menjadi fondasi bagi setiap muslim dalam bertingkah laku dan berbuat baik, sehingga menimbulkan amal kebaikan dan dapat memberikan arahan bagi
kehidupan manusia dalam perjalanan kehidupannya ini.
b. Pesan Syariah
Syariah adalah hukum dan perundang-undangan yang terdapat dalam islam, baik yang berhubungan manusia dengan Tuhan, maupun antar manusia itu
sendiri.
29
Hukum syariah sering disebut sebagai cermin peradaban dalam pengertian bahwa ketika ia tumbuh matang dan sempurna, maka peradaban
mencerminkan dirinya dalam hukum-hukumnya. Pelaksanaan syariah merupakan sumber yang melahirkan peradaban Islam, yang melestarikan dan melindunginya
dalam sejarah. Syariah inilah yang akan selalu menjadi kekuatan peradaban di kalangan kaum muslimin.
30
Materi dakwah yang bersifat syariah ini sangat luas dan mengikat seluruh umat Islam. Ia merupakan jantung yang tidak terpisahkan dari kehidupan umat
Islam di berbagai penjuru dunia, dan sekaligus merupakan hal yang patut di banggakan. Kelebihan dari meteri syariah Islam antara lain adalah bahwa ia tidak
dimiliki oleh umat-umat yang lain. Syariah ini bersifat universal, yang menjelaskan hak-hak umat muslim dan non muslim, bahkan hak seluruh manusia.
Dengan adanya materi syariah ini, maka tatanan sistem dunia akan teratur dan sempurna.
Disamping mangandung dan mencakup kemaslahatan sosial juga moral, maka materi dakwah dalam bidang syariah ini dimaksudkan untuk memberikan
29
Drs. Samsul Munir Amin, M.A, Ilmu Dakwah, Jakarta: Amzah, 2009, Cet, Ke-1, h. 90.
30
Ismail R. Al-Faruqi, Menjelajah Atlas dunia Islam, Bandung: Mizan, 2000, hlm. 305
gambaran yang benar, pandangan yang jernih, dan kejadian secara cermat terhadap hujjah atau dalil-dalil dalam melihat setiap persoalan pembaruan,
sehingga umat tidak terperosok kedalam kejelekkan, karena yang diinginkan dalam dakwah adalah kebaikan. Kesalahan dalam meletakkan posisi yang benar
dan seimbang di antara beban syariah sebagaimana yang telah ditetapkan oleh Islam, maka akan menimbulkan suatu yang membahayakan terhadap agama dan
kehidupan. Syariah Islam mengembangkan hukum bersifat komrehensif yang meliputi
segenap kehidupan manusia. Kelengkapan ini mengalir dari konsepsi Islam tentang kehidupan manusia yang diciptakan untuk memenuhi ketentuan yang
membentuk kehendak Ilahi. Materi dakwah yang menyajikan unsur syariah harus dapat menggambarkan atau memberikan informasi yang jelas dibidang hukum
dalam bentuk status hukum yang bersifat wajib, mubbah dibolehkan, mandub dianjurkan, maksuh dianjurkan supaya tidak dilakukan dan haram dilarang.
Pengertian Syariah mempunyai dua aspek hubungan yaitu hubungan antara manusia dengan Tuhan Vertikal yang disebut ibadah, dan hubungan
antara manusia dengan sesama horizontal yang disebut muamalat.
1 Masalah Mu’amalah
Pengertaian Muamalah dapat dilihat dari dua segi, yang pertama dari segi bahasa yaitu muamalah berasal dari kata amala-yuamilu-muamalatan yang artinya
saling bertindak, saling berbuat dan saling mnegalahkan.
31
Sedangkan muamalah menurut istilah, banyak sekali para pakar mendefinisikan muamalah secara istilah
diantaranya:
31
Hendi Suhend, Fiqih Muamalah, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2002, h.1.
a Menurut H. Masjfuk Zuhdi, dalam bukunya Studi Islam, jilid III:
Muamalah. Muamalah adalah segala aturan agama yang mengatur hubungan antara sesama manusia, baik yang seagama maupun
tidak seagama, antara manusia dengan kehidupannya dan antara manusia dengan alam sekitarnya atau alam semesta ini.
32
b Menurut H. Hendi Suhendi, muamalah adalah segala peraturan
yang diciptakan Allah untuk mengatur hubungan dengan manusia dalam hidup dan kehidupan.
33
c Menurut Hudhari Beik, muamalah adalah semua akad yang
membolehkan manusia untuk saling menukar manfaat.
34
d Menurut Idris Ahmad, muamalah adalah aturan Allah yang
mengatur hubungan manusia dnegan manusia dalam usahanya, untuk mendapatkan alat-alat keperluan jasmaninya dengan cara
yang paling baik.
35
Dari beberapa pengertian diatas tentang pengertian muamlah menurut istilah, dapatlah ditarik kesimpulan bahwa muamalah adalah aturan-aturan Allah
SWT yang ditunjukkan untuk mengatur kehidupan manusia dalam urusan keduniaan atau urusan yang berkaitan dengan urusan keduniaan dan sosial
kemasyarakatan, dalam artian dimanapun manusia berada dia harus senantiasa mengikuti aturan yang telah ditetapkan Allah, karena dalam Islam tidak ada
32
H. Masjfuk Zuhdi, STUDI ISLAM jilid III: Muamalah, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1993, h. 26.
33
Rachmat Syafi’i, Fiqih muamalah untuk IAIN, STAIN, PTAIS dan umum Bandung: PT Pustaka Setia, 2001, h. 15.
34
Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah, h.2.
35
Rachmat Syafi’i, Fiqih muamalah untuk IAIN, STAIN, PTAIS dan umum, h. 16.
pembeda antara amalan dunia dengan amalan akhirat, sebab sekecil apapun amalan manuia di dunia harus didasarkan pada ketetapan Allah.
Dengan demikian dapat diartikan bahwa muamalah berarti ketetapan Allah yang mengatur hubungan manusia dengan sesamanya dan dengan lingkungannya
alam sekitarnya. Islam merupakan agama yang menekankan urusan mu’amalah lebih besar porsinya daripada urusan ibadah. Islam lebih banyak memperhatikan
aspek kehidupan sosial daripada aspek kehidupan ritual. Islam adalah agama yang menjadikan seluruh bumi ini masjid, tempat mengabdi kepada Allah. Ibadah
dalam mu’amalah disini, diartikan sebagai ibadah yang mencakup hubungan dengan Allah dalam rangka mengabdi kepada Allah SWT. Cakupan aspek
mu’amalah jauh lebih luas daripada ibadah. Statement ini dapat dipahami dengan alasan:
1 Dalam Al-Qur’an dan hadist mencakup proporsi terbesar sumber
hukum yang berkaitan dengan urusan mu’amalah. 2
Ibadah yang mengandung segi kemasyarakatan diberi ganjaran lebih besar daripada ibadah yang bersifat perorangan. Karena itu, sholat
jama’ah lebih tinggi nilainya daripada shalat munfarid sendirian. 3
Jika urusan ibadah dilakukan tidak sempurna atau batal, karena melanggar pantangan tertentu, maka kafarat-Nya tebusannya
adalah melakukan sesuatu yang berhubungan dengan mu’amalah. Sebaliknya, jika orang tidak baik dalam urusan mu’amalah, maka
urusan ibadah tidak dapat menutupinya. 4
Melakukan amal baik dalam bidang kemasyarakatan mendapatkan ganjaran lebih besar daripada ibadah sunnah.
5 Adanya sebuah realita bahwa jika urusan ibadah bersamaan
waktunya dengan urusan muamalah yang penting, maka ibada boleh diperpendek atau ditangguhkan bukan ditinggalkan.
Menurut H. Masjfuk Zuhdi dalam bukunya Studi Islam, Jilid III:Muamalah. Beliau menjelaskan bahwa muamalah dapat diklasifikasikan
menjadi tiga macam diantaranya yaitu: Aturan agama yang mengatur hubungan antara sesama manusia,
baik yang seagama maupun yang tidak seagama, dapat kita temukan dalam hukum tentang perkawinan, perwalian,
perdagangan dan lain-lain. Aturan agama yang mengatur hubungan antara manusia dengan
kehidupannya, dapat kita temukan antara lain dengan hukum islam tentang makanan, minuman, pakaian mata pencarian rezeki yang
diharamkan dan dihalalkan. Aturan agama yang mengatur hubungan antara manusia dengan
alam sekitarnya atau alam semestanya, dapat kita jumpai antara lain.
36
2 Masalah Ibadah
Ibadah menurut bahasa kata ibnu Sayyidah , ”Makna asal ibadah, menurut bahasa ialah merendahkan diri. Diambil dari perkataan mereka: thariq ma’bad,
yakni jalan yang ditundukkan sering dilalui orang. Darinyalah diambil kata ’Abd hamba, karena ketundukannya kepada Tuhannya.’ Ibadah, Khudhu’, Tadzallul
dan Istikanah adalah kata-kata yang hampir sama maknanya. Ibadah adalah
36
H. Masjfuk Zuhdi, STUDI ISLAM jilid III: Muamalah, h. 55.
sejenis ketundukan yang hanya menjadi hak Pemberi kenikmatan dengan berbagai nikmat yang paling tinggi, seperti kehidupan, pemahaman, pendengaran dan
penglihatan.” Al-Jauhari berkata, ”makna asal Ubudiyyah ialah tunduk dan merendahkan, sedangkan Ibadah maknanya adalah ketaatan” Sedangkan Ibadah
menurut Istilah yang didefinisikan oleh Syaikhul Islam r.a adalah suatu istilah yang mencakup segala sesuatu yang dicintai oleh Allah dan di Ridhai-Nya berupa
ucapan dan perbuatan, baik yang nampak maupun yang tersembunyi
a Syarat dan Landasan Ibadah
Hakikat dan landasan Ibadah kepada Allah ialah cinta yang sempurna dan ketundukkan yang sempurna kepada-Nya. Barangsiapa yang mencintai sesuatu
yang tidak dipatuhinya, maka ia tidak menghamba kepadanya. Demikian pula barangsiapa yang tunduk dan patuh kepada sesuatu yang tidak dicintainya, maka
ia bukan menghamab kepadanya. Beribadah kepada Allah tidak diterima dan tidak pula diridhai-Nya
sehingga terpenuhi semua syarat dan rukunnya. 1
Syarat Ibadah Ikhlas, yaitu seseorang beribadah kepada-Nya dengan niat karena
wajah Allah, bukan karena selain-Nya. Sesuai dengan syariat Allah, yaitu ibadah tersebut, dalam waktu
dan tata caranya, sesuai dengan apa yang dijelaskan dalam kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya.
2 Dasar-dasar Ibadah
Ibadah kepada Allah wajib terfokus pada tiga landasan, yaitu: mahabbah cinta, khauf takut, dan raja’ harap. Seorang hamba beribadah kepada
Rabbnya karena cinta kepada-Nya, takut terhadap siksa-Nya serta berharap pahala dari-Nya. Adapun dasar-dasar ibadah kepada Allah ialah:
Cinta kepada Allah Dasar ini merupakan dasar ibadah yang paling penting. Cinta adalah
dasar ibadah. Oleh karenanya, setiap hamba wajib mencintai Allah, mencintai segala hal yang dicintai-Nya berupa ketaatan, membenci segala yang dibenci-Nya
berupa kemaksiatan, mencintai semua kekasi-Nya yaiutu orang-orang yang beriman, terutama para Rasul-Nya dan membenci semua musuh-musuh-Nya dari
kalangan kaum kafir dan kaum munafik. Demikian pula setiap muslim wajib mencintai Allah dan Rasul-Nya
melebii cintanya terhadap dirinya, anak-anaknya, hartanya dan segalanya. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam surat At-Taubat ayat 24 yang berbunyi:
⌧
☺
⌧
⌧
Artinya :
”
Katakanlah: Jika bapak-bapak , anak-anak , saudara-saudara, isteri- isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan,
perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan RasulNya dan dari
berjihad di jalan nya, Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan Keputusan NYA. dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-
orang yang fasik.” At-Taubah: 24 Jika kecintaan kepada Allah menancap kuat dalam hati seseorang hamba,
maka semua anggota badannya bangkit untuk melakukan ketaatan kepada Allah dan menjauhi kemaksiatan-Nya. Bahkan ia akan merasakan kelezatan dan
ketenangan jiwa ketika melakukan ibadah kepada Allah. Oleh karena itu, barang siapa takut kepada Allah, meninggalkan perbuatan maksiat, banyak berdzikir
kepada-Nya, takut terhadap-Nya dan melakukan amal sunnah karena cinta kepada-Nya, takut terhadap-Nya, dan berharap pahala dari-Nya niscaya ia hidup
dalam kebahagiaan dan lapang dada. Rasa takut kepada Allah
Khauf atau rasa takut adalah pedihnya hati karena melakukan suatu yang dibenci. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an surat Ali ’Imran ayat
175 yang berbunyi:
☺ ⌧
Artinya : ”Karena itu, janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, jika kamu benar-benar orang yang beriman”
Ali ’Imran : 175 Rasa takut kepada Allah akan tumbuh dan menjadi besar dalam diri
seorang hamba karena berbagai faktor, terutama hal-hal berikut ini:
Ia mengenal Allah dan sifat-sifat-Nya. Siapa yang lebih mengenal Allah, maka ia lebih takut kepada-Nya.
Ia membenarkan bahwa Allah memberikan ancaman dnegna siksa- Nya terhadap siapa yang bermaksiat kepada-Nya, dengan
meninggalkan kewajiban atau melakukan perkara yang diharamkan.
Ia mengetahui pedihnya siksa Allah atas orang yang bermaksiat kepada-Nya, dan bahwa seorang hamba tidak sanggup menahan
siksa-Nya. Ini diperoleh dengan menelaah ayat-ayat dan hadits- hadits yang mensinyalir tentang ancaman dan larangan,
penampakkan amal dan penghisaban, siksa kubur dan neraka. Seorang hamba mengingat kemakisatan kepada Allah yang pernah
dilakukannya dimasa lalu. Ia takut terhalang untuk bisa bertaubat, karena sebab dosa yang
dilakukannya. Atu ia takut matia dlam keadaan buruk, karena terus-menerus melakukan kemaksiatan kepada Allah.
Rasa takut yang terpuji dan jujur ialah rasa takut yang dapat mengahalangi hamba dari perbuatan maksiat.
Berharap
Ar-Raja’ atau berharap ialah menginginkan pahala dari Allah dan ampunan-Nya serta menanti Rahmat-Nya. Seorang muslim wajib beribadah
kepada Allah karena menginginkan pahala-Nya dan bertaubat kepada-nya ketika terjerumus dalam dosa karena mengharapkan ampunan-Nya. Allah SWT
berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-A’raf ayat 56 yang berbunyi:
☺ ☺
Artibya : Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah Allah memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut
Tidak akan diterima dan harapan akan dikabulkan. Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.
Al-A’raf:56 . Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan
pesan dakwah dari segi Syariah ialah pesan yang disampaikan dengan mengandung 2 unsur hubungan yaitu hubungan antara manusia dengan Tuhan
Vertikal yang disebut ibadah. Dimana hanya kepada Allah lah, manusia itu menyembah dan memohon ampunan-Nya. Dan hubungan antara manusia dengan
sesama horizontal yang disebut muamalat. Karena manusia adalah makhluk sosial, yang satu sama lain saling membutuhkan dan saling bertenggang rasa. Oleh
karena itu, kedua hubungan ini sangat penting sekali bagi umat Islam dalam menjalani kehidupan ini.
c. Pesan Akhlak