20 Erikson juga menjelaskan Santrock, 2003:344, identity confusion
merupakan suatu kemunduran dalam perspektif waktu, inisiatif, dan kemampuan untuk mengkoordinasikan perilaku dimasa kini, dengan tujuan di masa depan.
Kebingungan ini juga ditandai dengan adanya perasaan tidak mampu, tidak berdaya, penurunan harga diri, tidak percaya diri, dan berakibat pesimis dalam
mengahadapi masa depan Dariyo, 2004 :80.
Dari berbagai definisi di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa identitas adalah pengalaman subjektif yang merupakan kesatuan dan
kesinambungan yang koheren dalam ruang dan waktu yang berisi nilai, keyakinan, sikap dan ide-ide yang mengarahkan tingkah laku dan
menggambarkan kekuatan, kelemahan, dan keunikan individu dalam rentang kehidupan.
2.2.2 Perkembangan Status Identitas
Status identitas merupakan paradigma perluasan dan pengembangan dari teori psikososial Erik H. Erikson oleh James Marcia Santrock dalam life-spain,
2002:58. Dalam paradigma ini perkembangan status identitas telah menghasilkan dua dasar pengembangan, yaitu krisis eksplorasi dan komitmen. yaitu :
a. Krisis merupakan suatu periode perkembangan identitas dimana remaja
memilih berbagai macam pilihan-pilihan yang bermakna, dan kebanyakan peneliti kontemporer menggunakan istilah ini dengan istilah eksplorasi.
21
b. Komitmen didefinisikan sebagai bagian dari perkembangan identitas dimana
remaja memperlihatkan suatu tanggung jawab pribadi terhadap apa yang akan mereka lakukan.
Dari uraian diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa perkembangan status identitas telah menghasilkan dua dasar dimensi, yaitu krisis dan komitmen.
2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Identitas
Perkembangan identitas dapat dipengaruhi oleh bebrapa faktor Yusuf, 2007:202 yaitu:
1. Iklim keluarga, yaitu yang berkaitan dengan interaksi sosio-emosional antar anggota keluarga ibu-ayah, orang tua-anak dan anak-anak sikap dan
perlakuan orang tua terhadap anak. Apabila hubungan antar anggota keluarga hangat, harmonis, serta sikap perlakuan orang tua terhadap anak positif atau
penuh kasih sayang, maka remaja akan mampu mengembangkan identitasnya secara realistik dan stabil sehat. Namun apabila sebaliknya, yaitu hubungan
keluarga penuh konflik, tegang dan perselisihan, serta orangtua bersikap keras dan kurang memberikan kasih sayang, maka remaja akan mengalami
kegagalan dalam mencapai identitasnya secara matang, dia akan mengalami kebingungan, konflik atau frustasi
2. Tokoh idola, yaitu orang-orang yang dipersepsikan oleh remaja sebagai figur yang memiliki posisi di masyarakat. Pada umumnya, tokoh yang menjadi idola
22 atau pujaan remaja berasal dari kalangan selebritis seperti para penyanyi,
bintang film, dan olahragawan. Meskipun persentasenya sedikit, ada juga tokoh idola remaja itu yang berasal dari para tokoh masyarakat, pejuang atau
pahlawan.
3. Peluang pengembangan diri, yaitu kesempatan untuk melihat kedepan dan menguji dirinya dalam setting adegan kehidupan yang beragam. Dalam hal
ini, eksperimentasi atau pengalaman dalam menyampaikan gagasan, penampilan peran-peran dan bergaul dengan orang lain dalam aktivitas yang
sehat sangatlah penting bagi perkembangan identitasnya.
2.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Identitas
Dalam perkembangan kepribadian terdapat dua faktor yang akan berperan Gunarsa, 1991 hal : 88, yakni :
1. Identifikasi, identifikasi hampir dapat disamakan dengan peniruan, akan tetapi sifatnya lebih mendalam dan menetap. Dengan identifikasi yang dimaksud
bahwa tingkah laku, pandangan, pendapat, nilai-nilai, norma, minat dan aspek- aspek lain dari kepribadian seseorang akan diambilnya dan dijadikan bagian
daripada kepribadiannya sendiri.
2. Eksperimentasi, para remaja harus memperoleh kesempatan untuk eksperimentasi atau mencoba beberapa peranan sosial sebelum ia menentukan
peranan sosial yang akan diambilnya untuk masa dewasa. Kesimpulannya
23 eksperimentasi erat hubungannya dengan peran sosial di kemudian hari.
2.2.5 Dimensi-dimensi Status Identitas
Berdasarkan dimensi ini, Marcia Santrock dalam life-span, 2002: 58 membagi identitas menjadi empat status identitas yang didasarkan pada dua pertimbangan
berikut : a. Apakah mereka mengalami suatu krisis identitas atau tidak
b. Pada tingkat mana mereka memiliki komitmen terhadap pemilihan pekerjaan, agama, serta nilai-nilai politik dan keyakinan. Keempat kategori itu adalah:
Achievement tinggi dalam komitmen dan ekplorasi, Moratorium rendah komitmen dan tinggi eksplorasi, Foreclosure tinggi komitmen dan rendah
eksplorasi, dan Diffusion rendah dalam komitmen dan eksplorasi. Berikut dijelaskan gambaran status identitas menurut James Marcia dalam Dariyo,
2004: 84, yaitu :
1. achievement pencapaian identitas: Seorang individu dikatakan telah
memiliki identitas, jika dirinya telah mengalami krisis dan ia dengan penuh tekad mampu menghadapinya dengan baik. Justru dengan adanya krisis
akan mendorong dirinya untuk membuktikan bahwa dirinya mampu menyelesaikannya dengan baik. Walaupun kenyataanya ia harus mengalami
kegagalan, namun bukanlah akhir dari upaya untuk mewujudkan potensi dirinya
24
2. foreclosure pencabutan identitas: Identitas ini ditandai dengan tidak
adanya suatu krisis, tetapi ia memiliki komitmen atau tekad. Sehingga individu seringkali berangan-angan tentang apa yang ingin dicapai dalam
hidupnya, tetapi seringkali tidak sesuai dengan kenyataan yang dihadapinya. Akibatnya, ketika individu dihadapkan pada masalah realitas, tidak mampu
menghadapi dengan baik. Bahkan kadang-kadang melakukan mekanisme pertahanan diri seperti; rasionalisasi, regresi pembentukan reaksi dan
sebagainya.
3. moratorium penundaan identitas: Identitas ini ditandai dengan adanya
krisis, tetapi ia tidak memiliki kemauan kuat tekad untuk menyelesaikan masalah krisis tersebut. Ada dua kemungkinan tipe individu ini, yaitu :
a. Individu yang menyadari adanya suatu krisis yang harus diselesaikan, tetapi tidak mau menyelesaikannya, menunjukkan bahwa individu ini
cenderung dikuasai oleh prinsip kesenangan dan egoisme pribadi. Apa yang dilakukan seringkali menyimpang dan tidak pernah sesuai dengan
masalahnya. Akibatnya, ia mengalami stagnasi perkembangan yang lebih maju, namun karena ia terus menerus tidak mau menghadapi atau
menyelesaikan masalahnya, maka ia hanya dalam tahap itu. b. Orang yang memang tidak menyadari tugasnya, namun juga tidak
memiliki komitmen. Ada kemungkinan, faktor sosial, terutama dari orang tua kurang memberikan rangsangan yang mengarahkan individu
25 untuk menyadari akan tugas dan tanggung jawabnya.
4. diffusion penyebaran identitas: Orang tipe ini, yaitu orang yang mengalami
kebingungan dalam mencapai identitas. Ia tidak memiliki krisis dan juga tidak memiliki tekad untuk menyelesaikannya.
Dari uraian di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa dimensi status identitas dapat dibagi menjadi empat dimensi, yaitu identitas Achievement,
identitas Foreclosure, identitas Moratorium, dan identitas Diffusion.
2.2.6 Aspek-aspek Pembentukan Identitas
Menurut Marcia terdapat tiga aspek penting dalam pembentukan identitas Santrock dalam life-span, 2002:58 diantaranya yaitu:
1. Remaja muda harus membentuk rasa percaya terhadap dukungan orang tua 2. Mengembangkan suatu pemikiran untuk giat menghasilan sesuatu atau
ketekunan 3. Memperoleh perspektif mengenai masa depan yang merefleksikan diri
mereka sendiri
2.3 Kerangka Berpikir
Sebagaimana yang telah diketahui bahwa agresivitas merupakan kecenderungan berperilaku agresif menyakiti, melukai, dan lain-lain baik secara fisik, verbal
dan psikis dengan cara langsung ataupun tidak langsung. Hal ini diperkuat oleh
26 Berkowitz 1995 yang menyatakan agresivitas merupakan keinginan yang relatif
melekat untuk menjadi agresif dalam berbagai situasi yg berbeda. Sebelum mendapatkan gambaran identitas diri yang jelas, hampir setiap individu akan
mengalami berbagai macam konfigurasi yang bermakna, mulai dari identitas positif hingga identitas negatif sehingga agresivitas menjadi salah satu pilihan
yang akan diperankan oleh individu tersebut. Oleh karena itu munculah pertentangan di dalam diri individu untuk menemukan identitas diri mereka,
sehingga perilaku agresi tidak dapat untuk dihindarkan.
Sebagaimana unjuk rasa puluhan mahasiswa yang mengkritisi kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Boediono di Jalan
Kimia Jakarta, Sabtu berujung bentrok. Mahasiswa dan polisi terlibat saling serang dan lempar batu. Suasana bertambah panas saat para demonstran mencoba
memblokir ruas jalan dengan cara membakar ban bekas. Melihat hal tersebut, polisi mulai bertindak tegas dengan cara membubarkan pengunjuk rasa. Upaya
polisi dibalas mahasiswa dengan lemparan batu, menyusul adanya aksi pemukulan aparat terhadap mahasiswa. Selain aksi saling lempar batu, sejumlah pot bunga di
pinggir jalan dipecah hingga hancur berantakan. Polisi akhirnya melepaskan tembakan peringatan dan gas air mata guna membubarkan demonstrasi Adi,
Liputan6.com. 2011.
Agresivitas ini merupakan keinginan yang relatif melekat untuk menjadi agresif dalam berbagai situasi yang berbeda Berkowits, 1995:28. Pernyataan ini
27 dibuktikan pada berbagai kasus agresivitas mahasiswa, salah satunya adalah
demonstrasi yang berujung ricuh dan kerap terjadi di berbagai daerah sehingga tak sedikit menimbulkan korban.
Permasalahan ini berkaitan dengan status identitas, individu seringkali mengalami kebingungan sehingga menemukan berbagai macam konfigurasi
identitas negatif, belum adanya komitmen dan identitas yang stabil membuat individu mengalami kebingungan, dan terkadang membuat emosinya cenderung
tidak stabil sehingga dapat menimbulkan perilaku agresi terhadap lingkungan di sekitarnya, sebagaimana beberapa contoh kasus kericuhan mahasiswa yang
berdemonstrasi yang terjadi di berbagai daerah. Sebagaimana yang dijelaskan oleh James Marcia Yusuf, 2007:201 ketika individu gagal mengintegrasikan aspek-
aspek dan pilihan atau merasa tidak mampu untuk memilih, maka individu tersebut akan mengalami kebingungan confusion.
Sedangkan identitas diri itu sendiri merujuk kepada pengorganisasian atau pengaturan dorongan-dorongan, kemampuan-kemampuan dan keyakinan-
keyakinan ke dalam citra diri secara konsisten yang meliputi kemampuan memilih dan mengambil keputusan baik menyangkut pekerjaan, orientasi seksual dan
filsafat hidup Yusuf, 2007:201.
Dari berbagai penjelasan diatas, maka dapat di ambil kesimpulan bahwa status identitas memberikan pengaruh terhadap agresivitas. Hal tersebut
dikarenakan, ketika individu dihadapkan dengan berbagai macam konfigurasi
28 mulai dari yang positif hinggga ke yang negatif, maka individu tersebut akan
mengalami kebingungan, sehingga dapat melakukan perilaku agresi terhadap lingkungan yang ada di sekitarnya.
Berdasarkan penjelasan di atas, di bawah ini adalah skema dari kerangka berpikir pada penelitian ini:
2.4 Hipotesis Penelitian