Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Buah Di Kota Medan

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PENDAPATAN PEDAGANG BUAH

DI KOTA MEDAN

Proposal Skripsi

Diajukan Oleh :

DWI FAYANA RITONGA 070501073

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Medan


(2)

ABSTRACT

The main objective of this research is to analyze the factors influence the earning of the fruit seller in Medan. The variables assumed influence the earning of the fruit seller in Medan is Y and the object of research are Work capital (X1), Business time (X2), quantity (X3), Business location (X4). This research involves 42 fruit sellers as sample by using Ordinary Least Square (OLS) analysis method in the estimation of the results of research.

The results of estimation indicates that the determination coefficient (R3) is 63.35% means that the independent variables, i.e. X1 (work capital) X2 (Business time), X3 (quantity), x4) business location) will influence the dependent variable (Y) for 63.35% while its remain for 36.65% is described by other variables (µ = error term) that did not calculated in estimation model.

Independent Variable X1 (work capital), X2 (business time), quantity (X3), business location (X4) influence the dependant variable Y (the earning of fruit seller in Medan) simultaneously that indicated by Fcalculated that more than Ftable (Fstat = 15.99522 > Ftable (0.05 : 4 : 38) = 2.62) in the significant level 95%.

Based on the results of partial test (t-test) that variable X1 (work capital) has a positive and significant influence to variable Y (earning of the fruit seller in Medan) in the significant level 99%, variable X2 (Business time) has a positive but insignificant influence to variable Y (the earning of the fruit seller in Medan), in the significant level 90%^, variable X3 (quantity) has a positive and significant influence to variable Y (earning of the fruit seller in Medan) in significant level 99%, variable X4 (business location) has insignificant influence to the variable Y (earning of the fruit seller in Medan).

Keywords : The Earning of the seller in informal sector (Y), Work capital (X1), Business time (X2), Quantity (X3), Business location (X4)


(3)

ABSTRAK

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan pedagang buah di kota Medan. Variabel-variabel yang dianggap mempengaruhi pendapatan pedagang buah di kota Medan (Y) dan menjadi objek penelitian adalah Modal Usaha (X1), Lama Usaha (X2), Kuantitas(X3), Lokasi Usaha (X4). Penelitian ini menggunakan 42 pedagang buah sebagai sampel dan menggunakan metode analisis Ordinary Least Square (OLS) dalam mengestimasi hasil penelitiannya.

Hasil estimasi memperlihatkan bahwa koefisien determinasi (R²) sama dengan 63,35%, hal ini berarti bahwa variabel-variabel independen yaitu X1 (Modal Usaha),X2 (Lama Usaha), X3 (Kuantitas Buah Yang Laku), X4 (Lokasi Usaha) dapat memberikan pengaruh terhadap variabel dependen (Y) sebesar 63,35% sedangkan sisanya yaitu sebesar 36,65% dijelaskan oleh variabel lain (µ = error term) yang tidak dimasukkan ke dalam model estimasi.

Variabel independen X1 (Modal Usaha),X2 (Lama Usaha) Kuantitas(X3), Lokasi Usaha (X4) memberikan pengaruh terhadap variabel dependen Y (Pendapatan Pedagang buah di kota Medan) secara bersama-sama, terbukti dari hitung lebih besar dari F-tabel (F-stat = 15.99252 > F- tabel (0,05:4:38) = 2,62) pada tingkat kepercayaan 99%.

Berdasarkan hasil uji parsial (Uji t) diketahui bahwa variabel X1 (Modal Usaha) berpengaruh positif dan siginifikan terhadap variabel Y (Pendapatan Pedagang buah di kota Medan) pada tingkat kepercayaan 99%, variabel X2 (Lama Usaha) berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap variabel Y (Pendapatan Pedagang buah di kota Medan) pada tingkat kepercayaan 90%, variabel X3 (Kuantita) berpengaruh positif dan siginifikan terhadap variabel Y (Pendapatan Pedagang buah di kota Medan) pada tingkat kepercayaan 99%, variabel X4 (Lokasi usaha) berpengaruh namun tidak signifikan terhadap variabel Y (Pendapatan Pedagang buah di kota Medan)

Kata kunci : Pendapatan Pedagang Sektor Informal (Y), Modal Usaha (X1), Lama Usaha (X2), kuantitas (X3), Lokasi Usaha (X4)


(4)

KATA PENGANTAR

Bismillahirohmanirrohim

Segala puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya yang tak terhingga kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul: ‘‘Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Buah Di Kota Medan’’. Dimana tujuan dari penulisan skripsi ini adalah guna memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dalam penulisan maupun penjelasannya karena adanya keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan dan keberhasilan penulis di masa yang akan datang.

Dalam penulisan skripsi ini, telah banyak pihak yang membantu serta memberikan do’a dan dukungan kepada penulis baik moril maupun materil. Pada kesempatan ini, secara khusus penulis mengucapkan terimakasih atas motivasi,kasih sayang dan do’a yang tiada hentinya bagi penulis kepada kedua orang tua tercinta, Papa Alm.Drs.H.Syarifuddin Ritonga, dan Mama Hj.Ihda Arsyah Marbun dan kepada saudaraku Kakak dr.Eka Syafrida Ritonga dan Adik Tri Ratna Ritonga.


(5)

sebesar-1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, Selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec dan Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution, M.Si, Selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, PhD dan Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si, Selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dra. Raina Linda Sari, M.Si, Selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan saran dan pemikiran kepada penulis dan dengan penuh kesabaran membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

5. Bapak Drs.Rahmad Sumanjaya Hasibuan, M.si Selaku Dosen Penguji I dan Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si, Selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan kritik dan saran yang sangat membangun bagi penulis.

6. Seluruh Dosen Pengajar di Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, yang telah mendidik dan memberikan banyak ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi penulis.

7. Seluruh Staf administrasi di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan.


(6)

9. Serta terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Semoga Allah SWT selalu melimpahkan berkah dan rahmatnya kepada mereka atas segala bantuan dan jasa baik yang telah diberikan kepada penulis. Dan semoga kiranya skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua yang memerlukan.Amin.

Medan, Maret 2011 Penulis

(Dwi Fayana Ritonga) NIM. 070501073


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRACT ……… i

ABSTRAK ……….. ii

KATA PENGANTAR ……… iii

DAFTAR ISI ……….. vi

DAFTAR TABEL ……….. x

DAFTAR GAMBAR ………. xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ……….... 1

1.2. Perumusan Masalah ……… 7

1.3. Hipotesis... ……… 7

1.4. Tujuan Penelitian ………..………. 8

1.5. Manfaat Penelitian... 8

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1. Sektor Informal ……… 9

2.1.1. Latar Belakang Munculnya Sektor Informal.. 10

2.1.2. Ciri-ciri Sektor Informal... ………... 12

2.1.3. Kekuatan dan Kelemahan Sektor Informal .. 14


(8)

2.2. Pengertian Pendapatan, Pengeluaran,

Aliran Berputar ………... 17

2.3. Modal Usaha... ... 25

2.4. Lama Usaha... ……… 26

2.5. Kuantitas... ……… 27

2.6. Lokasi Usaha... ………. 27

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Ruang Lingkup Penelitian ………. 31

3.2. Lokasi Penelitian ……… 31

3.3. Populasi dan Sampel ………... 31

3.4. Jenis dan Sumber data... ……… 32

3.5. Teknik Pengumpulan Data... . 32

3.6. Teknik Analisa Data ………... 33

3.7. Uji Kesesuaian (Test of Goodness of Fit) …….. 34

3.7.1. Koefisien Determinasi (R-Square) ….. 34

3.7.2. Uji t- statistik ………. 35

3.7.3. Uji F-Statistik... 36

3.7.4. Uji Normalitas... 38

3.8. Uji Asumsi Klasik.... ………. 38


(9)

3.8.2. Uji Heteroskedastisitas... 39

3.9. Defenisi Operasional... 40

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Wilayah Kota Medan ……….. 41

4.1.1. Kondisi Geografis Kota Medan... 41

4.1.2. Jumlah Penduduk Kota Medan... 43

4.2. Karakteristik Responden ………. 45

4.2.1. Usia Responden... 45

4.2.2. Distribusi Pendidikan Responen... 46

4.2.3. Jumlah Tanggungan Keluarga... 47

4.3. Penjelasan Data Dari Hasil Kuisioner... 47

4.4. Interpretasi Data ...……… 50

4.4.1. Modal Usaha...…………... 52

4.4.2. Lama Usaha...………. 52

4.4.3. Kuantitas...……….. 52

4.4.4. Lokasi Usaha... ……….. 52

4.5. Test of Goodness of Fit I ( Uji Kesesuaian)... 53

4.5.1. Analisis Koefisien Determinasi (R2)... 53


(10)

4.6. Uji Asumsi Klasik... 61

4.6.1. Uji Multikoliniearitas... 61

4.6.2. Uji Heterokedastisitas... 63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ………. 65

5.2. Saran ……… 65

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(11)

DAFTAR TABEL

Halaman.

1. Tabel 4.1. Luas Wilayah Kota Medan... 42 2. Tabel 4.2. Sebaran dan Kepadatan Penduduk

di Kota Medan... 44 3. Tabel 4.3. Usia Responden Pedagang Buah

di Kota Medan …………... 45 4. Tabel 4.4. Tingkat Pendidikan Responden di pasar Buah

di Kota Medan... 44 5. Tabel 4.5. Jumlah Tanggungan Keluarga Responden


(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman.

1. Gambar 3.1. Uji t-statistik ………... 36

2. Gambar 3.2. Uji f-statistik………...…………... 37

3. Gambar 4.1. Kurva Uji t Modal Usaha.……... 52

4. Gambar 4.2. Kurva Uji t Lama Usaha... 53

5. Gambar 4.3. Kurva Uji t Kuantitas... 54

6. Gambar 4.5. Kurva Uji t Lokasi Usaha... 56


(13)

ABSTRACT

The main objective of this research is to analyze the factors influence the earning of the fruit seller in Medan. The variables assumed influence the earning of the fruit seller in Medan is Y and the object of research are Work capital (X1), Business time (X2), quantity (X3), Business location (X4). This research involves 42 fruit sellers as sample by using Ordinary Least Square (OLS) analysis method in the estimation of the results of research.

The results of estimation indicates that the determination coefficient (R3) is 63.35% means that the independent variables, i.e. X1 (work capital) X2 (Business time), X3 (quantity), x4) business location) will influence the dependent variable (Y) for 63.35% while its remain for 36.65% is described by other variables (µ = error term) that did not calculated in estimation model.

Independent Variable X1 (work capital), X2 (business time), quantity (X3), business location (X4) influence the dependant variable Y (the earning of fruit seller in Medan) simultaneously that indicated by Fcalculated that more than Ftable (Fstat = 15.99522 > Ftable (0.05 : 4 : 38) = 2.62) in the significant level 95%.

Based on the results of partial test (t-test) that variable X1 (work capital) has a positive and significant influence to variable Y (earning of the fruit seller in Medan) in the significant level 99%, variable X2 (Business time) has a positive but insignificant influence to variable Y (the earning of the fruit seller in Medan), in the significant level 90%^, variable X3 (quantity) has a positive and significant influence to variable Y (earning of the fruit seller in Medan) in significant level 99%, variable X4 (business location) has insignificant influence to the variable Y (earning of the fruit seller in Medan).

Keywords : The Earning of the seller in informal sector (Y), Work capital (X1), Business time (X2), Quantity (X3), Business location (X4)


(14)

ABSTRAK

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan pedagang buah di kota Medan. Variabel-variabel yang dianggap mempengaruhi pendapatan pedagang buah di kota Medan (Y) dan menjadi objek penelitian adalah Modal Usaha (X1), Lama Usaha (X2), Kuantitas(X3), Lokasi Usaha (X4). Penelitian ini menggunakan 42 pedagang buah sebagai sampel dan menggunakan metode analisis Ordinary Least Square (OLS) dalam mengestimasi hasil penelitiannya.

Hasil estimasi memperlihatkan bahwa koefisien determinasi (R²) sama dengan 63,35%, hal ini berarti bahwa variabel-variabel independen yaitu X1 (Modal Usaha),X2 (Lama Usaha), X3 (Kuantitas Buah Yang Laku), X4 (Lokasi Usaha) dapat memberikan pengaruh terhadap variabel dependen (Y) sebesar 63,35% sedangkan sisanya yaitu sebesar 36,65% dijelaskan oleh variabel lain (µ = error term) yang tidak dimasukkan ke dalam model estimasi.

Variabel independen X1 (Modal Usaha),X2 (Lama Usaha) Kuantitas(X3), Lokasi Usaha (X4) memberikan pengaruh terhadap variabel dependen Y (Pendapatan Pedagang buah di kota Medan) secara bersama-sama, terbukti dari hitung lebih besar dari F-tabel (F-stat = 15.99252 > F- tabel (0,05:4:38) = 2,62) pada tingkat kepercayaan 99%.

Berdasarkan hasil uji parsial (Uji t) diketahui bahwa variabel X1 (Modal Usaha) berpengaruh positif dan siginifikan terhadap variabel Y (Pendapatan Pedagang buah di kota Medan) pada tingkat kepercayaan 99%, variabel X2 (Lama Usaha) berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap variabel Y (Pendapatan Pedagang buah di kota Medan) pada tingkat kepercayaan 90%, variabel X3 (Kuantita) berpengaruh positif dan siginifikan terhadap variabel Y (Pendapatan Pedagang buah di kota Medan) pada tingkat kepercayaan 99%, variabel X4 (Lokasi usaha) berpengaruh namun tidak signifikan terhadap variabel Y (Pendapatan Pedagang buah di kota Medan)

Kata kunci : Pendapatan Pedagang Sektor Informal (Y), Modal Usaha (X1), Lama Usaha (X2), kuantitas (X3), Lokasi Usaha (X4)


(15)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Pembangunan merupakan suatu proses perubahan yang berlangsung terencana dan berkelanjutan dengan sasaran utama adalah untuk meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat suatu bangsa. Hal ini berarti bahwa pembangunan senatiasa beranjak dari suatu keadaan atau kondisi kehidupan yang lebih baik dalam rangka mencapai tujuan nasional, dengan demikian konekuensi dari pelaksanaan pembangunan nasional adalah untuk membawa perubahan di sektor pembangunan ekonomi masyarakat. Selam ini pembangunan selalu di prioritaskan pada sektor ekonomi, sedang pada sektor lain hanya bersifat menunjang dan melengkapi sektor ekonomi adanya pembangunan selain memberi dampak positif juga memberi dampak negatif terutama ditunjukkan oleh berbagai masalah tenaga kerja dan kesempatan kerja. Pembangunan dapat di konseptualisasi kedalam suatu proses perbaikan yang berkesinambungan atas suatu masyarakat atau suatu sistem sosial secara kesinambungan menuju kehidupan yang lebih baik atau manusiawi (Iryanti, 2003).

Pertumbuhan ekonomi wilayah adalah pertumbuhan pendapatan masyarakat yang terjadi di wilayah tersebut, yaitu kenaikan seluruh nilai tambah (added value) yang terjadi. Namun agar dapat melihat pertambahan dari satu kurun waktu ke kurun waktu berikutnya, harus dinyatakan dalam nilai riil, artinya dalam nilai konstan. Pertumbuhan ekonomi melalui pembangunan di sektor


(16)

dan jasa. Sektor pertanian merupakan sektor yang dinadalkan dalam pemulihan perekonomian nasional. Sektor ini menopang sebagian besar penduduk melalui penyediaan pangan dan juga memberi lapangan pekerjaan. Hal ini disebabkan negara kita merupakan negara agrari sehingga peran sektor pertanian masih merupakan sektor yang memberi kontribusi yang besar bagi pembentukan PDB tahun 2007, yaitu sebesar Rp. 271,509,3 Milyar, di tahun 2008 mengalami peningkatan menjadi Rp. 284,620.7 Milyar dan tahun 2009 juga mengalami peningkatan hingga Rp. 296,369.3 Milyar (BPS). Selain dari sektor pertanian, sektor perdagangan juga dapat diandalkan dalam pemulihan perekonomian nasional. Dari data tahun 2007 hingga 2009 sektor perdagangan mengalami peningkatan. Tahun 2007 PDB sektor perdagangan adalah Rp. 282,115.8 Milyar sedangkan tahun 2008 mengalami peningkatan menjadi rp. 301.936.6 dan tahun 2009 mengalami peningkatan menjadi Rp. 301,983.5 Milyar (BPS).

Sumatera Utara juga menunjukkan kondisi yang tidak jauh berbeda. Sebagian besar wilayah Sumatera Utara juga masih mengandalkan sektor pertanian yang memberi kontribusi cukup besar bagi PDRB Sumut, yaitu pada tahun 2007 PDRB Sumatera Utara ialah Rp 41.010,15 Milyar mengalami kenaikan di tahun 2008 menjadi Rp. 48.871,77 Milyar pada tahun 2009 mengalami penurunan menjadi Rp. 14.217,21 Milyar (BPS). Selain sektor pertanian, sektor perdagangan juga dapat diandalkan dalam pemulihan perekonomian Sumatera Utara. Tahun 2007 PDRB Sumatera Utara adalah Rp. 34.846,21 Milyar, tahun 2008 mencapai Rp. 41.281,12 Milyar dan tahun 2009 mencapai Rp. 12.043,33 Milyar (BPS).


(17)

Kota medan merupakan bagian dari Sumatera Utara. Masyarakat Kota Medan merupakan masyarakat yang heterogen. Masyarakat kota Medan mempunyai berbagi macam pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidup diantaranya pegawai negeri, pegawai swasta, dan berdagang. Sektor yang dapat diandalkan untuk memulihkan perekonomian kota Medan adalah sektor perdagangan. Kontribusi sektor perdagangan terhadap PDRB masyarakat kota Medan mata pencaharian adalah berdagang, diantarannya berdagang buah-buahan, berdagang pakaian, berdagang obat-obatan dan masih banyak kegiatan perdagangan yang dilakukan masyarakat kota Medan. Masyarakat Kota Medan yang mata pencahariannya berdagang membuka usahanya dengan cara membangun toko di dekat rumah, menyewa atau membeli toko pasar, menyewa atau membeli lokasi berjualan yang disediakan oleh perusahaan daerah.

Mengingat peran sektor informal yang cukup positif daam proses pembangunan, sudah sewajarnya nasib para pekerja dipikirkan. Beberapa kebijakan, baik langsung maupun tidak langsung, untuk membantu pengembangan masyarakat melalui pembinaan keigatan usaha pekerja di sektor informal memang sudah dilakukan. Namun ada kecenderungan kegiatan ekonomi di sektor informal dan nasib pekerja sektor informal belum banyak mengalami perubahan. Tanpa bermaksud mengurangi arti pentingnya kebijakan yang telah ada, kebijakan yang biasa diberikan kepada pengusaha besar mungkin dapat dikurangi, kemudian prioritas diberikan pada kegiatan sektor informal dan memihak pada kepentingan masyarakat.


(18)

Pada saat krisis dan samppai degan saat ini salah satu sektor yang masih mampu bertahan ialah sektor usaha kecil dan menengah atau sektor mikro yang sering kita kenal dengan nama sektor informa. Kita tidak dapat meremehkan sektor pengusaha ini karena sektor ini banyak menyerap tenaga kerja, walau tenaga kerja tersebut produktivitasnya rendah, namun telah berperan positif dalam memberikan kesempatan kerja. Oleh karena itu pengusaha informal tidak bisa diabaikan begitu saja.

Disatu sisi pengusaha informal masih memegang peranan penting menampung angkatan kerja, terutama angkatan kerja yang masih belum pengalaman atau angkatan kerja yang pertama kali masuk kerja. Keadaan ini mempunyai dampak positif karena mengurangi tingkat pengangguran terbuka. Tetapi di segi lain menunjukkan gejala tingkat produktivitas yang rendah, karena masih menggunakan alat tradisional dengan tingkat pendidikan serta keterampilan yang relatif rendah. Mengingat peran pengusaha informal yang cukup positif dalam proses pembangunan, sudah sewajarnya nasib pekerjaanya dipikirkan dengan kebijakan secara langsung maupun tidak langsung. Untuk membantu pengembangan masyarakat melalui pembinaan pengusaha informal yang telah ditentukan. Sebagai contoh data pekerja Indonesia pada tahun 1998 yang berusaha di sektor informal sebesar 65,4 persen. Menurut lapangan usaha atau pekerjaan utama, peranan sektor informal lebih tinggi di banding dengan sektor formal.

Di Kota Medan banyak di jumpai pedagang buah-buahan, diantarannya didaerah pasar sambu, pasar sekambing, daerah pasar petisah, dan hampir setiap pasar ada pedagang buah, dan ada juga yang menjual buah-buahan di pinggir jalan


(19)

contohnya didaerah sepanjang jalan letda sujono, di daerah sepanjang jalan kapten muslim dan didaerah jalan tanjung sari. Dari menjual buah-buahan pedagang buah dapat memenuhi kebutuhan keluarganya seperti makan, dan menyekolahkan anak-anaknya. Pedagang buah hidup dari hasil menjual buah-buahan, karena semakin tinggi penjualan pedagang buah maka tingkat kesejahteraan pedagang buah semakin tinggi dan semakin menurun penjualan pedagang buah semakin rendah tingkat kesejahtraan pedagang buah. Pedagang buah menjual berbagai macam buah-buahan kepada konsumen. Diantarannya : jeruk, apel, mangga, papaya, anggur, pisang. Bagi pedagang, modal merupakan hal yang penting untuk memulai suatu usaha. Modal awal untuk membuka usaha buah-buahan adalah minimal Rp. 1.500.000. Secara teori mengatakan semakin besar modal usaha pedagang buah maka semakin besar keuntungan, semakin kecil tingkat risiko pedagang buah tersebut. sebaliknya, semakin kecil modal usaha pedagang buah maka semakin kecil keuntungan dan semakin besar tingkat risiko pedagang buah. (Gregory Mankiw).

Selain faktor yang mempengaruhi suatu usaha adalah modal, pelaku usaha harus menentukan dimana lokasi yang tepat untuk menjalankan usaha yang akan didirikannya. Apakah lokasi usaha tersebut strategis atau tidak untuk menjual suautu produk, apakah lokasi usaha tersebut banyak atau tidak dilalui oleh manusia atau konsumen, apakah lokasi usaha terletak di pinggir jalan atau terletak di suatu pasar. Bahwa prioritas utama aspek teknis adalah menganalia masalah penentuan lokasi. Lokasi sangat penting mengingat apabila salah dalam


(20)

Faktor lain yang dapat mempengaruhi pendapatan pedagang buah adalah lama usaha. Karena semakin lama usaha di jalankan, semakin banyak manusia atau konsumen mengenal usaha yang di jalankan, sehingga semakin mudah untuk memasarkan produk yang dijual dan dapat meningkatkan pendapatan pengusaha. Apabila usaha tersebut baru berdiri, semakin sedikit manusia atau konsumen mengenal usaha supaya manusia atau konsumen mau membeli produk yang dijual oleh para pedagang. Dalam menjalankan usaha buah-buahan, lama usaha sangat mempengaruhi volume penjualan dan pendapatan pedagang buah-buahan. Semakin lama suatu usaha berjalan, semakin di kenal oleh konsumen, sehingga dalam menjual buah-buahan semakin mudah, maka dapat meningkatkan pendapatan pedagang buah-buahan. Apabila usaha buah-buahan baru dibuka atau baru berjalan, semakin sedikit manusia atau konsumen mengenal pedagang buah-buahan tersebut sehingga dalam menjual buah-buah-buahan, pedagangg tersebut merasa kesulitan untuk menjual buah-buahan. Sehingga dapat mengakibatkan penurunan pendapatan pedagang buah.

Kuantitas buah-buahan yang laku dijual juga sangat mempengaruhi pendapatan para pedagang buah. Karena semakin tinggi kuantitas buah-buahan yang laku di jual, semakin tinggi volume penjualan buah-buahan mengakibatkan semakin meningkat pendapatan pedagang buah. Semakin rendah kuantitas buah-buahan yang laku di jual, semakin rendah volume penjualan buah-buah-buahan mengakibatkan semakin rendah pendapatan pedagang buah.

Adapun permasalahan diatas tentunya akan mempengaruhi pendapatan pedaang buah-buahan di kota Medan. Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik


(21)

untuk melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Buah di Kota Medan”.

1.2.Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalahannya yaitu: 1. Apakah modal usaha pedagang buah berpengaruh terhadap pendapatan

pedagang buah di kota Medan?

2. Apakah lama usaha berpengaruh terhadap pendapatan pedagang buah di kota Medan?

3. Apakah kuantitas berpengaruh terhadap pendapatan buah di kota Medan? 4. Apakah lokasi usaha berpengaruh terhadap pendapatan pedagang buah di

kota Medan?

1.3.Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara dari suatu masalah yang telah dirumuskan dan perlu diuji kebenarannya. Sehubungan dengan masalah yang dihadapi tersebut diatas, maka anggapan bahwa masalah yang dihadapi hendaknya diperbaiki agar benar-benar dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan. Adapun hipotesis yang dirumuskan sebagai berikut :

1. Modal usaha berpengaruh positif terhadap pendapatan pedagang buah di kota Medan


(22)

3. Kuantitas usaha pedagang buah berpengaruh positif terhadap pendapatan pedagang buah di kota Medan.

4. Modal berpengaruh positif terhadap pendapatan pedagang buah di kota Medan.

1.4.Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang dilakukan adalah :

1. Untuk mengetahui apakah modal usaha pedagang buah-buahan berpengaruh terhadap pendapatan pedagang buah-buahan di kota Medan. 2. Untuk mengetahui apakah lama usaha berpengaruh terhadap pendapatan

pedagang buah-buahan di kota Medan.

3. Untuk mengetahui apakah kuantitas berpengaruh terhadap pendapatan pedagang buah-buahan di kota Medan.

4. Untuk mengetahui apakah lokasi usaha berpengaruh terhadap pendapatan pedagang buah-buahan di kota Medan.

1.5. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan kepada para pedagang buah faktor yang dapat mempengaruhi pendapatan.


(23)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1.Sektor Informal

Konsep sektor informal, yang pertama kali diperkenalkan oleh Hart (1973), membagi secara tegas kegiatan ekonomi yang bersifat formal dan informal. Istilah sektor informal oleh Keith Hart pada tahun 1971 dalam penelitiannya tentang unit-unit usaha kecil di Ghana. Kemudian terminologi Hart tersebut digunakan oleh sebuah misi ke Kenya yang diorganisir oleh ILO (International Labour Organization). Misi tersebut berpndapat bahwa sektor informal telah memberikan tingkat ongkos yang rendah, padat karya, barang dan jasa yang kompetitif, dan memberikan rekomendasi kepada pemerintah Kenya untuk mendorong sektor informal (Gilber dan Josef Gugler, 1996).

Istilah sektor informal biasanya digunakan untuk menunjukkan sejumlah kegiatan ekonomi yang berskala kecil. Tetapi akan menyesatkan bila disebutkan perusahaan berskala kecil, karena sektor informal dianggap sebagai suatu manifestasi situasi pertumbuhan kesempatan kerja di negara sedang berkembang. Mereka yang terlibat dalam sektor ini pada umumnya miskin, berpendidikan sangat rendah, tidak terampil dan kebanyakan para migran, jelaslah bahwa mereka bukanlah kapitalis yang mencari investasi yang menguntungkan dan juga bukan pengusaha seperti yang dikenal pada umumnya (Manning dan Tadjuddin, 1996).


(24)

kesempatan kerja yang mampu menampung tenaga kerja tanpa persyaratan tertentu seperti tingkat pendidikan dan keterampilan kerja. Hal ini merupakan salah satu faktor utama yang memudahkan tenaga kerja memasuki sektor ini dan semakin mengukuhkan kehadirannya sebagai penyangga terhadap kelebihan tenaga kerja.

Keadaan ini dalam jangka pendek akan dapat membantu mengurangi angka pengangguan di Indonesia. Pemberdayaan sektor informal merupakan bagian dari pemberdayaan perekonomian rakyat guna pertumbuhan dan perkembangan ekonomi. Dalam beberapa hal, sektor informal lebih dapat beradaptasi dan tidak terganggu oleh manajemen operasional yang kaku (Harahap dan Sri Hastuty, 1998).

2.1.1. Latar Belakang Munculnya Sektor Informal

Salah satu problema penting yang dihadapi negara-negara Dunia ketiga adalah merebaknya kontradiksi ekonomi politik evolusi pertumbuhan perkotaan di negara-negara tersebut. pertumbuhan konsentrasi penduduk di kota-kota besar negara-negara Dunia Ketiga terjadi dengan kecepatan yang sangat tinggi. Tetapi, pertumbuhan kota-kota tersebut ternyata tidak diikuti dengan kecepatan yang sebanding oleh pertumbuhan industrialisasi. Fenomena ini oleh para ahli disebut sebagai “urbanisasi berlebih atau over urbanization”. Istilah ini menggambarkan bahwa tingkat urbanisasi yang terjadi terlalu tinggi melebihi tingkat industrialisasi yang dicapai oleh evolusi suatu masyarakat.

Arus migrasi desa-kota yang cukup besar tidak semuanya terserap disektor industri modern dikota, karena keterbatasan sektor industri modern dan tidak


(25)

semua migran memiliki skill atau kemampuan untuk masuk ke sektor industri modern tersebut. hal ini mengakibatkan para migran yang tidak dapat masuk ke sektor industri modern lebih memilih sektor informal yang relatif mudah untuk dimasuki.

Agar tetap dapat bertahan hidup (survei), para migran yang tinggal di kota melakukan aktifitas-aktifitas informal (baik yang sah dan tidak sah) sebagai sumber mata pencaharian mereka. Hal tersebut dilakukan dengan pertimbangan daripada menjadi pengangguran yang tidak memiliki penghasilan atau memiliki penghasilan tetapi rendah dan tidak tetap.

Sektor informal mencakup sektor pertanian, penggalian, perdagangan eceran, dan industri kecil serta rumah tangga. Keempat sektor tersebut menampung tenaga kerja sebab kemampuan sektor-sektor formal didalam menyerap tenaga kerja masih kecil, sehingga sebagian besar tenaga kerja terpaksa harus berusha sendiri atau bekerja di sektor informal. Di sektor informal itu sendiri ada pilihan untuk bekerja di sektor pertanian atau di sektor informal di luar pertanian. Tenaga kerja akan tetap bekerja di sektor pertanian jika keadaan sektor informal di luar pertanian tidak menarik. Menarik atau tidaknya sektor-sektornya informal di luar pertanian dilihat dari perbandingan penghasilan per pekerja sketor-sktor tersebut dibandingkamn sektor pertanian. Diasumsikan bahwa tenaga kerja akan bekerja di sektor perdagangan eceran, atau penggalian atau industri kecil dan rumah tangga, apabila nilai tambah per pekerja sektor-sektor tersebut lebih tinggi dari pada sektor pertanian. Banyaknya tenaga kerja yang bisa terserap


(26)

pada sektor-sektor tersebut dianggao ditentukan oleh perbandingan nilai tambah per pekerjaanya.

Keberadaan pekerja sektor informal turut memberikan sumbangan bagi perkembangan dan kegiatan usaha. Tidak bisa dipungkiri bahwa kegiatan sektor informal tersebut telah memberikan sumbangan yang tidak kecil bagi ekonomi lokal dalam suatu wilayah bahkan di dalam suatu kabupaten dimana terdapatnya sektor informal tersebut.

Dilihat dari uraian di atas, bahwa dengan terjadinya peningkatan pendapatan masyarakat golongan bawah maka terjadi peningkatan taraf hidup mereka. Keadaan ini diharapkan memberikan kontribusi peningkatan pendapatan daerah dan nasional. Oleh karena itu sektor informal mempunyai peran penting dalam mewujudkan tujuan pemerataan pembangunan.

2.1.2. Ciri-ciri Sektor Informal

Dalam ensiklopedia ekonomi, bisnis dan manajemen (1997) dijelaskan bahwa belum ada kebulatan pendapat tentang batasan yang tepat untuk sektor informal di Indonesia. Tetapi ada kesepakatan tidak resmi antara para ilmuwan yang terlihat dalam penelitian masalah-masalah sosial untuk menerima defenisi kerja sektor informal di Indonesia sebagai berikut :

- Sektor yang tidak menerima bantuan atau proteksi ekonomi dari pemerintah

- Sektor yang belum dapat menggunakan (karena tidak mempunyai akses) bantuan, meskipun pemerintah telah menyediakannya.


(27)

- Sektor yang telah menerima bantuan pemerintah tetapi bantuan tersebut belum sanggup membuat sektor itu mandiri.

Berdasarkan definisi kerja tersebut, disepakati pula serangkaian ciri sektor informal di Indonesia yang meliputi :

a. Kegiatan usaha yang tidak terorganisasi secara baik, karena unit usaha timbul tanpa menggunakan fasilitas atau kelembagaan yang tersedia secara formal.

b. Pada umumnya unit usaha tidak memiliki izin usaha.

c. Pola kegiatan usaha tidak teratur dengan baik, dalam arti lokasi maupun jam kerja.

d. Pada umumnya kebijakan pemerintah untuk membantu golongan ekonomi lemah tidak sampai ke sektor ini.

e. Unit usaha berganti-ganti dari satu sub sektor ke sub sektor lain. f. Teknologi yang digunakan masih tradisional.

g. Modal dan perputaran usaha relatif kecil, sehingga skala operasi juga kecil.

h. Untuk menjalankan usaha tidak diperlukan pendidikan formal, sebagian besar hanya diperoleh dari pengalaman sambil bekerja.

i. Pada umumnya unit usaha termasuk kelompok one man enterprise dan kalau ada pekerja, biasanya dari keluarga sendiri.

j. Sumber dana modal usaha pada umumnya berasal dari tabungan sendiri, atau dari lembaga keuangan tidak resmi.


(28)

k. Hasil produksi atau jasa terutama dikonsumsi oleh golongan masyarakat kota/desa berpenghasilan rendah atau menengha.

2.1.3. Kekuatan dan Kelemahan Sektor Informal

Perusahaan dengan skala kecil merupakan solusi bagi penyelesaian masalah-masalah ekonomi dunia saat ini. Perubahan-perubahan global yang paling hebat sekalipun hanya dapat diatasi dengan mekanisme manajemen yang fleksibel. Perusahaan skala kecil memenuhi persyaratan ini karena sektor informal secara organisatorik manajerial bersifat tidak kaku. Sifat ini merupakan kekuatan utama yang dimiliki sektor informal.

Kekuatan sektor informal adalah sebagai berikut : (Tambunan, 1999) 1. Kekuatan padat karya dan persediaan tenaga kerja di Indonesia masih

sangat banyak, mengikuti laju pertumbuhan penduduk angkatan kerja yang rata-rata per tahun masih sangat tinggi. Sehingga upah nominal tenaga kerja khususnya dari kelompok berpendidikan rendah masih relatif rendah. 2. Industri kecil masih lebih banyak membuat produk-produk sederhana yang

tidak terlalu membutuhkan pendidikan formal yang tinggi melainkan hanya keahlian khusus yang dapat dimiliki warga setempat lewat sumber-sumber formal. Selain itu harganya murah.

3. Secara umum kegiatan sektor informal masih agricultural based, karena memang banyak komoditas-komoditas yang dapat diolah dalam skala kecil.

4. Pengusaha-pengusaha kecil dan rumah tangga lebih banyak menggantungkan diri pada uang sendiri, atau pinjaman dari sumber


(29)

rentainer, untuk modal kerja dan investasi mereka, walaupun banyak memakai fasilitas kredit khusus dari pemerintah.

Disamping kekuatan yang dimilikinya, sektor informal juga memiliki kelemahan-kelemahan. Dengan kelemahan itu tentunya menyebabkan sektor informal akan mengalami kesulitan. Kelemahan yang dimiliki terutama dalam hal kemampuan untuk bersaing masih sangat lemah baik dalam pasar domestik maupun pasar ekspor. Selain itu sektor informal juga kurang memiliki diversifikasi produk. Hal ini tentunya akan menjadi kendala serius bagi perkembangan serta pertumbuhannya.

Ketidakandalan dalam manajemen dan ketidakmampuan mengelola perusahaan dengan optimal juga merupakan kelemahan yang dimiliki, dan selanjutnya kelangsungan sektor informal pada masa depan menjadi sangat mengkhawatirkan.

2.1.4. Pembinaan dan Pengembangan Sektor Informal

Pengertian bahwa pembangunan tidak hanya mengejar kemajuan lahiriah seperti pangan, sandang, perumahan, kesehatan dan sebagainya atau kepuasan batiniah seperti pendidikan, rasa aman, bebas mengeluarkan pendapat yang bertanggungjawab, rasa keadilan dan sebagainya. Melainkan keselarasan, keserasian dan keseimbangan itu merata di seluruh tanah air dan bukan hanya untuk sesuatu golongan atau sebagian dari masyarakat, tetapi untuk seluruh masyarakt dan harus benar-benar dirasakan oleh seluruh rakyat sebagai perbaikan tingkat hidup yang berkeadilan sosial, yang menjadi cita-cita kemerdekaan kita.


(30)

Tujuan pembangunan ini bukan hal yang mudha dicapai, lebih-lebih apabila mencakup begitu banyak segi. Dalam keadaan demikian maka peranan pemerintah memimpin gerakan perombakan ini menjadi penting, usaha memimpin gerak pembangunan ini dilakukan pemerintah melalui kedudukannya selaku pelaksana kebijaksanaan, konsumen, produsen, dan investor, perusahaan negara mengatur masyarakat.

Selaku pelaksana kebijaksanan, maka pemerintah bekerja melalui pasar dan bisa pula bekerja langsung melaksanakan pembangunan dengan menggunakan lembaga pasar. Pemerintah bisa mendorong masyarakat mengadakan perubahan dan pembangunan melalui kebijakan keuangan, perdagangan, perindustrian, dan lain-lain.

Pembinaan sektor informal harus diarahkan secara terpadu agar akar masalahnya dapat diatasi. Sasaran utama dan pertama yang harus diperjuangkan adalah pengalihan tempat usaha dari situasi informal menjadi tempat usaha yang formal. Sasaran kedua adalah pembinaan sikap mental dan kemampuan mengelola usaha bagi anggota. Peralihan tempat usaha formal, menuntut anggota untuk menganalisa pasar dalam rangka menetapkan jenis barang dagangan yang dibutuhkan pembeli di dalam pasar. Sasaran ketiga adalah terobosan dalam rangka memperpendek jalur distribusi. Untuk mempertahankan daya saing, perlu diprakarsai upaya pengadaan barang dagangan langsung dari produsen. Dengan demikian jual pun akan lebih rendah, tanpa mengurangi keuntungan pedagang. Dengan cara ini modal kerja tidak terlalu besar.


(31)

Sasaran keempat adalah perlunya bantuan permodalan. Dalam hal anggota beralih tempat usaha dan sekaligus beralih jenis mata dagangan, karena tuntutan permintaan yang baru harus demikian, maka peranan bantuan permodalan menjadi penting.

2.2. Pengertian Pendapatan, Pengeluaran, Aliran Berputar

Menurut N. Gregory Mankiw (2000 : 16) bayangkan suatu perekonomian yang memproduksi produk tunggal yaitu buah dari input tunggal yaitu tenaga kerja. Gambar 1 memperlihatkan seluruh transaksi ekonomi yang terjadi diantara rumah tangga dan pedagang buah dalam perekonomian ini.

Dalam hal putaran dalam pada gambar 1 menunjukkan bahwa aliran buah dan tenaga kerja. Pedagang buah menggunakan para pekerjaanya untuk menahan buah-buahan, yang kemudian di jual ke rumah tangga. Dengan demikian, tenaga kerja mengalir dari rumah tangga ke pedagang buah, dan buah mengalir dari pedagang buah ke rumah tangga. Putaran luar pada gambar 1 menunjukkan arus uang. Rumah tangga membeli buah dari pedagang buah. Pedagang buah menggunakan sebagian penerimaanya dari penjual untuk membayar upah tenaga kerja mereka, dan sisanya adalah laba yang dinikmati para pedagang buah. Dengan demikian, pengeluaran terhadap buahan-buahan dari rumah tangga ke pedagang buah, dan pendapatan dalam bentuk upah dan laba mengalir dari pedagang buah ke rumah tangga.


(32)

dengan dua cara. GDP atau PDB adalah pendapatan total dari produksi buah-buaha, yang sama dengan jumlah upah dan laba separuh bagian atas dari uang. GDP juga merupakan pengeluaran total pada pembelian buah-buahan merupakan bagian bawah dari arus uang. Untuk menghitung GDP atau PDB, kita bisa melihat arus uang dari pedagang buah ke rumah tangga atau arus uang dari rumah tangga ke pedagang buah.

Dua cara menghitung GDP atau PDB ini harus sama karena pengeluaran pembeli atas produk adalah berdasarkan kaidah akuntansi, pendapatan bagi penjual produk itu. Setiap transaksi yang mempengaruhi pengeluaran harus mempengaruhi pendapatan, dan setiap transaksi yang mempengaruhi pendapatan harus mempengaruhi pengeluaran. Misalnya pedagang buah memproduksi dan menjual buah-buahan lebih banyak ke sebuah rumah tangga. Tentu saja transaksi ini meningkatkan pengeluarn total atas buah-buahan, tetapi juga memiliki dampak terhadap pendapatan total. Jika pedagang buah menambah jumlah buah-buahan yang dijualnya tanpa memperkerjakan tenaga kerja tambahan karena pedagang buah berhasil membuat proses produksi lebih efisien, maka laba meningkat. Jika pedagang buah menambah jumlah buah-buahan dengan memperkerjakan tenaga kerja tambahan, maka upah meningkat.


(33)

Gambar 1 : Pendapatan

Tenaga kerja

Rumah Tangga Perusahaan /

Pedagang buah

Buah-buahan Pengeluaran

Keterangan Gambar :

Gambar ini menunjukkan aliran antara perusahaan atau pedagang buah dan rumah tangga dalam suatu perekonomian yang memproduksi satu barang dari satu input, tenaga kerja. Putaran dalam menunjukkana rus tenaga kerja dan buah-buahan : rumah tangga menjual tenaga kerja. Putaran luar menunjukkan arus uang yang berhubungan : rumah tangga membayar ke perusahaan atau pedagang buah untuk buah-buahan, dan perusahaan membayar upah dan laba ke rumah tangga. Daam perekonomian ini. GDP atau PDB adalah pengeluaran total pada buah-buahan dan pendapatan total dari produksi buah-buahan.


(34)

Dalam buku pengantar Mikro Ekonomi edisi kedelapan jilid 1 karangan Richard G. Lipsey, Peter O. Steiner, Douglas D. Purvis (1987 : 52) menyatakan salah satu cara menghayati apa itu permintaan agregat dan penawaran agregat adalah dengan memandang ekonomi sebagai satu rangkaian alur yang maha besar. Bagian pokok dari permintaan agregat muncul dari pembelian komoditi-komoditi konsumptif yang dilakukan seluruh rumah tangga dalam suatu negara atau suatu daerah. Pembelian ini menghasilkan pendapatan bagi perusahaan-perusahaan atau pedagang-pedagang yang memproduksi dan menjual komoditi untuk di konsumsi. Bagian besar dari penawaran agregat muncul dari produksi dan penjualan barang-barang konsumtif oleh seluruh perusahaan atau pedagang dalam negara atau daerah tertentu. Produksi ini menghasilkan pendapatan bagi semua faktor yang dimanfaatkan untuk membuat atau menghasilkan barang-barang.

Di dalam arus lingkar pendapatan memperlihatkan interaksi antara semua perusahaan atau pedagang dengan semua rumah tangga dalam dua macam pasar yaitu pasar faktor produksi dan pasar produk, melalui pasar ini berbagai keputusan di koordinasikan. Kita lihat rumah tangga terlebih dahulu. Para anggoa keluara menginginkan berbagai komodiit untuk digunakan sebagai makanan, pakaian, rumah, hiburan, dan alat keamanan. Mereka juga membutuhkan komoditi-komoditi untuk mendidik, memperindah, mempesonakan atau membuat mereka sendiri lucu. Rumah tangga memiliki sumber daya yang digunakan dalam usaha memuaskan keinginan. Namun tidak semua keinginan bisa dipuaskan dengan sumber daya yang tersedia. Maka para keluarga ini terpaksa memilih barang dan


(35)

jasa mana yang harus dibeli di pasar produk, yang menawarkan begitu banyak cara untuk menghabiskan pendapatan mereka.

Kita lihat perusahaan atau pedagang. Mereka harus memilih barang-barang yang akan dibuat dan dijual diantara sekian banyak cara untuk memproduksi atau menghasilkan, dan diantara berbagai kemungkinan jumlah dan mutu yang dapat mereka sediakan. Perusahaan-perusahaan atau pedagang-pedagang ini juga harus membeli faktor-faktor produksi atau membeli apa yang akan mereka jual kepada konsumen. Pembayaran perusahaan atau pedagang kepada pemilik langsung faktor-faktor produksi atau pemilik langsung barang yang akan di jual akan memberikan penghasilan kepada pemilik faktor-faktor produksi atau pemilik langsung barang yang akan dijual. Penerima penghasilan ini adalah seluruh rumah tangga yang anggota-anggotannya membutuhkan komoditi untuk digunakan sendiri sebagai makanan, pakaian, perumahan, dan hiburan.

Dalam buku N. Gregory Mankiw (200 : 17) menyatakan bahwa dalam perekonomian yang hanya memproduksi buah-buahan, kita bisa menghitung GDP atau PDB secara sederhana dengan menambah pengeluaran total pada buah-buahan. Akan tetapi perekonomian sebuah negara atau sebuah daerah meliputi produksi dan penjualan dari sejumlah besar barang dan jasa yang berbeda. Untuk menginterpretasikan secara benar ukuran GDP atau PDB, kita harus memahami beberapa kaidah yang diikuti para ekonom dalam membentuk statistik.

Didalam buku N. Gregory Mankiw (2000 : 21) dijelaskan bahwa untuk menghitung GDP atau PDB para ahli ekonom menggunakan kaidah yang baru


(36)

pendapatan pedagang buah dan kesejahteraan pedagang buah bahwa GDP adalah jumlah dari nilai seluruh buah yang di jual pedagang buah. Yaitu :

GDP atau PDB = (Harga Apel x Jumlah Apel) + (Harga Jeruk x Jumlah Jeruk) + (Harga buah yang dijual x jumlah buah yang di jual)

Bahwa GDP atau PDB bisa meningkat karena harga meningkat atau jumlah produk meningkat.

Dengan mudah kita bisa melihat bahwa GDP atau PDB yang dihitung dengan cara diatas bukan ukuran kemakmuran ekonomi yang baik khususnya bukan ukuran kemakmuran bagi pedagang buah. Ukuran ini tidak secara akurat mencerminkan sejauh mana perekonomian khususnya pedagang buah bisa memuaskan permintaan rumah tangga dalam hal ini konsumen, sesama pedagang buah, pemerintah. Jika seluruh harga digandakan tanpa perubahan dalam jumlah maka GDP atau PDB akan berlipat ganda. Tetapi tidak benar untuk mengatakan bahwa kemampuan perekonomian khususnya pedagang buah untuk memuaskan permintaan telah berlipat ganda, karena jumlah setiap produk yang diproduksi tetap sama. Para ekonom menyebutkan nilai barang dan jasa diukur dengan harga berlaku sebagai GDP atau PDB nominal (nominal GDP).

Ukuran kemakmuran ekonomi khususnya pedagang buah yang lebih baik akan menghitung output barang dan jasa perekonomian dan tidak akan dipengaruhi oleh perubahan harga. Untuk tujuan ini, para ekonom menggunakan GDP riil (real GDP), yang nilai barang dan jasanya diukur dengan menggunakan harga konstan. GDP riil menunjukkan apa yang akan terjadi terhadap pengeluaran pada output jika jumah berubah tetapi harga tidak.


(37)

Untuk melihat GDP riil dihitung, bayangkan kita ingin membandingkan output pada tahun 1998 dan output tahun 1999 dalam perekonomian pedagang buah di kota Medan. Kita bisa mulai dengan memilih sekumpulan harga disebut harga dasar tahunan, seperti harga berlaku ada tahun 1998. Barang ditambahkan dengan menggunakan harga dasar tahunan ini untuk menilai barang-barang yang berbeda di kedua tahun. GDP riil untuk tahun 1998 adalah

GRP riil = (Harga buah-buahan 1998 x jumlah buah-buahan yang dijual 1998) + (harga buah-buahan lain yang dijual 1998 x jumlah buah-buahan lain yang dijual 1998)

Demikian pula, GDP riil pada tahun 1999 adalah

GDP riil = (Harga buah-buahan 1999 x jumlah buah-buahan yang dijual 1999)+ (harga buah-buahan lain yang dijual 1999 x jumlah buah-buahan lain yang dijual 1999)

Dan, GDP riil pada tahun 2000 adalah

GDP riil = (harga buah-buahan 1998 x jumlah buah-buahan yang dijual 2000) + (harga buah-buahan lain yang dijual 1998 x jumah buah-buahan lain yang dijual 2000)

Lihatlah bahwa harga tahun 1998 digunakan untuk menghitung GDP riil untuk tiga tahun. Karena harga dipertahankan konstan, GDP riil bervariasi dari tahun ke tahun hanya jika jumlah yang diproduksi berbeda. Karena kemampuan masyarakat untuk memberikan kepuasan ekonomi bagi para anggotanya sangat bergantung pada jumlah barang dan jasa yang diproduksi, GDP riil memberikan


(38)

Dari GDP nominal dan GDP riil kita bisa menghitung statistik ketiga yaitu deflator GDP. Deflator GDP, juga disebut dengan deflator harga implisit untuk GDP, didefenisikan sebagai rasio GDP nominal terhadap GDP riil.

Deflator GDP = GD nominal : GDP riil

Deflator GDP mencerminkan apa yang terjadi pada seluruh tingkat harga dalam perekonomian.

Untuk lebih memahami hal ini, perhatikan lagi perekonomian dengan satu barang, buah-buahan. Jika P adalah harga buah-buahan dan Q adalah jumlah buah-buahan yang terjual, maka GDP nominal jumlah total dari uang yang dibelanjakan untuk membeli buah-buahan pada tahun itu, P x Q. GDP riil adalah jumlah buah-buahan yang dihasilkan pada tahun itu dikali jumlah buah-buahan yang dihasilkan pada tahun dasar, P dasar x Q. Deflator GDP adalah harga buah-buahan pada tahun itu relatif terhadap harga buah-buah-buahan pada tahun dasar, P/P dasar.

Defenisi deflator GDP memungkinkan kita memisahkan GDP nominal menjadi dua bagian : satu bagian mengukur jumlah (GDP riil) dan yang lain mengukur harga (deflator GDP). Yaitu :

GDP Nominal = GDP riil x deflator GDP

GDP nominal mengukur nilai uang yang berlaku dari output perekonomian. GDP riil mengukur output yang diniai pada harga konstan. Deflator GDP mengukur harga output relatif terhadap harganya pada tahun dasar.


(39)

2.3.Modal Usaha

Menurut Drs. S. Munawir, Akuntan (2002, 114) mengatakan bahwa suatu analisa terhadap sumber dan penggunana modal kerja sangat penting bagi penganalisaan intern atau extern. Disamping masalah modal usaha ini erat hubungannya dengan operasi perusahaan sehari-hari juga menunjukkan tingkat keamanan para kreditur terutama kreditu jangka pendek. Adanya modal usaha yang cukup sangat penting memungkinkan bagi perusahaan untuk beroperasi dengan seekonomis mungkin dan perusahaan atau pedagang buah-buahan tidak mengalami kesulitan atau menghadapi bahaya-bahaya yang mungkin timbul karna adanya krisis atau kekacauan keuangan. Akan tetapi adanya modal usaha yang berlebihan menunjukkan adanya dana yang tidak produkti, dan hal ini akan menimbulkan kerugian bagi perusahaan atau pedagang buah-buahan karena adanya kesempatan untuk memperoleh keuntungan telah disia-siakan. Sebaliknya adanya ketidak cukupan maupun mis management dalam modal kerja merupakan sebab utama kegagalan suatu perusahan atau pedagang buah-buahan.

Tersediaanya modal usaha yang segera dapat dipergunakan dalam operasi tergantung pada tipe atau sifat dari aktiva lancar yang dimiliki. Tetapi modal kerja harus cukup jumlahnya dalam arti haru mampu membiayai pengeluaran-pengeluaran atau operasi sehar-hari, karena dengan modal usaha yang cukup akan menguntungkan bagi perusahaan atau pedagang buah-buahan, di samping memungkinakn bagi perusahaan atau pedagang buah-buahan untuk beroperasi secara ekonomis atau efisien dan perusahaan atau pedagang buah-buahan tidak


(40)

mengalami kesulitan keuangan, juga akan memberikan beberapa keuntungan lain, antara lain :

a. Melindungi perusahaan atau pedagang buah-buahan terhadap krisis modal usaha karena turunnya nilai dari aktiva lancar.

b. Memungkinan untuk dapat membayar semua kewaiban-kewajiban tepat pada waktunya.

c. Menjamin dimilikinya kredit standing perusahan atau pedagang buah-buahan semakin besar dan memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat menghadapi bahaya-bahaya atau kesulitan keuangan yang mungkin terjadi.

d. Memungkinan untuk memiliki persediaan dan jumlah yang cukup untuk melayani para konsumenya.

e. Memungkinkan bagi perusahaan atau pedagang buah-buahan untuk memberikan syarat kredit yang lebih menguntungkan bagi para langganya.

f. Memungkinan bagi perusahaan atau pedagang buah-buahan untuk beropreasi dengan lebih efisien karena tidak ada kesulitan untuk memperoleh barang atuapun jasa yang dibutuhkan.

2.4. Lama Usaha

Lama usaha juga menentukan keberhasilan suatu usaha yang di jalankan. Semakin lama suatu usaha di suatu tempat, semakin banyak konsumen yang


(41)

mengenal usahanya dan membeli apa yang dijualnya dan biasanya omset penjualan semakin meningkat dan kesejahteraan semakin tinggi.

Demikian dengna pedagang buah-buahan. Lama usaha menentukan omset penjualannya. Karena semakin lama pedaang buah-buahan berjualan di suatu tempat, semakin banyak oran g mengenalnya sehingga pedagang buah-buahan tidak perlu lagi mempromosikan buah-bahan yang di jualnya dan konsumen biasanya percaya akan harga yang diberikan pedagang buah-buahan kepada konsumen. Lama usaha adalah kurun waktu responden sejak mulai usaha misalnya pedagang buah telah berusaha selama lima tahun di pasar Petisah.

2.5. Kuantitas

Kuantitas pengertian umumnya jumlah. Didalam pelajaran bahasa Inggris quantitas adalah jumlah. Kuantitas juga menentukan keberhaislan suatu usaha yang di jalankan. Semakin tinggi kuantitas buah yang di jual, semakin tinggi tingkat pendapatan pedagang buah. Sebaliknya semakin rendah kuantitas buah yang dijual, semakin rendah tingkat pendapatan pedagang buah. Pedagang buah harus dapat dalam memilih buah-buahan yang tinggi kualitasnya untuk dijual.

2.6.Lokasi Usaha

Menurut buku studi kelayakan bisnis karangan Kasmir, SE, MM dan Jakfar, SE, MM (2003 : 221) : Bahwa prioritas utama aspek teknis/operasi adalah menganalisa masalah penentuan lokasi. Lokasi sangat penting mengingat apabila


(42)

salah dalam menganalisis akan berakibat meningkatkan biaya yang akan dikeluarkan nantinya.

Dalam memilih lokasi tergantung dari jenis usaha atau investasi yang dijalankan. Terdapat paling tidak empat lokasi yang dipertimbangkan sesuai keperluan usaha yaitu : lokasi untuk usaha di mulai, lokasi untuk menanam buah-buaha, lokasi untuk menyimpan buah-buahan,lokasi untuk membuka cabang usaha buah-buahan yang baru.

Secara umu pertimbangan dalam menentukan letak suatu lokasi adalah sebagai berikut :

1. Jenis usaha yang dijalankan

2. Apakah dekat dengan pasar atua konsumen 3. Apakah dekat dengan bahan baku

4. Apakah tersedia tenaga kerja

5. Tersedia sarana dan prasarana (transportasi, listri, air) 6. Apakah dekat dengan pusat pemerintahan

7. Apakah dekat lembaga keuangan 8. Apakah berada di kawasan industri

9. Kemudahan untuk melakukan ekspansi/perluasan 10.Kondisi adat istiadat/bduaya/sikap masyarakat setempat 11.Hukum yang berlaku di wilayah tersebut

Khusus untuk lokasi pedagang buah-buahan paling tidak dua faktor yang menjadi pertimbangan yaitu :


(43)

- Faktor utama

Pertimbangan utama daam penentuan lokasi usaha buah-buahan adalah : a. Dekat dengan pasar

b. Dekat dengan pengambilan buah-buahan

c. Tersedia tenaga kerja, baik jumlah maupun kualifikasi yang diinginakn d. Terdapat fasilitas pengangkutan seperti jalan raya, kereta api atau

pelabuhan laut atau pelabuhan udara

e. Tersedia sarana dan prasarana seperti listrik f. Sikap masyarakat

- Faktor Sekunder

Pertimbangan sekunder dalam penentuan lokasi usaha buah-buahan adalah : a. Biaya untuk investasi di lokai seperti biaya pembelian buah-buahan dari

agen atau pembuatan lokasi usaha.

b. Prospek perkembangan harga atau kemajuan di lokasi tersebut di masa yang akan datang.

c. Kemungkinan untuk perluasan lokasi

d. Terdapat fasilitas lainnya yaitu pusat perbelanjaan selain buah-buahan atau perumahan

e. Iklim dan tanah

Penilaian di lokasi yang tepat akan memberikan berbagai keuntungan bagi pedagang buah-buahan, baik daris egi finansial maupun non finansial. Keuntungan yang diperoleh dengan mendapatkan lokasi yang tepat antara lain


(44)

1. Pelayanan yang diberikan kepada konsumen dapat lebih memuaskan 2. Kemudahan dalam memperoleh tenaga kerja yang diinginkan baik

jumlah maupun kualifikasinya

3. Kemudahan dalam memperoleh bahan baku atua bahan penolong dalam jumlah yang di inginkan secara terus-menerus.

4. Kemudahan untuk memperluas lokasi usaha, karna biasanya sudah diperhitungkan untuk usaha perluasan lokasi sewaktu-waktu.

5. Memiliki nilai atau harga ekonomis yang lebih tinggi di masa yang akan datang.

6. Meminimalkan terjadinya konflik, terutama dengan masyarakat dan pemerintah setempat.


(45)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini meliputi lokasi usaha, lama usaha, modal usaha dan kuantitas buah yang laku terjual.

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kota Medan meliputi pedagang buah sebagai obek penelitian. Penelitian meliputi pedagang buah yang beroperasi di pasar dan bukan di pasar.

3.3. Populasi dan sampel

Populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi yan terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapka oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.

Menurut Dr. Nur Indriantoro, M.Sc, Akuntan dan Drs. Bambang Supomo, M.Si Akuntan (2002 : 115). Populasi adalah sekelompok orang, kejadian atau segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu. Masalah populasi timbul terutama pada penelitian opini yang menggunakan metode survei sebagai teknik pengumpulan data.


(46)

kasar. Namun bila populasnya sangat besar, maka persentasnya dapat dikurangi. Secara umum, semakin besar sampel maka akan semakin representatif. Namun pertimbangan efisiensi sumber daya akan membatasi besarnya jumlah sampel yang diambil.

Sampel adalah contoh dari populasi yang diambil, yaitu sebagian dari seluruh populasi yang menjadi obyek penelitian. Penentuan sampel pada penelitian ini menggunakan tekhnik “Purposive Sample” yaitu dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random, atau daerah tetapi didasarkan adanya tujuan tertentu. Peneliti mengambil sampel sebanyak 42 pedagang buah-buahan dari keseluruhan pedagang buah-buahan yang ada di kota Medan.

3.4. Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh dari wawancara langsung dengan pedagang buah di kota Medan melalui daftar pertanyaan atau kuesioner yang telah disediakan.

3.5. Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara adalah teknik pengumpulan data dalam metode survei yang menggunakan pertanyaan secara lisan kepada subyek penelitian.

2. Kuesioner adalah pengumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaan melalui daftar pertanyaan pada responden yang terpilih, yakni kepada peagang buah-buahan yang terpilih menjadi sampel


(47)

3. Studi dokumentasi, dilakukan dengan meneliti dokumen-dokumen dan bahan tulisan serta sumber-sumber lain yang berhubungan dengan penelitian.

3.6.Teknik Analisis Data

Metode analisis data yang dipergunakan dalam skripsi adalah :

a. Metode deskriptif, yaitu suatu metode dimana data yang telah diperoleh, disusun, dikelompokkan, dianalisis, kemudian diinterpretaiskan sehinga diperoleh gambaran tentang masalah yang dihadapi dan untuk menjelaskan hasil perhitungan. Data diperoleh data primer berupa kuesioner yang telah di isi oleh sejumlah responden penelitian.

b. Metode analisis regresi linier berganda yaitu untuk memprediksi nilai dari variabel terikat yaitu pendapatan pedagang buah-buahan (Y) dengan ikut memperhitungkan nilai-nilai variabel bebas yaitu modal usaha (X1), lama usaha (X2), kuantitas (X3), lokasi usaha (X4) sehingga

dapat diketahui pengaruh positif. Analisis ini menggunakan bantuan aplikasi sofware Eviews 5.0. Adapun model persamaan yang digunakan adalah :

Y = α + β1X1+ β2X2 + β3X3 + β4X4+ µ

Y = pendapatan pedagang buah-buahan


(48)

X1 = Modal Usaha (Rp)

X2 = Lama Usaha (berapa tahun)

X3 = Kuantitas (Kg)

X4 = Lokasi usaha

0 = bukan di pasar (pedagang buah yang banyak dilalui oleh masyarakat)

1 = di pasar µ = Term of error

3.7. Uji Kesesuaian (Test of Goodness of Fit) 3.7.1. Koefisien Determinasi (R-Square)

Koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa kemampuan model dalam menerangkan variabel terikat. Jika R2 semakin besar (mendekati satu), maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas (X1, X2, X3, X4) adalah

besar terhadap variabel terikat (Y). Hal ini berarti model yang digunakan semakin kuat untuk menerangkan pengaruh variabel bebas yang diteliti terhadap variabel terikat. Sebaliknya, jika R2 semakin mengecil (mendekati nol) maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat (Y) semakin kecil. Hal ini berarti model yang digunakan tidak kuat untuk menerangkan pengaruh variabel bebas yang diteliti terhadap variabel terikat.


(49)

3.7.2. Uji t – statistik

Uji – t menunjukkan seberapa besar pengaruh variabel bebas secara individual terhadap variabel terikat. Ho = b1=0, artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel bebas (X1, X2, X3, X4)

yaitu berupa pendapatan pedagang buah-buahan (Y) dengna ikut memperhitungkan nilai-nilai variabel bebas yaitu modal usaha (X1), lama usaha

(X2), Kuantitas (X3), lokasi usaha (X4). Ho ; b1 ≠0, artinya asecara parsial terdapat

pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel bebas (X1, X2, X3, X4) yaitu

berupa pendapatan pedagang buah-buahan (Y) dengna ikut memperhitungkan nilai-nilai variabel bebas yaitu modal usaha (X1), lama usaha (X2), kuantitas (X3),

lokasi usaha (X4) . terhadap peningkatan pendapatan pedagang buah-buahan (Y).

Kriteria pengambilan keputusan :

Ho diterima jika t hitung < t tabel pada α H1 diterima jika t hitung > t tabel pada α

Rumus uji – t hitung adalah :

t−hitung = (�� − �) S�i

Dimana

bi = koefisien variabel independen ke-I

b = nilai hipotesis nol


(50)

H0 diterima

Ha diterima Ha diterima

Gambar 3.1: Kurva Uji t-statistik

3.7.3. Uji F – Statisitik

Uji F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas yang di masukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Ho : b1 = b2 = 0, artinya secara bersama-saam tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel bebas (X1, X2, X3, X4) yaitu

berupa variabel pendapatan pedaang buah-buahan (Y) dengna ikut memperhitungkan nilai-nilai variabel bebas yaitu modal usaha (X1), lama usaha

(X2), kuantitas (X3), lokasi usaha (X4), pendapatan buah-buahan yaitu varibel

terikat (Y). Ho ≠ b1 ≠ b2 0 artinya seara bersama-sama terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel bebas (X1, X2, X3, X4) yaitu variabel

pendapatan pedagang buah-buahan (Y) dengna ikut memperhitungkan nilai-nilai variabel bebas yaitu modal usaha (X1), lama usaha (X2), kuantitas (X3), lokasi


(51)

Gambar 3.2. Kurva Uji F Statistik

Kriteri pengambilan keputusan :

Ho diterima jika f hitung < f tabel pada α H1 diterima jika f hitung > f tabel pada α

Nilai F-hitung dapat diperoleh dengan rumus :

F – hitung =

) /( ) 1 (

) 1 /(

2 2

k n R

k R

− −

Dimana :

k = jumlah variabel independen n = jumlah sampel

R2 = koefisien determinasi

Ho diterima

Ha diterima


(52)

3.7.4 Uji Normalitas

Uji ini dilakukan untuk memastikan µ (error term) tersebar normal. Jika µ

tersebut noral maka koefisien OLS ( β OLS) juga tersebar normal dengan

demikian Y juga tersebar normal, hal ini disebabkan adanya hubungan liniear

antara µ, β dan Y. Untuk menguji sebaran µ dapat digunakan uji JB (Jarque

Berra). Error term (µ) disebut normal jika nilai JB lebih rendah atau sama dengan nilai kritis tabel chi square (derajat bebas, alpha).

3.8 Uji Asumsi Klasik

3.8.1 Uji Multikolinearity (kolineartias ganda)

Multikolinearity adalah alat untuk mengetahui apakah ada hubungan yang kuat (kombinasi linear) diantara variabel independen. Tidak ada acara yang benar-benar tepat untuk mengetahui Multikonearity karena pada prinsipnya merupakan persoalan sampel, namun secara umum cara untuk mendeteksi multikolinearity dapat diketahui melalui :

a. Standard error tidak terhingga

b. Tidak ada satupun statistik yang signifikan pada α = 1%, α=5%, α =10%

c. Terjadi perubahan tanda atau tidak sesuai dengan teori d. R2 sangat tinggi

e. Dengan melakukan uji Kleinn, yakni dengan melihat koefiien korelasi antar variabel independen


(53)

3.8.2 Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas adalah suatu keadaan dimana masing-masing kesalahan penganggu mempunyai varian yang berlainan. Uji ini dimaksudkan untuk menguji bagaimana dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain adalah tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Heteoskedastisitas lazim juga disebut sebagai ketimpangan data yang besar antar variabel. Untuk mendeteksi ada tidaknya gejala heteroskedastisitas maka dilakukan uji White Test. Adapun langkah-langkah White Test, antara lain :

1. Membuat regresi dari model yang ada dan mendapatkan residualnya 2. Hitung nilai Chi-Square nya dengan rumus :

χ2

= n R2

Dimana :

n = Jumlah observasi

R2 = Koefisien determinasi

3. Bandingkan nilai Chi-Square hitung dengan Chi-square table nya


(54)

χ2 hitung > χ2

tabel : Terjadi heteroskedastisitas

3.9 Defenisi Operasional

1. Pendapatan adalah penerimaan responden dari hasil penjualan buah – buahan (rupiah / bulan).

2. Modal usaha adalah pengeluaran awal untuk membuka usaha ( rupiah ). 3. Lama usaha adalah kurun waktu responden sejak mulai usaha ( tahun). 4. Kuantitas adalah jumlah buah – buahan yang terjual selama satu bulan

(kg).

5. Lokasi usaha adalah tempat pedagang berjualan yang diukur dari strategis atau tidaknya lokasi berjualan.

0 = bukan dipasar ( pedagang buah yang banyak dilalui oleh masyarakat )


(55)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1Gambaran UmumWilayah Kota Medan 4.1.1 Kondisi Geografis Kota Medan

Kota Medan sebagai ibukota provinsi Sumatera Utara terletak pada 3”27’- 3”47’ LU dan 98”35’- 98”44’ BT dengan luas wilayah 265,10 km2 atau sekitar 0,37% luas Sumatera Utara dengan batas-batas sebagai berikut :

• Batas Utara : Kabupaten Deli Serdang

• Batas Selatan : Kabupaten Deli Serdang

• Batas Timur : Kabupaten Deli Serdang

• Batas Barat : Kabupaten Deli Serdang

Sebagian besar wilayah kota Medan merupakan dataran rendah yang merupakan tempat pertemuan dua sungai penting yaitu Sungai Babura dan Sungai Deli. Kota Medan memiliki luas wilayah sebesar 26.510 hektar yang secara administratif dibagi atas 21 kecamatan yang mencakup 151 kelurahan.


(56)

Berikut luas masing- masing kecamatan :

Tabel 4.1 Luas Wilayah Kota Medan

NO KECAMATAN LUAS (KM2) Persentase (%)

1 Medan Tuntungan 20,68 7,8

2 Medan Johor 14,58 4,83

3 MedanAmplas 11,19 5,50

4 Medan Denai 9,05 4,22

5 MedanArea 5,52 3,41

6 Medan Kota 5,27 3,01

7 Medan Maimun 2,98 1,99

8 Medan Polonia 9,01 2,08

9 Medan Baru 5,84 2,20

10 Medan Selayang 12,81 3,40

11 Medan Sunggal 15,44 1,13

12 Medan Helvetia 13,16 5,83

13 Medan Petisah 6,82 4,97

14 Medan Barat 5,33 2,57

15 Medan Timur 7,76 2,01

16 Medan Perjuangan 4,09 2,93

17 Medan Tembung 7,99 1,54

18 Medan Deli 20,84 7,86

19 Medan Labuhan 36,67 13,83

20 Medan Marelan 23,82 8,99

21 Medan Belawan 26,25 9,90


(57)

Topografi Kota Medan cenderung miring ke utara dan berada pada ketinggian 2,5 - 37,5 meter di atas permukaan laut. Dari luas wilayah kota Medan dapat dipersentasekan sebagai berikut:

1. Permukiman 36,3 % 2. Perkebunan 3,1 % 3. Lahan jasa 1,9 % 4. Sawah 6,1 % 5. Perusahaan 4,2 % 6. Kebun campuran 45,4 % 7. Industri 1,5 %

8. Hutan rawa 1,8 %

4.1.2 Jumlah Penduduk Kota Medan

Jumlah penduduk Kota Medan mengalami kenaikan yang cukup nyata dari tahun 2006 hingga tahun 2009. Jumlah penduduk Kota Medan dari tahun 2006 hingga 2009 berturut-turut yakni 2.067.288 jiwa, 2.083.156 jiwa, 2.102.105 jiwa dan tahun 2009 sebanyak 2.121.05 jiwa. Kepadatan penduduk rata-rata kota Medan tahun 2009 adalah 8.001 jiwa/km2. Kepadatan penduduk tertinggi terdapat di Kecamatan Medan Perjuangan yaitu sebanyak 25.844 jiwa/km2, dan kecamatan dengan tingkat kepadatan penduduk terendah yaitu Kecamatan Medan Labuhan sebanyak 2.916 jiwa/km2.


(58)

Komposisi penduduk kota Medan tahun 2009 terdiri dari laki-laki sebanyak 1.049.457 orang dan perempuan sebanyak 1.071.596 orang. Berdasarkan kelompok umur, penduduk Kota Medan terbesar terdapat pada kelompok umur 20-24 tahun dan yang terkecil pada kelompok umur 75 tahun ke atas.

Berikut adalah distribusi penduduk per kecamatan :

Tabel 4.2 Sebaran Dan Kepadatan Penduduk di Kota Medan

No Kecamatan Jumlah

kelurahan

Luas (KM2)

Penduduk

Jumlah Kepadatan

1 Medan Tuntungan 9 20,68 70.073 3.388

2 Medan Johor 6 14,58 116.220 7.971

3 Medan Amplas 8 11,19 115.156 10.291

4 Medan Denai 6 9,05 139.939 15.463

5 Medan Area 12 5,52 109.253 19.792

6 Medan Kota 12 5,27 84.292 15.995

7 Medan Maimun 6 2,98 57.859 19.416

8 Medan Polonia 5 9,01 53.427 5.930

9 Medan Baru 6 5,84 44.216 7.571

10 Medan Selayang 6 12,81 85.678 6.688

11 Medan Sunggal 6 15,44 110.667 7.168

12 Medan Helvetia 7 13,16 145.376 110.047

13 Medan Petisah 7 6,82 68.120 9.988

14 Medan Barat 6 5,33 79.098 14.840


(59)

16 Medan Perjuangan 9 4,09 105.702 25.844

17 Medan Tembung 7 7,99 141.786 17.745

18 Medan Deli 6 20,84 150.076 7.201

19 Medan Labuhan 6 36,67 106.922 2.916

20 Medan Marelan 5 23,82 126.619 5.316

21 Medan Belawan 6 26,25 96.700 3.684

Jumlah Total 151 265,1 2.121.053 8.001

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Medan, 2009

4.2 Karakteristik Responden

Adapun karakteristik dari para responden yang menjadi sampel penelitian ini diuraikan sebagai berikut :

4.2.1.Usia Responden

Dari hasil penelitian diketahui bahwa usia sampel bervariasi antara 20 sam pai 59 tahun. Untuk lebih jelasnya variasi usia pedagang sektor informal tersebut dapat kita lihat pada tabel berikut :

TABEL 4.2 Usia Responden Pedagang Buah di Kota Medan

No Usia Jumlah Persentas (%)

1 20-39 15 35,71

2 40-49 25 59,52

3 50-59 2 4,76

Jumlah 42 100


(60)

Dari data di atas terlihat bahwa pedagang sektor informal yang menjadi responden paling banyak berusia antara 40 hingga 49 tahun, yaitu berjumlah 25 orang atau 59,52% dari jumlah keseluruhannya. Lalu diikuti responden yang berusia 20 hingga 39 tahun yang berjumlah 15 orang atau 35,71%. Sedangkan yang paling sedikit adalah yang berusia 50 hingga 59 tahun yang berjumlah 2 orang atau sebesar 4,76%.

4.2.2 Distribusi Pendidikan Responden

Dari hasil penelitian ini juga diketahui bahwa distribusi pendidikan responden bervariasi mulai dari lulusan Sekolah Dasar (SD) sampai lulusan sarjana (S1).

TABEL 4.4 Tingkat Pendidikan Responden Di Pasar Buah Di Kota Medan No Pendidikan Terakhir Jumlah (orang) Persentase (%)

1. SD 5 11,9

2. SLTP 10 23,81

3. SLTA 20 47,62

4. Universitas/Akademik 7 16,67

Jumlah 42 100

Sumber : Diolah dari data primer 2011

Berdasarkan tabel di atas maka mayoritas dari responden menamatkan pendidikannya di tingkat SLTA yaitu berjumlah 20 orang atau 47,62% dan yang berpendidikan universitas/akademik berjumlah 7 orang atau 16,67%.


(61)

4.2.3 Jumlah Tanggungan Keluarga

Tabel berikut ini akan memperlihatkan jumlah tanggungan keluarga pedagang buah saat ini :

TABEL 4.5 Jumlah Tanggungan Keluarga Responden di Kota Medan

No Anggota Keluarga Jumlah (orang) Persentase (%)

1. 1-3 15 35,71

2. 4 keatas 27 64,29

Jumlah 42 100

Sumber : Diolah dari data primer 2011

Total dari responden yang telah mempunyai tanggungan keluarga adalah sebanyak 42 orang dari 42 responden. Dari tabel di atas terlihat bahwa responden yang menanggung 1 sampai 3 orang berjumlah 15 orang atau 35,71%, disusul oleh yang harus menanggung 4 orang dan lebih dari 4 orang berjumlah 27 responden atau 64,29%,.

4.3 Penjelasan Data Dari Hasil Koesioner

Penelitian yang saya lakukan dalam pembuatan skripsi yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Buah Di Kota Medan” adalah :

• Saya meniliti di berbagai pasar yang ada di kota Medan seperti pasar Sei Sikambing, pasar Petisah, pasar Aksara, pasar Marelan, pasar Uka dan masih banyak pasar lainnya dan di berbagai wilayah yang terdapat tempat berjualan buah seperti jalan Karya,jalan Kapten Muslim, jalan sekip dan berbagai jalan yang ada di kota Medan


(62)

• Saya meniliti dengan cara membuat kuisioner dan menanyakan satu per satu pertanyaan kepada penjual buah – buahan. Ada 14 (empat belas) pertanyaan yang saya ajukan kepada penjual buah – buahan diantaranya menyangkut variabel – variabel yang mempengaruhi pendapatan pedagang buah – buahan di antaranya : modal usaha (X1), lama usaha ( X2 ), kuantitas (X3), lokasi usaha (X4).

• Dari semua penjual buah – buahan yang ada di kota Medan, saya mengambil sampel sebanyak 42 ( empat puluh dua ) pedagang buah – buahan yang mempunyai berbagai macam karakteristik

• Dari 42 ( empat puluh dua ) sampel terdapat paling banyak berusia antara 40 hingga 49 tahun, yaitu berjumlah 25 orang atau 59,52% dari jumlah keseluruhannya. Lalu diikuti responden yang berusia 20 hingga 39 tahun yang berjumlah 15 orang atau 35,71%. Sedangkan yang paling sedikit adalah yang berusia 50 hingga 59 tahun yang berjumlah 2 orang atau sebesar 4,76%.

• Dari 42 ( empat puluh dua ) sampel terdapat yang menamatkan pendidikannya di tingkat SLTA yaitu berjumlah 20 orang atau 47,62% dan yang berpendidikan universitas/akademik berjumlah 7 orang atau 16,67% sedangkan tamatan SD berjumlah 5 orang atau 11,9 %, tamatan SLTP berjumlah 10 orang atau 23,81 %.

• Dari 42 ( empat puluh dua ) sampel terdapat yang mempunyai tanggungan 1 sampai 3 orang berjumlah 15 orang atau 35,71%, disusul


(63)

oleh yang harus menanggung 4 orang dan lebih dari 4 orang berjumlah 27 responden atau 64,29%.

• Dari 42 ( empat puluh dua ) sampel terdapat 2 (dua) atau 4,76% pedagang buah - buahan yang mempunyai modal sebanyak Rp. 500.000, 6 (enam) atau 14,29% pedagang buah – buahan yang mempunyai modal sebanyak Rp. 1.500.000, 6 (enam) atau 14,29% pedagang buah – buahan yang mempunyai modal sebanyak Rp. 2.000.000, 28 (dua puluh delapan) atau 66,67% pedagang buah – buahan yang mempunyai modal sebanyak lebih dari Rp. 2.000.000.

• Dari 42 ( empat puluh dua ) sampel terdapat 9 (sembilan) atau 21,43% pedagang buah - buahan yang mempunyai lama usaha 2 (dua) tahun ,14 (empat belas) atau 33,33% pedagang buah - buahan yang mempunyai lama usaha 3 (tiga) tahun ,19 (sembilan belas) atau 45,24% pedagang buah - buahan yang mempunyai lama usaha.

• Dari 42 ( empat puluh dua ) sampel terdapat 27 (dua puluh tujuh) atau 64,29% pedagang buah –buahan yang konsumennya sering membeli buah jeruk, 2 (dua) atau 4,76% pedagang buah –buahan yang konsumennya sering membeli buah apel ,1 (satu) atau 2,38% pedagang buah –buahan yang konsumennya sering membeli buah anggur ,12 (dua belas) atau 28,57% pedagang buah –buahan yang konsumennya sering membeli selain buah jeruk,apel,anggur.


(64)

puluh tiga) atau 78,57% pedagang buah – buahan yang berjualan di pasar.

4.4 Interpretasi Data

Untuk menganalisa tingkat pendapatan responden, dalam penelitian ini faktor – faktor yang mempengaruhi pendapatan pedagang buah di kota Medan, penulis menggunakan Metode analisis regresi linier berganda yaitu untuk memprediksi nilai dari variabel terikat yaitu pendapatan pedagang buah – buahan ( Y ) dengan ikut memperhitungkan nilai – nilai variabel bebas yaitu modal usaha (X1), lama

usaha ( X2 ), kuantitas (X3), lokasi usaha (X4) sehingga dapat diketahui pengaruh

positif. Analisis ini menggunkan bantuan yang diaplikasikan ke dalam program komputer Eviews 5.1. Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan pendapatan yaitu total penjualan pedagang dalam satu bulan.

Fungsi persamaan yang telah dibentuk kedalam model ekonomi metrika dirumuskan secara berikut :

Y = α + ß1 X1 + ß2 X2 + ß3 X3 + ß4 X4

Berdasarkan data yang telah diperoleh dari hasil penelitian dan telah diolah dengan menggunakan program komputer Eviews 5.0, diperoleh hasil dari penelitian sebagai berikut :

Dependent Variable: Y Method: Least Squares Date: 03/08/11 Time: 02:37 Sample (adjusted): 1 42


(65)

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 937503.8 3350857. 0.279780 0.7812 X1 1.136326 0.448178 2.535435 0.0156 X2 476969.0 323153.4 1.475984 0.1484 X3 9614.609 1965.021 4.892880 0.0000 X4 -2551293. 1691212. -1.508559 0.1399

R-squared 0.633555 Mean dependent var 17892857 Adjusted R-squared 0.593939 S.D. dependent var 7126399. S.E. of regression 4541148. Akaike info criterion 33.60660 Sum squared resid 7.63E+14 Schwarz criterion 33.81347 Log likelihood -700.7386 F-statistic 15.99252 Durbin-Watson stat 1.093725 Prob(F-statistic) 0.000000

Berdasarkan hasil regresi linier berganda dengan menggunakan program eviews 5.1 diperoleh estimasi sebagai berikut ;

Y = 937503.8+ 1,136326 X1 + 476969,0 X2 + 9614.609 X3 -2551293. X4 + μ

Dari hasil estimasi di atas dapat dijelaskan pengaruh variabel independen yakni modal usaha, lama usaha, kuantitas, dan lokasi usaha adalah sebagai berikut:


(66)

1. Modal Usaha (X1)

Modal usaha mempunyai pengaruh positif terhadap pendapatan pedagang buah di kota Medan besarnya koefisien adalah 1.136326, artinya jika Modal Usaha suatu pedagang semakin besar maka pendapatan yang diterima semakin besar dan jika mengalami penurunan penjualan maka pendapatan tidak turun secara drastis. Sehingga pendapatan suatu usaha tergantung berapa modal yang di punyai pedagang buah untuk mulai usaha buah – buahan.

2. Lama Usaha (X2)

Lama usaha mempunyai pengaruh positif terhadap pendapatan pedagang buah di Kota Medan dan besarnya koefisien adalah 476969,0, artinya semakin lama berusaha (tahun) maka akan meningkatkan pendapatan pedagang buah semakin besar. Karena semakin banyak konsumen yang mengenal pedagang buah – buahan dan semakin banyak konsumen yang membeli buah – buahan yang pedagang buah jual.

3. Kuantitas (X3)

Kuantitas buah yang laku mempunyai pengaruh positif terhadap pendapatan buah – buahan dan besarnya koefisien adalah 9614.609,artinya semakin banyak buah yang laku (dalam Kg) semakin banyak pendapatan yang diperoleh oleh pedagang buah – buahan. Sebaliknya semakin buah yang laku (dalam Kg) semakin sedikit pendapatan yang diperoleh pedagang buah – buahan.


(67)

Lokasi Usaha mempunyai pengaruh positif terhadap pendapatan buah – buahan dan besarnya koefisien adalah -2551293. , artinya lokasi usaha tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel Y. Hal ini ditandai bahwa t-stat untuk koefisien regresi variabel bebas tampak lebih kecil dibandingkan pada t-tabel pada level 5%.

Selanjutnya, pengujian secara secara bersama-sama, ada tidaknya pengaruh yang signifikan secara bersama – sama. Pengujian ini melibatkan ke empat variabel (X1,X2,X3,X4) terhadap variabel Y. Pengujian secara serentak menggunakan distribusi F yaitu membandingkan antara F-stat dengan F-tabel. Hasil melalui program Eviews diperoleh nilai F-stat = 15.99252 > F- tabel (0,05:4:38) = 2,62 maka dapat disimpulkan bahwa variabel X1,X2,X3,X4 secara bersama – sama mempunyai pengaruh yang sangat signifikan terhadap perubahan variabel Y.

4.5Test of Goodness Of Fit ( Uji Kesesuaian )

4.5.1 Analisis Koefisien Determinasi ( R2 )

Koefisien determinasi ( R2 ) dari model di atas adalah 0.633555 atau 63,35%. Hal ini menunjukkan bahwa variabel independen seperti X1 (Modal Usaha), X2 (Lama Usaha), X3 (Kuantitas ) (Kg) , X4 (Lokasi Usaha) dapat memberikan penjelasan terhadap variabel dependen Y (Pendapatan) sebesar

63,35% sedangkan sisanya yaitu sebesar 36,65% dijelaskan oleh variabel lain μ


(68)

Untuk mengetahui apakah variabel variabel X1 (modal usaha), X2 (lama

usaha), X3 (kuantitas), dan X4 (lokasi usaha) nyata mempengaruhi variabel

terikat Y (pendapatan pedagang buah) dapat diketahui melalui uji t. Dari hasil regresi model yang telah diperoleh dapat dibuat suatu interpretasi model yang diambil pada metode penelitian sebagai berikut :

1. Variabel X1 (Modal Usaha a. Ho : b=0

Ha : b≠ 0

b. α =1% ; n= 42 ; k = 4; df (n - k - 1) = 37 t-hitung = 2.535435

t-tabel = 2,013

c. Kriteria pengambilan keputusan:

Ho ditolak jika t-hitung > t-tabel


(1)

Uji Multikoliniearitas

Dependent Variable: X1 Method: Least Squares Date: 03/08/11 Time: 03:53 Sample (adjusted): 1 42

Included observations: 42 after adjustments

White Heteroskedasticity-Consistent Standard Errors & Covariance

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 3953191. 984450.8 4.015631 0.0003

X2 -105619.3 100561.4 -1.050297 0.3002

X3 823.2873 661.6077 1.244374 0.2210

X4 -1288812. 482165.9 -2.672965 0.0110

R-squared 0.151682 Mean dependent var 3645238. Adjusted R-squared 0.084710 S.D. dependent var 1718082. S.E. of regression 1643703. Akaike info criterion 31.55319 Sum squared resid 1.03E+14 Schwarz criterion 31.71869 Log likelihood -658.6171 F-statistic 2.264845 Durbin-Watson stat 1.228039 Prob(F-statistic) 0.096561

Dependent Variable: X2 Method: Least Squares Date: 03/08/11 Time: 04:10


(2)

Sample (adjusted): 1 42

Included observations: 42 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 2.479535 1.633314 1.518100 0.1373

X1 -2.03E-07 2.23E-07 -0.912824 0.3671

X3 0.002593 0.000892 2.905794 0.0061

X4 -1.049062 0.831749 -1.261273 0.2149

R-squared 0.221682 Mean dependent var 4.373810 Adjusted R-squared 0.160235 S.D. dependent var 2.487634 S.E. of regression 2.279635 Akaike info criterion 4.576300 Sum squared resid 197.4759 Schwarz criterion 4.741792 Log likelihood -92.10230 F-statistic 3.607734 Durbin-Watson stat 2.572060 Prob(F-statistic) 0.021839

Dependent Variable: X3 Method: Least Squares Date: 03/08/11 Time: 04:12 Sample (adjusted): 1 42

Included observations: 42 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 841.3235 240.6167 3.496530 0.0012

X1 4.28E-05 3.63E-05 1.178478 0.2459

X2 70.12022 24.13117 2.905794 0.0061


(3)

R-squared 0.215625 Mean dependent var 1305.238 Adjusted R-squared 0.153701 S.D. dependent var 407.5162 S.E. of regression 374.8925 Akaike info criterion 14.78155 Sum squared resid 5340688. Schwarz criterion 14.94704 Log likelihood -306.4125 F-statistic 3.482077 Durbin-Watson stat 1.713467 Prob(F-statistic) 0.025020

Dependent Variable: X4 Method: Least Squares Date: 03/08/11 Time: 04:14 Sample (adjusted): 1 42

Included observations: 42 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 1.209009 0.254640 4.747910 0.0000

X1 -9.05E-08 4.04E-08 -2.240102 0.0310 X2 -0.038302 0.030368 -1.261273 0.2149

X3 2.09E-06 0.000188 0.011103 0.9912

R-squared 0.158833 Mean dependent var 0.714286 Adjusted R-squared 0.092425 S.D. dependent var 0.457230 S.E. of regression 0.435588 Akaike info criterion 1.266153 Sum squared resid 7.210004 Schwarz criterion 1.431645 Log likelihood -22.58921 F-statistic 2.391776 Durbin-Watson stat 1.453346 Prob(F-statistic) 0.083673


(4)

Uji Heterokedastisitas

Test Equation:

Dependent Variable: RESID^2

Method: Least Squares

Date: 03/08/11 Time: 14:16

Sample (adjusted): 1 42

Included observations: 42 after adjustments

Variable

Coefficien

t

Std. Error

t-Statistic

Prob.

C

9.80E+13

4.12E+13

2.378344

0.0232

X1

-5103948.

9336395.

-0.546672

0.5882

X1^2

0.502489

1.250352

0.401878

0.6903

X2

-3.54E+12

6.18E+12

-0.572587

0.5707

X2^2

4.21E+11

5.03E+11

0.837047

0.4084

X3

-1.35E+11

5.55E+10

-2.435850

0.0203

X3^2

62018906

19386737

3.199038

0.0030

X4

-5.07E+12

8.33E+12

-0.608391

0.5470

R-squared

0.601507 Mean dependent var

1.82E+13

Adjusted R-squared

0.519464 S.D. dependent var

3.07E+13

S.E. of regression

2.13E+13 Akaike info criterion

64.38775

Sum squared resid

1.54E+28 Schwarz criterion

64.71874

Log likelihood

-1344.143 F-statistic

7.331639

Durbin-Watson stat

1.225265 Prob(F-statistic)

0.000023


(5)

White Heteroskedasticity Test:

F-statistic

5.639659 Probability

0.000064

Obs*R-squared

30.39270 Probability

0.004133

Test Equation:

Dependent Variable: RESID^2

Method: Least Squares

Date: 03/08/11 Time: 14:25

Sample (adjusted): 1 42

Included observations: 42 after adjustments

Variable

Coefficien

t

Std. Error

t-Statistic

Prob.

C

-2.18E+13

7.73E+13

-0.281917

0.7801

X1

-12061342

16177069

-0.745583

0.4621

X1^2

2.976517

1.506120

1.976281

0.0580

X1*X2

-775668.6

1230493.

-0.630372

0.5336

X1*X3

-14804.90

8197.317

-1.806067

0.0817

X1*X4

11996797

9818972.

1.221798

0.2320

X2

-9.13E+12

1.21E+13

-0.754358

0.4569

X2^2

3.26E+11

6.40E+11

0.510140

0.6140

X2*X3

6.78E+09

5.53E+09

1.226578

0.2302


(6)

X2*X4

9.56E+11

4.97E+12

0.192483

0.8488

X3

9.69E+10

9.68E+10

1.000508

0.3256

X3^2

-1479684.

39095122

-0.037848

0.9701

X3*X4

-7.79E+10

3.00E+10

-2.593759

0.0149

X4

3.72E+13

5.17E+13

0.719049

0.4781

R-squared

0.723636 Mean dependent var

1.82E+13

Adjusted R-squared

0.595324 S.D. dependent var

3.07E+13

S.E. of regression

1.96E+13 Akaike info criterion

64.30750

Sum squared resid

1.07E+28 Schwarz criterion

64.88672

Log likelihood

-1336.457 F-statistic

5.639659

Durbin-Watson stat

1.754647 Prob(F-statistic)

0.000064