REPRESENTASI DAKWAH DALAM LIRIK LAGU “TOMAT (TOBAT MAKSIAT)” PADA ALBUM INGAT SHOLAWAT KARYA WALI BAND (Studi Semiologi Representasi Dakwah Dalam Lirik Lagu “Tomat (Tobat Maksiat)” Karya Wali Band).
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Oleh :
Dinny Arisoffi Wulandari NPM. 0743010112
YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
SURABAYA 2010
(2)
REPRESENTASI TAUBAT DALAM LIRIK LAGU “TOMAT (TOBAT MAKSIAT)” PADA ALBUM INGAT SHOLAWAT KARYA WALI BAND
(Studi Semiologi Representasi Taubat Dalam Lirik Lagu “Tomat (Tobat Maksiat)” Karya Wali Band)
Disusun Oleh :
DINNY ARISOFFI WULANDARI NPM. 0743010112
Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi Menyetujui,
Pembimbing Utama
Dra. Diana Amalia, MSi NIP 19630907 199103 2001
Mengetahui DEKAN
Dra. Hj. Suparwati, MSi NIP 19550718 198302 2001
(3)
Oleh :
DINNY ARISOFFI WULANDARI NPM. 0743010112
Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada tanggal 1 Desember 2010
Pembimbing Utama
Dra. Diana Amalia, MSi NIP. 19630907 199103 2001
Tim Penguji : 1. Ketua
IR. Didiek Tranggono, MSi NIP. 19581225 19900 1001 2. Sekretaris
Dra. Diana Amalia, MSi NIP. 19630907 199103 2001 3. Anggota
Yuli Candrasari, S.Sos, MSi NIP. 3 7107 94 0027 1
Mengetahui, DEKAN
Dra. Hj. Suparwati, MSi NIP. 19550718 198302 2001
(4)
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan limpahan rahmat, nikmat serta karunia-Nya kepada penulis sehingga skripsi dengan judul “REPRESENTASI DAKWAH DALAM LIRIK LAGU “TOMAT (TOBAT MAKSIAT)” PADA ALBUM INGAT SHOLAWAT KARYA WALI BAND” (studi semiologi representasi dakwah dalam lirik lagu “Tomat (Tobat Maksiat)” Karya Wali Band)” dapat terselesaikan dengan baik.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan bantuan, baik itu berupa moril, spiritual maupun materiil. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Dra. Ec. Hj. Suparwati selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Univeritas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Ibu Dra. Diana Amalia, Msi selaku Dosen Pembimbing utama yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, nasehat serta motivasi kepada penulis.
3. Bapak Juwito,S.sos, Msi selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Univeritas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
(5)
v
FISIP hingga UPN “Veteran” Jatim pada umumnya.
6. Ayah, ibu, kakak dan adikku serta seluruh keluarga besar terima kasih untuk doa, dukungan moral dan spiritual serta semua hal terbaik dalam hidup yang pernah diberikan.
7. Christian Budi Harianto, terima kasih atas cinta, kesabaran, pengertian, kebaikan hati, dukungan, motivasi dan kepercayaan yang tiada henti dan tiada bosan.
8. Teman-temanku yang cantik Lega, Debby, Rizky, Ovy, dan Rizka, terima kasih banyak. Kalian adalah hal terbaik yang pernah ada.
Penulis menyadari banyak sekali terdapat kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Untuk itu, apabila segala bentuk saran dan kritik yang membangun nilai positif, sangat dinantikan oleh penulis demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya, dengan segala keterbatasan yang penulis miliki semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak umumnya dan penulis pada khususnya.
Surabaya, 22 November 2010
(6)
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN UJIAN SKRIPSI ... ii
HALAMAN PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR TABEL ... .... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
ABSTRAKSI ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 11
1.3. Tujuan Penelitian ... 11
1.4. Manfaat Penelitian ... 11
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 12
2.1. Landasan Teori ... 12
2.1.1. Musik dan Lirik Lagu Religius ... 12
2.1.2. Lirik Lagu ... 14
2.1.3. Simbol Religi ... 16
2.1.4. Semiotika dan Semiologi Komunikasi ... 18
2.1.5. Islami ... 21 vi
(7)
2.1.8. Representasi ... 30
2.1.9. Semiologi Roland Barthes ... 32
2.2. Kerangka Berpikir... 40
BAB III METODE PENELITIAN ... 42
3.1. Metode Penelitian ... 42
3.2. Corpus ... 43
3.3. Unit Analisis ... 45
3.4. Teknik Pengumpulan Data... 45
3.5. Teknik Analisis Data... 45
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 47
4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 47
4.2. Lirik Lagu “Tomat (Tobat Maksiat)” menurut semiologi Roland Barthes ... ... 49
4.3. Penyajian dan Analisis Data ... ... 51
4.3.1. Penyajian Data ... ... 51
4.3.2. Analisis Data ... ... 53
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 77
5.1. Kesimpulan ... ... 77
5.2. Saran ... 78 vii
(8)
viii
DAFTAR PUSTAKA ... 80 LAMPIRAN ... 82
(9)
x
(10)
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Peta Tanda Roland Barthes ... 34
Gambar 2.2. Bagan Kerangka Berpikir ... 41
Gambar 4.1. Peta Tanda Roland Barthes ... 50
Gambar 4.2. Bait 1 Lirik 3 : Bayangkan ajal mendekat ... 55
Gambar 4.3. Bait 1 Lirik 5 : Kau takkan selamat ... 56
Gambar 4.4. Bait 1 Lirik 6 : Habis dan tamat ... 58
Gambar 4.5. Bait 2 Lirik 3 : Ayo sama-sama kita taubat ... 60
Gambar 4.6. Bait 2 Lirik 5 : Awas kau tersesat ... 61
Gambar 4.7. Bait 2 Lirik 6 : Ingatlah masih ada akhirat... 62
Gambar 4.8. Bait 4 Lirik 1 : Ingat mati, ingat sakit ... 64
Gambar 4.9. Bait 4 Lirik 2 : Ingatlah saat kau sulit ... 66
Gambar 4.10. Bait 4 Lirik 3 : Ingat ingat hidup cuma satu kali ... 67
Gambar 4.11. Bait 5 Lirik 3 : Ingat ingat sobat ingatlah akhirat ... 69
Gambar 4.12. Bait ke-6 Lirik ke 1 : Cepat ucap astaghfirullahal’azim ... 70
Gambar 4.13. Bait ke-7 Lirik ke-5 : Terbaring di tanah ... 72
(11)
xi
Lampiran 2. Cover Album Ingat Sholawat ... 83 Lampiran 3. Biografi Wali Band ... 84
(12)
xii
ABSTRAKSI
DINNY ARISOFFI WULANDARI, REPRESENTASI DAKWAH DALAM LIRIK LAGU “TOMAT (TOBAT MAKSIAT)” PADA ALBUM INGAT SHOLAWAT KARYA WALI BAND (Studi Semiologi Representasi Dakwah Dalam Lirik Lagu “Tomat (Tobat Maksiat)” Karya Wali Band)
Penelitian ini didasarkan pada suatu realitas sosial yang telah ada dan berkembang di masyarakat yaitu fenomena dakwah. Berdakwah pada zaman sekarang tidak hanya bisa dilakukan oleh para mubaligh di masjid, tetapi bisa dilakukan dengan banyak cara dan banyak tempat. Banyak media yang bisa digunakan pada zaman sekarang sebagai media dakwah seperti televisi, koran, majalah, buku, lagu dan internet. Dakwah juga bisa dilakukan melalui sebuah tulisan seperti cerpen, cerbung, cergam dan bahkan novel bisa disisipkan nilai-nilai dakwah didalamnya. Sehingga diharapkan dakwah yang berupa nasehat, ajakan untuk kemaslahatan umat bisa sampai kepada seluruh lapisan golongan masyarakat yang memiliki latar belakang ekonomi dan pendidikan yang berbeda-beda. Penelitian ini menaruh perhatian pada lirik lagu “Tomat (Tobat Maksiat)” yang dipopulerkan oleh Wali Band.
Penelitian ini tidak terlepas dari metode semiologi Roland Barthes untuk menginterpretasikan makna dari lirik lagu tersebut, yang kemudian dianalisis menggunakan pendekatan semiologi Barthes sehingga dapat diperoleh hasil dari interpretasi data mengenai representasi lirik tersebut. Semiologi Barthes ini menitikberatkan pada tanda denotatif dan konotatif, dan kelima kode pembacaan.
Data yang dianalisis berupa teks atau lirik dari lagu “Tomat (Tobat Maksiat)”, kemudian dianalisis menggunakan teori peta tanda Roland Barthes berdasarkan penanda, petanda, tanda denotatif, penanda konotatif, dan tanda konotatif. Setiap kalimat per bait dimasukkan ke dalam peta tanda Barthes dan dianalisa berdasarkan makna denotatif dan konotatif untuk dapat diketahui makna sebenarnya yang terdapat dalam lirik tersebut.
Maka didapatkan hasil analisa bahwa melalui lirik lagu “Tomat (Tobat Maksiat)”, saat kental dengan unsur dakwah. Dimana dakwah lewat lagu lebih mudah diterima oleh komunikan (penikmat lagu) serta menyadarkan setiap manusia untuk kembali ke jalan yang ditentukan Tuhan. Karena Untuk menyampaikan sebuah pesan tidak hanya tulisan yang dijadikan acuan sebagai tanda untuk berinteraksi dalam menyikapi pesan tersebut, tapi makna yang terkandung di dalam pesan tersebut yang bisa menggugah. Dan bukan hanya instrument ataupun vokalika yang mendukung tapi faktor moment ketika pesan itu kapan harus disampaikan.
Kesimpulannya bahwa penelitian melalui lirik lagu ini merupakan bentuk penyampaian pesan melalui media dakwah yang disampaikan kepada setiap manusia untuk kembali ke jalan Tuhan dan menjauhi segala larangan-Nya serta pencipta lagu ingin menyampaikan pesan yang merupakan pengekpresian dirinya terhadap fenomena yang terjadi di dunia sekitar, dimana dia berinteraksi di dalamnya.
(13)
1.1. Latar Belakang Masalah
Dunia musik di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat yang tidak pernah surut, ini ditandai dengan banyaknya sebuah hasil karya musik yang dilahirkan dari para pencipta musik atau musisi karya seni. Bagi para penikmat musik ini adalah sebuah konsumsi publik yang secara psikologis merupakan kebutuhan untuk hiburan atau entertainment, bahkan bisa merupakan semangat kehidupan, sedangkan bagi pencipta musik ini adalah ungkapan yang berkaitan dengan komunikasi ekspresif artinya harus diakui bahwa musik juga dapat mengekspresikan perasaan, kesadaran, dan bahkan pandangan hidup (ideology) manusia. Meskipun akrab dengan dunia entertainment, tidak berarti musik menutup ranah kajian terhadap fenomena-fenomena lain, karena lirik lagu sendiri sering tampil dengan tema yang cukup beraneka ragam mulai dari masalah percintaan, perang, keindahan alam, kehidupan sehari-hari, seni budaya, agama, olah raga, mode, diskriminasi wanita, seksualitas, sampai adat istiadat dan hal-hal yang serealistis sekalipun.
Musik diartikan sebagai ungkapan berasal dari perasaan yang dituangkan dalam bentuk bunyi-bunyian atau suara, ungkapan yang dikeluarkan melalui suara manusia disebut vokal, sedangkan ungkapan yang dikeluarkan melalui bunyi alat musik disebut instrumen (Subagyo, 2006:4).
(14)
2
Musik sendiri menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia memiliki makna bunyi-bunyian yang ditata enak dan rapi. Dari definisi diatas dapat diketahui bahwa musik dapat menciptakan sebuah lagu. Sebuah lagu yang dinyanyikan biasanya terdiri dari tiga komponen yang saling melengkapi dan saling bergantung. Komponen tersebut antara lain paduan alat musik atau instrument, suara atau vokal dan yang terakhir lirik lagunya. Instrument dan kekuatan vokal penyanyi adalah sebagai tubuh sedangkan lirik lagu adalah jiwa atau nyawa adalah penggambaran musik itu sendiri.
Lirik lagu dalam musik yang sebagaimana bahasa dapat menjadi sarana atau media komunikasi untuk mencerminkan realitas sosial yang beredar di masyarakat. Lirik lagu dapat pula sebagai sarana untuk sosialisasi dan pelestarian terhadap sikap atau nilai. Oleh karena itu, ketika sebuah lirik lagu diaransir dan diperdengarkan kepada khalayak juga mempunyai tanggung jawab yang besar atas tersebar luasnya keyakinan, nilai-nilai, bahkan prasangka tertentu (Setianingsih, 2003:7-8).
Lirik lagu merupakan sebuah media komunikasi verbal yang memiliki makna pesan di dalamnya, sebuah lirik lagu bila tepat memilihnya biasa memiliki nilai yang sama dengan ribuan kata atau peristiwa, juga secara invividu mampu untuk memikat perhatian.
Komunikasi verbal adalah sarana utama untuk menyatakan pikiran, perasaan dan maksud kita. Komunikasi menggunakan kata-kata yang mempresentasikan berbagai aspek realitas individu kita, konsekuensinya
(15)
kata-kata adalah abstraksi realitas yang tidak mampu menimbulkan reaksi yang merupakan totalitas objek atau konsep yang diwakili kata-kata (Mulyana, 2000:238).
Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya mengisyaratkan bahwa komunikasi itu penting untuk membangun konsep diri kita, aktualisasi diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan, antara lain lewat komunikasi yang bersifat menghibur dan memupuk hubungan dengan orang lain (Mulyana, 2005:5). Emosi kita juga dapat kita salurkan lewat bentuk-bentuk seni seperti novel, puisi, musik, tarian atau lukisan. Harus diakui musik juga dapat mengekspresikan perasaan, kesadaran, dan bahkan pandangan hidup manusia (Mulyana, 2005:22).
Salah satu hal yang terpenting dalam sebuah musik adalah keberadaan lirik lagunya, karena melalui lirik lagu pencipta atau biasa disebut dengan musisi ingin menyampaikan pesan yang merupakan ekspresi terhadap apapun yang ia rasakan terhadap fenomena-fenomena yang terjadi di lingkungan sekitar, dimana ia ikut berinteraksi di dalamnya. Jadi sebuah lirik lagu bukanlah rangkaian kata-kata indah semata, tetapi lebih dari itu lirik lagu merupakan representasi dari realitas yang dilihat atau dirasakan oleh si pencipta. Realitas inilah yang mengilhami seorang pencipta dalam membuat lirik lagu. Salah satu realitas yang ada di masyarakat kita saat ini dan yang menarik perhatian penulis adalah fenomena religius.
(16)
4
tayangan atau sinetron televisi, tetapi juga pada musik dan lagu. Nuansa-nuansa musik religi kini menjadi lebih cair. Bahkan Opick dengan lagu-lagu religinya berhasil mendapatkan platinum. Dan dapat dilihat juga bagaimana group band GIGI, Ungu, Wali, ataupun Slank, tidak canggung dalam menyanyikan lagu-lagu yang bernafaskan religius. Dan yang lebih menarik mereka membawakannya dengan corak musik yang memang menjadi ciri khas mereka sebelumnya. Menurut musisi Dwiki Darmawan, perkembangan tembang-tembang religius dari musisi tanah air menandakan kesadaran beragama yang meningkat di kalangan musisi tidak hanya pada saat bulan Ramadhan dan lebaran saja, tetapi kebutuhan manusia dalam mencari “keseimbangan” antara emosional dan spiritual adalah sepanjang hidupnya (www.suaramerdeka.com diakses tanggal 20 Oktober 2005 pukul 14.00).
Musik adalah bahasa universal. Lewat musik, siapa saja bisa menyampaikan beragam pesan seperti cinta, persahabatan, hingga berdakwah. Berdakwah pada zaman sekarang tidak hanya bisa dilakukan oleh para mubaligh di masjid, tetapi bisa dilakukan dengan banyak cara dan banyak tempat. Banyak media yang bisa digunakan pada zaman sekarang sebagai media dakwah seperti televisi, koran, majalah, buku, lagu dan internet. Dakwah juga bisa dilakukan melalui sebuah tulisan seperti cerpen, cerbung, cergam dan bahkan novel bisa disisipkan nilai-nilai dakwah didalamnya. Sehingga diharapkan dakwah yang berupa nasehat, ajakan untuk kemaslahatan umat bisa sampai kepada seluruh lapisan golongan
(17)
masyarakat yang memiliki latar belakang ekonomi dan pendidikan yang berbeda-beda.
Pasalnya, penyampaian dakwah tidak akan sampai kepada sasarannya apabila tidak membaur dan mengakomodasi dengan perilaku, kebudayaan, dan keadaan masyarakat. Singkatnya, apa yang selalu mereka kerjakan dan mereka sukai, di sanalah kita bisa menjadikannya media untuk berdakwah. Hal semacam ini bisa dilakukan di antaranya melalui pop religi dan nasyid. Keuntungannya, pesan-pesan Islam akan sampai kepada mereka, tanpa mengganggu kegemaran mereka sekaligus mengalihkan dari hal-hal buruk ke hal yang positif, yakni dari lagu-lagu yang berbau kekerasan, fantasi, dan bahkan seksualitas teralihkan ke lagu-lagu yang bernuansa religi.
(http://qultummedia.com/Kabar-Qultum/Review-Buku/senandung-cahaya-islam-melalui-pop-religi.html).
Religiusitas adalah sikap batin yang diikuti tindakan nyata akan kebenaran, keadilan, kejujuran, dan cinta kepada Tuhan, sesama manusia serta bumi dan isinya. Manusia religius akan terbebas dari sekat-sekat sempit terutama agama (www.Indopups.com diakses tanggal 4 Desember 2005, pukul 12.15).
Lirik sebuah lagu merupakan kunci utama meski tidak dipungkiri sentuhan musik tidak kalah pentingnya untuk menghidupkan lagu tersebut secara keseluruhan. Untuk menyampaikan sebuah pesan tidak hanya tulisan yang dijadikan acuan sebagai tanda untuk berinteraksi dalam menyikapi pesan
(18)
6
tersebut, tapi makna yang terkandung di dalam pesan tersebut yang bisa menggugah. Dan bukan hanya instrument ataupun vokalika yang mendukung tapi faktor moment ketika pesan itu kapan harus disampaikan.
Demikian halnya dengan musik sebagai sumber inspirasi. Dalam keadaan senang, sedih dan jatuh cinta, musik bisa menjadi motivator tersendiri. Beranjak dari pola pikir semacam itu, Wali Band grup musik bergenre lokal pop kreatif yang terbentuk pada 31 Oktober 1999 memberanikan diri menggapai mimpi untuk eksis berkarya dalam blantika musik Indonesia dengan meluncurkan album debut bertajuk “Orang Bilang” 26 Maret 2008 di Nagaswara. Digawangi Faank (vokal), Apoy (gitar), Tomi (drum), Ovie ((keyboard & synt), serta NuNu (bass), Wali mengandalkan lagu Dik sebagai hit single selain beberapa single seperti Emang Dasar, Orang Bilang, Tetap Bertahan dan Egokah Aku, sedangkan bintang sinetron Shireen Sungkar didaulat menjadi model video klipnya. Lagu Dik yang bercerita tentang ungkapan kasih sayang abadi seorang terhadap pasangannya ditulis Apoy sebagai songwriter.
Lagu Dik yang menjadi andalan grup Wali yang memasukkan unsur dangdut itu tercatat hingga pertengahan Mei 2008, berhasil menjadi RBT (Ringbacktone) bagi sejuta pemilik ponsel. Ini menjadi barometer kesuksesan grup yang berangotakan lima pria itu. Semenjak berhasil membuat “sengatan” di scene musik lokal dalam album perdananya, Wali semakin pandai dalam meracik kumpulan nada-nada menjadi terdengar lebih harmonis. Buktinya, di
(19)
album keduanya Cari Jodoh (2009) diantara sejumlah single seperti Baik-Baik Sayang, Yank…, Kekasih Halal, Puaskah hingga Jodi (Jomblo Ditinggal Mati) hadir dalam lirik dan aransemen yang jujur, jelas, catchy dan easy listening.
Semenjak mendapat respon yang luar biasa, Wali dianggap berhasil menancapkan karirnya di scene musik lokal. Terbukti, tiga single yang diluncurkan di album Orang Bilang, yaitu Dik, Egokah Aku, Emang Dasar & Aku sakit berhasil memikat banyak orangnya. Terbukti, angka aktivasi Ringbacktone (RBT) tembus hingga 4 juta download lebih. Hasil ini tentunya menjadi sebuah prestasi yang tidak bisa dipandang remeh.
Wali sendiri berasal dari kata yang amat memasyarakat yang berarti wakil. Dinamakan Wali karena salah satunya mudah diucapkan oleh semua orang. Sisi lainnya adalah Wali dengan segala keterbatasan yang ada berharap bisa mewakili segenap perasaan dan curahan hati manusia. Dan di tengah-tengah persaingan produksi musik, syair lagu yang ditelorkan Band Wali memiliki makna. Tidak cuma sekedar menulis dan menyanyi, tapi setiap lagunya berisi ajakan ke hal-hal positif. Meskipun kita kadang tidak memperdulikan pesan lagunya, tapi setidaknya Wali ini sudah menunaikan perannya sebagai anak band jebolan UIN Syarif Hidayatullah Ciputat, yang disebut-sebut sebagai kampus Islam.
Tidak hanya mengeluarkan dua album tersebut saja, Wali juga mengeluarkan album bertema religi berjudul Ingat Sholawat untuk menyambut
(20)
8
nuansa Ramadhan dengan baik dan benar. Single religi tersebut berjudul Mari Sholawat dan Tomat (Tobat Maksiat). Tanpa berusaha menggurui atau mendoktrin. Justru tampil dengan nuansa santai dengan aransemen musik yang mudah di cerna.
Bahkan di album ini, mereka juga meluncurkan idiom-idiom baru, yang juga mempunyai makna dan pesan yang kuat. Seperti tampak pada lagu bertitel ‘’Tomat (Tobat Maksiat)’’. Sebuah ajakan dengan nuansa yang ringan akan lebih cepat sampai dan lebih mudah diterima. Apalagi jika disisipkan dengan nuansa komedi (www.waliband.net).
Ketertarikan peneliti memilih Wali sebagai obyek dalam penelitian ini adalah karena Wali merupakan salah satu grup band yang terbilang tidak baru di kanca permusikan Indonesia namun tetap memilki eksistensi yang baik dalam berkarir di dunia musik. Serta berbagai penghargaan yang mereka terima menandakan bahwa Wali banyak diminati oleh pecinta musik Indonesia.
Dari sekian banyak lirik lagu Wali, penulis tertarik untuk melakukan sebuah studi semiologi pada karya Wali yang berjudul “Tomat (Tobat Maksiat)” dalam album “Ingat Sholawat”. Ketertarikan tersebut didasarkan pada lirik lagunya yang berunsur ke dakwah’an dan mengajak umat Islam khususnya untuk bertobat dan menjauhi maksiat serta kembali ke jalan yang benar karena kita harus ingat akan adanya siksa di akhirat. Kebanyakan orang merasa, itu suatu suasana hiburan yang baik, karena seseorang begitu mudah mempromosikan hal-hal dunia yang kebanyakannya berunsur dosa ke dalam
(21)
masyarakat, tetapi orang yang sama juga di waktu lainnya mengajak manusia di dalam masyarakat yang sama untuk mengingat Tuhan, Rasul-Nya serta hari Akhirat.
Selain itu, juga mengingatkan seseorang untuk menilai diri sendiri akan apa teguran atau nasihat yang disampaikan melalui lirik lagu tersebut serta dapat merubah diri untuk menjadi lebih baik agar senantiasa sadar akan kelemahan diri sendiri dan berusaha mengubahnya. Serta bagi orang-orang yang belum mengenal Islam bisa memahami jika agama Islam mengajarkan kebaikan bukan malah mengajarkan kemudharatan.
Selain beberapa hal diatas, ketertarikan penulis terhadap lirik lagu tersebut juga didasarkan pada unsur metafora yaitu pemakaian kata atau ungkapan lain untuk objek atau konsep lain berdasarkan kiasan atau persamaan (Sobur, 2003:155).
Melihat esensinya seperti itu maka sebenarnya penampilan sebuah lirik lagu tidak hanya menyajikan berupa kata-kata sederhana yang karenanya ia hanya melengkapi. Efektifitasnya tidak terletak pada teks yang lekat bersama lirik lagu itu sendiri, melainkan tergantung pada persepsi di kalangan masyarakat ke objek tertentu sebagaimana diharapkan, maka lirik lagu itu sendiri akan terbukti bahwa ia mampu berperan positif terhadap objek yang dimaksud. Itulah sebabnya mengapa lirik lagu dapat dikatakan sebagai sebuah sarana fungsi komunikasi verbal. Persepsi dikalangan masyarakat yang dibentuk oleh lirik lagu tersebut dapat memberikan sebuah dukungan dan
(22)
10
sebaliknya dapat pula memberikan cemoohan serta antipati terhadap subjek ataupun objek tertentu. Akan sangat dibutuhkan pengetahuan serta wawasan dalam melakukan interpretasi terhadap sebuah lirik lagu musik tersebut sesuai dengan konteksnya sehingga pemahaman secara menyeluruh terhadap pesan yang disampaikan seorang kreator dapat tercapai.
Untuk menganalisa sistem tanda bahasa berupa lirik lagu tersebut, maka penelitian ini menggunakan analisis dengan metode semiotik Roland Barthes karena ia berpendapat bahwa bahasa adalah sebuah sistem tanda yang mencerminkan asumsi-asumsi dari suatu masyarakat tertentu dalam waktu tertentu. Dimana tanda denotatif terdiri atas signifier (penanda) dan signified (petanda) yang secara bersamaan tanda denotatif juga merupakan tanda konotatif. Tanda konotatif tidak sekedar memiliki makna tambahan namun juga mengandung kedua bagian tanda denotatif yang melandasi keberadaanya.
Barthes menganggap bahwa denotasi sebagai konotasi yang paling kuat dan paling akhir. Denotasi biasanya dimengerti sebagai makna harfiah atau makna yang ‘sesungguhnya’ yang mengacu kepada penggunaaan bahasa dengan arti yang sesuai dengan apa yang terucap. Denotasi merupakan sistem pemaknaan tingkat pertama. Serta konotasi sebagai sistem pemaknaan tataran kedua yang dibangun di atas sistem lain yang telah ada sebelumnya.
(23)
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “Bagaimanakah Representasi Dakwah Dalam Lirik Lagu “Tomat (Tobat Maksiat)” yang dipopulerkan oleh grup band Wali”?
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetehui representasi dakwah dalam lirik lagu “Tomat (Tobat Maksiat)” pada album “Ingat Sholawat” yang dipopulerkan oleh Wali Band.
1.4. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis
Hasil dari penelitian ini nantinya diharapkan dapat memberikan masukan pada perkembangan serta pendalaman studi komunikasi mengenai analisis semiologi pada lirik lagu.
2. Manfaat praktis
Membantu pembaca dan penikmat musik dalam memahami lirik lagu “Tomat (Tobat Maksiat)” yang dipopulerkan oleh Wali band, dan diharapkan dapat menjadi kerangka acuan bagi pencipta musik agar semakin kreatif dalam menggambarkan suatu lirik lagu.
(24)
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Musik dan Lirik Lagu Religius
Apa yang bisa kita kaji pada musik? Sistem tanda musik adalah oditif. Namun untuk mencapai pendengarnya, penggubah musik mempersembahkan kreasinya dengan perantara pemain musik dalam bentuk sistem tanda perantara tertulis (visual).
Keberadaan musik memegang peranan yang sangat banyak diberbagai bidang. seperti jika dilihat dari psikologinya, musik kerap menjadi sarana pemenuhan kebutuhan manusia dalam hasrat akan seni dan kreasi. Dari sisi sosial, musik dapat disebut sebagai cermin tatanan sosial yang ada dalam masyarakat saat musik tersebut diciptakan. Dari segi ekonomi, musik telah berkembang pesat menjadi suatu komoditi yang sangat menguntungkan.
Salah satu hal penting dalam sebuah musik adalah lirik lagu. Sebagaimana bahasa dapat menjadi sarana atau media komunikasi untuk mencerminkan realitas sosial di masyarakat. Lirik lagu dapat pula sebagai sarana untuk sosialisasi dan pelestarian terhadap sesuatu sikap atau nilai. Oleh karena itu, ketika sebuah lirik lagu mulai di aransir dan di perdengarkan kepada khalayak, lirik lagu tersebut mempunyai tanggung jawab yang besar atas tersebar luasnya sebuah keyakinan, nilai-nilai, bahkan prasangka tertentu.
(25)
Dapat dikatakan bahwa musik merupakan bagian dari suatu budaya manusia, tidak terpisahkan selama hidup manusia, dari lahir hingga akhir hayat, musik menyentuh segala lapisan sosial dari bawah hingga atas.
Mantle Hood, seorang pelopor ethnomusicology dari USA memberikan definisi tentang ethnomusicology sebagai studi musik dari segi sosial dan kebudayaan (Bandem,1981:41). Musik itu dipelajari melalui peraturan tertentu yang dihubungkan dengan bentuk kesenian lainnya termasuk bahasa, falsafah dan agama (Sobur, 2003:148).
Musik religius adalah musik yang dihubungkan dengan nuansa keagamaan. Agama merupakan tujuan dan isi dari musik tersebut. Oleh karena itu musik religius ini syair-syairnya hanya menceritakan kecintaan kepada Allah SWT, Rasulullah, orang-orang shaleh dari hamba Allah, kehidupan akhirat dan kenikmatan surga, juga menceritakan makna-makna ke Tuhanan dan keimanan yang dibawa oleh Rasulullah (Al-Qordhawi, 2002:161).
Dwiki Dharmawan berpendapat bahwa musik religius kini tidak lagi beriramakan lagu padang pasir, yang selama ini menjadi trade mark musik Islam. Dia menambahkan bahwa kita harus memisahkan budaya arab dan Islam. Dunia Arab mempunyai kebudayaan sendiri yang tidak semuanya Islami, sedangkan budaya Islam jelas berdasarkan tuntutan Allah SWT, Nabi Muhammad SAW serta Al-Qur’an. Akan tetapi selama ini masyarakat selalu menilai bahwa budaya arab adalah budaya Islam. Jadi perbedaan irama-irama musik itu memang sesuai dengan kultur sosial dari pencipta dan artisnya, sesuai
(26)
14
dengan generasinya, dan bagaimana musisi menerjemahkan perasaan spiritualnya ke dalam selera yang mereka minati. Memang harusnya semua musik yang beredar di Indonesia bahkan di dunia, itu membawa kesejukan, kecintaan terhadap sesama, cinta damai, kepedulian dan tidak membuat manusia lupa diri serta memuja manusia yang dicintainya. Cinta kita setinggi-tingginya hanya untuk Allah SWT (www.suara merdeka.com, diakses tanggal 20 Oktober 2005, pukul 14.00).
Sedangkan menurut Drs. HM. Basis, Ketua Umum dari Padepokan Spiritual “Bhakti Nusantara”, musik merupakan bahasa universal yang dapat menyatukan umat. Karena itu, alunan musik yang dipenuhi dengan sinar dan nuansa religius akan membawa massa terayun-ayun kalbunya dalam dendang mahabatullah dan makrifatullah. Sebab dalam penghayatan musik religius, mata akan selalu menitikberatkan tetes embun kecintaan kepada Allah SWT (www.indomedia.com/bernas diakses tanggal 06 maret 2006 pukul 15.30).
2.1.2. Lirik Lagu
Lirik lagu dalam musik yang sebagaimana bahasa, dapat menjadi sarana atau media komunikasi untuk mencerminkan realitas sosial yang beredar dalam masyarakat. Lirik lagu, dapat pula sebagai sarana untuk sosialisasi dan pelestarian terhadap suatu sikap atau nilai. Oleh karena itu, ketika sebuah lirik lagu diaransir dan diperdengarkan kepada khalayak juga mempunyai tanggung jawab yang besar atas tersebar luasnya keyakinan, nilai-nilai, bahkan prasangka
(27)
tertentu (Setianingsih, 2003:7-8). Suatu lirik dapat menggambarkan realitas sosial yang terjadi di masyarakat. Termasuk realitas sosial yang menggambarkan masyarakat untuk mengingat Tuhan, Rasul-Nya serta hari Akhirat dengan bertobat dan menjauhi maksiat, dimana mengingatkan seseorang untuk menilai diri sendiri akan apa teguran atau nasihat yang disampaikan melalui lirik lagu tersebut sehingga menjadi manusia yang lebih baik dari sebelumnya.
Sejalan dengan pendapat Soerjono dalam Rachmawati (2000:1) yang menyatakan:
“Musik berkaitan erat dengan setting sosial kemasyarakatan tempat dia berada. Musik merupakan gejala khas yang dihasilkan akibat adanya interaksi sosial, dimana dalam interaksi tersebut manusia menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Disinilah kedudukan lirik sangat berperan, sehingga dengan demikian musik tidak hanya bunyi suara belaka, karena juga menyangkut perilaku manusia sebagai individu maupun kelompok sosial dalam wadah pergaulan hidup dengan wadah bahasa atau lirik sebagai penunjangnya”.
Berdasarkan kutipan di atas, sebuah lirik lagu dapat berkaitan erat pula dengan situasi sosial dan isu-isu sosial yang sedang berlangsung di dalam masyarakat.
Lirik adalah syair lagu yang sangat penting kedudukannya dalam sebuah lagu. Lagu merupakan sebuah alat penyampaian pesan yang berusaha disampaikan dari si pencipta lagu kepada khalayaknya. Menurut Wali, lirik lagu yang diciptakan khususnya dalam album Ingat Sholawat tersebut bermuatan Dakwah, menurutnya dakwah tidak harus dilakukan dengan berceramah. Salah satu bentuknya seperti dengan berkesenian. Teks atau lirik lagu sendiri
(28)
16
didefinisikan oleh Roland Barthes “Bukanlah sebaris kata-kata, melainkan sebuah jaringan yang didapat dari unsur kebudayaan”. Religi dan kesenian merupakan dua dari 7 (tujuh) unsur kebudayaan yang bersifat universal, dalam arti bahwa unsur-unsur tersebut pasti bisa didapatkan di semua kebudayaan di dunia.
Penelitian tentang lirik lagu merupakan penelitian tentang makna isi pesan dari lirik lagu tersebut. Dimana lirik lagu merupakan suatu produk yang salah satu sumbernya adalah dimana situasi sosial. Dimana si pencipta lagu berada di dalamnya, kemudian merefleksikannya dalam sistem tanda berupa lirik lagu.
2.1.3. Simbol Religi
Simbol adalah objek atau peristiwa apa pun yang menunjuk pada sesuatu. Simbol itu meliputi apa pun yang dapat kita rasakan atau kita alami (Sobur, 2003:177).
Dari perspektif aliran sombolisme, realitas sosial dipandang sebagai makna-makna (yang terinterpretasi dari berbagai simbol kultural). Menurut paham ini, objek-objek kajian sosial sebenarnya bukanlah apa yang sebatas penampakannya di alam indrawi. Dunia kehidupan manusia adalah dunia simbolisme. Setiap wujud yang indrawi dalam kehidupan manusia adalah merupakan simbol-simbol yang merefleksikan makna-makna. Dikatakan bahwa sesungguhnya yang eksis itu bukanlan simbol-simbol itu sendiri, melainkan
(29)
refleksinya di alam kesadaran dan kepahaman manusia yang tak selamanya dapat termanifestasikan secara sempurna di alam indrawi (Sobur, 2003:187).
Bahkan kekuatan sebuah agama dalam menyangga nilai-nilai sosial, menurut Geertz (1992:57), terletak pada kemampuan simbol-simbolnya untuk merumuskan sebuah dunia tempat nilai-nilai itu, dan juga, kekuatan-kekuatan yang melawan perwujudan nilai-nilai itu, menjadi bahan-bahan dasarnya. Agama melukiskan kekuatan imajinasi manusia untuk membangun sebuah gambaran kenyataan.
Dalam esainya “Religion as a Cultural system” (1996). Geertz memulai uraiannya tentang agama dengan menyatakan bahwa dia tertarik kepada “dimensi kebudayaan” agama, dimana dijelaskan bahwa agama menurutnya adalah : (1) Satu sistem simbol yang bertujuan untuk (2) menciptakan perasaan dan motivasi kuat, mudah menyebar, dan tidak hilang dalam diri seseorang (3) dengan cara membentuk konsepsi tentang sebuah tatanan umum eksistensi dan (4) melekatkan konsepsi ini kepada pancaran-pancaran faktual, (5) dan pada akhirnya perasaan dan motivasi ini akan terlihat sebagai suatu realitas yang unik (Sobur, 2003:178-179).
Menurut Sidi Gazalba, religi merupakan kepercayaan pada dan hubungan manusia dengan yang kudus, dihayati sebagai hakikat yang gaib, hubungan mana menyatakan diri dalam bentuk serta sistem kultus dan sikap hidup, berdasarkan doktrin tertentu (Nazruddin Razak, 1977:77). Agama adalah suatu ciri kehidupan sosial manusia yang universal, dalam arti bahwa semua
(30)
18
masyarakat mempunyai cara-cara berpikir dan pola-pola perilaku yang memenuhi syarat untuk disebut “agama” (religious). Banyak dari apa yang berjudul “agama” termasuk superstruktur agama mengandung tipe-tipe simbol, citra, kepercayaan, dan nilai-nilai spesifik dengan mana makhluk manusia menginterpretasikan eksistensi mereka.
2.1.4. Semiotika dan Semiologi Komunikasi
Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Tanda-tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari jalan di dunia ini, di tengah-tengah manusia dan bersama-sama manusia. Semiotika pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan memaknai hal-hal. Memaknai berarti bahwa obyek-obyek tidak hanya membawa informasi, dalam hal mana obyek-obyek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusikan sistem terstruktur dari tanda (Kurniawan dalam Sobur, 2004:15).
Kata “semiotika” sendiri berasal dari bahasa Yunani, semeion yang berarti “tanda”, atau seme yang berarti “penafsir tanda”. Semiotika sendiri berakar dari studi klasik dan skolastik atas seni logika, retorika, atau politika.
Bagi seseorang yang tertarik dengan semiotik, maka tugas utamanya adalah mengamati (observasi) terhadap fenomena-gejala di sekelilingnya melalui berbagai tanda yang dilihatnya. Tanda sebenarnya representasi dari gejala yang
(31)
memiliki sejumlah kriteria seperti : nama (sebutan), peran, fungsi, tujuan, keinginan.
Menurut Littlejohn (1996:64) dalam Sobur (2001:15) tanda-tanda (signs) adalah basis dari seluruh komunikasi. Manusia dengan tanda-tanda dapat melakukan komunikasi dengan sesamanya. Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Tanda-tanda adalah perangkat yang dipakai dalam upaya berusaha mencari jalan di dunia, di tengah-tengah manusia dan bersama-sama manusia.
Semiotika seperti kata Lechte (2001:191) adalah teori tentang tanda dan penandaan. Lebih jelasnya lagi, semiotika adalah suatu disiplin yang menyelidiki semua bentuk komunikasi yang terjadi dengan sarana tanda-tanda dan berdasarkan pada sign system (code) (Segers,2004:4). Hjelmslev (dalam Christomy,2001:7) mendefinisikan tanda sebagai suatu keterhubungan antara wahana ekspresi (expression plan) dan wahana isi (content plan). Charles Morris menyebut semiosis sebagai suatu “proses tanda” yaitu proses ketika sesuatu merupakan tanda bagi beberapa organisme.
Sedangkan menurut pendapat Eco (1979), semiotika adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk :
“Menaruh perhatian pada apapun yang dapat dinyatakan sebagai tanda. Sebuah tanda adalah semua hal yang dapat diambil sebagai penanda yang mempunyai arti penting untuk menggantikan sesuatu yang lain. Sesuatu yang lain tersebut tidak perlu ada, atau tanda itu secara nyata ada di suatu tempat pada suatu waktu tertentu. Semiotika pada prinsipnya adalah sebuah disiplin yang mempelajari apapun yang bisa digunakan untuk menyatakan suatu kebohongan, sebaliknya, tidak bisa
(32)
20
digunakan untuk mengatakan kebenaran” (Berger dalam Sobur, 2004:18).
Suatu tanda menandakan sesuatu selain dirinya sendiri, dan makna ialah hubungan antara suatu objek atau ide dan suatu tanda (Littlejohn, 1996). Jika diterapkan dalam tanda-tanda bahasa, maka huruf, kata kalimat, tidak memiliki arti pada dirinya sendiri. Tanda-tanda itu hanya mempunyai arti dalam kaitannya dengan pembacanya. Pembaca itulah yang menghubungkan tanda dengan apa yang ditandakan sesuai dengan konvensi dalam sistem bahasa yang bersangkutan. Sebuah teks, baik itu lirik lagu, surat cinta, novel, cerpen, puisi, komik, semua hal itu mungkin menjadi “tanda” dapat dilihat dalam aktifitas penanda : yaitu suatu proses signifikasi yang menggunakan tanda yang menghubungkan objek dan interpretasi.
Menurut Jacobson (1963) dalam Sobur (2004:15) kajian semiotika sampai sekarang telah dibedakan menjadi dua semiotika, yaitu semiotika komunikasi dan semiotika signifikasi :
1. Semiotika komunikasi yang dikembangkan oleh Charles Sanders Pierce lebih menekankan pada teori tentang produksi tanda yang salah satu diantaranya mengasumsikan adanya enam faktor dalam komunikasi yaitu pengirim, penerima kode (sistem tanda), pesan, saluran komunikasi dan acuan (hal yang dibicarakan).
2. Semiotika signifikasi yang dikembangkan oleh Ferdinand de Saussure memberikan tekanan pada teori tanda dan pemahamannya dalam suatu
(33)
konteks tertentu. Suatu tanda menandakan sesuatu selain dirinya sendiri dan makna adalah hubungan objek atau ide dan suatu tanda.
2.1.5. Islami
Tiap-tiap agama pada lazimnya diberi nama sesudah berlalu masa orang yang mengembangkannya. Nama agama-agama itu disandarkan kepada pendiri agama tersebut atau kepada suku bangsa dimana agama itu lahir. Nama Islam mempunyai perbedaan yang luar biasa dengan nama agama lain. Kata Islam tidak mempunyai hubungan dengan orang tertentu atau dari golongan manusia atau dari suatu negeri. Hikmah tertinggi dari itu ialah karena Islam adalah agama wahyu dari Allah SWT.
Islam berarti ketundukan, ketaatan, kepatuhan kepada kehendak Allah berasal dari kata salama artinya patuh atau menerima. Kata dasarnya adalah salima yang berarti sejahtera, tidak tercela, tidak bercacat. Inti makna perkataan Islam adalah berserah diri, tunduk, patuh dan taat dengan sepenuh hati kepada kehendah Ilahi (Moh. Daud Ali, 2000:49-50).
Kata Islam mengandung pengertian dan prinsip-prinsip yang dapat didefinisikan secara terpisah dan bila dipahami secara menyeluruh merupakan pengertian yang utuh :
(34)
22
2. Islam adalah Wahyu Allah
3. Islam adalah Agama Para Nabi dan Rasul
4. Islam adalah Hukum-hukum Allah di dalam Alquran dan Sunnah
5. Islam adalah Jalan Allah Yang Lurus
6. Islam Pembawa Keselamatan Dunia dan Akhirat (http://www.dakwatuna.com/2007/arti-nama-islam/)
Orang yang masuk Islam dinamakan muslim. Seorang muslim yang benar adalah orang yang menerima petunjuk Tuhan dan menyerahkan diri untuk mengikuti kemauan Ilahi. Artinya, orang itu telah taat dan patuh kepada Allah SWT dan terjamin keselamatan hidupnya di dunia dan akhirat.
Sesungguhnya Islam adalah agama sepanjang sejarah manusia. Agama dari seluruh Nabi dan Rasul yang pernah diutus oleh Allah SWT pada bangsa-bangsa dan kelompok-kelompok manusia. Para Rasul yang mengajarkan Islam, laksana mata rantai yang tersambung-sambung tetapi mereka dalam satu kesatuan tugas yaitu tugas ketuhanan membawa pengajaran dan peringatan kepada manusia. Oleh sebab itu, Islam adalah rahmat, hidayat dan petunjuk bagi manusia yang berkelana dalam kehidupan duniawi, merupakan manifestasi dari sifat rahman dan rahim Allah (Nasruddin Razak, 1977: 72&75).
(35)
Tujuan Islam adalah kesejahteraan dan kebahagiaan hidup manusia di dunia dan akhirat. Maka ajaran Islam berinti kepada : (1) Ajaran yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, yang meliputi kepercayaan dan penyembahan (2) Ajaran yang mengatur manusia dengan sesamanya dan hubungannya dengan alam.
Pandangan Islam selalu bersumber kepada petunjuk wahyu Allah (Al-Qur’an) untuk selalu mendorong manusia berpikir dan berusaha mencari kebenaran. Dalam usaha mencari kebenaran hendaknya manusia tidak hanya menyandarkan diri kepada hasil pemikiran semata, tetapi juga menerima dan mengikuti ajaran Allah kemudian memikirkannya, karena disanalah terletak kebenaran mutlak.
Islam tidak hanya mengajarkan segi-segi rohaniah dan pemujaan saja, tidak pula menyuruh manusia uzlah dari masyarakat dan dunia materi. Tetapi Islam mengajarkan keharusan terciptanya kesinambungan duniawi yang material dan kehidupan rohani yang sempurna. Karena Islam adalah kekuatan yang hidup, dinamis, suatu kode yang cocok dan berdampingan dengan tabiat alam, atau kode yang meliputi segala aspek kehidupan insani (Nasruddin Razak, 1977:104).
Sebagai agama wahyu terakhir, agama Islam merupakan satu sistem akidah (kepercayaan) dan syari’ah serta akhlak yang mengatur hidup dan kehidupan manusia dalam berbagai hubungan. Ruang lingkupnya lebih luas dari ruang lingkup agama Nasrani yang hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhan.
(36)
24
Agama Islam tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan manusia dalam masyarakat termasuk dengan diri manusia itu sendiri tetapi juga dengan alam sekitarnya.
2.1.6. Dakwah
Dakwah adalah kegiatan yang bersifat menyeru, mengajak dan memanggil orang untuk beriman dan taat kepada Allah sesuai dengan garis aqidah, syari'at dan akhlak Islam. Kata dakwah merupakan masdar (kata benda) dari kata kerja
da'a yad'u yang berarti panggilan, seruan atau ajakan. Kata dakwah sering
dirangkaikan dengan kata "Ilmu" dan kata "Islam", sehingga menjadi "Ilmu dakwah" dan Ilmu Islam" atau ad-dakwah al-Islamiyah.
Definisi dakwah di dalam Islam adalah sebagai kegiatan mengajak, mendorong dan memotivasi orang lain berdasarkan bashirah untuk meniti jalan Allah serta berjuang bersama meninggikan agama-Nya. Kata mengajak, memotivasi, dan mendorong adalah kegiatan dakwah dalam ruang lingkup
tabligh. Kata bashirah untuk menunjukkan dakwah dengan ilmu dan
perencanaan yang baik. Kalimat meniti jalan Allah untuk menunjukan tujuan dakwah yaitu mardhatillah. Kalimat istiqamah di jalan-Nya untuk menunjukkan dakwah itu harus berkesinambungan. Sedangkan kalimat berjuang bersama meninggikan agama Allah untuk menunjukan dakwah bukan untuk menciptakan kesalehan pribadi. Untuk mewujudkan masyarakat yang saleh
(37)
tidak bisa dlakukan sendiri-sendiri, tetapi harus bersama-sama. (Muhammad Ali Aziz, 2004:4).
Definisi di atas mencakup pengertian sebagai berikut:
1. Dakwah adalah suatu aktifitas atau kegiatan yang bersifat menyeru atau mengajak kepada orang lain untuk mengamalkan ajaran Islam.
2. Dakwah adalah suatu proses penyampain ajaran Islam yang dilakukan secara sadar dan sengaja.
3. Dakwah adalah suatu aktivitas yang pelaksanaannya bisa dilakukan dengan berbagai cara atau metode.
4.Dakwah adalah kegiatan yang direncanakan dengan tujuan mencari kebahagiaan hidup dunia dan akhirat dengan dasar keridhaan Allah. 5. Dakwah adalah usaha peningkatan pemahaman keagamaan yang mengubah pandangan hidup, sikap batin dan perilaku umat yang tidak sesuai dengan ajaran Islam menjadi sesuai dengan tuntunan syari’at untuk memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
http://tri1405.blogsome.com/2007/05/07/apengertian-dakwah/
Makna etimologis Dakwah dapat dilihat dari kata dakwah dalam Al-Quran yang memiliki banyak arti, antara lain :
a. Menyampaikan dan menjelaskan (QS Fushilat:24, Yusuf : 108 dll) b. Berdo’a dan berharap (QS Al-A’raf : 55)
(38)
26
c. Mengajak dan mengundang (QS Yusuf : 33)
Penulis memahami definisi-definisi tersebut diatas secara utuh dan lengkap dengan menyimpulkan, bahwa "Dakwah Islam ialah menyampaikan Islam kepada umat manusia seluruhnya dan mengajak mereka untuk berkomitmen dengan Islam pada setiap kondisi dan dimana serta kapan saja, dengan metodologi dan sarana tertentu, untuk tujuan tertentu".
(http://www.ikadi.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=123: arti-dakwah&catid=39:fiqh-dakwah&Itemid=67)
Ilmu dakwah adalah suatu ilmu yang berisi cara-cara dan tuntunan untuk menarik perhatian orang lain supaya menganut, mengikuti, menyetujui atau melaksanakan suatu ideologi, agama, pendapat atau pekerjaan tertentu. Orang yang menyampaikan dakwah disebut "Da'i" sedangkan yang menjadi obyek dakwah disebut "Mad'u".
(http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Dakwah&action=edit§ion=1) Tujuan utama dakwah ialah mewujudkan kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat yang diridhai oleh Allah. Nabi Muhammad SAW mencontohkan dakwah kepada umatnya dengan berbagai cara melalui lisan, tulisan dan perbuatan.
(39)
2.1.6.1. Jenis-jenis Dakwah 1. Dakwah Fardiah
Merupakan metode dakwah yang dilakukan seseorang kepada orang lain (satu orang) atau kepada beberapa orang dalam jumlah kecil dan terbatas, terjadi tanpa persiapan matang dan tersusun secara tertib. Termasuk kategori dakwah seperti ini adalah menasihati teman sekerja, teguran, anjuran memberi contoh. Termasuk dalam hal ini pada saat mengunjungi orang sakit, pada waktu ada acara tahniah (ucapan selamat), dan pada waktu upacara kelahiran (tasmiyah).
2. Dakwah Ammah
Merupakan jenis dakwah yang dilakukan oleh seseorang dengan media lisan yang ditujukan kepada orang banyak dengan maksud menanamkan pengaruh kepada mereka. Media yang dipakai biasanya berbentuk khotbah (pidato). Dakwah Ammah ini kalau ditinjau dari segi subyeknya, ada yang dilakukan oleh perorangan dan ada yang dilakukan oleh organisasi tertentu yang berkecimpung dalam soal-doal dakwah.
3. Dakwah bil-Lisan
Adalah penyampaian informasi atau pesan dakwah melalui lisan (ceramah atau komunikasi langsung antara subyek dan obyek dakwah). dakwah jenis ini akan menjadi efektif bila disampaikan berkaitan dengan hari
(40)
28
ibadah seperti khutbah Jumat atau khutbah hari Raya, kajian yang disampaikan menyangkut ibadah praktis, konteks sajian terprogram, disampaikan dengan metode dialog dengan hadirin.
4. Dakwah bil-Haal
Adalah dakwah yang mengedepankan perbuatan nyata. Hal ini dimaksudkan agar si penerima dakwah (al-Mad'ulah) mengikuti jejak dan hal ikhwal si Da'i (juru dakwah). Dakwah jenis ini mempunyai pengaruh yang besar pada diri penerima dakwah.
5. Dakwah bit-Tadwin
Memasuki zaman global seperti saat sekarang ini, pola dakwah bit at-Tadwin (dakwah melalui tulisan) baik dengan menerbitkan kitab-kitab, buku, majalah, internet, koran, dan tulisan-tulisan yang mengandung pesan dakwah sangat penting dan efektif. Keuntungan lain dari dakwah model ini tidak menjadi musnah meskipun sang dai, atau penulisnya sudah wafat.
6. Dakwah bil Hikmah
Menyampaikan dakwah dengan cara yang arif bijaksana, yaitu melakukan pendekatan sedemikian rupa sehingga pihak obyek dakwah mampu melaksanakan dakwah atas kemauannya sendiri, tidak merasa ada
(41)
paksaan, tekanan maupun konflik. Dengan kata lain dakwah bi al-hikmah merupakan suatu metode pendekatan komunikasi dakwah yang dilakukan atas dasar persuasif.
2.1.7. Lagu “Tomat (Tobat Maksiat)”
Untuk kesekian kalinya Wali kembali membuat kejutan. Mereka mengeluarkan sebuah album religi. Dengan musik yang ringan, menggoda dan pesan yang kuat walaupun di ungkapkan dengan santai, Faank (vokal), Apoy (gitar), Tomi (drum), Ovie (keyboard & synt), dan Nunu (bass) menampilkan lagu-lagu dalam album religi mereka dengan kesan yang lebih ringan dibandingkan dengan album religi pada umumnya yang berkesan berat.
Salah satu lagu yang terdapat dalam album religi tersebut adalah Tomat (Tobat Maksiat). Seperti lagu Wali yang berjudul “Cari Jodoh”, lagu Tomat juga diselipkan dengan tema komedi tetapi tetap mempunyai makna dan pesan yang kuat. Mengajak kaum muda untuk menyambut bulan Ramadhan dengan baik dan benar tapi tidak berkesan menggurui atau mendoktrin. Serta lirik dan chord lagu yang ringan dan santai dengan aransemen musik yang mudah dicerna.
Pada lagu ini mempunyai makna sebuah ajakan dengan nuansa ringan berunsur ke dakwah’an dan mengajak umat Islam khususnya untuk bertobat dan
(42)
30
menjauhi maksiat serta kembali ke jalan yang benar karena kita harus ingat akan adanya siksa di akhirat. Kebanyakan orang merasa, itu suatu suasana hiburan yang baik, karena seseorang begitu mudah mempromosikan hal-hal dunia yang kebanyakannya berunsur dosa ke dalam masyarakat, tetapi orang yang sama juga di waktu lainnya mengajak manusia di dalam masyarakat yang sama untuk mengingat Tuhan, Rasul-Nya serta hari Akhirat.
Selain itu, juga mengingatkan seseorang untuk menilai diri sendiri akan apa teguran atau nasihat yang disampaikan melalui lirik lagu tersebut serta dapat merubah diri untuk menjadi lebih baik agar senantiasa sadar akan kelemahan diri sendiri dan berusaha mengubahnya. Serta bagi orang-orang yang belum mengenal Islam bisa memahami jika agama Islam mengajarkan kebaikan bukan malah mengajarkan kemudharatan.
2.1.8. Representasi
Representasi menunjuk baik pada proses maupun produk dari pemaknaan suatu tanda. Representasi juga bisa berarti proses perubahan konsep-konsep ideologi yang abstrak dalam bentuk-bentuk yang kongkret. Representasi adalah konsep yang digunakan dalam proses sosial pemaknaan melalui penandaan yang tersedia : dialog, tulisan, video, film, fotografi, dsb. Secara ringkas, representasi adalah produksi makna melalui bahasa.
(43)
Menurut Stuart Hall (1977), representasi adalah salah satu praktek penting yang memproduksi kebudayaan. Kebudayaan merupakan konsep yang sangat luas, kebudayaan menyangkut “pengalaman berbagi”. Sedangkan dikatakan berasal dari kebudayaan yang sama jika manusia-manusia yang ada di suatu tempat membagi pengalaman yang sama, membagi kode-kode kebudayaan yang sama, berbicara dalam “bahasa” yang sama, dan saling berbagi konsep-konsep yang sama.
Menurut Stuart Hall, ada dua proses representasi. Pertama, representasi mental, yaitu konsep tentang “sesuatu” yang ada di kepala kita masing-masing (peta konseptual). Representasi mental ini masih berbentuk sesuatu yang abstrak. Kedua, “bahasa” yang lazim, supaya kita dapat menghubungkan konsep dan ide-ide tentang sesuatu dengan tanda dan simbol-simbol tertentu.
Proses pertama memungkinkan kita untuk memaknai dunia dengan mengkontruksi seperangkat rantai korespondensi antara sesuatu dengan sistem ‘peta konseptual’ kita. Dalam proses kedua, kita mengkontruksi seperangkat rantai korespondensi antara ‘peta konseptual’ dengan bahasa atau simbol yang berfungsi merepresentasikan konsep-konsep kita tentang sesuatu. Relasi antara ‘sesuatu’, ‘peta konseptual’, dan ‘bahasa/simbol’ adalah jantung dari produksi makna lewat bahasa. Proses yang menghubungkan ketiga elemen ini secara bersama-sama itulah yang kita namakan representasi.
Konsep representasi bisa berubah-ubah. Selalu ada pemaknaan baru dan pandangan baru dalam konsep representasi yang sudah pernah ada. Karena
(44)
32
makna sendiri juga tidak pernah tetap, ia selalu berada dalam proses negosiasi dan disesuaikan dengan situasi yang baru. Intinya adalah makna inheren dalam sesuatu di dunia ini, ia selalu dikontruksikan, diproduksi, lewat proses representasi. Ia adalah hasil dari praktek penandaan. Praktek yang membuat sesuatu hal bermakna sesuatu.
2.1.9. Model Semiologi Roland Barthes
Roland Barthes adalah salah satu tokoh semiologi komunikasi yang menganut aliran semiologi komunikasi strukturalisme Ferdinand de Saussure. Semiologi strukturalis Saussure lebih menekankan pada linguistik.
Menurut Shldosvsky “karya seni adalah karya-karya yang diciptakan melalui teknik-teknik khas yang dirancang sedemikian rupa sehingga menjadi karya yang seartistik mungkin” (Budiman, 2003:11).
Sedangkan pendekatan karya strukturalis memberikan perhatian terhadap kode-kode yang digunakan untuk menyusun makna. Strukturalisme merupakan suatu pendekatan yang secara khusus memperhatikan struktur karya sastra atau seni. Fenomena kesastraan dan estetika didekati sebagai sistem tanda-tanda (Budiman, 2003:11).
Linguistik merupakan ilmu tentang bahasa yang sangat berkembang menyediakan metode dan peristilahan dasar yang dipakai oleh seorang semiotikus dalam mempelajari semua sistem tanda sosial lainnya. Semiologi adalah ilmu tentang bentuk, sebab ia mempelajari pemaknaan secara terpisah
(45)
dari kandungannya (Kurniawan, 2001:156). Di dalam semiologi seseorang diberikan “kebebasan” di dalam memaknai sebuah tanda.
Roland Barthes mendasari kajian-kajian Barthes terhadap objek-objek kenyataan/unsur kebudayaan yang sering ditelitinya. Cakupan kajian kebudayaan Barthes sangat luas. Kajian ini meliputi kesusastraan, perfilman, busana dan berbagai fenomena kebudayaan lainnya. Sebuah garmen, sebuah mobil, sepinggan masakan, sebuah bahasa isyarat, sebuah film, sekeping musik, sebuah gambar iklan, sepotong perabot, sebuah kepala judul surat kabar, ini semua memang nampaknya objek-objek heterogen.
Menurut Barthes (Kurniawan, 2001:89), analisis naratif struktural secara metodologis berasal dari perkembangan awal atas apa yang disebut linguistik struktural sebagaimana pada perkembangan akhirnya dikenal sebagai semiologi teks atau semiotika. Jadi, secara sederhana analisis naratif struktural dapat disebut juga sebagai semiologi teks karena memfokuskan diri pada naskah. Intinya sama, yakni mencoba memahami makna suatu karya dengan menyusun kembali makna-makna yang tersebar dengan suatu cara tertentu.
Signifier (penanda) adalah bunyi yang bermakna atau coretan yang
bermakna (aspek material), yakni apa yang dikatakan dan apa yang ditulis atau dibaca. Signified (petanda) adalah gambaran mental, yakni pikiran atau konsep (aspek mental) dari bahasa (Kurniawan, 2001:30).
Pada setiap terbitannya Roland Barthes membahas “Mytology of the month” (mitologi bulan ini), sebagian besar dengan menunjukkan bagaimana aspek
(46)
34
denotatif tanda-tanda dalam budaya pop menyingkapkan konotasi yang pada dasarnya adalah “mitos-mitos” yang dibangkitkan oleh sistem tanda yang lebih luas yang membentuk masyarakat.
Salah satu area terpenting yang dirambah Barthes dalam studinya tentang tanda adalah peran pembaca. Konotasi walaupun merupakan sifat asli tanda, membutuhkan keaktifan pembaca agar dapat berfungsi. Barthes secara panjang lebar mengulas apa yang sering disebut sistem pemaknaan tataran kedua, yang dibangun di atas sistem lain yang telah ada sebelumnya.
1. Signifier (penanda)
2. Signified (petanda) 3. Denotative sign (tanda denotative) 4. CONNOTATIVE SIGNIFIER (PENANDA KONOTATIF)
5. CONNOTATIVE SIGNIFIED (PETANDA KONOTATIF) 6. CONNOTATIVE SIGN (TANDA KONOTATIF)
Sumber : Paul Cobley & Litza Jansz. 1999. Intruducting Semiotics. NY: Totem Books, hlm. 51
(Gambar 2.1) Peta tanda Roland Barthes
Dari peta Barthes di atas terlihat bahwa tanda denotatif (3) terdiri atas penanda (1) dan petanda (2). Akan tetapi, pada saat yang bersamaan, tanda denotatif adalah juga penanda konotatif (4). Jadi dalam konteks Barthes, tanda
(47)
konotatif tidak sekedar memiliki makna tambahan namun juga mengandung kedua bagian tanda denotatif yang melandasi keberadaannya (Sobur, 2003:68-69).
Pada dasarnya ada perbedaan antara denotasi dan konotasi dalam pengertian secara umum serta denotasi dan konotasi yang dimengerti oleh Barthes. Dalam pengertian umum denotasi biasanya dimengerti sebagai makna harfiah, makna yang “sesungguhnya”, bahkan kadang kala juga dirancukan dengan referensi atau acuan. Proses signifikasi yang secara tradisional, disebut sebagai denotasi ini biasanya mengacu kepada penggunaan bahasa dengan arti yang sesuai dengan apa yang terucap. Akan tetapi, di dalam semiologi Roland Barthes dan para pengikutnya, denotasi merupakan sistem signifikasi tingkat pertama, sementara konotasi tingkat kedua. Dalam hal ini denotasi justru lebih diasosiasikan dengan ketertutupan makna dan dengan demikian, sensor atau represi politis. Sebagai reaksi yang paling ekstrem melawan keharfiahan denotasi yang bersifat opresif ini. Konotasi identik dengan operasi ideologi yang disebutnya sebagai “mitos” dan berfungsi untuk mengungkapkan dan memberikan pembenaran bagi nilai-nilai dominan yang berlaku dalam suatu periode tertentu.
Di dalam mitos juga terdapat pola tiga dimensi penanda, petanda, dan tanda, namun sebagai suatu sistem yang unik, mitos dibangun oleh suatu rantai pemaknaan yang telah ada sebelumnya atau, dengan kata lain, mitos adalah juga
(48)
36
suatu sistem pemaknaan tataran kedua. Di dalam mitos pula sebuah petanda dapat memiliki beberapa penanda.
Yang menjadi alasan atau pertimbangan Barthes menempatkan ideologi dengan mitos, karena baik di dalam mitos maupun ideologi hubungan antara penanda konotatif dan petanda konotatif terjadi secara termotivasi. Ideologi ada selama kebudayaan ada, dan itulah sebabnya Barthes berbicara tentang konotasi sebagai suatu ekspresi budaya. Kebudayaan, mewujudkan dirinya di dalam teks-teks dan demikian, ideologi pun mewujudkan dirinya melalui berbagai kode yang merembes masuk ke dalam teks dalam bentuk penanda-penanda penting, seperti tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain (Sobur, 2003:70-71).
Semiologi Roland Barthes, jelas sangat terkait dengan strukturalisme adalah usaha untuk menunjukkan bagaimana makna literatur bergantung pada kode-kode yang diproduksi oleh wacana-wacana yang mendahului dari sebuah budaya. Secara luas kode-kode budaya ini telah menggiringkan suatu makna tertentu bagi manusia. Kode-kode budaya ini terlihat jelas bila kita mengkaji mitos-mitos yang tersebar dalam kehidupan keseharian.
Mitos menurut Barthes adalah sebuah sistem komunikasi yang dengan demikian dia adalah sebuah pesan. Mitos kemudian tak mungkin dapat menjadi sebuah obyek, sebuah konsep, atau sebuah ide karena mitos adalah sebuah mode penindasan yakni sebuah bentuk.
Mitos sebagai bentuk tidak dibatasi oleh obyek pesannya, tetapi dengan cara apa, mitos menuturkan pesan itu. Dengan demikian ada batas-batas formal dari
(49)
mitos, tetapi dengan cara apa mitos menuturkan pesan itu. Dengan demikian ada batas-batas formal dari mitos, tetapi tak ada batasan yang “substansial”. Sejarah manusia mengkonversikan realitas ke dalam tuturan (speech) dan manusia sendirilah yang menentukan hidup dan matinya bahasa mistis. Kuno atau tidak, mitologi hanya dapat memiliki sebuah landasan sejarah, yakni tipe tuturan yang terpilih dari sejarah dan dia tidak mungkin dapat berkembang dari “hakikat” benda-benda (Kurniawan, 2001:83-84).
Di mata Barthes, suatu karya atau teks merupakan sebentuk kontruksi belaka. Bila hendak menemukan maknanya, maka yang dilakukan adalah rekontruksi dari bahan-bahan yang tersedia, yang tidak lain adalah teks itu sendiri. Sebagai sebuah proyek rekontruksi, maka pertama-tama teks tersebut dipenggal-penggal terlebih dahulu menjadi beberapa “leksia” atau satuan bacaan tertentu. Leksia ini dapat berupa kata, beberapa kalimat, sebuah paragraph, atau beberapa paragraph.
Dengan memenggal teks itu maka pengarang tak lagi jadi perhatian. Teks bukan lagi menjadi milik pengarang, tetapi menjadi milik pembaca dan bagaimana pembaca memproduksi makna itu.
Produksi makna dari pembaca itu sendiri akan menghasilkan kejamakan. Tugas para semiolog atau pembaca kemudian adalah menunjukkan sebanyak mungkin makna yang mungkin dihasilkan. Barthes menyebut proses ini sebagai semiolog yang memasuki “dapur makna” (Kurniawan, 2001:93-94).
(50)
38
Cara kerja Barthes sebagai upaya untuk mengeksplisitkan kode-kode narasi yang berlaku dalam suatu naskah realis. Barthes berpendapat bahwa Sarrasine ini terangkai dalam kode rasionalisasi, suatu proses yang mirip dengan yang terlihat dalam retorika tentang tanda mode. Lima kode yang ditinjau Barthes adalah :
1. Kode Hermeneutik atau kode teka-teki
Berkisar pada harapan untuk mendapatkan “kebenaran” bagi pertanyaan yang muncul dalam teks. Kode teka-teki merupakan unsur struktur yang utama dalam narasi tradisional. Di dalam narasi ada suatu kesinambungan antara pemunculan suatu peristiwa teka-teki dan penyelesainnya di dalam cerita.
2. Kode Semik atau kode konotatif
Kode Semik atau kode konotatif menawarkan banyak sisi. Dalam proses pembaca, pembaca menyusun tema suatu teks dengan melihat konotasi kata atau frase tertentu dalam teks dapat dikelompokkan dengan konotasi kata atau frase yang mirip. Jika melihat suatu kumpulan satuan konotasi, kita akan menemukan tema di dalam cerita. Jika sejumlah konotasi melekat pada suatu nama tertentu, akan dapat mengenali suatu tokoh dengan atribut tertentu. Perlu dicatat bahwa Barthes menganggap denotasi sebagai konotasi yang paling kuat dan paling akhir.
(51)
3. Kode simbolik
Merupakan suatu pengkodean fiksi yang paling struktural, atau tepatnya menurut konsep Barthes, pasca struktural. Hal ini didasarkan pada gagasan bahwa makna berasal dari beberapa oposisi biner atau pembedaan baik dalam taraf bunyi menjadi fonem dalam proses produksi wicara, maupun pada taraf oposisi psikoseksual yang melalui proses. Dalam suatu teks verbal, perlawanan yang bersifat simbolik seperti ini dapat dikodekan melalui istilah-istilah retoris seperti antitesis, yang merupakan hal yang istimewa dalam sistem simbol Barthes.
4. Kode Proaretik atau kode tindakan/lakuan
Kode Proaretik atau kode tindakan/lakuan dianggapnya sebagai perlengkapan utama teks yang dibaca orang artinya, antara lain, semua teks yang bersifat naratif. Kita mengenal kode lakuan atau peristiwa karena kita dapat memahaminya. Pada kebanyakan fiksi, kita selalu mengharaplakuan di-“isi” sampai lakuan utama menjadi perlengkapan utama suatu teks.
5. Kode gnomik/kode kultural
Kode gnomik atau kode kultural banyak jumlahnya. Kode ini merupakan acuan teks ke benda-benda yang sudah diketahui dan dikodifikasi oleh budaya. Realisme tradisional didefinisi oleh acuan ke apa yang telah diketahui. Rumusan suatu budaya atau subbudaya adalah hal-hal kecil yang telah dikodifikasi yang di atasnya para penulis bertumpu.
(52)
40
2.2. Kerangka Berpikir
Setiap individu memiliki latar belakang yang berbeda-beda dalam memaknai suatu peristiwa atau objek. Hal ini dikarenakan latar belakang pengalaman (field of reference) dan pengetahuan (frame of experience) yang berbeda-beda pada setiap individu. Dalam menciptakan sebuah pesan komunikasi yang disampaikan dalam bentuk lagu maka pencipta lagu juga tidak terlepas dari dua hal tersebut.
Begitu juga peneliti dalam merepresentasi tanda dan lambang yang ada dalam obyek, juga berdasarkan pengalaman dan pengetahuan peneliti. Dalam penelitian ini peneliti melakukan representasi terhadap tanda dan lambang berbentuk tulisan pada lirik lagu “Tomat (Tobat Maksiat)” dengan menggunakan metode semiologi Roland Barthes yang menitik beratkan pada hubungan penanda dan petanda yang ada pada lirik lagu tersebut. Dimana sebagian besar dengan menunjukkan bagaimana aspek denotatif tanda-tanda menyingkapkan konotasi yang pada dasarnya adalah “mitos-mitos” yang dibangkitkan oleh sistem tanda yang lebih luas, sehingga akhirnya dapat diperoleh hasil dari interpretasi data mengenai lirik lagu tersebut.
Dari data-data berupa lirik lagu “Tomat (Tobat Maksiat)” karya Wali band, kata-kata dan rangkaian kata dalam kalimat lirik lagu tersebut kemudian dianalisis dengan menggunakan metode signifikasi dua tahap (two order of signification) dari Roland Barthes dimana pada tataran pertama tanda denotatif
(53)
(denotative sign) terdiri atas penanda dan petanda (signifier signified) dan pada tataran kedua tanda denotatif (denotative sign) juga merupakan penanda konotatif (connotative signifier) sehingga muncul petanda konotatif
(connotative signified) yang akan membentuk tanda konotatif (connotative
sign). Dalam tahap kedua dari tanda konotatif akan muncul mitos yang
menandai masyarakat yang berkaitan dengan budaya sekitar. Kemudian teks akan direpresentasi dengan menggunakan lima macam kode Barthes, yaitu kode hermeneutik, kode semik, kode simbolik, kode proaretik, dan kode gnomik untuk pemaknaan melalui pembacaan dari kode-kode tersebut akan di ungkap substansi dari pesan dibalik lirik lagu “Tomat (Tobat Maksiat)”.
Lirik Lagu “Tomat (Tobat Maksiat)” band
Wali
→
Analisis semiologi Roland Barthes : 5
kode yaitu hermeneutik, semik, simbolik,
proaretik, dan gnomik
→
Representasi dari pembacaan
kode-kode yang ada dalam lirik lagu
“Tomat (Tobat Maksiat)”
(Gambar 2.2)
(54)
(55)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif. Artinya data yang digunakan merupakan data kualitatif yaitu tidak menggunakan data atas angka-angka, melainkan berupa pesan-pesan verbal (tulisan) yang terdapat dalam lirik lagu “Tomat (Tobat Maksiat)”. Data-data kualitatif tersebut berusaha diinterpretasikan dengan rujukan, acuan, atau referensi-referensi secara ilmiah.
Alasan digunakannya metode deskriptif kualitatif berdasarkan beberapa faktor, yaitu menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan ganda dan metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan terhadap pengaruh pola-pola nilai yang dihadapi (Moleong, 2002:5). Menurut Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2002:4) menggunakan metode kualitatif sebagai berikut :
“Metode kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Pendekatan ini diarahkan pada individu secara holistik (utuh). Jadi dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi memandangnya sebagai kebutuhan”.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini bersifat kualitatif interpretatif, penelitian ini akan mendekontruksi tanda-tanda dengan menggunakan metode semiologi dari Roland Barthes, yaitu metode signifikasi dua tahap (two order of
(56)
43
signification). Dimana pada tataran pertama tanda denotatif (denotative sign) terdiri atas penanda dan petanda (signifier signified) dan pada tataran kedua tanda denotatif (denotative sign) juga merupakan penanda konotatif (connotative signifier) sehingga muncul petanda konotatif (connotative signified) yang akan membentuk tanda konotatif (connotative sign). Dalam tahap kedua dari tanda konotatif akan muncul mitos yang menandai masyarakat yang berkaitan dengan budaya sekitar.
Dengan semiotika kita berurusan dengan tanda, dengan tanda-tanda kita mencoba mencari keteraturan di tengah dunia yang centang-perenang ini, setidaknya agar kita mempunyai pegangan. “Apa yang dikerjakan oleh semiotika adalah mengerjakan kita bagaimana menguraikan aturan-aturan tersebut dan membawa pada sebuah kesadaran” (Sobur, 2003:16).
3.2. Corpus
Corpus adalah sekumpulan bahan terbatas yang ditentukan perkembangan oleh analisis kesemenaan. Corpus merupakan sample terbatas dalam penelitian kualitatif. Corpus harus cukup luas untuk memberi harapan yang beralasan bahwa unsur-unsurnya akan memelihara sebuah sistem kemiripan dan perbedaan yang lengkap, corpus juga bersifat sehomogen mungkin (Barthes dalam Kurniawan, 2001:70). Corpus pada penelitian ini adalah lirik lagu dengan judul “Tomat (Tobat Maksiat)” yang dipopulerkan oleh Wali band, dan berikut ini adalah lirik lagu “Tomat (Tobat Maksiat)” :
(57)
Lirik Wali - Tomat (Tobat Maksiat)
dengarlah hai sobat saat kau maksiat
dan kau bayangkan ajal mendekat apa kan kau buat
kau takkan selamat
pasti dirimu habis dan tamat bukan ku sok taat
sebelum terlambat
ayo sama-sama kita taubat dunia sesaat
awas kau tersesat
ingatlah masih ada akhirat astafighrullahal’adzim reff:
ingat mati, ingat sakit ingatlah saat kau sulit
ingat ingat hidup cuman satu kali berapa dosa kau buat
berapa kali maksiat
ingat ingat sobat ingatlah akhirat cepat ucap astafighrullahal’adzim pandanglah ke sana
lihat yang di sana
mereka yang terbaring di tanah bukankah mereka
pernah hidup juga
kita pun kan menyusul mereka
(http://liriklagu-top.blogspot.com/2009/08/lirik-lagu-wali-tomat-tobat-maksiat.html)
(58)
45
3.3. Unit Analisis
Unit analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanda-tanda berupa tulisan, terdiri atas kata-kata yang membentuk kalimat, yang ada pada lirik lagu “Tomat (Tobat Maksiat)”.
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini berasal dari data primer dan sekunder yang diperoleh dari :
1. Data primer : pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mendengarkan lagu “Tomat (Tobat Maksiat)” yang dipopulerkan oleh Wali Band, kemudian membaca serta memahami kata-perkata dari lirik lagu tersebut. Yang kemudian ditulis kembali oleh peneliti untuk dijadikan bahan penelitian.
2. Data sekunder : pengumpulan data sekunder dengan melalui penggunaan bahan referensi, seperti buku-buku, artikel dan internet untuk memperoleh berbagai hal yang berhubungan dengan objek kajian yang diteliti.
3.5. Teknik Analisis Data
Peneliti menginterpretasikan teks dalam lirik lagu “Tomat (Tobat Maksiat)”, serta menyimpulkan berbagai representasi mengenai bagaimana dakwah digambarkan dalam lirik lagu tersebut. Dari lirik lagu yang terdiri dari awal hingga akhir lagu inilah yang kemudian akan dianalisis dalam penelitian ini
(59)
dengan menggunakan pandangan dari Roland Barthes, yaitu metode signifikasi dua tahap (two order of signification) yang akan dianalisis menggunakan lima macam kode pembacaan menurut Barthes, yaitu kode hermeneutik, kode semik, kode simbolik, kode proaretik, dan kode gnomik untuk pemaknaan sebuah tanda sehingga akan mengetahui tanda denotatif dan tanda konotatifnya.
Dari penggabungan aspek tersebut, kemudian dapat ditarik suatu makna yang sebenarnya. Dan dari data yang diperoleh akan diinterpretasikan oleh peneliti sesuai dengan teoritis yang ada mengenai lirik lagu pada musik sebagai media dakwah.
(60)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian
Group band Wali cukup sukses dalam dunia musik indonesia. Diawali kesuksesan album pertama dengan lagu Dik kemudian album kedua yang bertajuk cari jodoh dengan hits single Cari Jodoh, Wali kembali mengeluarkan album terbaru yang bernuansa religi untuk menyambut bulan ramadhan. Album terbaru Wali band yang bernuansa religi ini bertajuk Ingat Shalawat. Dengan musik yang ringan, menggoda dan pesan yang kuat walaupun di ungkapkan dengan santai, Wali menampilkan lagu-lagu dalam album religi mereka dengan kesan yang lebih ringan dibandingkan dengan album religi pada umumnya yang berkesan berat.
Salah satu lagu yang terdapat dalam album religi tersebut adalah Tomat (Tobat Maksiat). Seperti lagu Wali yang berjudul “Cari Jodoh”, lagu Tomat juga diselipkan dengan tema komedi tetapi tetap mempunyai makna dan pesan yang kuat. Mengajak kaum muda untuk menyambut bulan Ramadhan dengan baik dan benar tapi tidak berkesan menggurui atau mendoktrin. Serta lirik dan chord lagu yang ringan dan santai dengan aransemen musik yang mudah dicerna.
(61)
Pada lagu ini mempunyai unsur dakwah yang bermakna sebuah ajakan dengan nuansa ringan untuk menjauhi maksiat serta kembali ke jalan yang benar. Kebanyakan orang merasa, itu suatu suasana hiburan yang baik, karena seseorang begitu mudah mempromosikan hal-hal dunia yang kebanyakannya berunsur dosa ke dalam masyarakat, tetapi orang yang sama juga di waktu lainnya mengajak manusia di dalam masyarakat yang sama untuk mengingat Tuhan, Rasul-Nya serta hari Akhirat.
Selain itu pada realitas zaman sekarang, lewat musik siapa saja bisa menyampaikan beragam pesan hingga berdakwah. Karena penyampaian dakwah tidak akan sampai kepada sasarannya apabila tidak membaur dan mengakomodasi dengan perilaku, kebudayaan, dan keadaan masyarakat. Singkatnya, apa yang selalu mereka kerjakan dan mereka sukai, di sanalah kita bisa menjadikannya media untuk berdakwah. Keuntungannya, pesan-pesan Islam akan sampai kepada mereka, tanpa mengganggu kegemaran mereka sekaligus mengalihkan dari hal-hal buruk ke hal yang positif.
(http://qultummedia.com/Kabar-Qultum/Review-Buku/senandung-cahaya-islam-melalui-pop-religi.html).
Dengan kondisi seperti ini membuat peneliti ingin melakukan penelitian terhadap lirik lagu “Tomat (Tobat Maksiat)” sebagai objek penelitiannya, yang
(62)
49
pada akhirnya akan diketahui makna pesan di dalam lirik tersebut dengan menggunakan semiologi Roland Barthes.
4.2. Lirik Lagu “Tomat (Tobat Maksiat)” menurut semiologi Roland Barthes Salah satu area yang dirambah oleh Barthes dalam studinya tentang tanda adalah peran pembaca. Roland Barthes sebagai salah satu seorang pengikut Saussure membuat model sistematika dalam menganalisa makna dari tanda-tanda. Fokus perhatian Barthes lebih bertujuan pada gagasan tentang signifikasi dua tahap terhadap tanda (two step significations).
Tahap pertama, tanda merupakan hubungan antara signifier dan signified, Barthes menyebutnya sebagai denotasi, yaitu makna paling nyata dari tanda. Selanjutnya tahap kedua ialah makna konotasi dari tanda, hal ini mengambarkan interaksi yang terjadi ketika tanda bertemu dengan perasaan atau emosi dari pembaca serta nilai-nilai dari kebudayaanya. Dengan kata lain denotasi adalah apa yang digambarkan tanda terhadap suatu objek, sedangkan konotasi adalah bagaimana cara menggambarkannya (Fiske, 1990:72).
Begitupun juga dengan lirik lagu “Tomat (Tobat Maksiat)” yang mengalami proses signifikasi dua tahap (two step significations). Karena dalam lirik lagu tersebut menggambarkan suatu makna konotatif dari realitas sosial yang terjadi
(63)
di dalam masyarakat kita. Bila dijelaskan berdasarkan peta tanda Barthes, maka lirik lagu “Tomat (Tobat Maksiat)” akan tampak sebagai berikut :
Gambar 4.1. Peta Tanda Roland Barthes (Sobur, 2004:69) 1. Signifier (penanda)
Semua kata-kata yang ada di dalam lirik lagu “Tomat (Tobat Maksiat)”
2. Signified (petanda) Konsep makna menurut kamus bahasa Indonesia dan logika 3. Denotative sign (tanda denotative) Kata-kata yang maknanya menurut kamus bahasa Indonesia
4. CONNOTATIVE SIGNIFIER (PENANDA KONOTATIF)
Kata-kata yang memiliki makna tersembunyi
5. CONNOTATIVE SIGNIFIED (PETANDA KONOTATIF)
Konsep baru yang muncul dari pembaca terhadap kata-kata yang memiliki makna 6. CONNOTATIVE SIGN (TANDA KONOTATIF)
Kata-kata tersebut adalah konsep dari pembaca
Dari peta Barthes di atas terlihat bahwa tanda denotatif (3) terdiri atas penanda (1) dan petanda (2). Akan tetapi, pada saat yang bersamaan, tanda denotatif adalah juga penanda konotatif (4). Jadi dalam konteks Barthes, tanda konotatif tidak sekedar memiliki makna tambahan namun juga mengandung kedua bagian tanda denotatif yang melandasi keberadaannya (Sobur, 2003:69).
(64)
51
4.3. Penyajian dan Analisis Data 4.3.1. Penyajian Data
Dakwah dalam kaitannya dengan lirik lagu “Tomat (Tobat Maksiat)” ini dihubungkan dengan sejumlah lirik-lirik yang terkandung dalam lagu ini. Seperti beberapa contoh lirik Ayo sama-sama kita taubat, Ingatlah masih ada akhirat, Ingat ingat hidup cuma satu kali berupaya mengingatkan dan mengajak umat Islam khususnya untuk sadar dan menyesal terhadap dosa yang selama ini diperbuat dan berjanji untuk tidak mengulanginya lagi serta kembali ke jalan yang ditentukan Tuhan. Dari lirik lagu “Tomat (Tobat Maksiat)” ini dimaksudkan untuk mengajak manusia di dalam masyarakat untuk mengingat Tuhan, Rasul-Nya serta hari Akhirat. Dan mengingatkan seseorang untuk menilai diri sendiri akan apa teguran atau nasihat yang disampaikan melalui lirik lagu tersebut.
Data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah lirik lagu dengan judul “Tomat (Tobat Maksiat)” yang ada didalam album Ingat Sholawat yang dipopulerkan oleh Wali band. Berikut lirik lagu “Tomat (Tobat Maksiat)” selengkapnya sebagai berikut :
Tomat (Tobat Maksiat) By : Wali Band
dengarlah hai sobat saat kau maksiat
(65)
dan kau bayangkan ajal mendekat apa kan kau buat
kau takkan selamat pasti dirimu habis dan tamat
bukan ku sok taat sebelum terlambat ayo sama-sama kita taubat
dunia sesaat awas kau tersesat ingatlah masih ada akhirat
astafighrullahal’adzim reff:
ingat mati, ingat sakit ingatlah saat kau sulit ingat ingat hidup cuman satu kali
berapa dosa kau buat berapa kali maksiat
ingat ingat sobat ingatlah akhirat cepat ucap astafighrullahal’adzim
pandanglah ke sana lihat yang di sana
mereka yang terbaring di tanah bukankah mereka
pernah hidup juga kita pun kan menyusul mereka
Berdasarkan obyeknya Barthes meninjau dengan menggunakan lima kode atau leksia yaitu kode hermeneutik (kode teka-teki), kode semik (makna konotatif), kode simbolik, kode proaretik (logika tindakan) dan kode gnomik atau kode kultural yang membangkitkan suatu badan pengetahuan tertentu. Kelima kode tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
(66)
53
Tabel 4.1.
Pengelompokkan Kode
No. Kode Lirik Lagu Bait dan Lirik
Kode Hermeneutik Bayangkan ajal mendekat Bait 1 Lirik 3 Awas kau tersesat Bait 2 Lirik 5 Menyusul mereka Bait 7 Lirik 6 Kode Semik Kau takkan selamat Bait 1 Lirik 5 Habis dan tamat Bait 1 Lirik 6 Ingat mati, ingat sakit Bait 4 Lirik 1 Ingat ingat hidup cuma satu kali Bait 4 Lirik 3 Kode Simbolik Terbaring di tanah Bait 7 Lirik 3 Kode Proaretik Bayangkan ajal mendekat Bait 1 Lirik 3 Kau takkan selamat Bait 1 Lirik 5 Ayo sama-sama kita taubat Bait 2 Lirik 3 Ingatlah masih ada akhirat Bait 2 Lirik 6 Ingat mati, ingat sakit Bait 4 Lirik 1 Ingatlah saat kau sulit Bait 4 Lirik 2 Ingat ingat hidup cuma satu kali Bait 4 Lirik 3 Ingat ingat sobat ingatlah akhirat Bait 5 Lirik 3 Cepat ucap astagfirullahal’azim Bait 6 Lirik 1 Kode Gnomik Ingat ingat hidup cuma satu kali Bait 4 Lirik 3 Sumber : diolah peneliti
4.3.2. Analisis Data
Pemaknaan lirik lagu “Tomat (Tobat Maksiat)” oleh peneliti akan dilakukan penjabaran makna tiap kalimat yang terdiri dari rangkaian kata-kata, lalu tiap bait yang terdiri dari rangkaian kalimat. Tentunya dalam merepresentasi pesan yang terkandung dalam lirik lagu tersebut berdasarkan frame of reference (pengetahuan) dan field of experience (pengalaman) dari peneliti. Setiap kata tentu mengandung suatu makna, baik makna denotatif
(67)
maupun konotatif. Makna denotatif ialah suatu konsep mental yang telah disepakati bersama oleh masyarakat. Disini peneliti berpedoman pada kamus lengkap Bahasa Indonesia (Hoetomo, 2005) untuk menentukan makna yang telah disepakati bersama tersebut (makna denotatif).
Makna konotatif adalah makna subjektif yang terbentuk dari interaksi yang terjadi ketika tanda bertemu dengan perasaan atau emosi dari pembaca serta nilai-nilai dari kebudayanya (Fiske, 1990:72). Jadi peneliti subjektif untuk menentukan makna konotatif sesuai dengan nilai-nilai dan kebudayaan yang dianut oleh peneliti.
Dalam lagu ini si pencipta lagu “Tomat (Tobat Maksiat)” menggunakan kata “Tobat Maksiat” sebagai judul. Kata Tobat bermakna penyesalan atas dosa yang diperbuat dan bertekad untuk tidak mengulainya lagi. Sedangkan Maksiat berarti puncak perbuatan seseorang yang menuruti syahwatnya (perbuatan yang melanggar perintah Allah)
Jadi rangkaian dari kata Tobat Maksiat bermakna perbuatan seseorang yang melanggar perintah Allah dengan menuruti syahwatnya kemudian timbul rasa penyesalan atas dosa yang diperbuat dan bertekad untuk tidak mengulanginya lagi.
(68)
55
Pemaknaan lirik Lagu Tomat ”(Tobat Maksiat)” : Bait ke-1 Lirik ke-3 : Bayangkan ajal mendekat
1. Penanda : Bayangkan ajal mendekat
2. Petanda : konsep tentang ajal. Ajal disini adalah batasan hidup setiap manusia yang ditentukan 3. Tanda denotatif : (gambar) sebuah kematian yang akan terjadi pada setiap orang
4. Penanda konotatif : seseorang yang berpikir tentang suatu kematian yang akan terjadi pada setiap manusia
5. Petanda konotatif : konsep berpikir seseorang dalam
mengahadapi suatu batasan hidup setiap manusia yang telah
ditentukan ketika ajal itu mulai datang menghampirinya
6.Tanda konotatif : wujud seseorang yang berpikir tentang kematian yang akan terjadi pada setiap manusia
Sumber : diolah peneliti
Gambar 4.2. Peta Tanda Bait 1 Lirik 3
Lirik ke-2 pada bait ke-1 termasuk dalam kode hermeneutik atau kode teka-teki, karena dalam kalimat bayangkan ajal mendekat, menimbulkan pertanyaan bayangan seperti apa? Mengapa saat ajal mendekat?. Kode proaretik, karena dalam kalimat ini mengandung suatu ajakan berupa tindakan untuk membayangkan (suatu seruan), yang akan dijelaskan pada kalimat dan bait selanjutnya.
(1)
manusia untuk kembali ke jalan yang ditentukan Tuhan. Karena untuk menyampaikan sebuah pesan tidak hanya tulisan yang dijadikan acuan sebagai tanda untuk berinteraksi dalam menyikapi pesan tersebut, tapi makna yang terkandung di dalam pesan tersebut yang bisa menggugah. Dan bukan hanya instrument ataupun vokalika yang mendukung tapi faktor moment ketika pesan itu kapan harus disampaikan.
(2)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Lirik lagu “Tomat (Tobat Maksiat)” yang dirilis oleh Wali band, memiliki latar belakang fenomena yang sangat menguntungkan bagi setiap orang dalam kehidupan sosial. Karena berkembangnya suatu kesadaran dalam diri setiap orang untuk mengingat akan adanya akhirat dan kembali ke jalan yang ditentukan Tuhan. Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, setelah melakukan analisis terhadap data dengan menggunakan pendekatan semiologi Roland Bathes yang menerapkan pada kode-kode sesuai dengan sudut artikulasinya yaitu denotasi dan konotasi, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Lirik lagu “Tomat (Tobat Maksiat)” secara denotatif menggambarkan bahwa terdapat realita pada setiap diri manusia untuk sadar dan menyesali akan dosa yang diperbuat serta berniat untuk memperbaiki tingkah laku dan perbuatannya. Ini dimaksudkan untuk mengingat dan menyadarkan kepada setiap manusia untuk kembali ke jalan yang ditentukan Tuhan dan menjauhi segala bentuk larangannya dari perbuatan dosa dan kemaksiatan.
2. Lirik lagu “Tomat (Tobat Maksiat)” secara konotatif menggambarkan bahwa merupakan suatu bentuk peringatan kepada setiap manusia setelah
(3)
3. Mitos lirik lagu “Tomat (Tobat Maksiat)” merupakan bentuk perubahan dari budaya dimana dahulunya dakwah dikenal masyarakat melalui ceramah di masjid, tetapi kini dakwah juga bisa dilakukan melalui lirik dalam lagu sehingga pesan yang akan disampaikan dapat diterima dengan mudah oleh komunikan (penikmat lagu).
Lagu “Tomat (Tobat Maksiat)” merupakan bentuk penyampaian pesan melalui media dakwah yang disampaikan kepada setiap manusia untuk kembali ke jalan yang ditentukan Tuhan dan menjauhi segala larangan-Nya. Melalui lirik lagu ini, pencipta lagu ingin menyampaikan pesan yang merupakan pengekpresian dirinya terhadap fenomena-fenomena yang terjadi di dunia sekitar, dimana dia berinteraksi di dalamnya.
5.2. Saran
Beberapa saran yang dapat penulis berikan berkaitan dengan hasil penelitian ini adalah :
1. Lirik lagu adalah merupakan unsur terpenting dari sebuah lagu, oleh karena itu perlu kiranya bagi para pencipta lagu untuk menciptakan lirik yang bermakna bagi komunikannya. Memiliki mutu dan kualitas yang dapat
(4)
79
digunakan sebagai sarana media penyampaian informasi tentang berbagai aspek kehidupan kepada komunikannya.
2. Komunikan (penikmat lagu) diharapkan semakin peka terhadap permasalahan atau fenomena yang terdapat dalam lirik tersebut, sehingga diharapkan pesan yang disampaikan lewat lagu tidak di terima mentah-mentah, sehingga lagu yang diciptakan oleh pencipta lagu dapat membuat masyarakat semakin sadar akan kehidupan nyata yang berkembang luas di masyarakat.
(5)
Al-Qordhawi, Yusuf. 2002. Fiqih Musik dan Lagu. Bandung: Mujahid Press Budiman, Kris.2004. Semiotika Visual. Yogyakarta: Buku Baik
Balai Pustaka. 2002. Kamus Besar Indonesia. Jakarta
Barthes, Roland. 2007. Membedah Mitos-Mitos Budaya Massa. Yogyakarta: Jalasutra
Daud Ali, Mohammad. 2000. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Fiske, John. 1996. Introduction to Communication Studies. London & New York: Menthuln
Kurniawan. 2001. Semiologi Roland Barthes. Magelang: Indonesia Tera Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Pengantar Komunikasi. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Moleong, Lexy. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Razak, Nasruddin. 1977. Dienul Islam. Bandung: PT. Alma’arif
Sobur, Alex. 2003. Semiotika Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. __________ 2001. Analisis Teks Media. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Subagyo, Fasih. 2006. Terampil Bermain Musik. Solo: PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri
Widiyastuti, Galuh R. 2009. Representasi Budaya Patriarkhi Pada Lirik Lagu. Skripsi, Ilmu Komunikasi, UPN
(6)
Non Buku :
(http://www.dakwatuna.com/2007/arti-nama-islam/) (http://id.wikipedia.org/wiki/Dakwah)
(http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Dakwah&action=edit§ion=1) http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Dakwah&action=edit§ion=2 (http://kunci.or.id/esai/nws/04/representasi.htm)
(http://qultummedia.com/Kabar-Qultum/Review-Buku/senandung-cahaya-islam-melalui-pop-religi.html).
(http://www.ikadi.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=123:arti-dakwah&catid=39:fiqh-dakwah&Itemid=67)
http://tri1405.blogsome.com/2007/05/07/apengertian-dakwah/
(www.Indopups.com diakses tanggal 4 Desember 2005, pukul 12.15). (www.indomedia.com/bernas diakses tanggal 06 maret 2006 pukul 15.30). (www.suara merdeka.com, diakses tanggal 20 Oktober 2005, pukul 14.00). (www.suaramerdeka.com diakses tanggal 20 Oktober 2005 pukul 14.00). (www.waliband.net).