2.2 Teori Khusus
Pada bagian ini akan dijelaskan lebih khusus mengenai jaringan yang berbasis teknologi wireless dan mikrotik.
2.2.1 Wireless LAN
Istilah Jaringan Nirkabel wireless networking merujuk kepada teknologi yang dapat menghubungkan dua komputer atau lebih untuk saling
berkomunikasimenggunakan protokol standar, tetapi tanpa menggunakan jaringan kabel Cisco System, 2003. Istilah yang sering digunakan untuk
teknologi ini adalah Wireless Local Area Network WLAN. Menurut Wireless LAN Alliance http:www.wlana.org, WLAN
adalah sistem komunikasi data yang fleksibel sebagai alternatif dari LAN kabel dalam sebuah gedung atau kampus. WLAN menggunakan gelombang
elektromagnetik dalam proses transmisi data sehingga tidak memerlukan kabel. Oleh karena itu, WLAN menggabungkan konektivitas data dan
mobilitas pengguna, dan melalui konfigurasi yang disederhanakan, membuat LAN dapat berpindah-pindah.
Inti dari komunikasi dalam WLAN adalah menggunakan propagasi gelombang elektromagnetik. Ada dua jenis gelombang yang pada umumnya
digunakan dalam WLAN, yaitu gelombang radio dan gelombang inframerah. Gelombang radio merupakan gelombang elektromagnetik yang
dapat memancar ke seluruh tempat di muka bumi dan merupakan bagian dari sistem listrik. Gelombang inframerah merupakan gelombang yang
memiliki spektrum antara spektrum cahaya tampak dan spektrum
elektromagnetik, yaitu antara 500.109 - 400.1012 Hz. Aplikasi gelombang inframerah dalam WLAN tidak terlalu banyak kerena keterbatasan
jangkauan yang diberikan.
2.2.2 Frekuensi Radio
Frekuensi radio merupakan sinyal dengan frekuensi tinggi yang memiliki arus AC yang melewati konduktor tembaga dan terpancar ke udara
melalui antena. Antena mengubah sinyal dari kabel menjadi sinyal nirkabel dan sebaliknya. Ketika sinyal frekuensi AC yang tinggi memancar ke udara,
maka sinyal tersebut akan berubah menjadi gelombang radio. Gelombang radio ini merambat menjauh dari sumbernya antena dalam garis lurus ke
setiap arah pada waktu yang sama Gunawan, 2004, p54.
A. Sifat Frekuensi Radio
1. Gain Gain adalah suatu keadaan yang digunakan untuk menerangkan akan
pertambahan dalam amplitudo sinyal radio Gunawan, 2004, p55.
Gambar 2.11 Gain
2. Loss Loss merupakan istilah yang menyatakan penurunan kekuatan sinyal.
Penyebab loss pada sinyal frekuensi radio secara garis besar dapat dibagi dua yaitu ketika sinyal masih dalam kabel sebagai sinyal listrik
AC berfrekuensi tinggi hambatan pada kabel dan pemasangan konektor yang buruk dan ketika sinyal berpropagasi sebagai
gelombang radio di udara melalui antena refleksi Gunawan, 2004, p56.
Gambar 2.12 Loss
3. Refleksi Refleksi terjadi ketika propagasi gelombang elektromagnetik terkena
objek yang berdimensi sangat besar ketika dibandingkan dengan panjang gelombang yang berpropagasi. Pantulan dari sinyal utama
yang menyebar dari suatu objek pada suatu area transmisi dinamakan Multipath Gunawan, 2004, p57.
Gambar 2.13 Refleksi
4. Refraksi Refraksi merupakan pembelokan sinyal radio ketika melewati medium
yang berbeda kepadatannya. Ketika sinyal frekuensi radio melewati medium yang lebih padat sinyal akan membelok sedemikian rupa
sehingga arahnya berubah. Ketika melewati medium tersebut,
beberapa sinyal akan terpantul dari jalur sinyal awal dan sebagian lagi akan berbelok memasuki medium tadi dengan arah yang sudah
berubah Gunawan, 2004, p58.
Gambar 2.14 Refraksi
5. Difraksi Difraksi terjadi ketika jalur transmisi radio antara pemancar dan
penerima terhalang sesuatu yang memiliki permukaan yang tidak rata atau kasar. Difraksi berarti gelombang berbelok disekitar objek
penghalang, seperti pada Gambar 2.15, gelombang berubah arah, perubahan arah ini yang disebut difraksi. Gunawan, 2004, p59.
Gambar 2.15 Difraksi
6. Penyebaran Penyebaran terjadi ketika medium yang dilewati gelombang terdiri
dari objek yang memiliki dimensi yang kecil jika dibandingkan dengan panjang gelombang dari sinyal dan jumlah objek hambatannya
besar. Gelombang yang menyebar dihasilkan oleh permukaan yang tajam, objek yang kecil, ataupun ketidakrataan pada jalur pada tempat
sinyal itu bergerak Gunawan, 2004, p60.
Gambar 2.16 Peyebaran
7. Penyerapan Penyerapan terjadi ketika sinyal frekuensi radio terkena suatu objek
dan terserap ke material dari objek tanpa dipantulkan maupun direfraksikan Gunawan, 2004, p61.
Gambar 2.17 Penyerapan
B. Teknologi Spread Spectrum
Kebanyakan sistem WLAN menggunakan teknologi spread spectrum, teknik komunikasi radio wideband yang dikembangkan oleh
militer Amerika Serikat untuk digunakan pada sistem komunkasi yang mission-critical, aman dan handal. Untuk menjelaskan teknologi spread
spectrum dengan jelas maka terlebih dahulu harus mengenal istilah transmisi narrowband.
1. Transmisi Narrowband Transmisi narrowband adalah teknologi komunikasi dimana
hanya menggunakan spektrum frekuensi yang dibutuhkan saja
untuk menghantarkan sinyal Akin, 2002, p46. Pada sistem komunikasi
dengan menggunakan
teknologi transmisi
narrowband, maka sistem tersebut akan menjaga agar menggunakan
bandwidth sesempit
mungkin untuk
mentransmisikan sinyal. Teknologi spread spectrum adalah kebalikan dari transmisi
narrowband, dimana pada teknologi spread spectrum digunakan bandwidth yang jauh lebih lebar dari yang dibutuhkannya agar
dapat mencapai jangkauan yang luas. Karena menggunakan bandwidth yang lebih sempit, maka transmisi narrowband
mampu memancarkan power level yang lebih tinggi daripada teknologi spread spectrum, imbasnya adalah keakuratan data
menjadi lebih baik. Karena itu, maka transmisi narrowband sering disebut dengan high peak power transmission transmisi
puncak power tinggi dan teknologi spread spectrum dikenal dengan low peak power transmission transmisi puncak power
rendah. Berikut adalah gambar perbandingan antara transmisi
narrowband dengan teknologi spread spectrum:
Gambar 2.18 Perbandingan Narrowband dengan Spread Spectrum
Kekurangan dari transmisi narrowband ini adalah mudah mengalami jamming dan interferensi. Hal ini dikarenakan
sempitnya bandwidth yang digunakan. Untuk mengacaukan sistem narrowband dengan menggunakan jamming sangat mudah.
Jamming adalah gangguan pada jaringan yang diakibatkan oleh adanya power yang sangat besar yang mengangkut sinyal-sinyal
yang tidak diperlukan melalui bandwidth yang sama dengan sinyal yang dibutuhkan, akibatnya sinyal yang power-nya lebih
rendah akan terhalangi. Analogi dari jamming ini adalah seperti bunyi suara kereta api yang menutupi suara sekitar.
2. Spread Spectrum Spread spectrum menggunakan power yang jauh lebih rendah
daripada transmisi narrowband, akibatnya spread spectrum mampu mencakup jangkauan yang jauh lebih lebar. Spread
spectrum sukar untuk diganggu dengan jamming, karena sinyal yang dikirimkan sangat kecil power-nya sehingga menyerupai
noise. Jika dari sisi receiver, frekuensi tidak disesuaikan dengan sisi transmitter, maka sinyal spread spectrum hanya terlihat
seperti background noise. Karena banyak radio penerima menerima sinyal spread spectrum sebagai noise, maka radio
penerima tersebut tidak akan mendemodulasikan sinyal spread spectrum. Hal ini mengakibatkan transmisi data dengan
menggunakan spread spectrum menjadi lebih aman.
Teknologi spread
spectrum menukarkan
efektifitas bandwidth dengan kehandalan, kemananan, dan integritas
komunikasi. Dengan kata lain, teknologi spread spectrum menggunakan bandwidth yang jauh lebih besar dibandingkan
dengan komunikasi narrowband. Juga, teknologi spread spectrum menghasilkan sinyal yang lebih sukar dideteksi dibandingkan
dengan teknologi narrowband. Ada dua jenis teknologi spread spectrum, yaitu frequency hopping dan direct sequence.
a. Frequency Hopping Spread Spectrum FHSS Frequency hopping spread spectrum FHSS adalah teknik
spread spectrum yang menggunakan kelincahan frekuensi untuk menyebar dalam lebih dari 83 MHz Akin, 2002, pp
50-55. Kelincahan frekuensi mengacu pada kemampuan radio untuk mengubah frekuensi transmisi secara
mendadak dalam jangkauan bandwidth-nya. FHSS memiliki 22 pola hop yang dapat dipilih. FHSS memiliki
79 channel pada bandwidth 2.4 GHz. Setiap channel menempati bandwidth sebesar 1 MHz.
b. Direct Sequence Spread Spectrum DSSS Direct sequence spread spectrum DSSS merupakan
metode dimana pengirim dan penerima sama-sama menggunakan set frekuensi sebesar 22 MHz yang sama
Akin, 2002, pp 55-58. Karena menggunakan channel
yang lebar, memungkinkan DSSS mentransmisikan data pada data rate yang lebih tinggi daripada FHSS.
C. Orthogonal Frequency Division Multiplexing OFDM
OFDM bekerja dengan membagi sebuah data carrier berkecepatan tinggi ke dalam beberapa subdata carrier yang lebih lambat yang
kemudian ditransmisikan secara paralel. Setiap data carrier berkecepatan tinggi memiliki bandwidth sebesar 20 MHz dan terbagi menjadi 52
subchannel, dengan lebar masing-masing subchannel 300KHz. OFDM menggunakan 48 subchannel untuk pengiriman data dan sisanya untuk
error correction.
Gambar 2.19. Modulasi OFDM
Setiap subchannel OFDM adalah selebar 300KHz. Total data rate terendah, Binary Phase Shift Keying BPSK, digunakan untuk
mengubah data 125Kbps per-channel menghasilkan data rate 6Mbps. Menggunakan Quadrature Phase Shift Keying QPSK, dengan data 250
Kbps per channel akan menghasilkan data rate sebesar 12Mbps. Pada akhirnya data rate 54Mbps akan dihasilkan dengan menggunakan 64-
level Qaudrature Amplitude Modulation 64-QAM.
2.2.3 Infrastruktur
Dalam membangun sebuah jaringan wireless LAN, diperlukan beberapa macam perangkat utama serperti:
A. Access Point
Pada dasarnya, Access Point AP adalah perangkat di WLAN yang setara dengan hub di LAN konvensional. AP berfungsi untuk menerima,
melakukan buffer, dan mengirimkan data antara WLAN secara berkelompok. Sebuah access point biasanya terhubung dengan jaringan
kabel menggunakan Ethernet, dan berkomunikasi dengan perangkat wireless lainnya menggunakan antena.
Dalam Wifi, dapat dilakukan pengaturan channel dan zone. Jarak sinyal 2,4 Ghz yang dimiliki Wifi dibagi menjadi beberapa band atau
channel, sama seperti channel televisi. Di berbagai Negara, peralatan Wifi menyediakan sebuah perangkat dari channel yang tersedia untuk
dapat dipilih. Sebagai contoh, di Amerika, tiap channel Wifi 1-11 dapat dipilih setiap mengatur wireless LAN WLAN. Pengaturan channel
Wifi menyediakan satu cara untuk menghindari gangguan dari sistem wireless yang lain. Banyak produsen menjadikan channel mereka
menjadi satu dari channel yang tidak dapat dicocokkan. Sebagai contoh, produk D-Link, menjadikan channel mereka menjadi channel 6.
Channel yang digunakan dapat dipilih melalui WLAN yang beroperasi atau untuk menghindari gangguan dari peralatan wireless yang lain yang
beroperasi di jarak frekuensi 2,4 Ghz. Contohnya seperti telepon 2,4 Ghz wireless dan produk wireless X-10.
Access point dapat dikonfigurasi ke dalam tiga mode berbeda, yaitu mode root, mode repeater, dan mode bridge.
1. Mode Root Mode root digunakan ketika access point terhubung ke jaringan
kabel melalui interface kabel yang dimilikinya. Mode root merupakan mode default yang dimiliki oleh kebanyakan access
point. Ketika dalam mode root, access point
dapat berkomunikasi dengan access point lain yang juga terhubung ke
dalam satu segmen jaringan kabel. Komunikasi ini dibutuhkan untuk fungsi roaming seperti reasosiasi, ketika client bergerak
dari satu access point ke access point lain. Client sebuah access point
dapat juga berkomunikasi dengan client access point lainnya melalui jaringan kabel antara kedua access point.
Gambar 2.20 Mode Root URL:http:atkha4039.blogspot.com
2. Mode Bridge Dalam mode bridge, access point berfungsi sama seperti wireless
bridge. Wireless
bridge tidak
dapat digunakan
untuk
menghubungkan client jaringan nirkabel ke jaringan kabel, tetapi menghubungkan dua buah jaringan kabel secara nirkabel
Gambar 2.21 Mode Bridge URL:http:atkha4039.blogspot.com
3. Mode Repeater Dalam mode repeater, access point menghubungkan client
jaringan nirkabel ke access point lain yang terhubung ke jaringan kabel. Ketika access point dalam mode repeater, maka port
Ethernet akan dalam keadaan disabled. Penggunaan access point dengan mode repeater tidak disarankan karena sel antara access
point root dengan access point repeater harus saling overlap minimal 50. Sehingga jarak yang dapat dicapai access point ke
client menjadi berkurang. Selain itu, karena access point repeater berkomunikasi dengan access point root dan client jaringan
nirkabel menggunakan media yang sama media nirkabel, maka throughput yang diberikan akan menurun dan akan terjadi latency
yang besar.
Gambar 2.22 Mode Repeater URL:http:atkha4039.blogspot.com
B. Antena
Antena adalah alat yang digunakan untuk mentransmisikan dan atau menerima gelombang radio. Antena bekerja dengan mengubah
gelombang terarah menuju gelombang freespace dan sebaliknya, dengan tujuan agar gelombang terarah dapat merambat pada freespace dan
gelombang freespace dapat ditangkap oleh antena. Karena fungsinya tersebut, antena menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam transmisi
wireless. Directivity adalah kemampuan antena untuk memfokuskan energi ke
arah tertentu dibandingkan pada arah lain. Pola radiasi antena digambarkan sebagai kuat relatif dari medan elektromagnetik yang
dipancarkan oleh antena ke segala arah pada jarak yang konstan. PoE Power Over Ethernet merupakan metode mengirimkan listrik DC ke
access point atau wireless bridge melalui kabel Ethernet UTP cat 5. Bila dilihat dari pola radiasinya, maka antena dibagi menjadi dua
macam, yaitu antena omni-directional dan directional. 1. Antena Omni-directional
Antena omni-directional dirancang untuk memberikan pelayanan dalam radius 360 derajat dari titik lokasi. Sangat cocok
bagi access point untuk memberikan layanan dalam jarak dekat 1- 4 km. Antena jenis ini biasanya mempunyai gain rendah 3-10
dBi.
Potongan medan horizontal memperlihatkan radiasi yang hampir berbentuk lingkaran 360 derajat. Potongan medan vertikal
memperlihatkan penampang yang medan yang sangat tipis pada sumbu vertikal. Hal ini berarti hanya stasiun-stasiun yang berada
di muka antena saja yang akan memperoleh sinyal yang kuat, stasiun yang berada di atas antena akan sulit memperoleh sinyal.
Antena omni-directional
dengan gain
yang besar
memberikan coverage horizontal yang lebih jauh, sedangkan coverage secara vertikal berkurang.
Gambar 2.23 Pola Radiasi Antena Omni-directional
Gambar 2.24 Perbandingan Pola Radiasi Antena Omni-directional
2. Antena Directional Antena directional digunakan untuk komunikasi point-to-
point dengan wireless bridging. Semakin besar gain yang dimiliki oleh sebuah antena directional, semakin sempit pula lebar fokus
pemancaran gelombang radionya. Bentuknya kira-kira seperti bola baik pada potongan medan horizontal maupun vertikalnya.
Gambar 2.25 Pola Radiasi Antena Directional
2.2.4 IEEE
Standar Institute of Electrical and Electronics Engineerings IEEE menggambarkan tentang pengoperasian WLAN yang menggunakan pita
frekuensi 2,4 dan 5 GHz. 1. IEEE 802.11a
IEEE 802.11a menspesifikasi penggunaan teknologi OFDM pada frekuensi 5 GHz yang beroperasi pada data rate 6, 9, 12, 18, 24, 36,
48, dan 54 Mbps. 2. IEEE 802.11b
Setelah pengimplementasian 802.11, DSSS wireless LAN telah bekerja pada kecepatan 11 Mbps. IEEE 802.11b menspesifikasikan
penggunaan teknologi DSSS pada frekuensi 2.4 GHz yang beroperasi pada data rate 1, 2, 5.5, dan 11 Mbps.
3. IEEE 802.11e Standar ini menspesifikasikan Quality of Service QoS untuk
jaringan WLAN yang membutuhkan dukungan QoS. Misalnya : untuk jaringan WLAN dengan Voice over Internet Protocol VoIP.
4. IEEE 802.11f Standar ini menjelaskan kompabilitas antar access point yang
berbeda vendor.
5. IEEE 802.11g IEEE 802.11g menspesifikasi penggunaan teknologi OFDM pada
frekuensi 2.4 GHz dengan data rate 6, 9, 12, 18, 24, 36, 48, dan 54 Mbps. Standar kompatibel dengan 802.11 b, untuk berkomunikasi
dengan 802.11 b maka modulasinya di switch ke QPSK Gunawan, 2004, p127.
6. IEEE 802.11h Standar ini menspesifikasikan dynamic channel selection dan
transmission power control untuk jaringan WLAN. Bertujuan untuk meminimalkan interferensi antara IEEE 802.11a dengan sistem lain
yang beroperasi pada frekuensi 5 GHz. 7. IEEE 802.11i
Spesifikasi keamanan baru 802.11 dimana terdiri dari 2 komponen, yaitu : IEEE 802.1x dan Robust Security Network RSN. Biasa
disebut sebagai WPA2, menggantikan standar keamanan yang lama IEEE 802.11.
8. IEEE 802.11j Standar jaringan WLAN yang beroperasi pada frekuensi 4,9-5 GHz
di Jepang. 9. IEEE 802.11n
Standar WLAN yang akan menyediakan data rate diatas 100 Mbps.
2.2.5 Arsitektur Wireless LAN WLAN