Solid Retention Time Hydraulic Retention Time Temperatur

bikarbonat NaHCO 3 , soda abu Na 2 CO 3 , sodium hidroksida NaOH, amoniak NH 3 , atau asam bikarbonat NH 4 HCO 3 . b. Senyawa Inhibitor Menurut Parkin dan Owen 1986 kehadiran beberapa senyawa baik organik maupun anorganik dapat menjadi inhibitor atau bersifat toksik dalam proses anaerob. Garam-garam seperti Na + , K + , Ca 2+ , Mg 2+ , Cu 2+ , Cr4, Zn 2+ , Ni 2+ dan lain-lain, bahan organik seperti fenol, formaldehid, propanol, etil asetat, dan lain-lain dan bahan anorganik seperti NH 4 + ; H 2 S dan lain-lain dapat menghambat laju reaksi metanogenik bila konsentrasinya cukup tinggi. Misalnya, amonium NH 4 + dengan konsentrasi diatas 3000 mgl merupakan inhibitor yang kuat dalam proses metanogenesis McCarty dan McKinney, 1961. Keracunan sulfida merupakan masalah yang sering dijumpai dalam pengolahan limbah cair yang mengandung konsentrasi sulfat yang tinggi. Dalam proses anaerob, sulfat lebih disukai sebagai akseptor elektron dan akan dikonversi menjadi sulfida. Keracunan sulfida cenderung menjadi problem bila konsentrasi sulfida terlarut mencapai lebih kurang 200 mgl McCarty, 1964.

c. Solid Retention Time

Solid retention time SRT merupakan periode waktu rata-rata sludge tertahan di dalam sistem. Solid retention time merupakan landasan desain dan parameter operasi bagi semua proses anaerobik. Ketiga reaksi biokimia dalam proses degradasi anaerob secara langsung berhubungan dengan SRT. Jika SRT kurang dari SRT minimum, bakteri tidak dapat tumbuh cukup cepat, sehingga proses degradasi biologis akan Amir Husin : Pengolahan Limbah Cair Industri Tahu Dengan Biofiltrasi Anaerob Dalam Reaktor Fixed-Bed, 2008 USU e-Repository © 2008 gagal WEF, 1998. Secara umum, untuk proses anaerobik diperlukan nilai SRT 20 hari pada 30 o C agar diperoleh kinerja pengolahan yang efektif.

d. Hydraulic Retention Time

Hydraulic retention time HRT merupakan periode waktu rata-rata penahanan cairan di dalam sistem. Sama halnya dengan SRT, HRT juga merupakan landasan desain dan parameter operasi proses anaerobik. Semakin tinggi HRT, cairan semakin lama berada di dalam sistem, akibatnya waktu kontak antara biomassa dalam reaktor dengan substrat dalam aliran umpan semakin lama. Dengan demikian, diharapkan proses degradasi biologis anaerob berlangsung semakin baik. Akan tetapi, dalam operasional biorekator, HRT yang tinggi akan membutuhkan volume reaktor yang besar. Oleh karena itu untuk memperoleh efisiensi pengolahan yang efektif, nilai HRT harus ditentukan serendah mungkin dengan konversi setinggi mungkin.

e. Temperatur

Dalam proses degradasi anaerob, temperatur merupakan faktor penting dalam penentuan laju degradasi, terutama laju hidrolisis dan pembentukan metana. Pemilihan temperatur operasi sangat penting, karena bakteri terutama pembentuk metana merupakan mikroorganisme yang sensitif terhadap perubahan temperatur. WEF 1998 menyarankan perubahan temperatur operasi harus kurang dari 0,5 o Chari agar tidak berpengaruh terhadap kinerja proses. Secara umum, kebanyakan sistem anaerobik dirancang beroperasi dalam range temperatur mesofilik, antara 30 – 38 o C. Sistem yang lain didesain untuk beroperasi dalam range temperatur termofilik 50 – 57 o C. Amir Husin : Pengolahan Limbah Cair Industri Tahu Dengan Biofiltrasi Anaerob Dalam Reaktor Fixed-Bed, 2008 USU e-Repository © 2008

f. Bahan Nutrisi