Erosi gigi dan kebiasaan mengonsumsi minuman ringan pada siswa/i kelas VIII SMP Dharma Pancasila Kecamatan Medan Baru dan SMP Negeri 34 Medan, Kecamatan Medan Maimun

(1)

EROSI GIGI DAN KEBIASAAN MENGONSUMSI MINUMAN

RINGAN PADA SISWA/I KELAS VIII SMP DHARMA PANCASILA

KECAMATAN MEDAN BARU DAN SMP NEGERI 34

MEDAN, KECAMATAN MEDANMAIMUN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

ALLIRANI VISVANATHAN NIM : 070600137

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(2)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/ Kesehatan Gigi Masyarakat

Tahun 2011 AlliRani Visvanathan

Erosi gigi dan kebiasaan mengonsumsi minuman ringan pada siswa/i kelas VIII SMP Dharma Pancasila Kecamatan Medan Baru dan SMP Negeri 34 Medan, Kecamatan Medan Maimun.

x + 42 halaman

Erosi gigi diakibatkan oleh suatu proses kimia dimana terjadi hilangnya mineral gigi yang umumnya disebabkan oleh zat asam. Minuman yang bersifat asam seperti minuman karbonat merupakan salah satu faktor penyebab erosi.Usia pertama kali terlihat adanya erosi pada gigi permanen sekitar 14 tahun. Menurut penelitian di Mashhad, dinyatakan prevalensi erosi gigi sebanyak 38,10% pada 483 siswa yang berumur 12 tahun. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara frekuensi minum minuman ringan dengan erosi gigi pada siswa/i Kelas VIII SMP Dharma Pancasila dan SMP Negeri 34 Medan.Populasi adalah seluruh siswa/i kelas VIII SMP Dharma Pancasila, Kecamatan Medan Baru adalah 91 siswa/i dan SMP Negeri 34 Medan, Kecamatan Medan Maimun adalah 127 siswa/i.Seluruh populasi dijadikan sampel (total sampling). Jumlah sampel seluruhnya adalah 218 siswa/i.Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner serta pemeriksaan klinis yang sederhana.


(3)

Hasil penelitian menunjukkan seluruh responden mempunyai kebiasaan minum minuman ringan, jenis minuman yang paling sering konsumsi adalah minuman berupa manis (teh,sirup,minuman jelly) sebanyak 61,50%, diikuti minuman jus 20,20% dan minuman karbonat 18,30%. Bedasarkan hasil uji statistik, tidak dijumpai perbedaan yang signifikan antara frekuensi minum minuman ringan dengan erosi gigi diantara kedua sekolah ini (p=0,430). Perlu diberikan program edukasi kesehatan gigi kepada siswa/i SMP Dharma Pancasila dan SMP Negeri 34 tentang bahaya konsumsi minum minuman ringan yang berlebihan terhadap kesehatan serta upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi resiko terjadinya kerusakan gigi akibat minuman ringan. Serta perlu diberikan informasi kepada pihak pengurusan sekolah tentang efek konsumsi minuman ringan yang berlebihan terhadap kesehatan dan diharapkan sekolah membatasi penyediaan minuman ringan di kantin sekolah.


(4)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 1 Desember 2011

Pembimbing : Tanda tangan

Gema Nazri Yanti, drg . ... NIP :197906252003122002

Rika Mayasari Alamsyah, drg, M.Kes ... NIP : 198105162005122 003


(5)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 1 Desember 2011

TIM PENGUJI

KETUA : Prof. Lina Natamiharja,drg., SKM ANGGOTA : 1. Simson Damanik, drg., M.Kes

2. Gema Nazri Yanti, drg


(6)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa skripsi ini telah selesai disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan bimbingan, pengarahan dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Nazruddin, drg., C.Ort., Ph.D., Sp. Ort, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang memberi izin dilaksanakannya penelitian.

2. Prof. Sondang Pintauli, drg., PhD selaku Kepala Bagian DepartemenIlmu Kedokteran Gigi Pencegahan/ Kesehatan Gigi Masyarakat Universitas Sumatera Utara atas segala saran, dukungan dan bantuan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

3. Gema Nazri Yanti, drg dan Rika Mayasari Alamsyah, drg, M.kesselaku dosen pembimbing yang telahbanyak memberikan perhatian dan telah rela meluangkan waktu untuk membimbing, memberi pengarahan serta memberikan dorongan semangat kepada penulis selama penulisan skripsi ini hingga selesai.

4. Kepada Tim Penguji skripsi, Prof. Lina Natamiharja, drg., SKM, Simson Damanik, drg., M.Kes. atas keluangan waktu, saran, dukungan dan motivasi sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.


(7)

5. Seluruh staf pengajar dan pegawai Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara terutama di Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/ Kesehatan Gigi Masyarakat Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara atas masukan dan bantuan yang diberikan sehingga penyelesaian skripsi ini dapat berjalan dengan lancar.

6. Eddy Dahar,drg., M.Kes selaku penasehat akademikyang telah memberikan bimbingan kepada penulis selama menjalani pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

7. Lesma Naibo, S.Pd selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 34 Medan dan Suwito, S.Pd.M.Hum selaku Kepala Sekolah SMP Dharma Pancasila yang telah memberi izin untuk dapat dilakukan penelitian

Ucapan terima kasih tak terhingga kepada ayahanda Visvanathan dan ibunda Saroja atas segala pengorbanan, doa, dukungan dan kasih sayang yang telah diberikan kepada penulis sampai saat ini. Terima kasih kepada abangku Tamil Chelvam kakakku Parameswary, Tamil selvi, Puvaneswary, Vimala Devi, Geetha, dan Thenmolli yang selalu memberikan motivasi dan bantuan selama penyusunan skripsi ini. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada teman-teman penulis, terutama Liliy Syazwani, Mohanasri, Lavanyah, Navisha Devi, Umaiyal, Gowri, Rafea, Amee, Harry, Harween Kaur, Moneiz Sekar, Kak Safiah dan teman-teman seangkatan 2007 yang lain atas dukungan, bantuan dan semangat yang diberikan.


(8)

Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu dan bermanfaat bagi semua.

Medan, Desember 2011 Penulis,

(AlliRani Visvanathan) NIM: 070600137


(9)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL

HALAMAN PERSETUJUAN

HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI l

KATA PENGANTAR l

DAFTAR ISI …..……… v

DAFTAR TABEL ...…...……… vii

DAFTAR GAMBAR ……….. viii

DAFTAR LAMPIRAN ……… ix

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah ……… ……….. 1

1.2 Rumusan masalah ………... 4

1.3 Tujuan penelitian .………... 5

1.4 Manfaat penelitian ……….. 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Erosi ……… 8

2.1.1 Zat intrinsik ………. 8

2.1.2 Zat ekstrinsik ……… 11

2.2 Soft drink ………... 12

2.2.1 Jenis,kandungan, pH beberapa minuman ringan dan Mekanismenya ………... 13

2.2.2 Faktor yang mempengaruhi konsumsi minuman ringan ……….. 15


(10)

2.3 Gambaran klinis dan tahap erosi ……… 17

2.4 Cara pencegahan ……… 22

2.5 Perawatan ………... 22

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis penelitian ... 24

3.2 Tempat penelitian ... 24

3.3 Populasi dan sampel ... 24

3.4 Variabel penelitian ... 24

3.5 Definisi operasional ... 25

3.6 Pengumpulan data ... 27

3.7 Pengolahan data ... 27

3.8Analisis data ... 27

BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Karakteristik responden ... 28

4.2 Kebiasaan mengonsumsi minuman ringan ... 28

4.3 Prevalensi dan tingkat keparahan erosi gigi pada Siswa/i SMP Dharma Pancasila dan SMP Negeri 34 Medan ... 32

4.4 Hubungan antara frekuensi minum minuman ringan dan erosi gigi pada Siswa/i SMP Dharma Pancasila dan SMPNegeri 34 Medan ... 33

BAB 5 PEMBAHASAN ... 34

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 38

6.2 Saran ... 39

DAFTAR PUSTAKA ... 40 LAMPIRAN


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Jenis, kandungan dan pH beberapa minuman ringan...13

2. Indeks erosi gigi oleh Smith dan Knight, dan meliputi kriteria diagnostik erosi gigi oleh Eccles dan Jenkins ... 20

3. Indeks erosi gigi oleh Lussi Dkk ...21

4. Indeks Eccles... 21

5. Karakteristik responden (n=218)... 28

6. Distribusi jenis minuman yang sering dikonsumsi oleh siswa/i SMP Dharma Pancasila dan SMP Negeri 34 Medan……….29

7. Distribusi frekuensi minum minuman ringan oleh Siswa/i SMP Dharma Pancasila dan SMP Negeri 34 Medan ... 29

8. Distribusi cara konsumsi minum minuman ringan oleh Siswa/i SMP Dharma Pancasila dan SMP Negeri 34 Medan ... 30

9. Distribusi cara penghabisan minum minuman ringan oleh Siswa/i SMP Dharma Pancasila dan SMP Negeri 34 Medan………....30

10. Distribusi kebiasaan setelah minum minuman ringan oleh Siswa/i SMP Dharma Pancasila dan SMP Negeri 34 Medan ... 31

11. Distribusi pengetahuan bahaya minum minuman ringan oleh Siswa/i SMP Dharma Pancasila dan SMP Negeri 34 Medan ... 31

12. Distribusi erosi pada Siswa/i SMP Dharma Pancasila dan SMP Negeri 34 Medan ... 32

13. Distribusi skor erosi pada Siswa/i SMP Dharma Pancasila dan SMP Negeri 34 Medan ... 32

14. Distribusi frekuensi minum minuman ringan dan tingkat keparahan erosi gigi pada Siswa/i SMP Dharma Pancasila dan SMP Negeri 34 Medan ... 33


(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Restorasi gigi terlihat lebih tinggi dari permukaan gigi yang

Mengalami erosi. ... 9

2. Erosi pada gigi anterior maksila akibat frekuensi muntah... 10

3. Erosi gigi akibat menghisap buah-buahan sitrus...11

4. Kurva Stephan...15

5. Gambaran erosi oleh karena minuman ringan. Permukaan enamel yang Halus menjadi permukaan yang luas, cekung dan mengkilap. ... 18

6. Erosi pada permukaan labial gigi anterior oleh karena minuman ringan ... 18

7. Erosi gigi pada bagian bukal gigi molar mandibula...19

8. Erosi pada daerah servikal gigi posterior...19


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner.

2. Surat keterangan izin penelitian.

3. Surat persetujuan komisi etik penelitian. 4. Hasil uji statistik.


(14)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/ Kesehatan Gigi Masyarakat

Tahun 2011 AlliRani Visvanathan

Erosi gigi dan kebiasaan mengonsumsi minuman ringan pada siswa/i kelas VIII SMP Dharma Pancasila Kecamatan Medan Baru dan SMP Negeri 34 Medan, Kecamatan Medan Maimun.

x + 42 halaman

Erosi gigi diakibatkan oleh suatu proses kimia dimana terjadi hilangnya mineral gigi yang umumnya disebabkan oleh zat asam. Minuman yang bersifat asam seperti minuman karbonat merupakan salah satu faktor penyebab erosi.Usia pertama kali terlihat adanya erosi pada gigi permanen sekitar 14 tahun. Menurut penelitian di Mashhad, dinyatakan prevalensi erosi gigi sebanyak 38,10% pada 483 siswa yang berumur 12 tahun. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara frekuensi minum minuman ringan dengan erosi gigi pada siswa/i Kelas VIII SMP Dharma Pancasila dan SMP Negeri 34 Medan.Populasi adalah seluruh siswa/i kelas VIII SMP Dharma Pancasila, Kecamatan Medan Baru adalah 91 siswa/i dan SMP Negeri 34 Medan, Kecamatan Medan Maimun adalah 127 siswa/i.Seluruh populasi dijadikan sampel (total sampling). Jumlah sampel seluruhnya adalah 218 siswa/i.Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner serta pemeriksaan klinis yang sederhana.


(15)

Hasil penelitian menunjukkan seluruh responden mempunyai kebiasaan minum minuman ringan, jenis minuman yang paling sering konsumsi adalah minuman berupa manis (teh,sirup,minuman jelly) sebanyak 61,50%, diikuti minuman jus 20,20% dan minuman karbonat 18,30%. Bedasarkan hasil uji statistik, tidak dijumpai perbedaan yang signifikan antara frekuensi minum minuman ringan dengan erosi gigi diantara kedua sekolah ini (p=0,430). Perlu diberikan program edukasi kesehatan gigi kepada siswa/i SMP Dharma Pancasila dan SMP Negeri 34 tentang bahaya konsumsi minum minuman ringan yang berlebihan terhadap kesehatan serta upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi resiko terjadinya kerusakan gigi akibat minuman ringan. Serta perlu diberikan informasi kepada pihak pengurusan sekolah tentang efek konsumsi minuman ringan yang berlebihan terhadap kesehatan dan diharapkan sekolah membatasi penyediaan minuman ringan di kantin sekolah.


(16)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Terdapat beberapa jenis kerusakan non-karies di rongga mulut, diantaranya adalah atrisi, abrasi, abfraksi, fraktur dan erosi.Walaupun kata-kata ini mempunyai makna yang agak mirip tetapi dapat dibedakan berdasarkan penyebabnya.Abrasi disebabkan oleh karena adanya tenaga paksaan dari luar terhadap gigi seperti menyikat gigi yang terlalu kuat.Atrisi adalah suatu keadaan dimana gigi-gigi rahang atas dan rahang bawah saling beradu sehingga gigi menjadi aus. Abfraksi merupakan kerusakan permukaan gigi pada daerah servikal akibat tekanan tensile dan kompresif selama gigi mengalami flexure atau melengkung, contohnya sewaktu proses pengunyahan. Fraktur adalah akibat dari proses pengunyahan dengan tekanan yang tinggi serta penggunaan gigi bagi melakukan aktivitas seperti membuka penutup botol.1 Erosi diakibatkan oleh suatu proses kimia dimana terjadi hilangnya mineral gigi yang pada umumnya disebabkan oleh zat asam. Erosi gigi harus dibedakan dari karies gigi walaupun keduanya mempunyai kesamaan yaitu terjadinya demineralisasi pada jaringan keras gigi akibat asam. Perbedaannya bahwa karies gigi berasal dari asam yang merupakan hasil fermentasi karbohidrat sisa-sisa makanan oleh bakteri dalam tubuh sedangkan erosi gigi terjadi karena proses kimia tanpa melibatkan bakteri.

Zat asam penyebab erosi gigi dapat dibedakan menjadi zat asam intrinsik dan zat asam ekstrinsik. Zat asam intrinsik berasal dari tubuh contohnya adalah


(17)

refluxasam lambung ke rongga mulut. Zat asam ekstrinsik diperoleh dari makanan atau minuman bersifat asam yang dikonsumsi secara berlebihan, mungkin juga akibat obat yang bersifat asam yang dikonsumsi dalam jangka waktu yang lama, paparan klorin dari kolam renang, maupun paparan agen korosif dari pabrik.

Minuman yang bersifat asam seperti minuman berkarbonat merupakan salah satu faktor eksternal penyebab erosi.

3,4,5

3

Minuman berkarbonat mengandungi 90% air, gula, karbon dioksida (CO2), asam fosfor, asam sitrat, kaffein serta bahan perasa dan

pewarna. Kadar asam (pH) yang terkandung dalam minuman berkarbonat adalah diantara 2,2-3,7, ini merupakan tahap yang paling asam. Setiap kali kita mengonsumsi minuman berkarbonat memerlukan waktu 20 detik untuk bereaksi dengan gigi.Efeknya mengakibatkan permukaan gigi menjadi kasar, dan dapat dirasakan dengan menggunakan lidah.6

Usia pertama kali terlihat adanya erosi pada gigi permanen sekitar 14 tahun. Keadaan ini menyebabkan enamel gigi mengalami erosi.

2

Menurut penelitian di Mashhad, prevalensi erosi gigi sebanyak 38,10% pada 483 siswa yang berumur 12 tahun, dan tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap jenis kelamin. Erosi gigi secara signifikan lebih tinggi pada remaja sekolah swasta (p<0,001) dan di daerah terpencil (p=0,005). Bercak putihpada enamel adalah jenis erosi gigi yang sering dijumpai (gigi insisivus sentralis 21,20%, gigi insisivus lateralis 5,20%) dan dalam sebagian kasus, lebih dari setengah permukaan gigi yang didiagnosa mengalami erosi gigi (24,40% gigi insisivus sentralis dan 5,20% gigi insisivus lateralis).3 Selain itu penelitian di China Selatan menyatakan setidaknya satu permukaan gigi dengan tanda-tanda erosi temukan pada 416 remaja yang


(18)

berumur diantara 12 - 13 thn (27,30%). Gigi yang paling sering terkena adalah gigi insisivus (gigi insisivus sentralis kiri dan kanan rahang atas 16,30% dan 15,90%; gigi insisivus sentralis kiri dan kanan rahang bawah 17,40% dan 14,80%), yang 54,60% merupakan erosi yang melibatkan hilangnya permukaaan enamel, 69,30% memiliki erosi lebih dari satu setengah permukaan gigi. Hasil penelitian sebelumnya menyatakan bahwa remaja perempuan yang mengonsumsi minuman berkarbonat seminggu sekali atau lebih, serta ibu-ibu yang mempunyai tahap pendidikan yang rendah cenderung memiliki lebih banyak erosi gigi.

Perdagangan bebas dunia dalam waktu dekat akan berlaku dan arus globalisasi serta informasi yang tidak dapat dibendung berpengaruh pada semakin mudahnya makanan dan minuman impor masuk ke Indonesia. Keadaan ini mempunyai dampak pada kecenderungan perubahan pola konsumsi dari makanan dan minuman tradisional Indonesia ke makanan dan minuman impor.Gejala ini tampak jelas pada masyarakat perkotaan khususnya remaja. Di Indonesia minuman ringan memang belum terlihat banyak dikonsumsi oleh masyarakat tetapi pada golongan tertentu terutama kaum remaja perkotaan konsumsi terhadap minuman ringan cenderung terus meningkat.

7

Penelitian ini dilakukan pada siswa/i kelas VIII SMP Dharma Pancasila, Kecamatan Medan Baru dan SMP Negeri 34 Medan, Kecamatan Medan Maimun, karena kedua sekolah ini memiliki potensi yang berbeda dalam memperoleh minuman ringan karena SMP Dharma Pacasila terletak di Jl.Dr.Mansur (daerah kota) dan SMP Negeri 34 Medan terletak di Jl.Bridgen Katamso (daerah pinggiran). Selain


(19)

itu untuk mendapatkan gambaran tentang kebiaasan mengonsumsi minuman ringan pada remaja kedua sekolah tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Perumusan masalah penelitian adalah:

1. Bagaimana kebiasaan mengonsumsi minuman ringan pada siswa/i kelas VIIIdi SMPDharma Pancasila Kecamatan Medan Baru dan SMP Negeri 34 Medan, Kecamatan Medan Maimun.

a) Apakah siswa/i kelas VIIIdi SMPDharma Pancasila Kecamatan Medan Baru dan SMP Negeri 34 Medan, Kecamatan Medan Maimunmempunyai kebiasaan mengonsumsi minuman ringan.

b) Apakah jenis minuman ringan yang sering dikonsumsi oleh siswa/i kelas VIIIdi SMP Dharma Pancasila Kecamatan Medan Baru dan SMP Negeri 34 Medan, Kecamatan Medan Maimun.

c) Bagaimana frekuensi mengonsumsi minuman ringan oleh siswa/i kelas VIII SMP Dharma Pancasila Kecamatan Medan Baru dan SMP Negeri 34 Medan, Kecamatan Medan Maimun.

d) Bagaimana cara mengonsumsi minuman ringan oleh siswa/i kelas VIII SMP Dharma Pancasila Kecamatan Medan Baru dan SMP Negeri 34 Medan, Kecamatan Medan Maimun.


(20)

e) Apa upaya siswa/i kelas VIII SMP Dharma Pancasila Kecamatan Medan Baru dan SMP Swasta Negeri 34 Medan, Kecamatan Medan Maimun dalam mencegah kerusakan gigi setelah konsumsi minuman ringan.

f) Bagaimana pengetahuan tentang bahaya minuman ringan terhadap kesehatan gigi yang diketahui oleh siswa/i kelas VIII SMP Dharma Pancasila Kecamatan Medan Baru dan SMP Negeri 34 Medan, Kecamatan Medan Maimun.

2. Bagaimana prevalensi erosi gigi dan tingkat keparahan erosi gigi pada siswa/i kelas VIII SMP Dharma Pancasila Kecamatan Medan Baru dan SMP Negeri 34 Medan, Kecamatan Medan Maimun.

3. Apakah ada hubungan frekuensi minum minuman ringan dengan erosi gigi pada siswa/i kelas VIII SMP Dharma Pancasila Kecamatan Medan Baru dan SMP Negeri 34 Medan, Kecamatan Medan Maimun.

1.3Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui kebiasaan mengonsumsi minuman ringan pada siswa/i kelas VIII SMP Dharma Pancasila Kecamatan Medan Baru dan SMP Negeri 34 Medan, Kecamatan Medan Maimun.

a) Untuk mengetahui apakahsiswa/i kelas VIII di SMP Dharma Pancasila Kecamatan Medan Baru dan SMP Negeri 34 Medan, Kecamatan Medan Maimunmempunyai kebiasaan mengonsumsi minuman ringan


(21)

b) Untuk mengetahui jenis minuman ringan yang paling sering dikonsumsi oleh siswa/i kelas VIII SMP Dharma Pancasila Kecamatan Medan Baru dan SMP Negeri 34 Medan, Kecamatan Medan Maimun.

c) Untuk mengetahui frekuensi konsumsi minuman ringan oleh siswa/i kelas VIII SMP Dharma Pancasila Kecamatan Medan Baru dan SMP Negeri 34 Medan, Kecamatan Medan Maimun.

d) Untuk mengetahui cara mengkonsumsi minuman ringan pada siswa/i kelas VIII SMP Dharma Pancasila Kecamatan Medan Baru dan SMP Negeri 34 Medan, Kecamatan Medan Maimun.

e) Untuk mengetahui upaya mencegah erosi pada gigi akibat konsumsi minuman ringan siswa/i kelas VIII SMP Dharma Pancasila Kecamatan Medan Baru dan SMP Negeri 34 Medan, Kecamatan Medan Maimun.

f) Untuk mengetahui bahaya minuman ringan terhadap kesehatan gigi yang diketahui oleh siswa/i kelas VIII SMPDharma Pancasila Kecamatan Medan Baru dan Negeri 34 Medan, Kecamatan Medan Maimun.

2. Untuk mengetahui prevalensi erosi gigi dan tingkat keparahan erosi gigi pada siswa/i kelas VIIISMP Dharma Pancasila Kecamatan Medan Baru dan SMP Negeri 34 Medan, Kecamatan Medan Maimun.

3. Untuk mengetahui hubungan antara frekuensi konsumsi minuman ringan dengan erosi gigi pada siswa/ikelas VIII SMP Dharma Pancasila Kecamatan Medan Baru dan SMP Negeri 34 Medan, Kecamatan Medan Maimun.


(22)

1.4Manfaat Penelitian

Beberapa manfaat penelitian ini :

1. Dapat memberikan pengalaman dalam melakukan penelitian bagi peneliti. 2. Sebagai data untuk penyuluhan pada siswa SMP Dharma Pancasila Kecamatan Medan Baru dan SMP Negeri 34 Medan, Kecamatan Medan Maimun tentang konsumsi minuman ringan.

3. Dapat digunakan sebagai sumber data dan informasi untuk melakukan penelitian yang lebih lanjut pada masa yang akan datang.


(23)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Erosi

Erosi dikatakan suatu proses kimia dimana terjadi kehilangan mineral gigi yang umumnya disebabkan oleh zat asam. Erosi gigi harus dibedakan dari karies gigi walaupun keduanya mempunyai kesamaan yaitu terjadinya demineralisasi pada jaringan keras gigi akibat asam.Erosi dan karies gigi sama-sama dari asam yang merupakan hasil fermentasi karbohidrat sisa-sisa makanan oleh bakteri dalam tubuh tetapi erosi gigi terjadi karena proses kimia tanpa melibatkan bakteri, hal ini berbeda dengan karies gigi.2 Zat asam penyebab erosi gigi dapat dibedakan menjadi zat asam intrinsik dan zat asam ekstrinsik.3,4,5

2.1.1 Zat Intrinsik

Pada dasarnya erosi gigi akibat faktor intrinsik dapat dibagi dua yaitu faktor penyakit dan keadaan psikologis. Penyakit yang dapat mengakibatkan erosi gigi adalah GERD (Gastroesophageal Reflux Disease) dan sindroma Sjogren.8

a) Penyakit

Selain itu, gangguan keadaan psikologis yang bermasalah, seperti bulimia dan aneroksia nervosa.

Hubungan antara penyakit saluran cerna GERD dengan eosi gigi telah banyak dibahas dalam penelitian sejak kebelakangan ini. Saat ini, diperkirakan dalam sehari melibatkan 7,00% orang dewasa dan mencapai rata-rata 36,00% dalam kurun waktu


(24)

sebulan.8 Pada kondisi ini, isi lambung melewati esophagus bagian bawah lalu mencapai bagian distal esophagus diluar kesadaran penderita.8Pada beberapa pasien, kondisi ini berlanjut melewati sphincteresophagus yang lebih tinggi untuk mencapai rongga mulut. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya tekanan abdominal dan ketidak kemampuan sphincter esophagus bagian bawah berelaksasi sehingga cairan lambung mencapai rongga mulut dengan pH 1,0-2,0 dan berkontak dengan gigi terutama pada permukaan palatal dan oklusal gigi geligi.

Biasanya, erosi gigi akibat GERD dijumpai pada permukaan palatal gigi anterior maksila. Jika terdapat tambalan amalgam, maka restorasi akan terlihat lebih tinggi dari permukaan gigi (Gambar 1). Kehilangan struktur gigi ini lebih lanjut akan menurunkan dimensi vertikal gigi dan menyebabkan gigi menjadi sensitif, dan selanjutnya enamel yang tipis akan menyebabkan diskolorasi gigi dan pecahnya tepi insisal gigi.

9

10

Gambar 1. Restorasi gigi terlihat lebih tinggi dari permukaan gigi yang mengalami erosi.

Penyakit lain yang dapat mengakibatkan erosi gigi adalah sindroma Sjorgen. Sindroma Sjorgen adalah kondisi autoimun yang menyebabkan inflamasi kronis pada kelenjar saliva dan kelenjar air mata yang mengakibatkan kekeringan pada mulut dan mata. Mulut kering dapat memicu terjadinya erosi gigi,karena aliran saliva sangat


(25)

sedikit sehingga kapasitas buffer oleh saliva berkurang.Penderita sindroma ini cenderung mengkonsumsi minuman bersifat asam untuk merangsang aliran saliva dan menjaga rongga mulut agar tetap basah. Namun hal ini akan semakin menurunkan pH saliva sehingga bertambahnya resiko erosi gigi.

b)Keadaan Psikologis

8

Keadaan psikologis yang berpengaruh pada erosi adalah keadaan seseorang yang dipengaruhi kadar konsumsi makanan. Contohnya, aneroksia nervosa dan bulimia. Kelainan ini umumnya ditemukan pada wanita diantara umur 12 – 30 thn dengan latar belakang fisik untuk menguruskan tubuh ataupun mengatur berat badan.10 Pasien aneroksia nervosa biasanya menahan lapar sepanjang hari dan umumnya ditandai dengan rangsangan muntah kronis.10Sedangkan penderita bulimia selalu makan dengan jumlah yang berlebihan dan setelah itu merasa tidak puasterhadap jumlah makanan yang dikonsumsi. Mereka akan coba memuntahkan makanan tersebut dengan menstimulasi muntah, yaitu dengan memasukan jari kedalam tenggorokan. Frekuensi muntah yang mengandung asam lambung ini dapat memicu terjadinya erosi gigi.10Pada penderita penyakit ini, terlihat hampir seluruh enamel gigi pada bagian palatal elemen gigi anterior maksila hilang (Gambar 2). Pasien yang telah lama menderita penyakit ini akan mengalami erosi dan hipersensitivitas gigi.10


(26)

2.1.2Zat Ekstrinsik

Erosi akibat zat asam ekstrinsik dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu diet dan pekerjaaan atau perilaku.Faktor diet meliputi makanan atau minuman bersifat asam yang dikonsumsi secara berlebihan, mungkin juga akibat obat yang bersifat asam yang dikonsumsi dalam jangka waktu yang lama. Sedangkan faktor pekejaan dan perilaku meliputi paparan klorin dari kolam renang, maupun paparan agen korosif dari pabrik.

a) Diet

3,4,5

Jeruk manis dan buah-buahan sitrus lainnya sering bersifat sangat asam; pHnya terletak diantara 2,0 dan 3,8. Mengonsumsi buah-buahan ini, dengan menghisap buah sitrus, minum minuman berkarbonat seperti Coca-Cola dan sering minum minuman bersifat asam.10Resikoyang cukup tinggi ditemukan ketika buah jeruk dikonsumsi lebih dari dua kali sehari dan meminum minuman berkarbonat sehari sekali. Selain itu konsumsi permenasamyang berlebihan yang dikombinasikandengankapasitas buffer saliva yang rendah dapat meningkatkan kadar erosi pada gigi. Gaya hidupyang tidak sehatsepertiasupanalkoholdan wine juga

menyebabkan erosigigi.Gaya hidup yangsehatseperti

lactovegetarianyangmengonsumsimakananasam seperti krim dan yoghurt, jugadikaitkandenganprevalensierosigigi yang tinggi.11


(27)

Selain itu, erosi dapat terjadi akibat pengaruh obat cair yang mengandung besi yang bersifat asam, serta dari pengunyahan obat aspirin dan vitamin C, sering berkumur dengan perhidrol dan menyikat gigi dengan gel fluorida yang bersifat asam pada jangka waktu lama.

b)Pekerjaan dan Perilaku

9

Beberapa kelompok pekerjaaan yang tidak terlindung terhadap udara dengan konsentrasi asam tinggi, misalnya di pabrik seng elektrolitis. Lamanya terpapar udara dan terbukanya bibir (uap asam menyebabkan pernafasan mulut), menyebabkan keparahan kerusakan.9 Selain itu pada perenang-perenang di dalam air yang diberi klorida banyak dan pH yang rendah, timbul erosi yang luas,oleh karena pengaruh cahaya akan mengakibatkan terbentuknya asam garam yang mengakibatkan erosi gigi.9,13

2.2 Soft Drink

Minuman yang bersifat asam seperti minuman berkarbonat merupakan salah satu faktor eksternal penyebab erosi.3 Minuman berkarbonat mengandung 90% air, gula, karbon dioksida (CO2), asam fosfor, asam sitrat, kaffein serta bahan perasa dan

pewarna. Kadar asam (pH) yang terkandung dalam minuman berkarbonat adalah diantara 2,2-3,7 ini merupakan tahap yang paling asam. Setiap mengonsumsi minuman berkarbonat memerlukan waktu 20 detik untuk bereaksi dengan gigi.Efeknya mengakibatkan permukaan gigi menjadi kasar, dan dapat dirasakan dengan mengunakan lidah.6 Keadaan ini menyebabkan enamel gigi mengalami erosi.


(28)

2.2.1 Jenis, Kandungan, pH Beberapa Minuman Ringan dan Mekanismenya

Pada tabel 1 dapat dilihat daftar minuman yang bersifat asam yang umum dikonsumsi oleh masyarakat. Terdapat beberapa jenis jus buah dan minuman berkarbonat dan yang diketahui mempunyai pH yang sangat rendah.

Tabel 1. Jenis,Kandungan dan pH Beberapa Minuman Ringan

8

14

Sebagaimana diketahui, enamel gigi terdiri atas kalsium hidroksi apatit (Ca10(PO4)6(OH)2) dan sebagian kecil fluor apatit serta beberapa ion tambahan

seperti ion karbonat dan fluoride.pH kritis enamel gigi adalah 5,5.15 Ketika seseorang mengkonsumsi minuman ringan, maka minuman tersebut akan berada dalam rongga mulut untuk sementara waktu. Adanya kandungan zat asam dalam minuman ringan akan menyebabkan perubahan pH saliva sehingga permukaan gigi menjadi sedikit kasar.15,16 Menurut Freguson apabila pH lebih kecil dari pH kritis enamel, akan mengakibatkan saliva berada di titik jenuh sehingga terjadi pengurangan kristal apatit,


(29)

mineral dipermukaan gigi menjadi hilang, lalu enamel gigi mengalami proses demineralisasi.

Proses demineralisasi terjadi akibat gangguan keseimbangan kalsium hidroksi apatit, yang dijabarkan sebagai berikut:

16

Ca

15

10(PO4)6(OH)2 10 Ca2+ + 6 PO43- + 2 OH

Bila pH turun, maka ion PO

-

43- akan berubah menjadi HPO42- atau H2PO4- dan ion

OH menjadi normal dalam bentuk air, maka hasil akhirnya saliva akan menjadi sangat jenuh.

Perubahan patologi erosi gigi berupa demineralisasi permukaan jaringan keras gigi, pertama-tama terjadi pelarutan kristal apatit. Pelarutan ini dapat terjadi oleh karena adanya zat asam kuat, misalnya asam klorida, asam sitrat dan asam fosfor pada minuman ringan yang melekat pada permukaan gigi.Pada erosi gigi, demineralisasi terjadi pada prisma enamel berlanjut sampai ke daerah batang prisma dan interprimatik membentuk struktur seperti sarang lebah. Struktur prisma enamel menjadi tidak beraturan diikuti dengan hilangnya enamel yang bervariasi.

15

Hubungan antara kadar asam (pH) pada permukaan gigi dan waktu konsumsi makanan dan minuman ditunjukkan dalam Kurva Stephan. Dimana pH rendah menunjukkan kondisi asam, pH tinggi menunjukkan kondisi alkanitas. Ketika pH pada permukaan gigi di bawah 5,5 (pH kritis) permukaan gigi mengalami kerusakan. Kurva Stephan menunjukkan peningkatan akumulasi asam pada permukaan gigi (penurunan pH) segera setelah kita makan atau minum sesuatu. Setelah menelan saliva akan mengencerkan sisa-sisa yang tertinggal di mulut, dengan ini dapat mengurangi potensi kerusakan permukaan gigi. Diperlukan sekitar 20 menit untuk


(30)

saliva dalam menyingkirkan cairan erosif yang berkontak dengan permukaan gigi sampai pH melebihi 5,5. Sering minum selama olahraga adalah perlindungan terbaik terhadap kehilangan cairan tubuh, Tetapi kurva Stephan juga menunjukkan bahwa sering minum atau makan diantara jam makan akan mengakibatkan pH pada permukaan gigi tetap dibawah nilai kritis 5,5 dan resiko gigi bertambah parah jika aliran saliva berkurang, akibat dehidrasi atau xerostomia. Hal ini dapat mempunyai efek jangka pendek akibat obat dehidrasi ataupun dari konsekuensi dari jangka panjang akibat dari kebiasaan pernapasan melalui mulut atau disfungsi dari kelenjar saliva.17

Gambar 4:KurvaStephan

2.2.2 Faktor Yang Mempengaruhi Konsumsi Minuman Ringan

Secara umum faktor yang mempengaruhi kadar konsumsi minuman ringan adalah tahap pendidikan, pendapatan, status kesehatan mental, ketersediaan makanan, keamanan, kualitas gizi, daya terima terhadap makanan, politik, ideologi, institusi sosial, ekonomi, budaya dan teknologi.

Faktor stimulasi yang diterima seseorang remaja berupa rasa tertarik, senang, ingin, rasa lapar dan hal-hal lain yang menarik dari informasi yang diterima, baik dari iklan, promosi, pengalaman, maupun perilaku orang-orang terkemuka.

18


(31)

Selain itu, daya beli, peningkatan dalam pendapatan uang saku yang dimiliki seseorang remaja dalam mengonsumsi makanan dan minuman dipengaruhi oleh harga produk pangan termasuk minuman ringan.

2.2.3 Efek Samping Akibat Minuman Ringan 18

Pola hidup mengonsumsi minuman ringan dapat menyebabkan berbagai dampak buruk, antara lain osteoporosis, penyakit jantung, batu ginjal, dan obesitas.

a) Kerusakan tulang dan Osteoporosis

Kebiasaan mengonsumsi minuman ringan menyebabkan jumlah konsumsi jenis minuman lainnya menurun, seperti konsumsi air dan susu. Hal ini menyebabkan konsumen minuman ringan kurang mendapat asupan kalsium. Asupan kalsium yang rendah menyebabkan dekalsifikasi tulang, tulang rapuh, dan akhirnya dapat berkembang menjadi osteoporosis.

b) Penyakit jantung

19

Penyakit jantungmenduduki peringkat pertama dalam urutan penyebab kematian di banyak negara di dunia. Penyebab utama penyakit ini adalah konsumsi makanan yang tinggi kolestrol dan lemak jenuh, merokok, dan gaya hidup yang santai dengan aktivitas fisik yang minimal. Penyebab lainnya yang berisiko sangat besar pada orang dewasa adalah konsumsi gula yang berlebihan.

c) Batu Ginjal

19

Penyakit batu ginjal merupakan penyakit yang paling umum terjadi dalam saluran kemih dan merupakan salah satu dari sekelompok penyakit dengan rasa nyeri terbesar. Batu ginjal merupakan kondisi terdapatnya kristal kalsium dalam ginjal. Kristal tersebut dapat berupa kalsium oksalat, kalsium fosfat, maupun kalsium sitrat.


(32)

Sekitar 10% dari penduduk AS pernah memiliki penyakit batu ginjal. Penelitian menemukan bahwa resiko munculnya batu ginjal sejalan dengan kandungan fosfat dalam minuman ringan. Mekanismemunculnya batu ginjal sangat sejalan dengan mekanisme munculnya osteoporosis. Gangguan keseimbangan rasio ion kalsium menyebabkan penyerapan kalsium terhambat dan menyebabkan kalsium menjadi tidak terlarut.19

2.3Gambaran Klinis dan Tahap Erosi Gigi

Erosi gigi dapat mengakibatkan hilangnya permukaan enamel.9 Gejala awal erosi adalahbercak putih, yang secara mikroanatomi terlihat bulat, licin dan mengkilap. Pada tahap lanjut, enamel akan semakin banyak hilang, permukaan gigi semakin licin dan mengkilap serta permukaan yang membulat pada elemen gigi menjadi rata. Pada permukaan oklusal akan timbul cekungan sebagai ciri khas dari dentin yang lunak dan kurang mineralisasi.

Permukaan labial gigi anterior paling sering terkena erosi, namun permukaan palatal dan aproksimal dapat juga terkena. Pada lesi ini, terlihat beberapa variasi ukuran dan bentuk yang selalu melibatkan beberapa gigi dengan gambaran dangkal, besar, halus dengan bagian sebelah luar menekan permukaan enamel yang berbatasan dengan cemento enamel junction.

9

Pada penderita yang mengalami erosi gigi akibat minuman ringan akan terlihat perbedaan morfologi dan ciri khusus permukaan gigi. Permukaan enamel yang halus menjadi permukaan yang luas, cekung dan berkilat. Gigi akan terlihat seperti kaca (Gambar 5). Pada permukaan sepertiga servikal gigi premolar dan molar


(33)

mandibula umumnya menjadi cekung sampai ke free gingival margin, dan meluas sampai ke permukaan akar gigi. Permukaan oklusal premolar dan molar ditandai dengan permukaan yang cekung dan mengkilap yang meluas sampai ke dentin.12

Gambar 5 : Gambaran erosi oleh karena minuman ringan. Permukaan enamel yang halus menjadi permukaan yang luas, cekung dan mengkilap.1

Insisivus sentralis maksila dapat menipis oleh karena meningkatnya daya translucent insisal. Permukaannnya akan terlihat licin dan halus dan beberapa permukaan khas menjadi hilang. Pada gigi susu, kehilangan permukaan terlihat lebih jelas. Lapisan enamel dan dentin gigi susu lebih tipis dari gigi permanen. Hal ini akan meningkatkan kemungkinan proses erosi berlanjut sehingga menyebabkan terlihatnya pulpa.

Menurut Gandara dan Truelove, erosi pada permukaan labial gigi insisivus kemungkinan terjadi oleh karena konsumsi minuman ringan dilakukan dengan cara menghirup minuman sedikit demi sedikit dalam beberapa menit.

12

8

Permukaan gigi oleh karena minuman ringan ini akan memperlihatkan gigi insisivus dengan karakteristik permukaan enamel yang halus dan licin. (Gambar 6)


(34)

Pada gambar 7 dapat dilihat erosi pada permuakaan bukal molar mandibula dari penderita erosi gigi, akibat mengonsumsi minuman ringan jenis cola dingin, dan selama beberapa menit menahan minuman tersebut di dalam rongga mulutnya sebelum minuman ditelan.

Gambar 7. Erosi gigi pada bagian bukal gigi molar mandibula

Minuman sitrus yang dikonsumsi dalam waktu lama, misalnya lebih dari dua tahun dapat menyebabkan erosi pada daerah servikal gigi posterior seperti terlihat pada gambar 8 dibawah ini.

Gambar 8. Erosi pada daerah servikal gigi posterior

Terdapat beberapa indeks yang digunakan untuk mengidentifikasi tahap erosi gigi dengan mengunakan gambaran klinis atau visual. Antaranya adalah indeks kombinasi atau modifikasi yang diterbitkan oleh Eccles dan Smith dan Knight (Tabel 2). Selain itu, indeks yang selalu digunakan adalah British Children’s NationalHealth and National Diet and Nutrition Surveys serta indeks yang dikemukakan oleh Lussi (Tabel 3).12


(35)

Tabel 2 : Indeks erosi gigi yang dikemukakan oleh Smith dan Knight, dan meliputi kriteria diagnostik erosi gigi oleh Eccles dan Jenkins12

SKOR PERMUKAAN KRITERIA

0 B/L/O/I/S Tidak ada permukaan gigi yang hilang

1 B/L/O/I/S Kehilangan struktur enamel dalam jumlah sedikit 2

B/L/O I S

Kehilangan struktur enamel dengan kurang dari sepertiga dentin terpapar

Kehilangan enamel hanya menyebabkan dentin terpapar

Struktur yang hilang kurang dari 1mm

3

B/L/O I S

Kehilangan struktur enamel dengan lebih dari sepertiga dentin terpapar

Kehilangan enamel dan dentin tanpa terpaparnya dentin sekunder atau pulpa

Struktur yang hilang 1-2mm

4

B/L/O I S

Kehilangan struktur enamel dan dentin seluruhnya, atau dentin sekundar dan pulpa juga terpapar Pulpa atau sekunder dentin terpapar

Struktur yang hilang lebih dari 2mm atau pulpa terpapar atau dentin sekunder terpapar

Kriteria diagnostik untuk erosi gigi Lesi inisial Terdapat developmental ridge pada enamel,

permukaan gigi mengkilap Lesi tahap lanjut :

permukaan fasial gigi

permukaan Oklusal

-Terdapat cekungan yang lebar dan tidak dalam - Lesi berbentuk oval atau bulan sabit pada pinggirannya, berbentuk konkaf dari penampang melintang

- Lesi yang luas di mahkota dengan pinggiran yang tidak rata

- Permukaan terlihat tipis, penekanan pada cusp dan insisal gigi, terdapat restorasi pada gigi sebelah B= bukkal, L=lingual, O=oklusal, I=insisal, S=servikal


(36)

Tabel 3 :Indeks erosi gigi oleh Lussi Dkk( permukaan fasial,lingual dan oklusal pada semua gigi kecuali molar tiga.12

Fasial 0

1

2 3

Tidak ada erosi. Permukaan gigi halus, kadang mengkilap. Dam mungkin terdapat developmental ridge

Kehilangan permukaan enamel. Ditemukan lesi di daerah servikal gigi. Cekungan pada enamel lebar tapi tidak dalam, untuk

membedakannyadari gigi yang abrasi. Tepi lesi bergelombang. Dentin tidak terpapar.

Keterlibatan dentin kurang dari ½ permukaan gigi Keterlibatan dentin lebih dari ½ permukaan gigi Oklusal

0

1

2

Tidak ada erosi. Permukaan gigi halus, kadang mengkilap. Dan mungkin terdapat developmental ridge

Sedikit erosi pada cusp gigi, cusp gigi membulat, terdapat restorasi gigi sebelahnya meningkat, grove pada permukaan oklusal.

Kehilangan permukaan enamel tanpa melibatkan dentin.

Lesi lebih parah. Tanda lebih jelas daripada grade 1. Melibatkan dentin

Tabel 4 : Indeks Eccless.10

Skor KRITERIA

KlasI Lesi superfisial, hanya pada permukaan enamel. Terlihat enamel tipis dan berkilat.

Klas II Lesi terlokalisasi, < 1/3 permukaan dentin. Terdapat lesi yang berbentuk cawan dan lekukan yang dalam pada enamel dan dentin.

Klas III Lesi general, > 1/3 permukaan dentin, kehilangan banyak jaringan dentin.


(37)

2.4 Cara Pencegahan

Sudah banyak upaya yang dilakukan oleh pabrik pembuatan minuman ringan dengan mencoba memodifikasikan komposisi minuman ringan untuk mengurangi efeknya pada gigi.Caranya adalah dengan menambah atau mengurangi komponen tertentu dalam minuman ringan. Ada beberapa hal yang disarankan agar bisa mengkonsumsi minuman ringan dengan aman yaitu2

a) Mengikuti anjuran pabrik pembuatannya, apakah bisa diminum langsung atau harus diencerkan.

:

b) Konsumsi minuman ringan hanya pada waktu makan.

c) Waktu minum tidak boleh lama.

d) Sebaiknya menggunakan pipet.

e) Meminum minuman yang didinginkan karena sifat erosive yang kurang.

f) Tidak boleh mengulum minuman dalam mulut.

g) Jangan menyikat gigi segera setelah mengkonsumsi minuman ringan.

h) Usahakan minum susu, air putih atau makan keju setelah mengkonsumsi minuman ringan yang mengandung asam bagi menetralkan pH rongga mulut.

i) Bila memungkinkan,sebaiknya mengganti minuman ringan mengandung asam dengan minuman lain yang kurang bersifat erosif, seperti air putih.


(38)

2.5 Perawatan

Perawatan erosi gigi dapat dilakukan berdasarkan tingkat keparahannya.Jika erosi hanya terdapat pada bagian enamel yaitu erosi ringan, dapat dilakukan aplikasi flour atau ditambal dengan menggunakan bahan restoratif komposit. Bagi erosi pada bagian labial yaitu erosi sedang, dilakukan pemasangan veener keramik atau overlay mahkota, Serta pada erosi berat dilakukan pemasangan mahkota, bridgeatau overdenture. Bagi mempertahankan perawatan ini, etiologi erosi perlu disingkirkan seminimal mungkin.20


(39)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah cross sectional, untuk melihat hubungan antara kebiasaan mengonsumsi minuman ringan dan erosi gigi.

3.2Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan SMP Yayasan Dharma Pancasila, Kecamatan Medan Baru dan SMP Negeri 34 Medan, Kecamatan Medan Maimun.

3.3Populasi dan Sampel

Populasi adalah seluruh siswa/i kelas VIII SMP Dharma Pancasila, Kecamatan Medan Baru adalah 91 siswa/i dan SMP Negeri 34 Medan, Kecamatan Medan Maimun adalah 127 siswa/i.

Seluruh populasi dijadikan sampel (total sampling).Jumlah sampel seluruhnya adalah 218 siswa/i.

3.4Variabel Penelitian

1. Umur

2. Jenis kelamin

3. Minuman ringan

4. Jenis minuman ringanyang dikonsumsi 5. Frekuensi mengonsumsi minuman ringan 6. Cara mengonsumsi minuman ringan 7. Cara menghabiskan minuman ringan


(40)

8. Upaya mencegah efek minuman ringan terhadap kesehatan gigi 9. Pengetahuan bahaya minum minuman ringan terhadap kesehatan gigi 10.Erosi gigi

11.Hubungan antara frekuensi minum minuman ringan dengan erosi gigi.

3.5Definisi Operasional

1. Usia

2. Jenis kelamin

3. Minuman ringan adalah minuman yang tidak mengandung alkohol,merupakan minuman olahan dalam bentuk bubuk atau cair yang mengandung bahan perasa atau bahan tambahan lain baik alami maupun sintetik yang dikemas dalam kemasan siap untuk dikonsumsi.

4. Jenis minuman ringan adalah minuman manis berupa teh, sirup minuman jelly dan sebagainya, serta jus buah-buahan dan minuman karbonat.

18

5. Frekuensi mengonsumsi minuman ringan adalah seberapa sering siswa/i mengkonsumsi minuman ringan.

a) Jarang (1-2kali perminggu)

b) Sedang (2-3 kali perminggu)

c) Sering (1 kali perhari)


(41)

6. Cara mengonsumsi minuman ringan adalah carasiswa/i meminum minuman ringan.

a) Minum sedikit demi sedikit

b) Minum dengan sedotan

c) Langsung ditelan

d) Mengulum

7. Upaya mencegah efek minuman ringan adalah hal yang dilakukan siswa/i setelah mengonsumsi minuman ringan, yaitu minum air putih, kumur-kumur dengan air putih, menyikat gigi atau tidak melakukan apa-apa.

8. Pengetahuan bahaya mengonsumsi minuman ringan seperti erosi gigi, karies dan sebagainya.

9. Indeks yang digunakan untuk melakukan pemeriksaan klinis adalah Indeks Eccles10

Kriteria Klinis

yang merupakan indeks erosi yang sederhana.

KlasI : Lesi superfisial, hanya pada permukaan enamel. Terlihat enamel tipis dan berkilat.

Klas II :Lesi terlokalisasi, < 1/3 permukaan dentin.Terdapat lesi yang berbentuk cawan dan lekukan yang dalam pada enamel dan dentin.

Klas III : Lesi general, > 1/3 permukaan dentin, kehilangan banyak jaringandentin.


(42)

Gambar 9 :Gambaran klinis erosi 3.6 Pengumpulan Data

1. Pengumpulan data dilakukan di sekolah.

2. Kuesioner diisi dengan melakukan wawancara pada siswa/i.

3. Pemeriksaan klinis dilakukan oleh tim yang terdiri atas pemeriksa dan pencatat. Sebelum penelitian, dilakukan kalibrasi untuk menyamakan persepsi dan mengurangi examiner error.

3.7PengolahanData

Semua isian data dalam kuesioner diperiksa adakah semua pertanyaan telah terjawab.Selanjutnya semua data yang diperoleh dari kuesioner diedit kemudian dipindahkan ke kartu coding dan diklasifikasikan secara ditabulasikan.

3.8 Analisis Data

Analisis data dilakukan untuk melihat hubungan antara kebiasaan mengonsumsi minuman ringan dengan erosi gigi dengan melakukan Chi square test dengan mengunakan Microsoft office excel 2007dan SPSS versi 17.

BAB 4

klas I klas II


(43)

HASIL PENELITIAN

4.1 Karakteristik responden

Berdasarkan umur, dari 218 sampel dari kedua sekolah, djumpai umur 13-14 tahun paling banyak yaitu 80,70%, diikuti dengan umur 11-12 tahun 17,40%, umur 15-17 tahun sebanyak 1,80%. Berdasarkan jenis kelamin dijumpai 39,40% laki-laki dan 60,60% perempuan. Pada penelitian ini seluruh responden mempunyai kebiasaan minum minuman ringan.

Tabel 5: Karakteristik responden (n=218).

4.2 Kebiasaan mengonsumsi minuman ringan

Jenis minuman yang paling banyak dikonsumsi oleh siswa adalah minuman manis berupa teh, sirup, minuman jelly sebanyak 61,50% diikuti minuman jus 20,20% dan minuman karbonat 18,30%.

Tabel 6: Distribusi jenis minuman yang paling banyak dikonsumsi oleh siswa/i SMP Dharma Pancasila dan SMP Negeri 34

KarakteristikResponden Jumlah Persentase

Umur

11 - 12 tahun 13 - 14 tahun 15 - 17 tahun

38 174 4 17,40 80.70 1,80 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 86 132 39,40 60,60


(44)

Tabel menunjukkan distribusi frekuensi minum minuman ringan oleh siswa, frekuensi minum minuman ringan yang tertinggi adalah sering sebanyak 32,10%, diikuti jarang sebanyak 27,50%, sangat sering sebanyak 23,90% dan sedang sebanyak 16,50%

Tabel 7 : Distribusi frekuensi minum minuman ringan oleh siswa/I SMP Dharma Pancasila dan SMP Negeri 34

Frekuensi minum minuman ringan Jumlah Persentase Jarang (1-2×/minggu)

Sedang (2-3×/minggu) Sering (1×/hari) Sangat sering (>2×/hari)

60 36 70 52 27,50 16,50 32,10 23,90

Total 218 100

Table 8 menujukkan distribusi cara mengonsumsi minuman ringan diantara siswa kedua sekolah. Konsumsi minuman ringan mengunakan sedotan mempunyai persentase tertinggi sebanyak 44,00%, diikuti konsumsi mengunakan gelas 36,70%, langsung dari kemasan 17,90% dan lain-lain 1,40%.

Tabel 8 : Distribusi cara konsumsi minuman ringan oleh siswa/i SMP Dharma Pancasila dan SMP Negeri 34

Jenis Minuman Ringan yang Paling Banyak

dikonsumsi Jumlah Persentase

Minuman Karbonat Jus

Minuman Manis (teh,sirup,minuman jelly)

40 44 134 18,30 20,20 61,50


(45)

Cara konsumsi minuman ringan Jumlah Total (%)

Mengunakan sedotan Mengunakan gelas Langsung dari kemasan

Lain-lain 96 80 39 3 44,00 36,70 17,90 1,40

Total 218 100

Table 9 menunjukkan tentang distribusi cara penghabisan minuman ringan oleh siswa/i SMP Dharma Pancasila dan SMP Negeri 34. Cara penghabisan yang tertinggi adalah minum sedikit-sedikit yaitu sebanyak 81,70%, diikuti langsung ditelan sebanyak 12,80%, dan mengulum sebanyak 5,50%.

Tabel 9 :Distribusi cara menghabiskan minuman ringan oleh siswa/i SMP Dharma Pancasila dan SMP Negeri 34

Cara menghabiskan minuman ringan Jumlah persentase Mengulum Langsung ditelan Minum sedikit-sedikit 12 28 178 5,50 12,80 81,70

Total 218 100

Tabel 10 menjukkan distribusi kebiasaan setelah minum minuman ringan oleh siswa/i SMP Dharma Pancasila dan SMP Negeri 34. Terdapat 57,80% siswa/i mempunyai kebiasaan tidak melakukan apa-apa setelah konsumsi minuman ringan, diikuti 33,00% siswa/i mempunyai kebiasaan berkumur-kumur atau minum air putih, serta 8,70% siswa/i mempunyai kebiasaan menyikat gigi setelah konsumsi minuman ringan, mempunyai kebiasaan lain-lain sebanyak 0,50%


(46)

Tabel 10 : Distribusi kebiasaan setelah minum minuman ringan oleh siswa/i SMP Dharma Pancasila dan SMP Negeri 34

Kebiasaan setelah minum minuman ringan Jumlah Persentase Kumur-kumur / minum air putih

Menyikat gigi Tidak melakukan apa

Lain-lain

72 19 126

1

33,00 8,70 57,80

0,50

Total 218 100

Tabel 11 menunjukkan distribusi pengetahuan bahaya minum minuman ringan oleh siswa/i SMP Dharma Pancasila dan SMP Negeri 34. Sebanyak 74,80% siswa/i tidak mengetahui bahaya minum minuman ringan, sedangkan hanya 25,20% siswa/i yang mengetahui bahaya minum minuman ringan.

Table 11 : Distribusi pengetahuan bahaya minum minuman ringan oleh siswa/i SMP Dharma Pancasila dan SMP Negeri 34

Pengetahuan bahaya minum minuman ringan Jumlah Persentase

Tahu Tidak tahu

55 163

25,20 74,80

Total 218 100

4.3 Prevalensi dan tingkat keparahan erosi gigi pada siswa/i SMP Dharma Pancasila dan SMP Negeri 34


(47)

Tabel 12 menunjukkan distribusi terdapat erosi atau tidak pada siswa/i SMP Dharma Pancasila dan SMP Negeri 34. Data menunjukkan sebanyak 71,60% siswa/i terdapat tidak ada erosi gigi manakala hanya 28,40% sahaja yang ada erosi.

Tabel 12 : Distribusi prevalensi erosi pada siswa/i SMP Dharma Pancasila dan SMP Negeri 34.

Tabel 13 menunjukkan distribusi skor erosi gigi pada siswa/i SMP Dharma Pancasila dan SMP Negeri 34. Sebanyak 71,60% siswa/i SMP Dharma Pancasila dan SMP Negeri 34tidak terdapat erosi gigi, diikuti 24,80% terdapat erosi gigi klas 1, serta 3,70% terdapat erosi klas 2.

Tabel 13 : Distribusi tingkat keparahan erosi pada siswa/i SMP Dharma Pancasila dan SMP Negeri 34.

Skor erosi Jumlah Persentase

Tidak ada erosi Klas 1 Klas 2

156 54

8

71,60 24,80 3,70

Total 218 100

4.4 Hubungan antara frekuensi minum minuman ringan dan erosi gigi pada siswa/i SMP Dharma Pancasila dan SMP Negeri 34

Erosi Jumlah Persentase

Ya Tidak

62 156

28,40 71,60


(48)

Tabel dibawah menunjukkan distribusi antara frekuensi minuman ringan yang sering dikonsumsi oleh siswa/i SMP Dharma Pancasila dan SMP Negeri 34 dengan tingakat keparahan erosi gigi. Setelah dilakukan uji statistik antara frekuensi minuman ringan dan tingkat keparahan erosi, tidak dijumpai perbedaan yang signifikan pada á = 0,5 (p= 0,430).

Tabel 14 : Distribusi frekuensi minum minuman ringan dan tingakat keparahan erosi gigi pada siswa/i SMP Dharma Pancasila dan SMP Negeri 34 Medan.

Frekuensi minum minuman ringan

Terdapat Erosi atau Tidak

Nilai p

Ada Tidak

N % N %

Jarang (1-2×/minggu) Sedang ( 2-3×/minggu)

Sering (1×/hari) Sangat sering (>2×/hari)

13 13 22 14 6,00 6,00 10,10 6,40 47 23 48 38 21,60 10,60 22,00 17,40 0,430 BAB 5 PEMBAHASAN


(49)

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa seluruh responden mempunyai kebiasaan mengonsumsi minuman ringan.Menurut Hardinsyah dan Suharjo (1987), iklan merupakan media yang efektif dalam promosi pangan.Hal ini telah dibuktikan melalui survey yang dilakukan oleh PT Sosro dan PT Cola Indobeverages, bahwa keberhasilan industri minuman ringan dapat merebut pangsa pasar khususnya remaja, tidak luput dari gencarnya promosi melalui iklan baik di media cetak maupun elektronik.Siswa/i suka dan sering mengonsumsi minuman ringan dapat disebabkan oleh beberapa faktor antaranya minuman ringan itu mudah didapatkan, rasa lebih enak dibandingkan air putih, harganya relative murah, serta promosi iklan secara besar-besaran. Menurut Wirakusumah (1994), remaja cenderung lebih suka mengonsumsi minuman ringan yang digemari tanpa memikirkan pengaruhnya terhadap kesehatan.

Penelitian ini juga menunjukkan jenis minuman yang sering dikonsumsi oleh siswa/i diantara dua sekolah ini, adalah minuman berupa teh dan sebagainyasebanyak 61,50%.Menurut Sujudi (1995), menjamurnya berbagai restoran “fast food” yang menyediakan makanan dan minuman ala barat di kota besar merupakan indikator dari adanya proses perubahan pola konsumsi ini. Selanjutnya kecenderungan perubahan pola konsumsi ini tidak mustahil merambat ke masyarakat pedesaan khususnya remaja, seriring dengan perbaikan di sektor sosial-ekonomi dan gencarnya promosi jenis minuman ini.

18

Penelitian ini menunjukkan frekuensi siswa/i pada kedua sekolah ini dalam mengonsumsi minuman ringan sebanyak 32,10% sering mengonsumsi, diikuti jarang


(50)

sebanyak 27,50%, diikuti sangat sering sebanyak 23,90% dan sedang sebanyak 16,50%. Tetapi ditemukan 28,40% dari keseluruhan siswa/i terdapat erosi gigi. Ini disebabkan bahwa frekuensi minum minuman ringan tidak dapat dijadikan sebagai satu-satunya faktor yang menyebabkan erosi gigi karena erosi gigi bisa juga disebabkan oleh faktor lain yaitu faktor endogen dan idopatik. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kevin dkk (2002) dimana ditemukan faktor endogen juga dapat mengakibatkan erosi gigi selain faktor eksogen.

Persentase cara mahasiswa mengonsumsi minuman ringan yang paling tinggi adalah dengan cara mengunakan sedotan sebanyak 44,00%. Cara ini sangat dianjurkan karena minuman ringan tidak berkontak dengan gigi dan terus dihantar ke kerongkongan. Dengan mengunakan sedotan dapat mengurangi terjadinya proses dimineralisasi dan kariogenik pada gigi. Mereka yang minum minuman mereka secara perlahan-lahan lebih dari 20 menit lebih besar kemungkinannya untuk mengalami pengikisan gigi berbanding mereka yang mengahabiskan minuman mereka secara cepat.

22

Sebanyak 81.70% mengonsumsi minuman ringan dengan cara minum sedikit demi sedikit. Cara minum ini lebih merusak pada gigi karena lebih lama asam yang terdapat dalam minuman berkontak terhadap permukaan gigi. Ada penelitian yang mengatakan bahwa setelah melakukan perendaman gigi di minuman yang mengandung asam selama 20 menit, terjadinya proses demineralisasi pada gigi tersebut.

6

Perilaku yang paling dianjurkan dalam upaya untuk mencegah terjadinya kerusakan gigi akibat minum minuman ringan adalah dengan minum air putih dan


(51)

kumur-kumur dengan air putih.Perilaku ini sangat dianjurkan karena dapat melarutkan gula dan asam yang terdapat pada permukaan gigi setelah konsumsi minuman ringan.Perilaku ini dapat menetralkan pH rongga mulut setelah konsumsi minuman ringan. Akan tetapi, hanya 33,00% siswa/i melakukan upaya ini. Sebanyak 57,80% tidak melakukan apa-apa upaya setelah minum minuman ringan. Terdapat sebanyak 8,70 % siswa/i yang langsung menyikat gigi setelah mengkonsumsi minuman ringan dan 0,50% mempunyai kebiasaan lain. Perilaku ini tidak dianjurkan karena menurut Profesor Thomas Attin remineralisasi pada gigi terjadi 30-60 menit setelah mengonsumsi minuman ringan yang mangandung asam. Apabila dilakukan pembersihan gigi langsung setelah mengonsumsi minuman asam, remineralisasi tidak dapat terjadi sehingga permukaan dentin terpapar.

Masih banyak siswa/i yang tidak megetahui bahaya minum minuman ringan tehadap kerusakan gigi. Sebesar 74,80% siswa/i tidak tahu sama sekali bahwa minuman ringan yang mereka minum hari-hari bisa menyebabkan erosi, hanya 25,20% siswa/i yang mengetahui minum minuman ringan dapat menyebabkan erosi gigi. Menurut May J dkk menyatakan, salah satu cara efektif supaya anak-anak tahu tentang kesehatan gigi adalah dengan cara memasukkan kurikulum tentang kesehatan gigi dalam matapelajaran Orkes disekolah. Namun demikian, Debiase CB dan Shefered R menyatakan survey lebih lanjut harus dilakukan karena tidak ada bukti dari studi sebelumnya yang menyatakan dengan meningakatnya tingkat pengetahuan masyarakat tentang bahaya minum minuman ringan terhadap kesehatan gigi dapat mengubah sikap masyarakat dalam mengonsumsi minuman ringan. Dalam studi May


(52)

Jdkk, beliau menyarankan bahwa program edukasi kesehatan gigi harus dilakukan secara spesifik pada setiap tahap usia agar sikap dapat dibentuk.

Penelitian ini menunjukkan prevalensi erosi gigi yang tinggi pada siswa/i SMP Dharma Pancasila dan SMP Negeri 34 sebanyak 28,40%. Hal ini berbeda dengan prevalensi erosi yang di teliti oleh Talebi dkk dimana dijumpai erosi gigi 38,10% pada anak-anak 12 tahun di Iran. Perbedaan dari hasil penelitian ini dapat disebabkan beberapa faktor yaitu kriteria yang digunakan berbeda, metode pengukuran yang berbeda dan hanya diukur pada gigi insisivus atas.

24

Pada penelitian ini, di peroleh tingkat keparahan erosi yang tinggi yaitu erosi klas 1 yang hampir sama yaitu 24,80 % pada siswa/i SMP Dharma Pancasila dan SMP Negeri 34 Medan, sesuai dengan penelitian Wang dkk yang dilakukan di China Selatan pada anak-anak usia 12-13 tahun dimana tingkat keparahan yang mengenai enamel adalah 26,20% pada siswa di daerah urban dan 28,90% pada siswa di daerah rural. Penelitian Peres dkk melaporkan erosi yang mengenai enamel merupakan erosi gigi yang terbanyak pada anak-anak usia 12-14 tahun di Brazil.

3

25

Enamel lebih sering mengalami erosi dibandingkan dentin karena dentin mengandung lebih banyak bahan organic di bandingkan enamel dimana bahan organic yang dapat menjadi buffer pada proses demineralisasi yang mengakibatkan erosi.1


(53)

KESIMPULAN DAN SARANAN

6.1 Kesimpulan

1. Seluruh responden menyatakan mempunyai kebiasaan mengonsumsi minuman ringan.

2. Jenis minuman yang paling sering dikonsumsi adalah minuman berupa teh sebanyak 61,50%, diikuti minuman jus sebanyak 20,20% dan minuman karbonat 18,30%

3. Frekuensi minum minuman ringan yang paling tertinggi oleh siswa/i adalah sering yaitu konsumsi minuman ringan sekali dalam sehari sebanyak 32,10%, dengan cara mengonsumsi mengunakan sedotan sebanyak 44,00% serta cara penghabisan minum sedikit demi sedikit yaitu 81,70%. Sebanyak 57,80% siswa/i tidak melakukan apa-apa setelah mengonsumsi minuman ringan, serta sebanyak 74,80% siswa/i tidak mengatahui bahaya minum minuman ringan.

4. Sebanyak 28,40% siswa/i SMP Dharma Pancasila dan SMP Negeri 34 mengalami erosi gigi. Dimana 24,8% erosi klas1 (ringan), diikuti 3,70% erosi klas 2 (sedang). Bedasarkan hasil uji statistik, tidak dijumpai perbedaan yang signifikan antara frekuensi minum minuman ringan dengan erosi gigi diantara kedua sekolah ini (p=0,430).


(54)

1.

2.

Perlu diberikan program edukasi kesehatan gigi kepada siswa/i SMP Dharma Pancasila dan SMP Negeri 34 tentang bahaya konsumsi minum minuman ringan yang berlebihan terhadap kesehatan serta upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi resiko terjadinya kerusakan gigi akibat minuman ringan.

Perlu diberikan informasi kepada pihak pengurusan sekolah tentang efek konsumsi minuman ringan yang berlebihan terhadap kesehatan dan diharapkan sekolah membatasi penyediaan minuman ringan di kantin sekolah sebagai suatu proses preventif pada masa akan datang.


(55)

1. Ganss C. Dental Erosion-Definition of Erosion and Links to Tooth Wear. Monogr Oral Sci Basel, Karger. 2006; 20: 9-16.

2.Pintauli S, Hamada T. Menuju gigi dan mulut sehat, Pencegahan dan Pemeliharaan. Medan: USU Press. 2008: 21-24.

3. Talebi M, Saraf A, Ebrahimi M, et all. Dental erosion and Its Risk Factors in 12-years Old School Children in Mashhad. Shiraz Univ Dent J. 2009; 9(Suppl 1); 13-18.

4. Barlett D. Dental Erosion-Intrinsic Causes of Dental Erosion. Monogr Oral Sci Basel, Karger. 2006; 20: 119-139.

5. Lussi A, Jaeggi T. Dental Erosion- Dental Erosion in Children. Mongr Oral Sci Basel, Karger. 2006; 20: 140-145.

6. Anonymus.Good Life is Good

Health

7. Wang P, Cai Lan H, Hong Chen J, et all.The Prevalence of Dental Erosion and Associated Risk Factors in 12-13-years-old School Children in Southern China. BMC Public Health. 2010; 10: 1-11.

8. Gandara BK, Truelove EL.Diagnosis and Management of Dental Erosion. J Contemporary Dent Practice 1999; 1: 1-17.

9. Schuurs AHB.Patologi gigi-geligi. Alih Bahasa. Sutatmi S. Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1992: 163-75.


(56)

10. Shipley S, Taylor K, Mitchell W.Identifying Cause of dental eroision. General Dentistry; Januari-Februari 2005: 73-75.

11. Lussi A, Schaffer M, Jaeggi T. Dental Erosion Diagnosis and Prevention in Children and Adults. Int Dent J. 2007; 57:385-398.

12. Ganss C, Lussi A.Dental Eroison-Diagnosis of Erosive Tooth Wear. Monogr Oral Sci Basel, Karger. 2006; 20: 32-43.

13. Featherstone JDB, Lussi A.Dental Erosion-Understanding the Chemistry of Dental Erosion. Monogr Oral Sci Basel, Karger. 2006; 20: 66-76.

14. O’Sullivan E, Milosevic A.Diagnosis, Prevention and Management of Dental Erosion Introduction Juni 2011)

15.Rehulina G.Pengaruh Uap Sulfur Dioksida yang dihasilkan oleh Pabrik Pembuatan Asam Sulfat terhadap terjadinya erosi gigi pada masyarakat desa Pujimulyo dan sekitarnya Kecamatan Sunggal, Medan. Tesis(Unpublished). Medan: Universitas Sumatera Utara. 1998.

16. Dawes C.What is the Critical pH and Why Does a Tooth Dissolve in Acid. J Can Dent Assoc. 2003

17. Banky J. Sports Drinks and Dental Erosion.

( 4 Juli 2011).

18. Kurniawan R.Faktor-Faktor yang berhubungan dengan konsumsi minuman ringan dan Suplemen pada remaja di SMUN 10 dan SMUN 32 Jakarta Selatan. Bogor. 2000


(1)

kumur-kumur dengan air putih.Perilaku ini sangat dianjurkan karena dapat melarutkan gula dan asam yang terdapat pada permukaan gigi setelah konsumsi minuman ringan.Perilaku ini dapat menetralkan pH rongga mulut setelah konsumsi minuman ringan. Akan tetapi, hanya 33,00% siswa/i melakukan upaya ini. Sebanyak 57,80% tidak melakukan apa-apa upaya setelah minum minuman ringan. Terdapat sebanyak 8,70 % siswa/i yang langsung menyikat gigi setelah mengkonsumsi minuman ringan dan 0,50% mempunyai kebiasaan lain. Perilaku ini tidak dianjurkan karena menurut Profesor Thomas Attin remineralisasi pada gigi terjadi 30-60 menit setelah mengonsumsi minuman ringan yang mangandung asam. Apabila dilakukan pembersihan gigi langsung setelah mengonsumsi minuman asam, remineralisasi tidak dapat terjadi sehingga permukaan dentin terpapar.

Masih banyak siswa/i yang tidak megetahui bahaya minum minuman ringan tehadap kerusakan gigi. Sebesar 74,80% siswa/i tidak tahu sama sekali bahwa minuman ringan yang mereka minum hari-hari bisa menyebabkan erosi, hanya 25,20% siswa/i yang mengetahui minum minuman ringan dapat menyebabkan erosi gigi. Menurut May J dkk menyatakan, salah satu cara efektif supaya anak-anak tahu tentang kesehatan gigi adalah dengan cara memasukkan kurikulum tentang kesehatan gigi dalam matapelajaran Orkes disekolah. Namun demikian, Debiase CB dan Shefered R menyatakan survey lebih lanjut harus dilakukan karena tidak ada bukti dari studi sebelumnya yang menyatakan dengan meningakatnya tingkat pengetahuan masyarakat tentang bahaya minum minuman ringan terhadap kesehatan gigi dapat mengubah sikap masyarakat dalam mengonsumsi minuman ringan. Dalam studi May


(2)

Jdkk, beliau menyarankan bahwa program edukasi kesehatan gigi harus dilakukan secara spesifik pada setiap tahap usia agar sikap dapat dibentuk.

Penelitian ini menunjukkan prevalensi erosi gigi yang tinggi pada siswa/i SMP Dharma Pancasila dan SMP Negeri 34 sebanyak 28,40%. Hal ini berbeda dengan prevalensi erosi yang di teliti oleh Talebi dkk dimana dijumpai erosi gigi 38,10% pada anak-anak 12 tahun di Iran. Perbedaan dari hasil penelitian ini dapat disebabkan beberapa faktor yaitu kriteria yang digunakan berbeda, metode pengukuran yang berbeda dan hanya diukur pada gigi insisivus atas.

24

Pada penelitian ini, di peroleh tingkat keparahan erosi yang tinggi yaitu erosi klas 1 yang hampir sama yaitu 24,80 % pada siswa/i SMP Dharma Pancasila dan SMP Negeri 34 Medan, sesuai dengan penelitian Wang dkk yang dilakukan di China Selatan pada anak-anak usia 12-13 tahun dimana tingkat keparahan yang mengenai enamel adalah 26,20% pada siswa di daerah urban dan 28,90% pada siswa di daerah rural. Penelitian Peres dkk melaporkan erosi yang mengenai enamel merupakan erosi gigi yang terbanyak pada anak-anak usia 12-14 tahun di Brazil.

3

25

Enamel lebih sering mengalami erosi dibandingkan dentin karena dentin mengandung lebih banyak bahan organic di bandingkan enamel dimana bahan organic yang dapat menjadi buffer pada proses demineralisasi yang mengakibatkan erosi.1


(3)

KESIMPULAN DAN SARANAN

6.1 Kesimpulan

1. Seluruh responden menyatakan mempunyai kebiasaan mengonsumsi minuman ringan.

2. Jenis minuman yang paling sering dikonsumsi adalah minuman berupa teh sebanyak 61,50%, diikuti minuman jus sebanyak 20,20% dan minuman karbonat 18,30%

3. Frekuensi minum minuman ringan yang paling tertinggi oleh siswa/i adalah sering yaitu konsumsi minuman ringan sekali dalam sehari sebanyak 32,10%, dengan cara mengonsumsi mengunakan sedotan sebanyak 44,00% serta cara penghabisan minum sedikit demi sedikit yaitu 81,70%. Sebanyak 57,80% siswa/i tidak melakukan apa-apa setelah mengonsumsi minuman ringan, serta sebanyak 74,80% siswa/i tidak mengatahui bahaya minum minuman ringan.

4. Sebanyak 28,40% siswa/i SMP Dharma Pancasila dan SMP Negeri 34 mengalami erosi gigi. Dimana 24,8% erosi klas1 (ringan), diikuti 3,70% erosi klas 2 (sedang). Bedasarkan hasil uji statistik, tidak dijumpai perbedaan yang signifikan antara frekuensi minum minuman ringan dengan erosi gigi diantara kedua sekolah ini (p=0,430).


(4)

1.

2.

Perlu diberikan program edukasi kesehatan gigi kepada siswa/i SMP Dharma Pancasila dan SMP Negeri 34 tentang bahaya konsumsi minum minuman ringan yang berlebihan terhadap kesehatan serta upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi resiko terjadinya kerusakan gigi akibat minuman ringan.

Perlu diberikan informasi kepada pihak pengurusan sekolah tentang efek konsumsi minuman ringan yang berlebihan terhadap kesehatan dan diharapkan sekolah membatasi penyediaan minuman ringan di kantin sekolah sebagai suatu proses preventif pada masa akan datang.


(5)

1. Ganss C. Dental Erosion-Definition of Erosion and Links to Tooth Wear. Monogr Oral Sci Basel, Karger. 2006; 20: 9-16.

2.Pintauli S, Hamada T. Menuju gigi dan mulut sehat, Pencegahan dan Pemeliharaan. Medan: USU Press. 2008: 21-24.

3. Talebi M, Saraf A, Ebrahimi M, et all. Dental erosion and Its Risk Factors in 12-years Old School Children in Mashhad. Shiraz Univ Dent J. 2009; 9(Suppl 1); 13-18.

4. Barlett D. Dental Erosion-Intrinsic Causes of Dental Erosion. Monogr Oral Sci Basel, Karger. 2006; 20: 119-139.

5. Lussi A, Jaeggi T. Dental Erosion- Dental Erosion in Children. Mongr Oral Sci Basel, Karger. 2006; 20: 140-145.

6. Anonymus.Good Life is Good

Health

7. Wang P, Cai Lan H, Hong Chen J, et all.The Prevalence of Dental Erosion and Associated Risk Factors in 12-13-years-old School Children in Southern China. BMC Public Health. 2010; 10: 1-11.

8. Gandara BK, Truelove EL.Diagnosis and Management of Dental Erosion. J Contemporary Dent Practice 1999; 1: 1-17.

9. Schuurs AHB.Patologi gigi-geligi. Alih Bahasa. Sutatmi S. Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1992: 163-75.


(6)

10. Shipley S, Taylor K, Mitchell W.Identifying Cause of dental eroision. General Dentistry; Januari-Februari 2005: 73-75.

11. Lussi A, Schaffer M, Jaeggi T. Dental Erosion Diagnosis and Prevention in Children and Adults. Int Dent J. 2007; 57:385-398.

12. Ganss C, Lussi A.Dental Eroison-Diagnosis of Erosive Tooth Wear. Monogr Oral Sci Basel, Karger. 2006; 20: 32-43.

13. Featherstone JDB, Lussi A.Dental Erosion-Understanding the Chemistry of Dental Erosion. Monogr Oral Sci Basel, Karger. 2006; 20: 66-76.

14. O’Sullivan E, Milosevic A.Diagnosis, Prevention and Management of Dental Erosion Introduction Juni 2011)

15.Rehulina G.Pengaruh Uap Sulfur Dioksida yang dihasilkan oleh Pabrik Pembuatan Asam Sulfat terhadap terjadinya erosi gigi pada masyarakat desa Pujimulyo dan sekitarnya Kecamatan Sunggal, Medan. Tesis(Unpublished). Medan: Universitas Sumatera Utara. 1998.

16. Dawes C.What is the Critical pH and Why Does a Tooth Dissolve in Acid. J Can Dent Assoc. 2003

17. Banky J. Sports Drinks and Dental Erosion.

( 4 Juli 2011).

18. Kurniawan R.Faktor-Faktor yang berhubungan dengan konsumsi minuman ringan dan Suplemen pada remaja di SMUN 10 dan SMUN 32 Jakarta Selatan. Bogor. 2000