26
BAB II KEKUATAN HUKUM PERJANJIAN JUAL BELI KAVLING YANG DIBUAT
DIBAWAH TANGAN ANTARA PENGEMBANG PERUMAHAN DENGAN PEMBELI
Hukum tentang Perjanjian diatur dalam buku III Kitab Undang-undang Hukum Perdata tentang Perikatan. Hukum perjanjian mempunyai sifat sistem terbuka.
Maksudnya dalam hukum perikatanperjanjian memberikan kebebasan yang seluas- luasnya kepada subyek hukum untuk mengadakan perjanjian yang berisi apa saja,
asalkan tidak melanggar perundang-undangan, ketertiban umum dan kesusilaan.
39
Peraturan khusus tentang jual beli diatur dalam bab kelima KUHPerdata. Dalam Pasal 1457 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menyebutkan bahwa :
“Suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan, dan pihak lain untuk membayar harga yang
telah diperjanjikan.”
A. Subjek Hukum Perjanjian Jual Beli.
Subjek Hukum dalam jual beli adalah penjual dan pembeli. Subjek hukum merupakan pendukung hak dan kewajiban. Subjek hukum terdiri dari manusia pribadi
dan badan hukum. Manusia pribadi adalah subjek hukum dalam arti biologis sedangkan badan hukum adalah subjek hukum dalam arti yuridis.
40
1. Manusia.
39
R.Subekti, Aneka Perjanjian cetakan kesepuluh, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1995, hal 2
40
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000, hal 27
26
Universitas Sumatera Utara
27
Berlakunya manusia sebagai pendukung hak dan kewajiban dimulai saat dilahirkan dan berakhir pada saat ia meninggal dunia.
41
Subjek yang berupa manusia, harus memenuhi syarat umum untuk dapat melakukan suatu perbuatan hukum secara
sah, yakni harus sudah dewasa, sehat pikiran dan tidak dilarang atau dibatasi dalam melakukan suatu perbuatan hukum.
42
Menurut Pasal 1330 KUHPerdata pribadi yang dianggap tidak cakap melakukan tindakan hukum adalah :
43
a. Orang yang belum dewasa; Orang yang belum dewasa adalah mereka yang belum mencapai umur genap
21 dua puluh satu tahun dan tidak lebih dahulu telah kawin. b. Mereka yang ditaruh dibawah pengampuan;
Hal ini diatur dalam Pasal 433-462 KUHPerdata tentang pengampuan. Pengampuan adalah keadaan dimana seseorang karena sifat-sifat pribadinya
dianggap tidak cakap atau tidak dalam segala hal cakap untuk bertindak sendiri di dalam lalu lintas hukum, karena orang tersebut oleh putusan hakim
dimasukkan ke dalam golongan orang yang tidak cakap bertindak dan lantas diberi seorang wakil menurut undang-undang yang disebut pengampu. Sifat-
sifat pribadinya yang dianggap tidak cakap menurut Pasal 433 KUHPerdata adalah:
44
41
Komariah, Hukum Perdata, UMM Press, Malang, 2008, hal 22
42
Djoko Prakoso dan Bambang Riyaldi Lany, Dasar Hukum Persetujuan Tertentu di Indonesia, Bina Aksara, Jakarta, 1987, hal 6
43
Komariah, Op.cit, hal 24
44
Handri Raharjo, Hukum Perjanjian di Indonesia, Pustaka Yustisia, Yogjakarta, 2009, hal 47
Universitas Sumatera Utara
28
i. Keadaaan dungu; ii. Sakit ingatangilamata gelap.
iii. Pemboros dan pemabuk.
c. Orang perempuan yang sudah berkeluarga Hal ini telah dicabut berdasarkan Surat Edaran Mahkamah Agung nomor 3
tahun 1963.
45
2. Badan Hukum.
Perusahaan pengembang umunya berbentuk badan hukum yakni perseroan terbatas ataupun commanditaire vennootschap CV dan pertama kali didirikan
berdasarkan akta pendirian perusahaan yang tercantum dalam anggaran dasar yang kegiatan pokok usahanya antara lain melakukan usaha pengembangan lokasi
permukiman bagi masyarakat yang membutuhkan perumahan. Pasal 1653 KUHPerdata menyatakan terdapat tiga klasifikasi badan hukum
yakni :
46
a. Badan hukum
yang dibentuk
oleh pemerintah
seperti badan-badan
pemerintahan, perusahaan-perusahaan Negara. Badan hukum ini dibentuk oleh pemerintah untuk kepentingan Negara dengan undang-undang atau dengan
peraturan pemerintah.
b. Badan hukum yang diakui oleh pemerintah seperti perseroan terbatas, koperasi. Badan hukum ini dibentuk oleh swasta atau pribadi warga Negara
untuk kepentingan pribadi pembentuknya sendiri. Tetapi badan hukum itu mendapat pengakuan dari pemerintah menurut undang-undang. Pengakuan itu
diberikan karena isi anggaran dasarnya tidak dilarang oleh undang-undang, tidak bertentangan dengan ketertiban umum, tidak bertentangan dengan
kesusilaan, dan tidak akan melanggar undang-undang. Pengakuan dari pemerintah tersebut diberikan melalui pengesahan anggaran dasarnya.
c. Badan hukum yang diperbolehkan untuk suatu tujuan tertentu yang bersifat ideal seperti yayasan pendidikan, sosial dan keagamaan. Badan ini tidak
45
R.Abdoel Djamali, Pengantar Hukum Indonesia, PT.RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2006, hal 152
46
Handri Raharjo, op.cit, hal 29-30
Universitas Sumatera Utara
29
dibentuk oleh pemerintah dan tidak diperlukan pengakuan pemerintah berdasarkan undang-undang. Namun untuk mengetahui anggaran dasar
yayasan tersebut tidak bertentangan dengan undang-undang maka akta pendiriannya harus dibuat di muka notaris, karena notaris adalah pejabat resmi
menurut undang-undang.
3. Subjek Hukum Penyelenggara Lisiba