BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penggunaan lapisan tipis film dari polimer terus mengalami peningkatan dan perluasan di berbagai bidang seperti industri bioteknologi, industri farmasi, medis,
lingkungan, dan pertanian Majeti dan Kumar, 2000; Shahidi dan Abuzaytoun, 2005; Maggy, 2006; Honarkar dan Barikani, 2009. Hal ini disebabkan oleh
keunggulan lapisan film tak berpori yang menawarkan permeabilitas, kekuatan mekanik, dan selektifitas yang tinggi, serta dapat memisahkan larutan azeotrop
Kanti dkk., 2004. Material film merupakan salah satu variabel yang sangat menentukan
kinerja film. Polimer alam saat ini mendapat perhatian yang serius dari para peneliti untuk digunakan sebagai bahan pada pembuatan film karena sifatnya yang
nontoxic, biodegradable, biocompatible, dan lebih murah serta mudah didapat. Kitosan merupakan polimer rantai panjang yang disusun oleh monomer-
monomer glukosamin 2-amino-2-deoksi-D-glukosa. Biopolimer ini disusun oleh dua jenis gula amino yaitu glukosamin 2-amino-2-deoksi-D-glukosa, 70-80
dan N-asetilglukosamin 2-asetamino-2-deoksi-D-glukosa, 20-30 Goosen, 1997. Kitosan mempunyai sifat dan karakteristik yang berbeda, hal ini
bergantung pada sumber kitosan yang diperoleh. Pelarut terbaik yang digunakan dalam proses pembuatan film polimer berbahan dasar kitosan adalah pelarut asam
asetat Aryanto, 2002. Kitosan dihasilkan dari proses deasetilasi kitin yang terkandung di dalam
cangkang binatang invertebrata terutama crustacea, seperti udang dan kepiting. Kitosan dengan berat molekul tinggi telah dilaporkan dapat membentuk film yang
mempunyai sifat-sifat yang baik, sebagai hasil dari ikatan intra dan intermolekul hidrogen Muzzarelli, 1973.
Universitas Sumatera Utara
Pembentukan film kitosan merupakan polimer yang mampu mengeras menjadi film yang kofisien. Sifat film kitosan bergantung pada morfologinya yang
dipengaruhi oleh sistem pelarut, berat molekul, derajat N-asetilasi, dan penguapan pelarut Kogras, 2003. Agusnar, H. et, al 2013 mengatakan bahwa pada pelarut
kitosan terjadi hidrolisis setiap harinya jika tidak disimpan di dalam frezer. Gelatin mempunyai sifat hidrofilitas yang tinggi ini dapat dilihat dari
fungsinya, dalam produk pangan gelatin berfungsi sebagai penstabil, pembentuk gel, pengikat, pengental, pengemulsi, pelapis dan lain sebagainya. Gelatin juga
protein biokompatibel, dan memiliki bioabsorptivitas yang sangat tinggi Achet Dia, 1995; Arvanitoyannis, Nakayama, Aiba, 1998.
Lebih jauh Gomez, 2010 mengatakan berdasarkan sifat gelatin dan kitosan, perlu dilakukan suatu penelitian yang lebih intensif dalam membahas
sifat fisik dan kimia dari kombinasi kedua senyawa tersebut. Kombinasi kedua biopolimer ini akan saling memperbaiki kelemahan serta meningkatkan sifat
fisiko-kimia dari gelatin murni maupun kitosan murni. Namun, sebagian besar dari film-film ini disusun dengan menggunakan
larutan kitosan dengan asam asetat dan larutan gelatin Jayakumar Tamura, 2008; Nagahama, Higuchi, Jayakumar, Furuike, Tamura, 2008a; Nagahama, et
al, 2008b.; Nagahama, Nwe, Jayakumar, Furuike, Tamura, 2008c; Tamura, Nagahama, Tokura, 2006.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk pembuatan dan karakterisasi film kitosan molekul tinggi dengan hidrogel gelatin.
1.2 Perumusan Masalah