plastik dan aluminium foil dan dibiarkan selama 24 jam. Setelah 24 jam keran perkolator dibuka dan cairan perkolat dibiarkan menetes dengan kecepatan 1 tetes
per detik dan ditampung dalam botol berwarna bening. Perkolasi dihentikan setelah tetesan terakhir perkolat tidak berwarna lagi atau apabila sebanyak 500 mg
cairan perkolat diuapkan di atas penangas air tidak meninggalkan sisa. Perkolat dipekatkan dengan bantuan alat penguap rotary evaporator pada temperatur tidak
lebih dari 40 C, lalu ampas dikeluarkan dari alat perkolator dan dikeringkan
dengan cara di angin- anginkan selama 1 jam. Perkolasi dengan penyari etil asetat dan etanol 96 dilakukan dengan cara yang sama. Bagan pembuatan ekstrak
dapat dilihat pada Lampiran 5, halaman 51.
3.9 Analisis Ekstrak
n-Heksan, Etilasetat dan Etanol Secara KLT
Terhadap komponen kimia ekstrak n–heksan dilakukan analisis secara Kromatografi lapis tipis KLT menggunakan fase diam silika gel F
254
dan fase gerak campuran n-heksan-etilasetat dengan perbandingan 90:10, 80:20,
70:30, 60:40, dan 50:50. Sebagai penampak bercak digunakan pereaksi asam sulfat 50 dalam metanol.
Terhadap komponen kimia ekstrak etilasetat dilakukan analisis secara KLT menggunakan fase diam silika gel F
254
dan fase gerak campuran etilasetat-n- heksan dengan perbandingan 90:10, 80:20, 70:30, 60:40, dan 50:50.
Sebagai penampak bercak digunakan pereaksi asam sulfat 50 dalam metanol. Terhadap komponen kimia ekstrak etanol digunakan fase gerak campuran
kloroform - metanol dengan perbandingan 90:10, 80:20, 70:30, 60:40, dan 50:50. Sebagai penampak bercak digunakan pereaksi asam sulfat 50 dalam
metanol. Cara kerja:
Universitas Sumatera Utara
Ekstrak ditotolkan pada plat lapis tipis, kemudian dimasukkan ke dalam chamber yang telah jenuh dengan uap fase gerak. Setelah pengembangan selesai
plat dikeluarkan dan dikeringkan, plat disemprot dengan penampak bercak asam sulfat 50 dalam metanol dan dipanaskan di oven pada suhu 105°C selama 15
menit lalu diamati perubahan warna yang terjadi. Hasil analisis ekstrak n-heksan secara KLT dapat dilihat pada Lampiran 6, halaman 53, hasil analisi ekstrak
etilasetat secara KLT dapat dilihat pada Lampiran 7, halaman 54 dan analisis ekstrak etanol secara KLT dapat dilihat pada Lampiran 8, halaman 55.
3.10 Uji Aktivitas Biologi
Metode ini dilakukan terhadap ekstrak n-heksan, ekstrak etilasetat, ekstrak etanol menggunakan larva Artemia salina Leach, yaitu sebagai berikut:
Disiapkan air laut buatan dengan melarutkan 38 gram garam laut dengan air dua kali penyulingan dicukupkan hingga 1L, kemudian disaring. Bejana penetasan
disekat menjadi dua bagian, yaitu bagian yang besar dan bagian yang kecil, lalu diberi lubang pada sekatnya. Setelah air laut buatan dimasukkan ke dalam bejana,
telur Artemia salina Leach ditaburkan ke dalam bagian yang kecil kemudian bagian atasnya ditutup dengan aluminium foil sedangkan bagian yang besar
dibiarkan terbuka menghadap lampu. Setelah 48 jam, telur akan menetas menjadi larva dan siap digunakan untuk hewan uji. Disiapkan larutan uji yang terdiri dari
ekstrak n-heksan, ekstrak etilasetat, ekstrak etanol dengan konsentrasi : 1000, 100 dan 10
, disiapkan 3 vial untuk masing-masing konsentrasi larutan uji sehingga semuanya menjadi 9 vial dan 1 vial untuk kontrol. Larutan induk I
dibuat dengan menimbang 50 mg ekstrak lalu dilarutkan dengan pelarut yang sesuai sampai 5 ml sehingga diperoleh konsentrasi 10.000
. Dari larutan
Universitas Sumatera Utara
induk I dipipet 0,5 ml lalu diencerkan sampai 5 ml sehingga diperoleh larutan induk II dengan konsentrasi 1000
. Dari larutan induk II dipipet 0,5 ml lalu diencerkan sehingga diperoleh konsentrasi 100
. Dari konsentrasi 100 dipipet 0,5 ml lalu diencerkan sampai 5 ml sehingga diperoleh konsentrasi
10 . Dimasukkan masing-masing larutan uji ke dalam vial, lalu pelarutnya
dibiarkan menguap seluruhnya. Dimasukkan kira-kira 3 ml air laut buatan ke dalam masing-masing vial. Dimasukkan 10 ekor larva Artemia salina Leach, lalu
ditambahkan air laut buatan sampai 5 ml. Ditambahkan 1 tetes suspensi ragi sebagai makanannya 3 mg dalam 5 ml air laut buatan, kemudian semua vial
diletakkan di bawah cahaya lampu. Setelah 24 jam dihitung jumlah larva yang mati Mclaughlin, et al., 1998. Data dianalisis dengan Analisa regresi linear
untuk menentukan LC
50
. Bagan uji Brine Shrimp Lethality Test dapat dilihat pada Lampiran 9, halaman 56.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Identifikasi Tumbuhan
Identifikasi tumbuhan yang digunakan dilakukan Pusat Penelitian Oseanografi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI Jakarta, Indonesia,
hasilnya adalah talus rumput laut Sargassum ilicifolium Turner C. Agardh, suku Sargassaceae.
4.2 Karakteristik Simplisia
Hasil pemeriksaan makroskopik rumput laut Sargassum ilicifolium Turner C. Agardh adalah bentuk talus yang terdiri dari “batang”, “daun” dan
holdfast, berwarna coklat kehitaman, bau khas dan tidak berasa. Pemeriksaan mikroskopik serbuk simplisia talus rumput laut Sargassum ilicifolium Turner C.
Agardh diperoleh adanya sel parenkim, sel parenkim berisi pigmen coklat, sel propagule bersel satu, sel propagule bersel dua dan sel propagule bersel tiga.
Gambar makroskopik dan mikroskopik dapat dilihat pada Lampiran 2-3, halaman 42-45.
Hasil karakteristik serbuk simplisia talus sumput laut Sargassum ilicifolium Turner C. Agardh dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini:
Universitas Sumatera Utara