49 terkumpul dicuci bersih dan buahnya dilepas. Kemudian, dipilih benih yang
panjang hipokotilnya 20 cm atau lebih. Penyiapan media untuk Ceriops sp. sama dengan penyiapan media semai Rhizophora sp. Penyemaian benih Ceriops sp.
sama dengan Bruguiera sp.
d Excoecaria sp.
Warna buah dari Excoecaria sp yang telah matang adalah kuning kecoklatan. Buah berbentuk bulat kecil-kecil dan akan jatuh setelah matang. Biji dipilih yang
padat dan mempunyai diameter 3 mm atau lebih. Media yang digunakan untuk pembibitan sama dengan Rhizophora sp. Excoecaria sp. pembibitannya tidak
langsung dilakukan pada polibag. Biji dari Excoecaria sp. ditebar di parit yang berisi media dan terlindung dari cahaya matahari secara langsung. Parit dibuat di
darat untuk menghindari biji terbawa arus. Setelah daun Excoecaria sp. tumbuh 3- 5 buah, bibit bisa dicabut dan dipindahkan ke polibag. Setiap satu polibag
ditanami satu bibit. e
Avicennia sp. Ciri kematangan buah adalah warna kulit buah kekuningan, dan kadang
kulit buah sedikit terbuka. Buah yang sudah matang mudah terlepas dari kelopaknya. Buah dilepas dari kelopaknya dan dipilih benih yang bebas hama dan
beratnya 1,5 gram atau lebih. Setelah kelopak dilepas, buah direndam dalam air selama satu hari agar terkelupas kulitnya. Buah yang belum terkelupas kulitnya,
dapat dikupas dengan tangan. Kemudian, buah dipindahkan ke dalam ember berisi air payau yang bersih. Penyiapan media semai Avicennia sp. tidak berbeda dengan
Rhizophora sp. Polibag disiram hingga cukup basah, barulah dilakukan persemaian. Benih disemaikan masing-masing satu buah dalam satu polibag,
dengan cara ditancapkan kurang lebih sepertiga panjang benih ke dalam tanahmedia.
3. Penanaman Mangrove
Langkah-langkah dalam penanaman mangrove yaitu a.
Penentuan lokasi penanaman Lokasi penanaman yang sesuai untuk jenis tanaman mangrove adalah areal
yang berlumpur dan terkena pengaruh pasang surut air laut. Salah satu indikator biologisnya adalah didapatkan ikan glodok atau tembakul. Sedangkan lokasi yang
sesuai untuk jenis tanaman pantai adalah areal berpasir, terutama yang telah ditumbuhi oleh beberapa jenis tumbuhan menjalar, seperti galaran atau katang-
katang Ipomea pas-caprae Bengen 2001.
b. Penataan lokasi penanaman
Hal -hal yang perlu dilakukan dalam penataan lokasi menurut Kusmana et al. 2008 yaitu
• Status lahan dan Penataan batas Status kepemilikan lahan harus jelas dan penataan batasnya harus melibatkan
aparat pemerintahan untuk menghindari perselisihan yang mungkin timbul di kemudain hari.
• Pengukuran luas
Pengukuran luas dilakukan untuk mengetahui jumlah bibit yang dibutuhkan. Hal ini disebabkan, bibit yang akan ditanam memiliki jarak tanam, misalnya 1 meter x
1 meter. • Penentuan jarak tanam
Jarak tanam ideal untuk tanaman mangrove adalah 1m x 1m atau 1m x 2m sedangkan untuk tanaman pantai yang bertajuk lebar jarak tanam ideal adalah 5m
x 5m. Untuk yang bertajuk kecil jarak tanam idealnya 3m x 3m atau 4m x 4m. Untuk memudahkan pelaksanaan penanaman, maka setiap titik tanam sebaiknya
diberi ajir yang telah diberi tanda cat pada ujungnya.
c. Penanaman
Penanaman bibit mangrove dibagai menjadi dua jenis, yaitu untuk tanaman pantai dan tanaman mangrove sejati Khazali 1999:
a Tanaman Pantai
1. Membuat lubang tanam dengan ukuran selebar mata cangkul
2. Membuka polibag dengan merobeknya secara hati-hati agar media tidak
hancurrusak. Jika medianya kompak, polibag dapat dengan mudah dilepaskan hanya dengan menarik bibit secara perlahan.
3. Bibit dimasukkan ke dalam lubang tanam dan ditimbun dengan tanah
bekas galian lubang tersebut. 4.
Bibit diikatkan kepada ajir dengan menggunakan tali rafia. Apabila angin yang bertiup di sekitar lokasi penanaman cukup kencang, pengikatan
sebaiknya dilakukan di dua titik. Selanjutnya, bekas polibag dikumpulkan lalu dibuang di tempat sampah.
b Tanaman mangrove
1. Membuat lubang dengan bantuan sekop sedalam tinggi polibag.
2. Membuka polibag pembukaan lebih mudah karena media yang
digunakan adalah tanah berlumpur yang selalu basah. 3.
Meletakkan bibit pada lubang tanam yang telah dibuat dan menutupnya kembali dengan lumpur.
4. Mengikat bibit pada ajir dan membuang polibag pada tempat sampah.
Teknik penanaman mangrove dapat dilakukan dengan berbagai cara sesuai dengan asal bibitbenih yang digunakan. Karena pada kegiatan konservasi ini bibit
yang digunakan berasal dari sumber pembibitan terdekat bukan ditanam dari biji, maka teknik penanaman mangrove yang dilakukan adalah dengan
penanamam secara acak, dengan jarak masing-masing bibit 2 meter. Penanaman secara acak dilakukan karena mangrove alami tidak tumbuh berjajar, jadi tidak
perlu ditanam sejajar. Penanaman berjajar dapat menciptakan saluran air di antara baris yang dapat mengganggu pasokan air ke mangrove itu sendiri. Ketika
menanam bibit mangrove di lokasi konservasi, tidak perlu diberi pupuk tambahan apapun. Penambahan pupuk terlalu memanjakan akar bibit mangrove sehingga
akarnya tidak aktif tumbuh dan mencari nutrient dengan sendiri di substrat yang ditumbuhinya.
Teknik penanamannya sendiri untuk menempatkan anakan dari polibag ke dalam lubang tanam lebih baik jika ada seorang yang memegang benih dan yang
lainnya menimbunnya dengan tanah. Hal ini dilakukan untuk memastikan agar permukaan tanah dari anakan yang di polibag sejajar dengan permukaan tanah di
sekeliling lubang tanam. Fungsi lainnya yaitu agar akar anakan mangrove bebas
51 dan leluasa masuk di dalam lubang tanam. Akar yang terganggu oleh lubang yang
kurang dalam akan membentuk huruf “J” dan dapat menghambat pertumbuhan atau bahkan membuat anakan mati. Dan terakhir kita jangan lupa melepas polibag
dari anakannya.
Ukuran lubang tanam satu setengah kali lebih besar dan lebih dalam daripada ukuran lingkar akar anakan yang akan ditanam. Hal lain yang perlu
diperhatikan adalah setelah penanaman dilakukan, biasanya tanah dipadatkan dengan cara diinjak, perlakuan seperti ini harus dihindari karena dapat
mengurangi kantong-kantong air tanah yang diperlukan oleh akar. Biarkan tanah di sekitar akar agak gembur dan jangan dipadatkan.
4. Monitoring Tahapan terakhir yang akan dilakukan dalam kegiatan konservasi mangrove
di Desa Ujung Alang ini adalah melakukan monitoring dari kegiatan-kegiatan proses konservasi. Hal-hal yang perlu dimonitoring yaitu pengamatan spesies
mangrove yang tumbuh, mengamati waktu pertumbuhan, mengamati karakter tanaman, mencatat tingkat kegagalan, mencatat tingkat akumulasi sampah,
perkiraan biaya konservasi, pengaruh pemantauan mangrove, karakter ekosistem mangrove yang direhabilitasi.
Pengamatan spesies mangrove yang tumbuh dilakukan dengan cara memeriksa sumber asal bibit, dimana akan diketahui jenis spesies tanaman
mangrove yang tumbuh. Untuk waktu pertumbuhan, parameter yang diamati adalah kepadatan anakan, diamater tangkai, volume dan ketinggian anakan, serta
tingkat pertumbuhan tahunan. Selain itu, perlu juga dilakukan pengamatan mengenai karakter tanaman mangrove, dimana faktor-faktor yang diamati adalah
struktur tangkai, tunas, buah dan ketahanan terhadap tanaman terhadap serangan hama Kustanti 2011.
Kegiatan monitoring selanjutnya adalah mencatat tingkat kegagalan yang terjadi, disini kita harus mengetahui faktor-faktor apa saja yang telah
menyebabkan kegagalan dalam melakukan rehabilitasi, sehingga dapat dilakukan perbaikan dengan cara menghindari hal-hal yang menyebabkan kegagalan
tersebut. Selain mencatat tingkat kegagalan, juga dilakukan pencatatan tingkat akumulasi sampah, dengan menandai sumber sampah dan langkah yang diambil
untuk meminimalisir permasalahannya.Tahapan berikutnya adalah menyesuaikan tingkat kepadatan optimal anakan, apakah yang menyebabkan kepadatan tersebut,
apakah akibat pertumbuhan alami mangrove atau dari penanaman awal, serta mengamati laju pertumbuhan anakan tersebut.
Kegiatan monitoring selanjutnya yaitu pengamatan terhadap pengaruh pemanfaatan mangrove, hal ini merupakan bagian dari kegiatan konservasi dalam
jangka panjang. Selain itu, juga diamati tentang karakter ekosistem mangrove yang direhabilitasi, yang berupa pengamatan flora, fauna dan lingkungan fisik
ekosistem mangrove yang telah dilakukan konservasi dan membandingkannya dengan kondisi mangrove yang sehat dan tidak terganggu pertumbuhannya.
Perkiraan biaya konservasi juga harus diperhatikan, dimana perkiraan biayanya termasuk persispan lahan, pengumpulan benih, pembibitan, penanaman dan hal-
hal lainnya.