Stres Pengasuhan TINJAUAN PUSTAKA

3 Struktur keluarga Ukuran keluarga, usia, jarak anak – anak dalam keluarga, jumlah orang tua di rumah dan urusan kelahiran anak – anak menggambarkan apa yang dikenal sebagai sebuah keluarga. Sebagai contoh, perlakuan orang tua terhadap anak sulung dan anak bungsu berbeda, begitu pula harapan orang tua pada anak sulung dan anak bungsu yang juga berbeda. 4 Dukungan sosial Jika orang tua merasa dirinya sendirian dalam menyandang tanggung jawab pengasuhan, maka ia akan merasakan stress yang dialaminya semakin besar Gunarsa, 2006. Dukungan sosial merupakan dukungan yang berasal dari teman, anggoa keluarga, bahkan pemberi pelayanan kesehatan yang membantu individu ketika suatu masalah muncul Videback, 2008. Dukungan sosial dapat membuat individu merasa nyaman, tenteram, dan lega sehingga mengurangi perasaan tertekan Taylor, 2003. Jenis dukungan sosial menurut Bunk 2000 dalam Taylor 2009, dukungan sosial dapat dibedakan menjadi empat jenis, yaitu : a Dukungan emosional, yaitu perhatian emosional yang diekspresikan melalui rasa suka, cinta atau empati b Dukungan instrumental, yaitu dukungan yang diberikan dengan cara menyediakan barang atau jasa selama masa stres c Dukungan informatif, yaitu dukungan yang diberikan berupa pemberian informasi tentang situasi yang menekan d Dukungan penghargaan, yaitu dukungan yang diberikan berupa persetujuan, atau pujian atas gagasan atau perilaku Ada beberapa alasan dukungan social dapat mempengaruhi pengasuhan, pertama, ketika orang tua dapat berbagi pikiran dan perasaan tentang pengasuhan dan masalah kehidupan lainnya dengan orang lain, mereka cenderung merasa lebih baik tentang diri mereka sendiri. Kedua, peran jaringan social menawarkan dukungan seperti bantuan perawatan anak dan saran tentang pengasuhan. Ketiga, teman dan keluarga berfungsi sebagai model pengasuhan. 5 Marital relationshubungan pernikahan Kualitas hubungan pernikahan akan mempengaruhi kesejahteraan emosional dari orang tua. Salah satu pasangan dapat saling memberi saran tentang pengasuhan dan berbagi peran dalam pengasuhan anak. Sedangkan Hidangmayun 2010 menjabarkan stres pengasuhan yang terdiri dari karakteristik anak dan karakteristik orangtua sebagai berikut : a. Karakteristik anak 1 Jenis kelamin Terdapat perbedaan tingkat stres pengasuhan anatara ibu dengan yang memiliki anak laki – laki dengan ibu yang memiliki anak perempuan. Ibu yang memiliki anak laki – laki cenderung menunjukkan tingkat stres pengasuhan yang lebih tinggi dibandingkan dengan ibu yang memiliki anak perempuan. stres pengasuhan ini terkait dengan masalah perilaku anak Kwon, 2007 dalam Hidangmayun, 2010. Namun, hal ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wullfaert 2009 yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin anak dengan stres pengasuhan. 2 Kebiasaan anak Kebiasaan anak menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi parenting stres, yaitu terkait dengan perilaku anak yang tidak sesuai dengan harapan orangtua. Parenting Stress Index Long Form yang digunakan untuk mengkaji stres pengasuhan pada orang tua dengan anak berkebutuhan khusus, menemukan skor yang tinggi pada domain anak. Skor tinggi tersebut ditemukan ketika anak memiliki karakteristik tertentu yang membuuat orangtua mengalami kesulitan dalam menjalankan perannya sebagai pengasuh Gupta, 2007 dalam Hidangmayun, 2010. 3 Usia anak Stres yang dialami oleh orangtua dihubungkan dengan usia anak dapat dikaitkan dengan kemampuan anak untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Umumnya anak dengan usia muda cenderung lebih sulit untuk menyesuaikan dirinya dibandingkan dengan anak yang lebih tua. Namun, erdapat perbedaan pendapat mengenai pengaruh usia anak terhadap kejadian stres pengasuhan pada orangtua. Mash dan Johnston melaporkan bahwa anak dengan usia muda dianggap lebih menegangkan bagi orangtua dibandingkan dengan anak yang lebih tua. Namun, Wulffaert 2009 melaporkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara usia anak dengan stres keluarga. b. Karakteristik orang tua Para peneliti menemukan bahwa stres pengasuhan berperan penting dalam kekerasan dalam keluarga. Kekerasan fisik dalam keluarga lebih banyak ditemukan pada orang tua dengan penghasilan rendah, ibu muda dengan pendidikan rendah, dan juga sering ditemukan pada keluarga dengan riwayat kekerasan saat anak – anak serta pada pengguna alcohol dan obat – obatan. Karakeristik orang tua tersebut antara lain : 1 Usia orangtua Orang tua engan usia yang masih muda dianggap belum matang atau belum dewasa untuk melakukan pengasuhan, semtara usia orangtua yang telah lanjut, dianggap akan mengalami kesulitan dalam perawatan anak terkait dengan kondisi fisik yang melemah. 2 Pendidikan orangtua Pada penelitian Cooper 2007 menunjukkan hubungan yang signifikan antara ibu dengan pendidikan rendah terhadap tingginya stres pengasuhan. 3 Pekerjaan orangtua Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Forgays pada tahun 2001, Ibu yang bekerja menunjukkan level stres yang lebih tinggi dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja, namun dari jenis pekerjaan yang dilakukan ibu tidak terdapat perbedaan stres pengasuhan yang signifikan antara pekerjaan yang satu dengan pekerjaan lainnya. 4 Penghasilan Data demografi yang secara konsisten menunjukkan pengalaman stres pada ayah adalah pendapatan keluarga. Ayah dengan pendapatan keluarga tinggi menunjukkan level stres yang rendah. Itu mengindikasikan bahwa mereka merasa peran meraka sebagai orang tua tidak dibatasi, menganggap dirinya sebagai orangtua yang kompeten McBride, 1991 dalam Hidangmayun, 2010. Kelemahan ekonomi juga mempengaruhi sejauh mana orangtua mengalami stres pengasuhan. Merawat anak dalam konteks kemiskinan atau kekurangan materi sangatlah sulit, yaitu dapat meningkatkan stres jika orangtua tidak dapat memberikan makanan, pakaian, pengobatan yang adekuat, serta tempat tinggal yang menetap dan aman. 5 Temperamen Temperamen merupakan reaksi emosional, status perasaan, serta atribut energi seseorang. Beberapa penelitian menunjukkan terdapat interaksi yang signifikan antara intoleransi orangtua dan status kekerasan oleh orangtua Hidangmayun, 2010 6 Dukungan sosial Elemen yang umum dari semua hubungan akrab adalah saling ketergantungan interdependence, suatu hubungan interpersonal dimana dua orang secara konsisten mempengaruhi kehidupan satu sama lain, memusatkan pikiran dan emosi mereka terhadap satu sama lain, dan secara teratur terlibat dalam aktivitas bersama sebisa mungkin Fehr, 1999 dalam Baron Byrne, 2005. Beberapa penelitian menyebutkan tentang pentingnya melihat variabel dukungan sosial terkait dengan pengalam stres pengasuhan yang dialami oleh orangtua. 3. Dampak Stres Pengasuhan Pengasuhan mempengaruhi kemampuan sosial, emosional dan akademik anak. Stres pengasuhan dikaitkan dengan aspek – aspek negatif dari fungsi dan peran orangtua di dalam keluarga, baik keluarga yang memiliki anak cacat maupun keluarga yang tidak memiliki anak cacat. Peningkatan persepsi terhadap stres yang berhubungan dengan anak dan pengasuhan mempunyai pengaruh negatif terhadap perkembangan anak Crasey Jarvis, 1994 dalam Walker, 2000. Selain berpengaruh negatif pada perkembangan anak, beberapa penelitian menunjukkan hubungan stres pengasuhan terhadap kekerasan pada anak. Perilaku kasar dan pontesial perilaku kekerasan pada anak seringkali dihubungkan dengan stres pengasuhan. Hal ini senada dengan penelitian yang dilakukan Rodriguez dan Murphy pada tahun 1997, dengan menggunakan sampel penelitan orangtua yang berpenghasilan rendah. Hasil penelitian ini mengindikasikan hubungan yang signifikan antara skor stres orangtua pada domain anak dan orang tua dalam PSI dan skornya dalam Child Abuse Potential Inventory CAPI Walker, 2000.

D. Konsep pertumbuhan dan perkembangan anak prasekolah

Pertumbuhan merujuk pada peningkatan ukuran tubuh, sedangkan perkembangan merujuk pada peningkatan kemampuan atau fungsi. 1. Pertumbuhan fisik Pertumbuhan fisik pada masa awal kanak – kanak prasekolah menurut Hurlock 2012 : a. Tinggi Pertambahan tinggi badan setiap tahunnya rata – rata 3 inchi. Pada usia 6 tahun tinggi rata – rata anak 46,8 inci. b.Berat Pertambahan berat badan setiap tahunnya rata – rata tiga sampai lima pon. Pada usia 6 tahun berat badan anak kurang lebih tujuh kali berat badan waktu lahir. c. Perbandingan tubuh Wajah kecil, namun dagu tampak lebih jelas dan leher lebih memanjang disbanding saat bayi. Gumpalan pada bagia – bagian tubuh berangsung berkurang dan tubuh cenderung berbentuk kerucut, dengan perut yang rata, dada yang lebih bidang dan rata, dan bahu yang lebih luas dan lebih persegi. Lengan dan kaki lebih panjang dan lebih lurus, tangan dan kaki tumbuh lebih besar. d.Tulang dan otot Otot menjadi lebih besar, lebih kuat, dan lebih berat, sehingga anak tampak lebih kurus meskipun beratnya bertambah. e. Gigi Selama empat sampai enam bulan pertama masa awal kanak – kanak, 4 gigi bayi yang terakhir geraham belakang muncul. Selama setengah tahun terakhir masa ini gigi bayi mulai digantikan oleh gigi tetap. 2. Perkembangan kognitif Teori perkembangan kognitif Piaget menyatakan bahwa setiap organism hidup dilahirkan dengan dua kecenderungan fundamental, yaitu kecenderungan adaptasi dan organisasi Monks et al, 2006. Kecenderungan adaptasi mempunyai dua komponen, yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi yaitu kecenderungan organisme untuk mengubah lingkungan guna menyesuaikan dengan dirinya sendiri. Akomodasi yaitu kecenderungan organisme untuk mengubah dirinya guna menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya. Kecenderungan organisasi, dapat digambarkan sebagai kecenderungan bawaan setiap organisme untuk mengitergrasi proses – proses sendiri menjadi system – system yang koheren Monks et al, 2006 Pada usia anak prasekolah, memasuki stadium perkembangan praoperasional, yang dimulai dengan penguasaan bahasa yang sistematis, permainan simbolis, imitasi serta bayangan dalam mental Monks et al, 2006. Berpikir pada tahap praoperasional masih sangat egosentris anak belum mampu secara persepsual, emosional-motivational, dan konsepsual untuk mengambil perspekstif orang lain. Cara berpikir pada tahap ini sangat memusat, bila ia dihadapkan pada situasi multidimensional, maka ia akan memusatkan perhatiannya hanya pada satu dimensi saja dan akhirnya mengabaikan dimensi lainnya Monks, 2006. Anak prasekolah masih kurang mampu melakukan operasi, istilah piaget untuk tindakan yang terinternalisasi, yang memungkinkan anak melakukan secara mental tindakan hal yang sebelumnya hanya dapat dilakukan secara fisik. Santrock, 2005. 3. Perkembangan emosi Emosi yang umum pada awal masa kanak kanak Hurlock, 2012 a. Amarah Penyebab amarah yang paling umum adalah pertengkaran mengenai permainan, dan tidak tercapainya suatu keinginan. Anak mengungkapkan rasa marah dengan menangis, berteriak, menggertak, menendang, atau bahkan memukul. Amarah pada anak sering dikaitkan denga temper tantrum. Tantrum dideskripsikan sebagai perilaku marah, menangis, dan melukai fisik. Tantrum merupakan bagian dari perkembangan yang normal dan dialami oleh setiap anak, hanya saja untuk alasan yang berbeda dan pada usia yang berbeda. Umumnya tantrum dimulai saat anak memasuki masa toddler dan akan berakhir pada usia prasekolah. b. Takut Pembiasaan, peniruan dan ingatan tentang pengalaman yang kurang menyenangkan sangat berperan dalam menimbulkan rasa takut. Pada awalnya reaksi anak terhadap rasa takut adalah panic, lalu menjadi lebih khusus seperti menangis, dan bersembungi menghindari situasi yang menakutkan. c. Cemburu Anak mengalami rasa cemburu ketika ia berfikir bahwa perhatian orang tua beralih pada orang lain. Anak pada masa awal kanak – kanak dapat menunjukkan kecemburuannya dengan berpura – pura sakit, atau menjadi nakal. Perilaku – perilaku tersebut bertujuan untuk menarik perhatian. d. Ingin tahu Anak memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap hal – hal baru yang dilihatnya, mengenai tubuhnya sendiri dan tubuh orang lain. Reaksi pertama yang dilakukan adalah dengan bentuk penjelajahan sensorimotorik, lalu selanjutnya ia akan bereaksi dengan bertanya. e. Iri hati Anak seringkali iri mengenai kemampuan ataupun barang yang dimiliki orang lain. Hal ini ditunjukkan dengan mengeluhkan barang miliknya sendiri ataupun ungkapan keinginan untuk memiliki barang orang lain. f. Gembira Anak – anak mengungkapkan kegembiraannya dengan tersenyum, tertawa, bertepuk tangan, melompat – lompat, atau memeluk benda atau orang lain yang membuatnya bahagia. g. Sedih Anak merasa sedih karena kehilangan sesuatu yang dianggap penting bagi dirinya. Anak mengungkapkan kesedihannya dengan menangis dan kehilangan minat terhadap kegiatan normalnya. h. Kasih sayang Anak – anak belajar mencintai orang, binatang, atau benda yang menenangkannya. Kasih sayang tersebut diungkapkan dengan menyatakannya secara fisik, dengan memeluk, menepuk, dan mencium objek yang disayanginya. 4. Perkembangan Sosial Pola perilaku sosial dan tidak sosial pada masa awal kanak – kanak prasekolah a. Pola sosial 1 Meniru Agar sama dengan kelompok, anak meniru sikap dan perilaku orang yang ia kagumi. 2 Persaingan Keinginan untuk mengalahkan orang lain, hal ini mulai tampak pada usia empat tahun 3 Kerja sama Pada akhir tahuj ketiga kegiatan kelompok mulai berkembang dan meningkat dalam segi frekuensi maupun durasinya. 4 Simpati Simpati membutuhkan pengertian tentang perasaan dan emosi orang lain. Umumnya berkembang sebelum usia anak tiga tahun. Semakin banyak anak melakukan kontak sosial, maka simpati akan semakin cepat berkembang.