjawwi, wa zikru sifātihi al-syi`ati.’ Al-Hij ā`u adalah antonim dari madah yaitu mengutarakan sifat-sifat yang tidak bagus yang dipujinya itu’. 4 . ﺮ ا Al-Fakhru ’Kebanggaan’ Yaitu tema puisi yang membangga-banggakan kelebihan yang dimiliki oleh seseorang. Menurut Al-Hamid, dkk 1994: 70 al-fakhr adalah: ﺮ ا : وأ ﺔ ا تﺎ ا ﺮ ﺎ ا ﺮآﺬ نأ ﻮه . al-fakhru huwa `an yazkura al-sy ā`iru al-sifāti al-hasanati lahu aw liqabīlatihi ’Al-fakhru adalah penyair mengutarakan sifat-sifat baik yang dimiliki seseorang atau sekelompok orang’. 5. ﻮ ا Al-Wasfu ’Pendeskripsian’ Yaitu puisi yang mendeskripsikan tentang keadaan alam yang ada disekitar penyair. Contohnya: penggambaran tempat-tempat perang dan alat-alat perangnya. Menurut Al-Hamid, dkk 1994: 71 al-wasfu adalah: ﻮ ا : ﺮ ﺎ ا ﺎهار ﻰ ا ءﺎ ﻷا و ﻮه . Al-wasfu huwa wasfu al-`asy ā`i al-latī ra`āhā al-syā’iru fī bī`atihi. ’al-wasfu adalah menggambarkan sesuatu yang tampak pada penyair di sekitar lingkungan. Universitas Sumatera Utara

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Struktur Fisik Dalam Syair نﺎ ﺳ ﺑا ءﺎﺠه Hij ā`un Abī Sufyānu ‘Sindiran Untuk Abu Sofyan’ oleh Hasan Bin Tsabit Berdasarkan analisis data yang ditemukan dalam syair ’Hij ā`un Abī Sufy ānu’. Maka ditemukan beberapa struktur fisik dari syair tersebut sebagai berikut : 1. ﺎ ﺨ ا Al-Khay ālu ’Imajinasi’ Khayal atau imajinasi syair نﺎ ا ءﺎ ه Hij ā`un Abī Sufyānu ‘Sindiran Untuk Abu Sofyan’ oleh Hasan Bin Tsabit terdapat pada bait syair ke-3 ketiga sebagai berikut ini: ﺄ اﺪ تﻮ ه Hajauta muhammadan fa`ajabtu ‘anhu ‘Engkau hina Muhammad aku akan jawab hinaan itu’ ءاﺰ ا كاذ ا ﺪ و wa ‘inda allahi f ī zāka al-jazā`u ‘Allah sediakan balasan atas hinaan itu’ Dari bait syair diatas terlihat bahwasannya Hasan Bin Tsabit menggambarkan kenyataan yang dilihatnya tentang adanya penghinaan yang dilakukan Abu Sofyan terhadap Rasulullah pada masa permulaan Islam, Hasan Bin Tsabit sebagai syairu ar-rasul yang kerap sekali membela Nabi akhirnya berimajinasi dengan memunculkan syair berupa sindiran kepada Abu Sofyan yang sindiran itu terlihat pada bait syair pertama baris kedua yang berbunyi: ﺄ ءاﻮه فﻮ fa`anta mujawwafun nakhibun haw ā`u ‘Engkaulah orang penakut lagi pengecut’ Universitas Sumatera Utara