Perencanaan Strategi Peningkatan Kompetensi Lulusan Departemen Teknik Industri FT-USU

(1)

PERENCANAAN STRATEGI PENINGKATAN KOMPETENSI

LULUSAN DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI FT USU

TESIS

Oleh

TENGKU ABDULAH SANI

067025009/TI

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

PERENCANAAN STRATEGI PENINGKATAN KOMPETENSI

LULUSAN DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI FT USU

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk memperoleh Gelar Magister Teknik

Dalam Program Studi Teknik Industri pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

Oleh

TENGKU ABDULAH SANI

067025009/TI

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

Telah diuji pada

Tanggal : 29 Januari 2011

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Ir. Sukaria Sinulingga, M.Eng Anggota : 1. Dr. Ir. Harmein Nasution, MSIE

2. Ir. Mangara M. Tambunan, MSc 3. Ir. Nazlina, MT


(4)

ABSTRAK

Tingginya tingkat persaingan di dunia pendidikan dan keterbatasan lapangan pekerjaan yang tersedia menuntut setiap perguruan tinggi untuk terus meningkatkan kualitas pendidikannya agar mampu menghasilkan lulusan yang berkualitas dalam berbagai tingkatan dan bidang keilmuan. Ketidaksesuaian kualifikasi yang dimiliki oleh lulusan sarjana terhadap kebutuhan perusahaan juga menjadi keluhan bagi perusahaan (DIKTI, 2008).

Disiplin Teknik Industri khususnya merupakan salah satu disiplin ilmu yang dituntut untuk meningkatkan kualitas pendidikannya. Keterbatasan lapangan pekerjaan yang sesuai dengan disiplin ilmu teknik industri dan kurangnya pemahaman perusahaan (user) tentang disiplin teknik industri membuat para lulusan masih berorientasi untuk mencari kerja tanpa memprioritaskan kesesuaian ruang lingkup pekerjaan yang ditekuni terhadap disiplin ilmunya. Peran keilmuan teknik industri dinilai masih terbatas mengingat pemahaman perusahaan tentang disiplin teknik industri masih terbatas. Untuk itu, Departemen Teknik Industri USU dituntut untuk mengembangkan strategi untuk meningkatkan kompetensi lulusannya agar mampu bersaing dan memiliki kualifikasi yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan.

Penelitian dilakukan menggunakan kuesioner bagi perusahaan (user) khususnya di Medan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode Analythical Hierarchy Process (AHP), SWOT Matrix dan Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM). Perusahaan diminta untuk menilai kondisi eksisting lulusan teknik industri USU yang pernah direkrut oleh perusahaan dan memberikan harapan perusahaan sebagai user terhadap kualifikasi lulusan teknik industri kedepan. Hasil penelitian tersebut, diperoleh beberapa strategi yang dapat dilakukan oleh Departemen Teknik Industri USU dalam meningkatkan kompetensi para lulusannya agar kualifikasi lulusannya dapat sesuai dengan harapan perusahaan, diantaranya adalah Departemen Teknik Industri harus memberikan pemahaman tentang peran teknik industri bagi perusahaan yang mampu meningkatkan produktivitas, kemudian mendisain visi dan misi teknik industri yang sesuai untuk memenuhi harapan perusahaan terhadap kualitas yang dimiliki oleh lulusan teknik industri. Melalui strategi yang diusulkan, diharapkan dapat memberi usulan bagi Departemen Teknik Industri USU agar dapat mendisain kurikulum pendidikan yang disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan (user).


(5)

ABSTRACT

The tight competition in education and the limitation of employment has caused each university to continuously increase its educational quality in order that it can produce qualified graduates in every level and discipline. Irrelevant qualification owned by the graduates in meeting the needs of companies also becomes the complaint of companies (DIKTI, 2008).

Industrial Engineering discipline is especially one of the disciplines which is demanded to increase the educational quality. The limitation of employment which is in line with the discipline of Industrial Engineering and the lack of understanding of companies (users) about Industrial Engineering discipline has caused the graduates to be oriented in finding jobs without prioritizing their future jobs with their discipline. The role of Industrial Engineering is considered limited. Therefore, the Department of Industrial Engineering, University of Sumatera Utara, is demanded to develop a strategy to increase the competence of its graduates so that they are able to compete with and have qualification which is in line with the companies’ needs.

The research was conducted by using questionnaires for the companies (users) which were located in Medan. The method used was analytical Hierarchy Process (AHP), SWOT Matrix, and Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM). The companies were asked to evaluate the existing condition of Industrial Engineering USU graduates who had been recruited by these companies and the companies as the users were also expected to give hope for the qualification of the graduates of the Industrial Engineering in the future. The results of the research showed that there were some strategies which could be done by the Department of Industrial Engineering USU to increase its graduates’ competence so that it can be in line with the companies’ expectation. Some of the recommendations were that the Department of Industrial Engineering should give the understanding about the role of the Industrial Engineering to companies to increase their productivity and to design Industrial Engineering’ appropriate vision and mission in order to meet the companies’ expectation toward the graduates’ quality. Through the recommended strategy, it is expected that the Department of Industrial Engineering can design the educational curriculum which is in line with companies’ expectation (users).


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan judul “Perencanaan Strategi Peningkatan Kompetensi Lulusan Departemen Teknik Industri FT-USU” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Teknik dalam Program Studi Magister Teknik Industri di Universitas Sumatera Utara.

Penelitian ini membahas tentang perencanaan strategi untuk meningkatkan kompetensi lulusan di Departemen Teknik Industri FT-USU. Penilaian diberikan oleh perusahaan (user) terhadap lulusan Teknik Industri FT-USU dengan menggunakan metode Strengths, Weaknesses, Opportunitiess, Threats (SWOT) yang kemudian diolah menggunakan metode Analythical Hiearchy Process (AHP) dan Quantitative Strategic Planning Matrix untuk memperoleh strategi terpilih dari 10 (sepuluh) strategi alternatif yang dapat dilakukan oleh Departemen Teknik Industri FT-USU. Strategi terpilih adalah Departemen Teknik Industri harus memberikan pemahaman tentang peran disiplin Teknik Industri bagi peningkatan produktivitas perusahaan (user).

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada komisi pembimbing, Prof. Dr. Ir. Sukaria Sinulingga, M.Eng dan Dr. Ir. Harmein Nasution, MSIE, Kepala Departemen Teknik Industri USU Ibu Ir. Rosnani Ginting, MT, orang tua tercinta Ir. Tengku Ahri Bahriun, MSc dan Yusniar beserta kakak dan abang-abang tersayang, istri tercinta Vindie Riztya Lubis, SST, MT beserta anak tersayang Tengku Arkan Adzkasandy dan juga teman-teman Magister Teknik Industri khususnya angkatan VIII yang telah memberi dukungan sehingga penulis tetap terus semangat untuk menyelesaikan penelitian ini.


(7)

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan penelitian. Penulis mohon maaf dan menerima kritik dan saran untuk menyempurnakan penelitian ini.

Medan, 29 Januari 2011 Penulis,

NIM : 067025009


(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan, pada tanggal 12 April 1983, sebagai anak ke 4 (empat) dari 4 (empat) bersaudara dari pasangan Ir. Tengku Ahri Bahriun, M.Sc. dan Yusniar.

Riwayat pendidikan penulis diantaranya lulus Sekolah Dasar (SD) pada tahun 1995 dari SD Kemala Bhayangkari I Medan, lulus Sekolah Menengah Atas (SMP) pada tahun 1998 dari SMP Negeri 12 Medan, lulus Sekolah Menengah Atas (SMA) pada tahun 2001 dari SMA Negeri 10 Medan. Pada tahun 2001 penulis diterima sebagai mahasiswa di Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara (USU).

Pada tahun 2006, penulis diterima bekerja sebagai staf di salah satu perusahaan konsultan di Kota Medan. Pada tahun 2008, penulis mengembangkan karir sebagai konsultan Pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah di Kantor Bank Indonesia Medan. Tahun 2010, penulis mengembangkan karirnya sebagai pegawai di PT. Bank Syariah Mandiri sampai dengan saat ini.

Pada tahun 2006, penulis mengikuti pendidikan Strata-2 di Program Studi Magister Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara (USU).

Hormat Penulis,

NIM: 067025009


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan. ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Manfaat Penelitian ... 8

1.5. Ruang Lingkup Penelitian ... 9

1.6. Sistematika Penulisan Laporan ... 9

BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Ringkas Tentang Departemen Teknik Industri FT-USU. ... 11


(10)

2.2.1. Visi Departemen Teknik Industri FT-USU ... 11

2.2.2. Misi Departemen Teknik Indusrtri FT-USU ... 12

2.3. Tujuan Departemen Teknik Industri FT-USU ... 12

2.4. Struktur Organisasi Departemen Tekni Industri FT-USU ... 13

2.5. Kurikulum Teknik Industri FT-USU ... 13

2.6. Lulusan Teknik Industri FT-USU ... 16

2.7. Kompetensi Lulusan Teknik Industri FT-USU ... 18

2.8. Profesi Teknik Industri ... 21

BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1. Kompetensi ... 26

3.2. Strategi ... 28

3.2.1. Pengertian Strategi ... 28

3.2.2. Pengertian Manajemen Strategi ... 29

3.2.3. Perumusan Strategi ... 30

3.2.3.1. Analisis Awal ... 30

3.2.3.2. Tahap Awal ... 32

3.2.3.3. Tahap Penyesuaian (the matching stage) ... 35

3.2.3.4. Tahap Keputusan (the decision stage) ... 38

3.3. Analythical Hierarchy Process (AHP) ... 41

3.3.1. Prosedur Perbandingan Berpasangan ... 41

3.3.2. Pendekatan Perhitungan Prioritas ... 42

3.3.3. Pengujian Konsistensi Matriks Perbandingan ... 43

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Studi Pendahuluan ... 45

4.2. Studi Literatur ... 45

4.3. Perumusan Masalah dan Tujuan Penelitian ... 46

4.4. Pengumpulan Data ... 48


(11)

4.4.2. Penentuan Sampel Penelitian ... 49

4.4.3. Tahapan Pengumpulan Data ... 50

4.4.3.1. Menilai Persepsi Pasar (perusahaan) Mengenai Profesi Seorang Sarjana Teknik Industri dan Penentuan Harapan ... 50

4.4.3.2. Penentuan Faktor Internal dan Eksternal yang Berpengaruh Terhadap Sistem Pendidikan di DepartemenTeknik Industri ... 50

4.4.4. Pengujian Validitas dan Reliabilitas ... 51

4.4.4.1. Pengujian Validitas ... 51

4.4.4.2. Pengujian Reliabilitas ... 51

4.5. Pengolahan Data ... 52

4.5.1. Pembobotan dan Penilaian Data ... 52

4.5.2. Pembuatan Matriks-Matriks Analisis ... 54

4.5.2.1. Tahap Input ... 54

4.5.2.2. Tahap Penyesuaian (the matching stage) ... 55

4.5.2.3. Tahap Keputusan (the decision stage) ... 55

4.5.2.4. Perumusan Strategi ... 55

4.6. Analisis ... 56

4.7. Kesimpulan dan Saran ... 56

BAB 5 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 5.1. Pengumpulan Data ... 57

5.1.1. Data Kuesioner Responden ... 57

5.1.1.1. Data Kuesioner analytucal Hierarchy Process ... 57

5.1.1.2. Data Kuesioner Penentuan Tingkat Kepentingan .. 62

5.1.2. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 63

5.1.2.1. Uji Validitas ... 63

5.1.2.2. Uji Reliabilitas ... 67

5.2. Pengolahan Data ... 68

5.2.1. Pengolahan Data Analytical Hierarchy Process (AHP) ... 68

5.2.2. Pembobotan Matriks-Matriks Analisa ... 75

5.2.2.1. Tahap Input ... 75

5.2.2.2. Tahap Penyesuaian ... 77


(12)

BAB 6 ANALISIS DAN DISKUSI

6.1. Analisis Kondisi Internal dan Eksternal ... 81 6.2. Analisis Strategi Departemen Teknik Industri ... 86

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan ... 87 7.2. Saran ... 89


(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1. Kurikulum Departemen Teknik Industri ... 15

3.1. Format QSPM ... 40

3.2. Matriks Perbandingan Berpasangan ... 41

3.3. Skala Penilaian Perbandingan ... 42

3.4. Matriks Perbandingan ... 43

3.5. Matriks Perbandingan Hasil Normalisasi ... 43

5.1. Faktor Internal Disiplin Teknik Industri ... 59

5.2. Rekapitulasi Penilaian Faktor-Faktor Kekuatan Teknik Industri ... 59

5.3. Rekapitulasi Penilaian Faktor-Faktor Kelemahan Teknik Industri ... 60

5.4. Faktor Eksternal Disiplin Teknik Industri ... 60

5.5. Rekapitulasi Penilaian Faktor-Faktor Peluang Teknik Industri ... 60

5.6. Rekapitulasi Penilaian Faktor-Faktor Ancaman Teknik Industri ... 61

5.7. Tingkat Kepentingan Faktor Internal ... 62

5.8. Tingkat Kepentingan Faktor Eksternal ... 63

5.9. Tabulasi Pembobotan IFE dan EFE ... 65

5.10. Perhitungan Validitas untuk Pertanyaan Pertama... 66

5.11. Data Hasil Perhitungan Validitas ... 67


(14)

5.13. Perhitungan Rata-Rata Geometric untuk Faktor-Faktor Kekuatan ... 69

5.14. Matriks Normalisasi untuk Faktor Internal ... 70

5.15. Bobot Preferensi Matriks Berpasangan Faktor Kekuatan ... 70

5.16. Rekapitulasi Perkalian Matriks Perbandingan Berpasangan Kriteria dengan Bobot Preferensi ... 71

5.17. Rekapitulasi Pembagian Vektor Preferensi Perbandingan Berpasangan Kriteria dengan Bobot Preferensi ... 72

5.18. Rekapitulasi Perhitungan Rata-Rata Kolom Perbandingan Berpasangan Faktor Internal (Kekuatan dan Kelemahan) ... 72

5.19. Rekapitulasi Indeks Konsistensi Kriteria dan Sub Kriteria ... 73

5.20. Rekapitulasi Rasio Konsistensi Kriteria dan Sub Kriteria ... 73

5.21. Rekapitulasi Bobot Faktor Internal ... 73

5.22. Rekapitulasi Bobot Faktor Eksternal ... 74

5.23. Internal Factor Evaluation (IFE) Matrix ... 75

5.24. External Factor Evaluation (EFE) Matrix ... 77

5.25. Alternatif Strategi SWOT ... 79

6.1. Nilai Bobot untuk Setiap Variabel Faktor Kekuatan ... 82

6.2. Nilai Bobot untuk Setiap Variabel Faktor Kelemahan ... 82

6.3. Nilai Bobot untuk Setiap Variabel Faktor Peluang ... 82


(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1. Struktur Organisasi Perusahaan Departemen Teknik

Industri FT-USU ... 14

2.2. Struktur Body of Knowledge Disiplin Pengetahuan Teknik Industri (Biles, 1991) ... 17

2.3. Frame Work Kurikulum Teknik Industri ... 18

2.4 Struktur Ilmu dan Pendidikan Teknik Industri ... 23

3.1. Klausal Aliran Kompetensi ... 27

3.2. Diagram Perumusan Strategi ... 30

3.3. Bentuk Skema SWOT Matrix ... 36

3.4. Bentuk Skema Internal-External (IE) Matrix ... 38

4.1. Metodologi Penelitian ... 46

4.2. Proses Pengumpulan Data ... 47

4.3. Proses Pengolahan Data ... 48

5.1. Hirarki Faktor Internal ... 58

5.2. Hirarki Faktor Eksternal ... 61


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Kuesioner Terbuka ... 91

2. Kuesioner Penentuan Bobot Faktor Internal dan Faktor Eksternal ... 94

3. Kuesioner Penentuan Nilai Rating Faktor Internal dan Faktor Eksternal ... 101

4. Matriks Swot Lulusan Sarjana Teknik Industri ... 103


(17)

ABSTRAK

Tingginya tingkat persaingan di dunia pendidikan dan keterbatasan lapangan pekerjaan yang tersedia menuntut setiap perguruan tinggi untuk terus meningkatkan kualitas pendidikannya agar mampu menghasilkan lulusan yang berkualitas dalam berbagai tingkatan dan bidang keilmuan. Ketidaksesuaian kualifikasi yang dimiliki oleh lulusan sarjana terhadap kebutuhan perusahaan juga menjadi keluhan bagi perusahaan (DIKTI, 2008).

Disiplin Teknik Industri khususnya merupakan salah satu disiplin ilmu yang dituntut untuk meningkatkan kualitas pendidikannya. Keterbatasan lapangan pekerjaan yang sesuai dengan disiplin ilmu teknik industri dan kurangnya pemahaman perusahaan (user) tentang disiplin teknik industri membuat para lulusan masih berorientasi untuk mencari kerja tanpa memprioritaskan kesesuaian ruang lingkup pekerjaan yang ditekuni terhadap disiplin ilmunya. Peran keilmuan teknik industri dinilai masih terbatas mengingat pemahaman perusahaan tentang disiplin teknik industri masih terbatas. Untuk itu, Departemen Teknik Industri USU dituntut untuk mengembangkan strategi untuk meningkatkan kompetensi lulusannya agar mampu bersaing dan memiliki kualifikasi yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan.

Penelitian dilakukan menggunakan kuesioner bagi perusahaan (user) khususnya di Medan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode Analythical Hierarchy Process (AHP), SWOT Matrix dan Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM). Perusahaan diminta untuk menilai kondisi eksisting lulusan teknik industri USU yang pernah direkrut oleh perusahaan dan memberikan harapan perusahaan sebagai user terhadap kualifikasi lulusan teknik industri kedepan. Hasil penelitian tersebut, diperoleh beberapa strategi yang dapat dilakukan oleh Departemen Teknik Industri USU dalam meningkatkan kompetensi para lulusannya agar kualifikasi lulusannya dapat sesuai dengan harapan perusahaan, diantaranya adalah Departemen Teknik Industri harus memberikan pemahaman tentang peran teknik industri bagi perusahaan yang mampu meningkatkan produktivitas, kemudian mendisain visi dan misi teknik industri yang sesuai untuk memenuhi harapan perusahaan terhadap kualitas yang dimiliki oleh lulusan teknik industri. Melalui strategi yang diusulkan, diharapkan dapat memberi usulan bagi Departemen Teknik Industri USU agar dapat mendisain kurikulum pendidikan yang disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan (user).


(18)

ABSTRACT

The tight competition in education and the limitation of employment has caused each university to continuously increase its educational quality in order that it can produce qualified graduates in every level and discipline. Irrelevant qualification owned by the graduates in meeting the needs of companies also becomes the complaint of companies (DIKTI, 2008).

Industrial Engineering discipline is especially one of the disciplines which is demanded to increase the educational quality. The limitation of employment which is in line with the discipline of Industrial Engineering and the lack of understanding of companies (users) about Industrial Engineering discipline has caused the graduates to be oriented in finding jobs without prioritizing their future jobs with their discipline. The role of Industrial Engineering is considered limited. Therefore, the Department of Industrial Engineering, University of Sumatera Utara, is demanded to develop a strategy to increase the competence of its graduates so that they are able to compete with and have qualification which is in line with the companies’ needs.

The research was conducted by using questionnaires for the companies (users) which were located in Medan. The method used was analytical Hierarchy Process (AHP), SWOT Matrix, and Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM). The companies were asked to evaluate the existing condition of Industrial Engineering USU graduates who had been recruited by these companies and the companies as the users were also expected to give hope for the qualification of the graduates of the Industrial Engineering in the future. The results of the research showed that there were some strategies which could be done by the Department of Industrial Engineering USU to increase its graduates’ competence so that it can be in line with the companies’ expectation. Some of the recommendations were that the Department of Industrial Engineering should give the understanding about the role of the Industrial Engineering to companies to increase their productivity and to design Industrial Engineering’ appropriate vision and mission in order to meet the companies’ expectation toward the graduates’ quality. Through the recommended strategy, it is expected that the Department of Industrial Engineering can design the educational curriculum which is in line with companies’ expectation (users).


(19)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Pendahuluan

Dunia pendidikan Indonesia saat ini setidaknya menghadapi empat tantangan besar yang kompleks. Pertama, keterbatasan dana yang diperoleh lembaga-lembaga pendidikan masyarakat seiring tuntutan pengguna lulusan baik dalam dunia usaha maupun lembaga pemerintahaan yang semakin bersaing secara global.

Kedua, mempersiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) baik tenaga pendidik maupun pegawai yang mampu mengembangakan kemampuan terhadap perubahan lingkungan dalam menghasilkan lulusan sarjana yang berkualitas. Ketiga, tantangan dalam peningkatan daya saing pendidikan tinggi karena calon mahasiswa semakin kritis untuk memilih perguruan tinggi yang memilih daya saing. Keempat, kemampuan perguruan tinggi untuk melakukan penyesuaian bidang ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang diberikan kepada mahasiswa dengan kebutuhan lapangan pekerjaan.

Dalam kaitannya dengan tantangan di atas, menghasilkan lulusan yang berkualitas dalam berbagai tingkatan dan bidang keilmuan merupakan sebuah persoalan yang harus dijawab karena masyarakat khususnya para pelaku ekonomi dan berbagai lembaga yang menjadi pengguna lulusan tersebut semakin kritis dalam memilih lulusan yang berkualitas dan sesuai dengan bidangnya. Hal ini perlu


(20)

diperhatikan mengingat kondisi yang terjadi saat ini, bahwa tingkat pertumbuhan lulusan perguruan tinggi setiap tahunnya tidak sebanding dengan tingkat pertumbuhan lapangan pekerjaan. Kondisi ini berarti tingkat persaingan antara para lulusan perguruan tinggi sangat tinggi untuk mendapatkan pekerjaan.

Menurut Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi (DIKTI) (2008), menyatakan bahwa jumlah sarjana menganggur meningkat drastis dari 183.629 orang pada tahun 2006 menjadi 409.890 orang pada tahun 2007. Ditambah dengan pemegang Diploma I, II dan III yang menganggur, jumlahnya lebih dari 740.000 orang pada tahun 2007. ketua Kopertis Wilayah I juga menyatakan jumlah tersebut di atas masih merupakan jumlah yang telah didata, namun diperkirakan jumlah angka pengangguran diperkirakan sebanyak 1.480.000 orang. Bahkan setiap tahunnya, rata-rata 20% dari lulusan sarjana di Indonesia menjadi pengangguran (Hamonangan, A., 2007).

Kondisi di atas disebabkan oleh beberapa hal, antara lain adalah: 1. Keterbatasan lapangan kerja yang tersedia

2. Ketidaksesuaian kualifikasi yang dimiliki oleh lulusan sarjana dengan kebutuhan dunia kerja dan masih berorientasi untuk mencari kerja bukan menciptakan lapangan pekerjaan.

3. Kurangnya pemahaman perusahaan tentang ruang lingkup pekerjaan bagi setiap lulusan tertentu

Pada acara JobsDB Career Expo 2010 di Bandung, Human Resources Department PT. Indocyber Global Teknologi menyatakan bahwa banyak pelamar yang tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh perusahaan. Umumnya lulusan


(21)

sarjana tersebut memiliki nilai yang bagus namun belum mampu untuk menjawab kebutuhan perusahaan.

Ada kecenderungan para pencari tenaga kerja “mengabaikan” bidang studi lulusan sarjana dalam sebuah wawancara. Seorang kepala HRD sebuah bank di Cirebon menegaskan, kesesuaian kualitas personal dengan sifat-sifat suatu bidang pekerjaan lebih menentukan diterima atau tidaknya seorang lulusan Perguruan Tinggi. Misalnya, posisi sebagai kasir bank menuntut kecepatan, kecekatan, dan ketepatan. Maka, lulusan sarjana dengan kualitas ini punya peluang besar untuk diterima meskipun latar belakang bidang pendidikannya tidak sesuai. Beliau menyatakan pernah menerima Sarjana Pertanian dari Bogor sebagai kasir di bank kami dan menolak Sarjana Ekonomi manajemen dari Bandung yang IPK-nya sangat bagus (Fauzi, A., 2010). Hal ini tidak hanya terjadi di beberapa lulusan program studi tertentu, melainkan terjadi di hampir seluruh lulusan program studi yang ada, salah satunya adalah lulusan sarjana Teknik Industri.

Menurut P.E.Hicks (1997), definisi Keilmuan Teknik Industri adalah sebagai berikut: “Industrial Engineering is concern with the design, improvement and installation of integrated systems of materials, information, equipment and energy. It draws upon specialized knowledge and skill in the mathematical, physical and social sciences together with the principles and methods of engineering analysis and design to specify, predict and evaluate the results to be obtained from such systems” dikutip dari Sinulingga (2008), memiliki arti bahwa seorang sajana Teknik Industri adalah orang yang mampu untuk merancang, memperbaiki dan memasang


(22)

sistem terpadu mencakup material, informasi, peralatan dan energi, dengan menggunakan pengetahuan dan keahlian yang spesifik seperti matematika, fisika dan ilmu sosial dan dengan prinsip dan metode analisis rekayasa dan rancangan untuk menentukan, memprediksi dan mengevaluasi hasil diperoleh dari setiap sistem.

Definisi lainnya dari The Global Association Productivity and Efficiency Professionals (2008) bahwa seorang sarjana teknik industri adalah sebagai berikut: “Industrial engineers are process-oriented, managing process improvements and multifaceted projects. In the field of innovation, coming up with ideas is a collaborative effort and follows a process. It is only through the innovation process that we can create our execution plans from our many ideas”, berarti bahwa seorang sarjana teknik industri berorientasi pada proses, mengatur peningkatan proses dan multifaceted project (Stanleigh, M., 2008).

Jika dilihat dari profil Fakultas/Departemen Teknik Industri yang ada di Indonesia misalnya, seperti:

a. Salah satu sasaran Institut Teknologi Bandung (ITB) adalah: Kemampuan dalam melakukan perancangan, rekayasa, fabrikasi, perbaikan, dan operasi sistem integral yang terdiri atas manusia, peralatan, bahan, energi dan informasi.

b. Website Universitas Indonesia, menyebutkan bahwa “Konsep Penetapan kurikulum program studi disesuaikan dengan tuntutan dan kebutuhan dari pihak stakeholders yaitu kebutuhan dunia industri dan perkembangan


(23)

teknologi. Kesesuaian terhadap kebutuhan stakeholders tersebut direalisasikan dengan mata kuliah yang menekankan pada ilmu Teknik Industri dengan tujuan agar mahasiswa menguasai bidang Teknik Industri. Definisi kompetensi yang jelas tentang keilmuan teknik Industri diadaptasi dari definisi Teknik Industri dari asosiasi ahli teknik industri AS (Institute of Industrial Engineers), yaitu berkenaan dengan perancangan, peningkatan, instalasi dan manajemen dari suatu sistem yang terintegrasi yang terdiri dari informasi, manusia, material, peralatan, teknologi dan energi untuk semua jenis operasi jasa dan manufaktur. Keahliannya berdasarkan pengetahuan dan keahlian spesifik dibidang matematika, fisika, dan ilmu sosial yang digabungkan dengan prinsip-prinsip dan metode-metode analisa rekayasa dan manajemen sehingga mampu menspesifikasikan, memperkirakan dan mengevaluasi performa dari sistem tersebut.

c. Institut Teknologi Surabaya, disebutkan dalam website-nya kompetensi lulusan teknik industri adalah kemampuan dalam hal perencanaan, pengorganisasian, pengoperasian dan pengendalian sistem industri yang luas dan kompleks, mempunyai kemampuan untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas, maupun produktivitas sistem industri. Untuk memenuhi hal tersebut seorang sarjana Teknik Industri dituntut memiliki kemampuan dibidang ilmu keteknikan dan ilmu sosial secara bersama”.


(24)

Dari ketiga sumber di atas, dapat disimpulkan bahwa seorang Sarjana Teknik Industri dituntut memiliki kemampuan untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengoperasian dan pengendalian dan perbaikan secara sistem integral dengan memanfaatkan ilmu science dan sosial dalam pencapaian tujuan organisasi atau perusahaan. Tentu saja, dari tujuan di atas, sebenarnya sarjana teknik industri memiliki suatu karakteristik yang berbeda dengan disiplin ilmu lainnya, mereka dituntut untuk mampu mengendalikan dan mengintegrasikan berbagai bidang secara integrasi sehingga membentuk sebuah sistem organisasi pada sebuah perusahaan. Apabila definisi-definisi di atas dapat diterapkan pada lulusan teknik industri, maka peran teknik industri pada perusahaan sangat diperlukan dalam memberikan kontribusi untuk meningkatkan efisiensi dan produktifitas untuk meningkatkan kinerja perusahaan secara optimal.

Namun jika dibandingkan dengan fakta yang ada, banyak lulusan sarjana teknik industri menekuni profesi yang tidak sesuai dengan profesi yang sebenarnya. Hal ini terjadi dikarenakan oleh beberapa hal, yaitu:

a. Kurang pahamnya perusahaan tentang profesi teknik industri yang menyebabkan perusahaan masih menyamakan posisi lulusan teknik industri dengan lulusan dari bidang lainnya dalam proses rekrutmen. b. Mahasiswa yang masih berorientasikan untuk mendapatkan pekerjaan

sesegera mungkin setelah menyelesaikan kuliahnya.

Beberapa kondisi yang terjadi tentang ruang lingkup pekerjaan lulusan teknik industri adalah misalnya: seorang sarjana Teknik Industri yang bekerja sebagai


(25)

marketing di sebuah perbankan, menjadi seorang operator mesin di sebuah industri pengolahan kertas, dan sebagainya. Hal ini tentunya sangat disayangkan mengingat bahwa seharusnya seorang lulusan sarjana Teknik Industri adalah sebagai seorang system analyst, yaitu orang yang mampu menyusun, merencanakan dan mengintegrasikan komponen-komponen dalam sebuah sistem seperti: manusia, mesin/peralatan, metode, material dan sebagainya menjadi sebuah sistem yang saling terintegrasi.

1.2. Perumusan Masalah

Dari uraian di atas, permasalahan yang akan dipecahkan dalam penelitian ini adalah masih adanya ketidaksesuain antara kompetensi lulusan teknik industri terhadap kebutuhan pasar (perusahaan). Sehubungan dengan masalah di atas, pertanyaan yang harus dijawab adalah strategi apakah yang perlu dilakukan oleh Teknik Industri untuk mendekatkan kemampuan lulusan teknik industri dengan kebutuhan pasar? Jawaban atas pertanyaan di atas sangat dibutuhkan dalam merumuskan strategi yang paling efektif untuk mendapatkan pendidikan terbaik teknik industri dalam memenuhi kebutuhan pasar.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah perencanaan strategi yang efektif untuk meningkatkan kompetensi lulusan teknik industri di Departemen Teknik Industri USU yang sesuai dengan perkembangan kebutuhan pasar.


(26)

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain: 1. Bagi Mahasiswa

Manfaat penelitan ini bagi mahasiswa adalah melatih kemampuan mahasiswa dalam memecahkan masalah yang dihadapi oleh departemen Teknik Industri FT-USU dalam menghasilkan para lulusan sarjana yang berkualitas sesuai dengan harapan stakeholder dan menyelesaikan studi di Program Studi Magister Teknik Industri USU.

2. Bagi Perguruan Tinggi

Manfaat penelitian ini bagi perguruan tinggi adalah sebagai usulan strategi khususnya bagi Departemen Teknik Industri FT-USU untuk meningkatkan kompetensi lulusan teknik industri dalam memenuhi kebutuhan perusahaan-perusahaan.

3. Bagi Departemen Teknik Industri FT-USU

Memperoleh hasil penelitian berupa persepsi perusahaan mengenai kondisi eksisting tentang lulusan sarjana TI yang ada saat ini, harapan yang diinginkan perusahaan serta usulan strategi yang dapat dilakukan departemen Teknik Industri FT-USU untuk memenuhi harapan tersebut. Dengan demikian, Departemen Teknik Industri FT-USU dapat meningkatkan metode belajar, kurikulum maupun cara mengajar dalam kegiatan perkuliahan agar kualitas lulusan sarjana Teknik Industri FT-USU dapat sesuai dengan harapan perusahaan.


(27)

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Adapun ruang lingkup penelitian adalah sebagai berikut:

a. Penelitian hanya dilakukan di Departemen Teknik Indusri FT-USU untuk program reguler.

b. Penelitian hanya dilakukan pada bagian proses pendidikan yang terjadi dalam kegiatan di Departemen Teknik Industri FT-USU.

1.6. Sistematika Penulisan Laporan

Sistematika penulisan proposal tesis adalah sebagai berikut: Bab 1 Pendahuluan

Berisikan tentang latar belakang dilakukannya penelitian ini, dimana dibahas tentang tantangan dan permasalahan yang dihadapi oleh perguruan tinggi terhadap pertumbuhan ekonomi dan teknologi yang semakin tumbuh. Secara spesifik, dibahas tentang kesesuaian antara kualitas sarjana Teknik Industri Universitas Sumatera Utara terhadap kebutuhan perusahaan, penyebab-penyebab ketidaksesuaian spesialisasi keilmuan Industri terhadap ruang lingkup pekerjaan yang tersedia selama ini. Dari permasalahan di atas, maka muncul beberapa penyebab terjadinya hal tersebut sehingga diperlukan sebuah strategi bagi Departemen Teknik Industri untuk meningkatkan daya saingnya agar dapat sesuai dengan kebutuhan perusahaan.

Bab 2 Gambaran Umum Perusahaan

Berisikan tentang profil Departemen Teknik Industri USU dimana tempat penelitian ini dilakukan.


(28)

Bab 3 Landasan Teori

Berisikan tentang teori-teori yang akan digunakan dalam kegiatan penelitian ini, seperti: definisi kompetensi, Analythical Hierarchy Process (AHP), Quantitative Strategic Planning Matrix.

Bab 4 Metodologi Penelitian

Berisikan tentang tahapan proses penelitian yang akan dilakukan, mulai dari studi literatur, pengumpulan data, pengolahan data, analisis dan kesimpulan dan saran.

Bab 5 Pengolahan Data

Berisikan tentang kegiatan pengumpulan data yang kemudian diolah dengan menggunakan teori-teori yang telah ditentukan. Output dari pengolahan data ini diperoleh sebuah strategi yang dapat dilakukan oleh Departemen Teknik Industri USU.

Bab 6 Analisis

Berisikan tentang analisis terhadap hasil pengolahan data yang telah dilakukan sehingga diperoleh sebuah hasil akhir dari penelitian tersebut.

Bab 7 Kesimpulan dan Saran

Berisikan tentang kesimpulan dari hasil penelitian dan saran-saran yang diberikan baik bagi tempat penelitian ini dilakukan maupun pengembangan penelitian dapat dapat dilakukan terhadap penelitian yang telah dilakukan.


(29)

BAB 2

GAMBARAN UMUM DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI USU

2.1. Sejarah Ringkas Tentang Departemen Teknik Industri FT-USU

Program Studi Teknik Industri didirikan tahun 1965 bersamaan dengan berdirinya Program Studi Teknik Elektro dan berada di lingkungan Fakultas Teknik Sumatera Utara.

Sesuai dengan surat Keputusan Menteri P&K No.0174/0/1983 tanggal 14 Maret 1983 dan No. 0535/0/1983 tanggal 8 Desember 1983 nama Program Studi Teknik Industri berubah menjadi Program Studi Teknik dan Manajemen Industri. Selanjutnya sesuai dengan keputusan Mendikbud No. 0218/U/1995 tertanggal 25 Juli 1995 Program Studi Teknik dan Manajemen Industri berubah kembali menjadi Program Studi Teknik Industri hingga saat ini.

2.2. Visi dan Misi Universitas Sumatera Utara (USU)

2.2.1. Visi Universitas Sumatera Utara (USU)

Visi Universitas Sumatera Utara (USU) yakni “University for Industry”, dimana berkomitmen untuk mempersiapkan mahasiswa menjadi anggota masyarakat akademik yang profesional dalam menerapkan, mengembangkan pengetahuan ilmiah, teknologi dan seni, serta berdaya saing yang tinggi. Visi ini dapat diwujudkan apabila


(30)

disertai dengan peran keilmuan teknik industri yang mampu berfikir secara sistematis dalam mewujudkan visi tersebut.

2.2.2. Misi departemen Teknik Industri FT-USU

Berdasarkan Laporan Evaluasi Diri Teknik Industri FT-USU (2008), misi Departemen Teknik Industri FT-USU adalah sebagai berikut:

a. Menyelenggarakan proses belajar mengajar yang efektif dan optimal dengan kemandirian fakultas.

b. Melaksanakan penelitian dan berorientasi pada upaya pengembangan ilmu dan teknologi industri.

c. Berperan aktif mengembangkan sistem informasi Teknik Industri yang handal dan mengembangkan metode pemecahan masalah keteknikan.

2.3. Tujuan Departemen Teknik Industri FT-USU

Pendidikan S-1 Departemen Teknik Industri FT-USU bertujuan:

a. Menghasilkan Sarjana Teknik yang berjiwa Pancasila dan memiliki integritas kepribadian yang tinggi.

b. Menguasai dasar-dasar ilmiah sehingga mampu berfikir, bersikap dan bertindak sebagai ilmuwan.

c. Bersikap terbuka, tanggap terhadap perbahan dan kemajuan ilmu dan teknologi khususnya dibidang Teknik Industri dan terhadap masalah yang dihadapi masyarakat pada umumnya.


(31)

d. Menghayati pembangunan dibidang keteknikan sebagai bagian dari pembangunan nasional.

e. Memahami dan mampu menggunakan hasil-hasil penelitian untuk merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi upaya-upaya keteknikan.

2.4. Struktur Organisasi Departemen Teknik Industri FT-USU

Departemen Teknik Industri FT-USU saat ini telah mendapatkan sertifikasi ISO 9000:2000 dan struktur organisasi departemen telah dikembangkan sesuai dengan kemajuannya. Struktur organisasi departemen dapat dilihat pada Gambar 2.1 sedangkan uraian tugas dan tanggung jawab dari setiap jabatannya dapat dilihat pada Tabel 2.1.

2.5. Kurikulum Teknik Industri FT-USU

Departemen Teknik Industri telah menyusun kurikulum teknik industri berbasis kompetensi. Kurikulum ini dikembangkan untuk meningkatkan kompetensi mahasiswa agar lulusannya memiliki kemampuan yang sesuai dengan kebutuhan pasar. Kurikulum Departemen Teknik Industri FT-USU dibagi dalam 4 (empat) bagian dengan jumlah 144 SKS. Secara lengkap kurikulum departemen dapat dilihat pada Tabel 2.1.


(32)

Ketua Dept. Teknik Industri FT-USU Sekretaris Dept. TI FT-USU M.Representatif Document Control AdmInistrasi Program Studi

Pendidikan Keuangan Pelayanan

Mahasiswa Umum/Arsip Koord.Bid. Ergonomi & Peranc.Sist Kerja Koord.Bid. Manajemen Rekayasa & Produksi Koord.SAP+ Kul+Ujian & Evaluasi Dosen Koord.Prog. Ekstension Koord. Program D-IV Koord. Konsultasi Bisinis Koord. Pengemb. Lab

Koord. Kerja Praktek Koord. Tugas Sarjana Koord. Pustaka & Publikasi/ Jurnal Koord.Bid.Rek. Sist. Manufaktur Kepala Lab Sist. Produksi Kepala Lab. Pengukuran & Statistik Kepala Lab. TLP & Pemindahan Bahan Kepala Lab. Proses Produksi Kepala Lab. Komputasi Kepala Lab. Core Kepala Lab. Teknik Keselamatan Kerja & LH

Kepala Lab.Studio Audio Visual Meng. Teknik Kepala Lab. Ergonomi & Perancangan Kerja


(33)

Struktur Body of Knowledge Disiplin Pengetahuan Teknik Industri (Biles, 1991) frame work kurikulum Departemen Teknik Industri FT-USU dapat dilihat pada Gambar 2.2. dan 2.3.

Tabel 2.1. Kurikulum Departemen Teknik Industri

No. Kriteria Mata Kuliah Komponen Mata Kuliah I Mata Kuliah Pengembangan

1. Pendidikan Kewarganegaraan 2. Agama

3. Etika

II Mata Kuliah Keilmuan dan Keterampilan

1. Kalkulus I dan Analisa Geometrik I 2. Fisika Dasar

3. Kimia Dasar 4. Praktikum Fisika 5. Praktikum Kimia Dasar

6. Kalkulus I dan Analisa Geometrik II 7. Aljabar Linier

8. AnalisaNumerik 9. Kimia Industri

10. Integral dan Persamaan Differensial Biasa 11. Dasar Optimasi

12. Fisika Lanjut 13. Pengetahuan Bahan 14. Teori Probabilitas

15. Rangkaian Listrik dan Elektronika 16. Thermodinamika

III Mata Kuliah Perilaku Berkarya

1. Ilmu Ekonomi

2. Prakt. Proses Manufaktur 3. Riset Operasi I

4. Riset OperasiII 5. Analisa Biaya

6. Permodelan dan Simulasi Sistem 7. Ergonomi

8. Analisa Perancangan Kerja 9. Prakt. Ergonomi dan APK 10. Otomasi Sistem Produksi 11. Pengendalian Kualitas 12. Prakt.Statistik

13. Ekonomi Teknik 14. Perancangan Organisasi

15. Perancangan Perkakas dan Alat Bantu 16. Tata Letak Pabrik

17. Perencanaan dan Pengendalian Produksi 18. Manajemen Proyek


(34)

Tabel 2.1. (Lanjutan)

No. Kriteria Mata Kuliah Komponen Mata Kuliah 20. Sistem Produksi

21. PilihanI 22. Pilihan II 23. Pilihan III 24. Pilihan IV

25. Rancangan Teknik Industri I 26. Rancangan Teknik Industri II 27. Prakt. Rancangan Teknik Industri 28. Psikologi Industri

29. Manajemen Teknologi 30. Manajemen Pemasaran 31. Prakt. Sistem Produksi

IV Mata Kuliah Keahlian Berkarya

1. Menggambar Teknik 2. Prakt. Menggambar Teknik 3. Proses Manufaktur

4. Pengantar Teknik Industri 5. Logika Pemrograman 6. Prakt. Logika Pemrograman 7. Statistik Industri

8. Elemen Mesin 9. Kerja Praktek

10. Metodologi Penelitian 11. Tugas Akhir

12. Mekanika Teknik 13. Satuan Operasi 14. Konversi Energi 15. Studi Kelayakan

16. Prakt. Tata Letak Pabrik V Mata Kuliah Berkehidupan

Bersama

1. Kewirausahaan dan Pengembangan Bisnis 2. Bahasa Indonesia

3. Bahasa Inggris

2.6. Lulusan Teknik Industri USU

Sampai saat ini jumlah mahasiswa Program Studi Teknik Industri yang masih aktif berjumlah 400 orang, yang terdiri dari 194 orang merupakan mahasiswa angkatan 1996-2000 dan 206 orang merupakan mahasiswa angkatan 2001-2003. Calon Mahasiswa Program Studi Teknik Industri berasal dari lulusan SMU dan


(35)

SMU Sederajat yang penerimaannya melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) dan Panduan Minat dan Prestasi (PMP). Staf pengajar yang berkualitas S2-S3 sampai saat ini 94,4 % dari total staf sebanyak 35 orang.

Akreditasi yang diperoleh Program Studi Teknik Industri FT-USU adalah A (Grade A) sejak tahun 2004. Sejak tahun 2001 Program Studi Teknik Industri telah memiliki satu Jurnal Sistem Teknik Industri yang terakreditasi dengan SK No. 52/DIKTI/KEP/2002. Dukungan Perpustakaan terutama Jurnal dan Text book untuk basis pengajaran tersedia diruang Teknik baca Industri. Walaupun dalam kondisi terbatas namun juga telah tersedia laboratorium Sistem Produksi, laboratorium Ergonomi & PSK, laboratorium Proses Manufaktur, laboratorium Tata Letak Pabrik, laboratorium Pengukuran dan Statistik, laboratorium Menggambar Teknik, laboratorium Logika Pemrograman dan laboratorium Rancangan Teknik Industri dan ini terus akan dikembangkan.

Industrial Engineering General Engineering

Science Science

Sumber: Biles (1991)

Gambar 2.2. Struktur Body of Knowledge Disiplin Pengetahuan Teknik Industri

Industrial Engineering function

Production Engineering

Operational Science

Ergonomics

Life Science Physical Science

Behavioral and Social Science


(36)

Sumber: Sinulingga (2008)

Gambar 2.3. Frame Work Kurikulum Teknik Industri

2.7. Kompetensi Lulusan Teknik Industri

Disiplin ilmu teknik industri sebagai salah satu elemen dari ilmu keteknikan memiliki karakteristik yang jelas dan berbeda dengan disiplin ilmu lainnya walaupun cukup banyak mata pelajaran dasar keteknikan yang telah dicakup dalam disiplin ilmu tersebut. Berdasarkan penyusunan kompetensi Teknik Industri FT-USU, hakekat

Profil-profil teknik industri utama :

• System approach

• Think Technical, Global View

• Method & Measurement

• Business Profitability

• Efficiency & vProductivity

• Computing

• Cost reduction

• Production

• Quality

• Ergonomic

• Partnership-Network

• Continuous Improvement

• Communication with the

orther disciplines

• Sound Decission Making

• Change Process

Planning Improvement Operational Analisys

Design

Teachung & Learning Process

• Lecture

• Tutorial

• Discussion

• Seminar

• Presentation

• Problem Solving

• Case Study

• Games/Simulasi

• Coputer Aided Learning

• Laboratorium

• Kerja praktek

• Kunjungan kerja

• Kuliah Tamu/Dosen Tamu

• Magang

Kompetensi Sarjana Teknik Kompetensi Umum

(EEDP-Dikti) (a-o) Kelompok Mata Kuliah • MKK • MKPK • MKKB • MKDB • MKBB Kelompok Pengetahuan Mathemati cs/ Basic Sciences Engineering Principles & Information Technology Erg.Design & Project Professional Engineering Practise Engineering Discipline Specialication General Studies


(37)

pendidikan teknik industri di FT-USU adalah melahirkan sarjana teknik industri yang memiliki kompetensi tentang pengetahuan, ketrampilan dan sikap sebagai berikut:

a. Mampu mengidentifikasi masalah-masalah khususnya dalam bidang kerekayasaan melalui penguasaan pengetahuan engineering dan sosial terkait serta memiliki wawasan mengenai sistem integral (yang meliputi unsur mesin/peralatan, material, manusia, energi dan informasi) dari permasalahan tersebut.

b. Mampu memecahkan permasalahan sistem integral dengan memanfaatkan pengetahuan khusus dan keterampilan matematika, fisika dan sosial bersama-sama dengan metode analisis dan perancangan untuk merancang, menginstalasi dan mengevaluasi dan memprediksi hasil/kinerja yang dapat diharapkan.

c. Mampu menemukenali metode alternatif yang layak (feasible) dalam pemecahan masalah sistem integral dan memilih salah satu terbaik (optimum) melalui penerapan metodologi, alat dan prinsip-prinsip optimasi.

Kemampuan para lulusan pendidikan Teknik Industri seperti diuraikan di atas jelas tercakup dalam karakteristik yang spesifik kemampuan yang dituntut pada lulusan pendidikan keteknikan lain seperti dijelaskan oleh ABET (The Accreditation Board for Engineering and Technology) diambil dari Sinulingga (2008), bahwa karakteristik kemampuan para lulusan keteknikan adalah sebagai berikut:


(38)

a. Kemampuan dalam menggunakan pengetahuan matematika, sains dan keteknikan (engineering).

b. Kemampuan merancang dan melakukan percobaan di samping menginterpretasikan data.

c. Kemampuan merancang sistem, komponen sistem atau proses untuk memenuhi kebutuhan tertentu.

d. Kemampuan melakukan fungsi dalam tim yang bersifat multifungsi. e. Kemampuan mengidentifikasi, memformulasi, dan memecahkan

masalah-masalah keteknikan.

f. Memahami dengan baik tanggung jawab dan etika profesional. g. Kemampuan berkomunikasi secara efektif.

h. Kemampuan memahami pengaruh pemecahan masalah keteknikan dalam konteks sosial dan global.

i. Memahami secara baik tentang perlunya belajar sepanjang hidup. j. Kemampuan memahami isu-isu terkini.

k. Kemampuan menggunakan metode, keterampilan dan peralatan keteknikan modern yang dibutuhkan dalam pemecahan masalah-masalah keteknikan.

Karakteristik kemampuan di atas memperlihatkan bagian-bagian yang juga bersifat umum. Empat item yaitu f, g, i dan j adalah kemampuan yang juga harus dimiliki oleh para lulusan pendidikan dalam bidang ilmu lainnya. Khusus tentang karakteristik kemampuan para lulusan pendidikan teknik industri, kemampuan


(39)

merancang yang dijelaskan pada butir-butir b dan c secara eksplisit ialah merancang sistem kompleks secara integral (integrated complex system design) yang terdiri dari unsur manusia, material, peralatan dan informasi.

2.8. Profesi Teknik Industri

Terminologi bidang profesi secara umum dipahami sebagai sebuah bidang keahlian spesifik yang dikuasai orang-orang tertentu yang telah memiliki pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang utuh dalam bidang keahlian tersebut. Jika pengertian tersebut digunakan sebagai acuan dalam menilai profesi teknik industri maka akan timbul keraguan apakah teknik industri yang bidang garapan ilmiahnya tidak seutuhnya berada dalam lingkup bidang engineering tetapi merambah ke bidang lain masih dapat disebut sebuah profesi. Pro dan kontra akan berkepanjangan jika kata profesi tidak dijelaskan secara definitif bukan sekedar penjelasan pengertian.

Menurut Dale Yolder (1976), suatu pekerjaan dapat disebut sebuah profesi apabila pekerjaan tersebut memiliki unsur dan karakteristik sebagai berikut:

a. Pekerjaan tersebut memiliki sistematic body of knowledge yaitu know what, know how dan know why. Dasar keilmuan pekerjaan tersebut terlihat secara jelas, dan bagaimana melakukan dan mengapa demikian juga dapat dijelaskan secara ilmiah.

b. Dasar kewenangan pada pekerjaan tersebut adalah keunggulan dalam pengetahuan dan keterampilan yang diakui oleh para pengguna (authority based upon knowledge wich is recognized by client) bukan karena faktor


(40)

lain di luarnya. Dengan demikan, kompetensi dalam pekerjaan yang diakui oleh para pengguna pekerjaan tersebut merupakan hal pokok. Kompetensi yang diakui hanya dapat dimiliki seseorang melalui proses yang panjang yang meliputi pendidikan, latihan dan pengalaman lapangan. Kompetensi tidak mungkin dimiliki hanya melalui pendidikan dan latihan saja.

c. Pekerjan tersebut memiliki kode etik (code of ethics). Kode etik suatu pekerjaan mengatur hubungan antara profesional dan pengguna atau klien pekerjaan tersebut dan antar profesional itu sendiri. Oleh karena itu, kode etik akan berfungsi sebagai pengendali para profesional dalam melaksanakan pekerjaannya.

d. Pelaksanaan pekerjaan tersebut mengandung risiko hukuman sosial (social sanction) dan pengakuan (recognition). Seorang profesional yang melanggar kode etik pekerjaan setelah melalui prose pembuktian yang baku tidak mungkin terhindar dari hukuman yang telah diatur secara utuh melalui mekanisme tertentu. Demikian juga jika seorang angota profesi melakukan prestasi nyata yang memenuhi kriteria yang diterapkan maka profesi akan memberikan penghargaan/pengakuan tertentu.

e. Para profesional dalam pekerjaan tersebut membentuk organisasi profesi sebagai wadah pembinaan sekaligus membangun budaya profesi (culture sustained by organization) serta menjaga norma-norma dan etika organisasi.


(41)

Kurikulum inti yang merupakan persyaratan minimal knowledge teknik industri yang dikelompokkan dalam mata kuliah dasar umum berisikan mata kuliah yang jelas memperlihatkan pembentukan sikap dan kepribadian dan mata kuliah dasar khusus yang berisikan industrial engineering subjects yang terdiri dari mata kuliah basic science, basic engineering, economic dan method engineering jelas memperlihatkan pembentukan keahlian teknik industri. Kelompok mata kuliah lain yaitu mata kuliah keahlian berisikan aplikasi cara berfikir sistemik dan terpadu yang menjadi ciri khas dari teknik industri. Uraian di atas memperlihatkan bahwa disiplin teknik industri jelas memiliki body of knowledge yang sistematik, yang mengandung aspek know what, know how dan know why.

Berdasarkan uraian di atas, maka pendidikan teknik industri yang berhasil melahirkan sarjana-sarjana teknik industri yang profesional haruslah mengikuti sistematika seperti Gambar 2.4.

Sumber: Sinulingga (2008)

Gambar 2.4. Struktur Ilmu dan Pendidikan Teknik Industri

Subjek Aplikasi Disiplin Ilmu Teknik Industri

Dasar-dasar engineering

Ilmu Dasar dan Sains H U M A N I O R A Dasar

Teknik Industri


(42)

Ilmu dasar dan sains yang meliputi matematika dan fisika dasar diberikan pada tahun pertama pendidikan teknik industri dengan tujuan memberikan dasar keilmuan kepada peserta didik sehingga mereka mudah memahami dasar-dasar engineering. Penguasaan yang kuat terhadap dasar engineering yang diberikan pada tahun kedua sangat penting karena dasar engineering menjelaskan sistem dan proses engineering seperti sistem dan engineering design dan lain-lain yang mencirikan para lulusan seorang sarjana teknik. Pada tahun ketiga, setelah memahami secara kuat dasar engineering, maka dasar-dasar ilmu teknik industri yang meliputi antara lain teori-teori optimasi, rekayasa faktor manusia (human factor engineering) dan pengetahuan ekonomi yang relevan diberikan.

Pada tahun terakhir, pengetahuan peserta didik diperkaya dengan mata pelajaran mengenai aplikasi disiplin ilmu teknik industri seperti: perencanaan dan pengendalian produksidan simulasi sistem. Peserta didik juga ditanamkan seacara mendalam pola fikir sistemik dan sistem terpadu sehingga para lulusan mampu menunjukkan ciri khas teknik industri dalam melaksanakan pekerjaannya.

Pada tahap akhir, wawasan para calon sarjana teknik industri juga dikembangkan untuk kemudahan mereka membangun team work dengan orang-orang dari profesi lain. Kemampuan bekerja dalam tim yang beranggotakan orang-orang berbeda disiplin ilmu telah menjadi sebuah kebutuhan karena perubahan global telah memunculkan permasalahan yang semakin kompleks. Tidak ada satu profesi yang mampu menyelesaikan permasalahan kompleks secara optimal tanpa melalui kerja


(43)

tim multi disiplin. Seperti halnya dengan profesi dengan disiplin ilmu engineering lain, profesi teknik industri juga terkait dengan etika profesi engineering.


(44)

BAB 3

LANDASAN TEORI

3.1. Kompetensi

Menurut Spencer dan Spencer (1993), kompetensi didefinisikan sebagai: “A competency is underlying characteristic of an individual that is causally related to criterion-referenced effective and/or superior performance in a job situation”.

Karakteristik dasar berarti kompetensi merupakan bagian yang sangat mendalam dari kepribadian seseorang dan bisa memprediksikan perilaku dalam berbagai situasi dan pekerjaan.

Sementara menurut Maxwell, John C. (2001), mendefinisikan bahwa: Kompetensi adalah kemampuan seorang pemimpin untuk mengatakannya, merencanakannya, dan melakukannya dengan sedemikian rupa sehingga orang lain mengetahui bahwa ia mengetahui caranya dan mengetahui bahwa mereka ingin menjadi pengikutnya.

Sebab akibat yang berhubungan berarti bahwa kompetensi menyebabkan atau memprediksi perilaku dalam berbagai situasi dan performansi. Kompetensi motif, ciri pembawaan, dan konsep diri memprediksi perilaku tindakan yang kemudian memprediksi hasil performansi pekerjaan, yang secara jelas dapat dilihat pada Gambar 3.1.


(45)

Gambar 3.1. Klausal Aliran Kompetensi

Kriteria referensi berarti bahwa kompetensi sebenarnya memprediksikan siapa yang akan melakukan sesuatu dengan baik atau buruk sebagaimana diukur dalam kriteria khusus atau standar. Kriteria referensi merupakan aspek kritis dalam pendefinisian kompetensi. Suatu karakteristik merupakan kompetensi hanya dan jika hanya mampu memprediksikan sesuatu yang bermakna dalam dunia nyata. Kriteria referensi berarti bahwa kompetensi sebenarnya memprediksikan siapa yang akan melakukan sesuatu dengan baik atau buruk sebagaimana diukur dalam kriteria khusus atau standar. Kriteria referensi merupakan aspek kritis dalam pendefinisian kompetensi. Suatu karakteristik merupakan kompetensi hanya dan jika hanya mampu memprediksikan sesuatu yang bermakna dalam dunia nyata.

Menurut Spencer dan Spencer (1993), sumber kompetensi individu terdiri dari 5 (lima) jenis yaitu:

1. Motif, adalah hal-hal yang dipikirkan atau diinginkan secara konsisten yang menyebabkan tindakan. Motif mengarahkan, menunjukkan dan

Personal Characteristic

Behavior Job Performance

“Intent “Action” “Outcome”

Motif Ciri

Konsep Diri Pengetahuan


(46)

memilih perilaku melalui berbagai tindakan atau tujuan dan berbeda antara satu individu dengan individu lainnya.

2. Ciri pembawaan (ciri, sifat, karakter), adalah karakter fisik dan respon konsisten terhadap informasi dan situasi. Contohnya waktu reaksi dan penglihatan yang baik merupakan kompetensi karakteristik fisik dari pilot tempur.

3. Konsep diri sendiri adalah sikap-sikap, nilaim atau gambaran diri (self image). Contohnya adalah kepercayaan diri.

4. Pengetahuan, adalah informasi yang dimiliki oleh seseorang dalam bidang yang khusus. Contohnya pengetahuan ahli bedah tentang syaraf otot dalam tubuh manusia.

5. Keahlian, adalah kemampuan untuk melakukan beberapa tugas fisik atau mental.

6. Mengubah langkah 3, 4 dan 5 untuk semua tingkat hierarki.

7. Memeriksa komponen hierarki, jika tidak konsisten maka penilaian data judgement harus diperbaiki.

3.2. Strategi

3.2.1.Pengertian strategi

Strategi berasal dari bahasa Yunani, yaitu strategòs, terdiri dari 2 kata yaitu “stratòs yang berarti tentara (army) dan “igo” yang berarti memimpin (lead). Ada beberapa definisi strategi, yaitu:


(47)

a. Strategi adalah seperangkat tindakan-tindakan perusahaan yang terintegrasi yang dirancang untuk menghasilkan keunggulan bersaing yang dapat dipertahankan guna memperoleh kinerja superior (Porter, M., 2006). b. Strategi sebagai rencana yang disatukan, menyeluruh dan terpadu yang mengaitkan keunggulan perusahaan dengan tantangan lingkungan dan yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh perusahaan (Jauh and Glueck, 1984).

c. Strategi merupakan pola alokasi sumber daya yang memungkinkan organisasi-organisasi dapat mempertahankan kinerjanya (Barney, 1997). d. Strategi merupakan keseluruhan rencana mengenai penggunaan sumber

daya untuk menciptakan suatu posisi yang menguntungkan (Grant, 1995). Dalam dunia bisnis, strategi didefinisikan sebagai pola tindakan utama yang dipilih untuk mewujudkan visi organisasi melalui misinya. Perumusan strategi bisnis merupakan suatu hal yang mutlak untuk dilakukan perusahaan. Ada manfaat besar yang akan diperoleh melalui perumusan strategi secara eksplisit, memastikan bahwa setidaknya kebijakan departemen fungsional akan terkoordinasi dan terarah ke seperangkat tujuan bersama.

3.2.2.Pengertian manajemen strategi

Manajemen strategi dapat didefinisikan sebagai seni dan ilmu dalam formulasi, implementasi dan evaluasi keputusan antar fungsional dalam mencapai tujuan


(48)

organisasi. Sebagai implikasi dari definisi tersebut, manajemen strategis mempunyai fokus pada mengintegrasikan manajemen pemasaran, finansial, operasi, penelitian dan pengembangan, dan sistem informasi komputer untuk mencapai keberhasilan organisasi.

Jauch and Glueck (1984) mendefinisikan manajemen strategis sebagai sejumlah keputusan dan tindakan yang mengarah pada penyusunan suatu strategi atau sejumlah strategi yang efektif untuk membantu mencapai sasaran peusahaan. Proses manajemen strategis meliputi 4 (empat) elemen dasar, yaitu: pengamatan lingkungan, perumusan strategi, implementasi strategi dan evaluasi dan pengendalian.

3.2.3.Perumusan strategi

Sebelum memulai proses perumusan strategi, diperlukan pengamatan lingkungan sebagai analisis awal, yang berupa analisis data eksternal-internal perusahaan, dan identifikasi faktor-faktor kunci persaingan (key success factor). Menurut Fred, David R. (2002), ada tiga tahap dalam perumusan strategi dapat dilihat pada Gambar 3.2.


(49)

External Factor Evaluation (EFE) Matrix

Internal Factor Evaluation (EFE) Matrix Tahap I: The Input Stage

Strengths Weakness Opportunities

Threats (SWOT) Matrix Internal-External (IE) Matrix

Tahap II: The Matching Stage

Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) Tahap III: The Decision Stage

Gambar 3.2. Diagram Perumusan Strategi

3.2.3.1. Analisis awal

Analisis awal merupakan analisis data eksternal-internal perusahaan. Analisis eksternal adalah identifikasi terhadap faktor-faktor lingkungan luar yang terkait dengan perusahaan, seperti: faktor ekonomi, lingkungan, pemerintahan, teknologi dan pesaing. Data analisis eksternal dilakukan juga identifikasi faktor sukses kunci persaingan (key success factor) atau faktor sukses kritikal (critical success factor). Tujuan analisis eksternal adalah membuat daftar ancaman dan peluang yang akan dihadapi.

Analisis internal merupakan idenifikasi terhadap visi, misi dan tujuan perusahaan. Tujuan dari analisis internal perusahaan adalah membuat daftar kekuatan


(50)

dan kelemahan, sehingga bersama-sama dengan peluang dan ancaman eksternal dan pernyataan misi yang jelas dapat dijadikan acuan dalam penentuan strategi. Analisis internal juga berguna untuk mengetahui seberapa jauh tingkat daya saing perusahaan. Pada dasarnya aktivitas internal perusahaan merupakan proses yang sepenuhnya dapat dikendalikan oleh pihak manajemen sehingga kelemahan internal dapat dideteksi, dapat dilakukan upaya perbaikan dan kekuatan perusahaan dapat dijadikan “senjata” untuk menghadapi ancaman dan peluang eksternal.

3.2.3.2.Tahap input

Tahap-tahap pada tahap input adalah sebagai berikut: 1. Pembuatan External Factor Evaluation (EFE) Matrix

EFE Matrix merupakan rangkuman dan evaluasi dari faktor-faktor lingkungan di luar yang terkait dengan perusahaan, seperti: faktor ekonomi, lingkungan, pemerintah, teknologi dan pesaing. Ada 5 (lima) langkah untuk membuat matriks ini, yaitu:

a. Daftarkan faktor-faktor kunci eksternal yang telah diidentifikasi dalam proses audit eksternal, mencakup 10 sampai 20 faktor peluang dan ancaman yang mempengaruhi perusahaan dalam industri yang bersangkutan.

b. Berikan bobot (weight) dengan interval 0,00 (tidak penting) sampai 1.00 (sangat penting) untuk setiap faktor. Bobot tersebut mengindikasikan seberapa penting suatu faktor berpengaruh terhadap


(51)

kesuksesan perusahaan dalam industri yang bersangkutan. Jumlah dari seluruh bobot untuk setiap faktor hampir atau sama dengan 1,00.

c. Berikan rating dari 1 sampai 4 pada setiap faktor sukses yang mengindikasikan efektifitas strategi perusahaan dalam merespon faktor tersebut, dimana 4 = respon sangat baik (superior), 3 = respon di atas rata-rata (above average), 2 = respon rata-rata (average), 1 = respon sangat buruk (poor). Rating didasarkan atas efektifitas strategi perusahaan. Rating mengacu pada company based sedangkan bobot pada langkah kedua pada industry based.

d. Kalikan bobot tiap faktor dengan ratingnya untuk menentukan nilai terbobot (weight score).

e. Jumlahkan nilai terbobot smua variabel untuk menentukan total nilai terbobot untuk organisasi.

Total nilai terbobot organisasi menyatakan tingkat respon organisasi terhadap peluang-peluang dan ancaman-ancaman eksternal dimana total nilai terbobot 1,00 dan tertinggi 4,00, dengan nilai rata-rata 2,50. Nilai terbobot 1,00 berarti perusahaan tidak merespon peluang dan ancaman yang ada, sedangkan nilai 4,00 berarti perusahaan merespon peluang dan ancaman dengan sangat baik, yaitu secara efektif memanfaatkan peluang yang ada dan meminimisasi pengaruh negatif dari ancaman eksternal.


(52)

2. Pembuatan Internal Factor Evaluation (IFE) Matrix

Ringkasan dari audit manajemen strategis internal digunakan untuk membangun internal Factor Evaluation (IFE) Matrix. Alat perumusan strategi ini merangkum dan evaluasi kekuatan dan kelemahan utama dalam area fungsional bisnis, dan juga menyediakan suatu basis untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi hubungan antar area fungsional. Tahapan pembuatan IFE Matrix adalah:

a. Daftarkan faktor-faktor sukses kritis yang telah diidentifikasi dalam proses audit eksternal, mencakup 10 sampai 20 faktor kekuatan dan kelemahan perusahaan.

b. Berikan bobot (weight) dengan interval 0,00 (tidak penting) sampai 1,00 (sangat penting) untuk setiap faktor. Bobot tersebut mengindikasikan seberapa penting suatu faktor berpengaruh terhadap kesuksesan perusahaan dalam industri yang bersangkutan. Jumlah dari seluruh bobot untuk setiap faktor hampir atau sama dengan 1,00.

c. Berikan rating dari 1 sampai 4 pada setiap faktor sukses yang mengindikasikan efektifitas strategi perusahaan dalam merespon faktor tersebut, dimana 4 = respon sangat baik (superior), 3 = respon di atas rata-rata (above average), 2 = respon rata-rata (average), 1 = respon sangat buruk (poor). Rating didasarkan atas efektifita strategi perusahaan. Rating mengacu pada company based sedangkan bobot pada langkah kedua pada industry based.


(53)

d. Kalikan bobot tiap faktor dengan ratingnya untuk menentukan nilai terbobot (weight score).

e. Jumlahkan nilai terbobot smua variabel untuk menentukan total nilai terbobot untuk organisasi.

Total nilai terbobot organisasi menyatakan tingkat respon organisasi terhadap peluang-peluang dan ancaman-ancaman eksternal dimana total nilai terbobot 1.00 dan tertinggi 4,00, dengan nilai rata-rata 2,50. Nilai terbobot 1,00 berarti perusahaan tidak merespon peluang dan ancaman yang ada, sedangkan nilai 4,00 berarti perusahaan merespon peluang dan ancaman dengan sangat baik, yaitu secara efektif memanfaatkan peluang yang ada dan meminimisasi pengaruh negatif dari ancaman eksternal. Jika suatu faktor kunci internal termasuk sekaligus sebagai kekuatan maupun kelemahan, faktor tersebut harus dimasukkan dua kali dalam IFE Matrix dan bobot serta rating harus diberikan setiap statement.

3.2.3.3. Tahap penyesuaian (the matching stage)

Informasi yang diperoleh dari ketiga matriks pada tahap input sebelumnya digunakan sebagai informasi pada tahap penyesuaian dan tahap keputusan. Tahap penyesuaian berfokus pada pembuatan alternatif-alternatif strategi dengan memperhatikan faktor-faktor eksternal dan internal, sedangkan tahap keputusan difokuskan pada penilaian strategi dengan menggunakan Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM).


(54)

Tahapan penyesuaian adalah tahap pembuatan SWOT Matrix dan IE Matrix yaitu sebagai berikut:

a. SWOT Matrix merupakan salah satu alat yang penting untuk membantu manajer mengembangkan empat tipe strategi, yaitu: Strategi SO, Strategi WO, Strategi ST dan Strategi WT. Bentuk SWOT Matrix dapat dilihat pada Gambar 3.3.

Strength – S 1.

2. 3.

(Daftar Kekuatan)

Weaknesses - W 1.

2. 3.

(Daftar Kelemahan) Opportunities – O

1. 2. 3.

(Daftar Peluang)

SO Strategies Gunakan kekuatan untuk

memanfaatkan peluang

WO Strategies Atasi kelemahan untuk

memanfaatkan kesempatan Threats – T

1. 2. 3.

(Daftar Ancaman)

ST Strategies Gunakan kekuatan untuk

memanfaatkan ancaman

SW Strategies Minimimasi kelemahan

dan hindari ancaman

Gambar 3.3. Bentuk Skema SWOT Matrix

b. Pembuatan Internal-External Matrix

Internal-External Matrix memposisikan berbagai dimensi organisasi dalam sembilan sel, yang dapat dilihat pada Gambar 3.4. IE Matrix didasarkan pada 2 (dua) dimensi kunci, yaitu: Total nilai terbobot IFE pada sumbu-X dan total nilai terbobot EFE pada sumbu-Y. Pada sumbu-X dari IE Matrix, total nilai terbobot IFE antara 1,00-1,99 yang


(55)

menunjukkan posisi internal perusahaan yang lemah, 2,00-2,99 menunjukkan rata-rata dan 3,00-4,00 berarti kuat. Dengan cara yang sama pada sumbu-Y, total terbobot IFE antara 1,00-1,99 yang menunjukkan posisi eksternal perusahaan yang rendah, 2,00-2,99 menunjukkan rata-rata dan 3,00-4,00 berarti tinggi.

IE Matrix dapat dibagi menjadi 3 (tiga) bidang utama yang menunjukkan implikasi strategi yang berbeda, yaitu:

a. Jika IE divisi berada pada sel I, II atau IV, maka dapat digambarkan sebagai posisi “tumbuh” dan “membangun” (growth and build), strategi intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar dan pengembangan produk) serta strategi integratif (integrasi ke belakang, kedepan dan horizontal) merupakan strategi yang paling tepat untuk diterapkan.

b. Jika IE divisi pada sel III, V atau VIII dapat dikelola dengan strategi “pertahankan” dan “pelihara” (hold and maintain), penetrasi pasar dan pengembangan produk adalah strategi yang dapat diterapkan dalam divisi tersebut.

c. Jika IE divisi pada sel VI, VIII dan IX, berarti berada pada kondisi panen (harvest or divest). Organisasi yang sukses bisa mencapai pada portfolio bisnisnya pada atau sekitar sel I dalam IE Matrix.


(56)

I II III

IV V VI

VII VIII IX

Kuat

3.00 – 4.00 2.00 – 2.99Rata-Rata 1.00 – 1.99Lemah

Tinggi 3.00 – 4.00

Sedang 2.00 – 2.99

Rendah 2.00 – 2.99

Total Nilai Terbobot IFE Total Nilai

Terbobot EFE

Gambar 3.4. Bentuk Skema Internal-External (IE) Matrix

3.2.3.4. Tahap keputusan (the decision stage)

Analisis dan intuisi memberikan dasar bagi pembuatan keputusan perumusan strategi. Pada tahap keputusan digunakan teknik analisis dengan pendekatan Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM). QSPM menggunakan hasil analisis dari Tahap I dan hasil penyesuaian Tahap II. QSPM adalah alat untuk mengevaluasi alternatif strategi secara objektif, berdasarkan faktor sukses kritikal eksternal dan internal yang telah diidentifikasi sebelumnya.

Langkah-langkah untuk membuat QSPM adalah sebagai berikut:

1. Daftarkan peluang-ancaman faktor eksternal dan kekuatan-kelemahan kunci internal perusahaan pada kolom kiri. Informasi ini langsung diperoleh dari EFE dan IFE Matrix. Minimum 10 faktor kunci kritikal internal harus dimasukkan ke dalam QSPM.


(57)

2. Berikan bobot untuk setiap faktor sukses kritikal eksternal dan internal. Bobot ini identik dengan yang pada EFE dan IFE Matrix. Kolom bobot ada di sebelah kanan dari kolom faktor sukses kritikal.

3. Uji matriks-matriks pada Tahap II dan identifikasi alternatif strategi yang akan dipertimbangkan oleh perusahaan untuk diimplementasikan. Letakkan strategi-strategi tersebut ke dalam baris atas pada QSPM.

4. Tentukan Attractiveness Score (AS), didefinisikan sebagai nilai numerik yang mengindikasikan relative attractiveness dari setiap strategi dalam set alternatif tertentu. AS ditentukan dengan menguji setiap faktor sukses kritikal, dengan mengajukan pertanyaan “Apakah faktor ini mempengaruhi pilihan strategi yang dibuat?” Jika iya, maka strategi tersebut harus dibandingkan relatif terhadap faktor kunci tersebut. Secara spesifik, AS harus diberikan pada setiap strategi untuk mengindikasikan relative attractiveness dari satu strategi terhadap yang lain, dengan mempertimbangkan faktor-faktor tertentu. Range untuk AS adalah 1 = tidak menarik, 2 = agak menarik, 3 = cukup menarik, 4 = sangat menarik. Jika jawaban untuk pertanyaan adalah “tidak”, mengindikasikan bahwa faktor sukses kritis yang bersangkutan tidak memiliki pengaruh pada pilihan strategi yang dibuat, maka tidak perlu memberikan AS pada strategi tersebut.

5. Hitung Total Attractiveness Scores (TAS). TAS didefinisikan sebagai hasil perkalian antara bobot (pada langkah 2) dengan AS (pada langkah 4)


(58)

pada setiap baris. TAS mengindikasikan relative attractiveness untuk setiap alternatif strategi, mempertimbangkan hanya pengaruh dari faktor sukses kritikal eksternal dan internal yang bersesuaian. Semakin tinggi nilai TAS, semakin menarik alternatif tersebut.

6. Hitung jumlah TAS. Jumlah TAS menunjukkan strategi mana yang paling menarik dalam setiap set alternatif. Skor yang paling tinggi mengindikasikan strategi yang paling menari, dengan mempertimbangkan semua faktor eksternal dan internal relevan yang dapat mempengaruhi keputusan strategis.

Format dasar dari QSPM dapat dilihat pada Tabel 3.1. Tabel 3.1. Format QSPM Faktor-Faktor Kunci Bobot

Alternatif-Alternatif Strategi Strategi I Strategi II Strategi III AS TAS AS TAS AS TAS Faktor-Faktor Kunci Eksternal

Ekonomi

Politik/Pemerintahan/Hukum Sosial/Budaya/Demografis Teknologi

Kompetitif

Faktor-Faktor Kunci Internal Manajemen

Keuangan

Produksi/Operasi

Penelitian dan Pengembangan Sistem Informasi Komputer


(59)

3.3. Analythical Hierarchy Process (AHP)

3.3.1.Prosedur perbandingan berpasangan

Prosedur perbandingan berpasangan adalah prosedur pembobotan terhadap sejumlah kriteria dalam masalah pengambilan keputusan. Pada dasarnya formulasi matematis prosedur perbandingan berpasangan ini dilakukan dengan menggunakan matriks.

Dimisalkan terdapat suatu sub sistem hirarki dengan suatu C dan sejumlah elemen n dibawahnya, A1 sampai An

Tabel 3.2. Matriks Perbandingan Berpasangan

. Perbandingan antar elemen untuk sub sistem hirarki tersebut dapat dibuat dalam bentuk matriks n x n dinamakan dengan matriks A, yang dapat dilihat pada Tabel 3.2.

C A1 A2 A3 .... An

A1 a11 a12 a13 .... a

A

1n

a

2 21 a22 a23 .... A

A

2n

a

3 31 a32 a33 .... A

:

3n

.... .... .... ....

An an1 an2 an3 .... ann

Nilai aij adalah perbandingan elemen Ai terhadap Aj

1. Seberapa jauh tingkat kepentingan A

yang menyatakan hubungan sebagai berikut:

i bila dibandingkan dengan Aj

2. Seberapa banyak kontribusi A

, atau;

i terhadap kriteria C dibandingkan dengan

Aj

3. Seberapa jauh dominasi S .

i dibandingkan dengan Aj

4. Seberapa banyak sifat kriteria C terdapat pada A

, atau;


(60)

Bila diketahui nilai Aij, maka secara teoritis nilai aij = 1/aij, sedangkan nilai

aij

Tabel 3.3. Skala Penilaian Perbandingan

dalam situasi i = j, adalah mutlak sama dengan 1. Nilai numerik yang dikenakan untuk perbandingan di atas diperoleh dari skala perbandingan yang dibuat oleh Saaty (1980), pada Tabel 3.3.

Derajat

Kepentingan Defenisi Variabel Keterangan

1 Kedua elemennya sama

pentingnya

Kedua elemen mempunyai pengaruh yang sama pentingnya

3 Sebuah elemen sedikit lebih penting dibandingkan elemen lainnya.

Pendapat sedikit memihak pada sebuah elemen dibandingkan elemen lainnya.

5 Sebuah elemen lebih penting

dibandingkan elemen lainnya.

Pendapat sangat memihak pada sebuah elemen dibandingkan elemen lainnya.

7 Sebuah elemen jauh lebih penting dibandingkan elemen lainnya.

Sebuah elemen secara kuat disukai dan dominasinya tampak dalam praktek.

9 Sebuah elemen mutlak lebih

penting dibandingkan elemen lainnya.

Satu elemen terbukti mutlak lebih disukai dibandingkan dengan pasangannya, pada tingkat keyakinan tertinggi.

2,4,6,8 Nilai-nilai tengah diantara dua pendapat berdampingan.

Nilai-nilai ini diberikan bila diperlukan.

Yang menjadi masalah adalah bagaimana mendapatkan bobot wi untuk setiap

perbandingan aij tersebut. Untuk memecahkan masalah ini dapat dilakukan

pendekatan perhitungan bobot (prioritas).

3.3.2.Pendekatan perhitungan prioritas

Pendekatan untuk memperoleh nilai bobot kriteria dilakukan dengan langkah-langkah yang dapat dilihat pada Tabel 3.4 dan 3.5.


(61)

a. Matriks perbandingan yang dapat dilihat pada Tabel 3.4. Tabel 3.4. Matriks Perbandingan

Tujuan Sub 1 Sub 2 Sub 3

Sub 1 1 ½ ¼

Sub 2 2 1 ½

Sub 3 4 2 1

Jumlah 7 3,5 1,75

b. Matriks perbandingan hasil normalisasi dapat dilihat pada Tabel 3.5. Tabel 3.5. Matriks Perbandingan Hasil Normalisasi

Tujuan Sub 1 Sub 2 Sub 3 Jumlah Bobot

Sub 1 1/7 1/7 3/7 3/7 1/7

Sub 2 2/7 2/7 6/7 6/7 2/7

Sub 3 4/7 4/7 12/7 12/7 4/7

Bobot elemen = Rata-rata jumlah nilai elemen baris matriks perbandingan yang telah dinormalkan.

3.3.3. Pengujian konsistensi matriks perbandingan

Hubungan preferensi yang dikenakan antara dua elemen tidak mempunyai masalah konsistensi relasi. Bila elemen A adalah dua kali lebih penting dari elemen B, maka elemen B adalah ½ kali pentingnya dari elemen A. Konsistensi seperti ini tidak berlakuk jika terdapat banyak elemen yang harus dibandingkan. Keterbatasan kemampuan numerik manusia menyebabkan prioritas yang diberikan untuk sekumpulan elemen tidaklah selalu konsisten secara logis. Secara numeris, terdapat kemungkinan suatu rangkaian penilaian untuk menyimpang dari konsistensi.


(1)

Defenisi variabel Penilaian Penjelasan

Kurang memiliki kemampuan untuk berperan dalam

penyeselaian masalah perusahaan melalui sistem

terintegrasi 9 . 7 . 5 . 3 1 3 . 5 . 7 . 9

Kurang memiliki kemampuan

menggunakan metode, ketrampilan dan peralatan keteknikan modern yang dibutuhkan dalam penyelesaian masalah

3.4. Perbandingan Berpasangan untuk Faktor Kunci Eksternal

Defenisi variabel Penilaian Penjelasan

Peluang Lulusan Departemen

9 . 7 . 5 . 3 1 3 . 5 . 7 . 9 Ancaman Lulusan Departemen

3.5. Peluang

Manakah yang merupakan peluang lebih besar bagi lulusan Departemen Teknik Industri FT-USU?

Defenisi variabel Penilaian Penjelasan

Memiliki cakupan pasar yang luas di dunia kerja

9 . 7 . 5 . 3 1 3 . 5 . 7 . 9

Persaingan dunia industri menuntut perusahaan untuk selalu melakukan peningkatan dan efisiensi Kemampuan bersifat generalis,

tanpa memiliki kemampuan spesifik, seperti: Supply Chain,

PPIC dan ERP 9 . 7 . 5 . 3 1 3 . 5 . 7 . 9

Memiliki peluang untuk mengembangkan dirinya menjadi terspesialisasi pada bidang tertentu

Defenisi variabel Penilaian Penjelasan

Persaingan dunia industri menuntut perusahaan untuk selalu melakukan peningkatan dan efisiensi

9 . 7 . 5 . 3 1 3 . 5 . 7 . 9

Memiliki peluang untuk mengembangkan dirinya menjadi terspesialisasi pada bidang tertentu


(2)

pekerjaan disiplin Teknik Industri


(3)

KUESIONER B

Penentuan Nilai Rating Faktor Internal dan Faktor Eksternal a. Lingkungan Internal

No. Kriteria Major

Weakness

Minor Weakness

Minor Strength

Major Strength 1 Memiliki kemampuan cepat

memahami ruang lingkup pekerjaan yang bersifat strategis (1)

2 Memiliki kemampuan

beradaptasi terhadap dunia kerja (2)

3 Memiliki kemampuan dalam bidang riset operasi (3)

4 Memiliki kemampuan

menganalisis secara generalis dari berbagai sudut pandang (4)

5 Memiliki keahlian dalam bidang statistik (5)

6 Memiliki Pemahaman dan Implementasi Sistem Manajemen Mutu, spt: ISO, OHSAS,dll. (6)

7 Kurang Memiliki keahlian dalam bidang produksi secara teknis dan komputerisasi (1)

8 Kemampuan bersifat

generalis, belum memiliki keahlian yang spesifik, seperti: bidang supply chain, produktivitas, ergonomi,dll. (2)

9 Kurang memiliki kemampuan untuk berperan dalam penyeselaian masalah


(4)

1 Memiliki cakupan pasar yang luas di dunia kerja (1)

2 Persaingan industri menuntut perusahaan untuk selalu melakukan peningkatan dan efisiensi (2)

3 Memiliki peluang untuk

mengembangkan dirinya menjadi terspesialisasi dan pada bidang tertentu (3)

4 Keilmuan Teknik Industri yang generalis memiliki persaingan yang ketat terhadap keilmuan yang lebih spesifik (1)

5 Masih banyak perusahaan (user) belum memahami spesialisasi dan ruang lingkup pekerjaan disiplin Teknik Industri (2)

6 Memiliki cakupan pasar yang luas di dunia kerja (1)


(5)

MATRIKS SWOT LULUSAN SARJANA TEKNIK INDUSTRI

Faktor Kekuatan (strengths)

1.

Memiliki kemampuan cepat memahami ruang lingkup pekerjaan yang

bersifat strategis (1)

Faktor Kelemahan (weaknesses)

1.

Kurang Memiliki keahlian dalam bidang produksi secara teknis

dan komputerisasi (1)

2.

Memiliki kemampuan beradaptasi terhadap dunia kerja (2)

2.

Kemampuan bersifat generalis, belum memiliki keahlian yang

spesifik, seperti: bidang supply chain, produktivitas,

ergonomi,dll. (2)

2.

Memiliki kemampuan dalam bidang riset operasi (3)

3.

Kurang memiliki kemampuan untuk berperan dalam

penyeselaian masalah perusahaan melalui sistem terintegrasi (3)

4.

Memiliki kemampuan menganalisis secara generalis dari berbagai sudut

pandang (4)

4.

Kurang memiliki kemampuan menggunakan metode, ketrampilan

dan peralatan keteknikan modern yang dibutuhkan dalam

penyelesaian masalah (4)

5.

Memiliki keahlian dalam bidang statistik (5)

6.

Memiliki Pemahaman dan Implementasi Sistem Manajemen Mutu, spt:

ISO, OHSAS,dll. (6)

Faktor Peluang (Opportunities)

1.

Memiliki cakupan pasar yang luas di

dunia kerja (1)

1.

Mengidentifikasi permasalahan perusahaan-perusahaan untuk memperkuat

keahlian/spesialisasi lulusan sarjana Teknik Industri USU yang akan masuk

dalam kurikulum

1.

Menciptakan kurikulum yang spesifik sesuai dengan kebutuhan

perusahaan melalui kegiatan identifikasi dan menjalin kerjasama

2.

Persaingan industri menuntut perusahaan

untuk selalu melakukan peningkatan dan

efisiensi (2)

2.

Memberikan pemahaman tentang peran Teknik Industri dalam sebuah

perusahaan yang mampu memberikan peningkatan bagi produktivitas

perusahaan

2.

Menciptakan fasilitas eksperimen bagi mahasiswa untuk

mendisain konsep dan simulasi yang sesuai dengan kebutuhan

perusahaan

3.

Memiliki peluang untuk

mengembangkan dirinya menjadi

terspesialisasi dan pada bidang tertentu

(3)

3.

Penyediaan fasilitas bagi mahasiswa untuk mengkreasikan kemampuan

dalam mendisain model yang dapat memiliki nilai jual bagi perusahaan

4.

Menciptakan simulasi-simulasi dengan menggunakan

metode-metode, ketrampilan dan peralatan keteknikan modern untuk

meningkatkan kemampuan lulusan sesuai dengan kebutuhan

pasar

Faktor Ancaman(Threats)

1.

Keilmuan Teknik Industri yang generalis

memiliki persaingan yang ketat terhadap

keilmuan yang lebih spesifik (1)

1.

Mendisain visi, misi dan tujuan serta kurikulum program studi yang

spesifik berdasarkan kebutuhan pasar

1.

Memberikan pelatihan khusus bagi mahasiswa lulusan Teknik

Industri yang akan menyelesaikan pendidikannya agar memiliki

keahlian spesifik dan bersertifikasi

2.

Masih banyak perusahaan (user) belum

memahami spesialisasi dan ruang lingkup

pekerjaan disiplin Teknik Industri (2)

2.

Mensosialisasikan pentingnya peran lulusan sarjana Teknik Industri bagi

perusahaan dan merekomendasikan perusahaan untuk menyempurnakan

struktur organisasi perusahaan di bidang keilmuan Teknik Industri

3.

Menjalin kerjasama dengan perusahaan dan menjamin agar lulusan sarjana

Teknik Industri yang dihasilkan dapat sesuai dengan kebutuhan


(6)

QUANTITATIVE STRATEGIC PLANNING MATRIX

FAKTOR INTERNAL BOBOT

STRATEGI I STRATEGI II STRATEGI III STRATEGI IV STRATEGI V STRATEGI VI STRATEGI VII STRATEGI VIII STRATEGI IX STRATEGI X AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS KEKUATAN

1. Memiliki kemampuan cepat memahami ruang lingkup

pekerjaan yang bersifat strategis (1) 0,59 1 0,59 3 1,76 4 2,35 2 1,17 1 0,59 2 1,17 1 0,59 3 1,76 3 1,76 4 2,35 2. Memiliki kemampuan beradaptasi terhadap dunia kerja

(2) 0,05 4 0,19 4 0,19 2 0,10 2 0,10 2 0,10 2 0,10 2 0,10 4 0,19 4 0,19 2 0,10

3. Memiliki kemampuan dalam bidang riset operasi (3) 0,00 3 0,01 3 0,01 3 0,01 2 0,01 2 0,01 1 0,00 1 0,00 3 0,01 3 0,01 4 0,01 4. Memiliki kemampuan menganalisis secara generalis dari

berbagai sudut pandang (4) 0,00 4 0,01 3 0,01 3 0,01 3 0,01 2 0,01 2 0,01 3 0,01 3 0,01 4 0,01 4 0,01 5. Memiliki keahlian dalam bidang statistik (5) 0,00 3 0,01 3 0,01 3 0,01 2 0,01 2 0,01 1 0,00 2 0,01 3 0,01 3 0,01 4 0,01 6. Memiliki Pemahaman dan Implementasi Sistem

Manajemen Mutu, spt: ISO, OHSAS,dll.(6) 0,00 4 0,00 4 0,00 2 0,00 2 0,00 2 0,00 3 0,00 2 0,00 3 0,00 3 0,00 4 0,00 KELEMAHAN

1. Kurang Memiliki keahlian dalam bidang produksi secara

teknis dan komputerisasi (1) 0,20 4 0,79 3 0,59 4 0,79 3 0,59 1 0,20 1 0,20 1 0,20 1 0,20 1 0,20 4 0,79 2. Kemampuan bersifat generalis, belum memiliki keahlian

yang spesifik, seperti: bidang supply chain, produktivitas, ergonomi,dll. (2)

0,15 4 0,59 3 0,44 1 0,15 4 0,59 3 0,44 2 0,30 2 0,30 3 0,44 1 0,15 4 0,59 3. Kurang memiliki kemampuan untuk berperan dalam

penyeselaian masalah perusahaan melalui sistem terintegrasi (3)

0,01 4 0,04 2 0,02 2 0,02 4 0,04 3 0,03 4 0,04 1 0,01 3 0,03 3 0,03 4 0,04 4. Kurang memiliki kemampuan menggunakan metode,

ketrampilan dan peralatan keteknikan modern yang dibutuhkan dalam penyelesaian masalah (4)

0,00 4 0,00 4 0,00 2 0,00 3 0,00 2 0,00 2 0,00 1 0,00 1 0,00 3 0,00 4 0,00

FAKTOR EKSTERNAL

PELUANG

1. Memiliki cakupan pasar yang luas di dunia kerja (1) 0,47 4 1,88 4 1,88 1 0,47 4 1,88 3 1,41 1 0,47 4 1,88 4 1,88 4 1,88 4 1,88 2. Persaingan industri menuntut perusahaan untuk selalu

melakukan peningkatan dan efisiensi (2) 0,40 4 1,60 4 1,60 2 0,80 4 1,60 4 1,60 1 0,40 4 1,60 4 1,60 4 1,60 1 0,40 3. Memiliki peluang untuk mengembangkan dirinya

menjadi terspesialisasi dan pada bidang tertentu (3) 0,06 4 0,23 4 0,23 4 0,23 4 0,23 4 0,23 2 0,11 4 0,23 4 0,23 4 0,23 4 0,23 ANCAMAN

1. Keilmuan Teknik Industri yang generalis memiliki persaingan yang ketat terhadap keilmuan yang lebih spesifik (1)

0,02 4 0,07 4 0,07 1 0,02 4 0,07 4 0,07 1 0,02 1 0,02 1 0,02 3 0,06 4 0,07 2. Masih banyak perusahaan (user) belum memahami

spesialisasi dan ruang lingkup pekerjaan disiplin Teknik Industri (2)

0,06 4 0,22 4 0,22 1 0,06 1 0,06 2 0,11 1 0,06 4 0,22 4 0,22 4 0,22 2 0,11