Cara penentuan faktor strategi eksternal:
19
4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Desa Ujung Alang 1.
Luasan Luas daratan Desa Ujung Alang adalah 50,36 km
2
atau 5036 ha Tabel 3. Desa Ujung Alang terletak pada koordinat 7
°35’- 7°50’ LS dan 108°45’-109°3’ BT. Sedangkan secara administrasi desa ini termasuk kedalam wilayah
Kecamatan Kampung Laut Kabupaten Cilacap Jawa Tengah. Kecamatan inimerupakan kecamatan termuda di Cilacap karena baru dibentuk pada tahun
2002. Batas wilayah Desa Ujung Alang sebelah utara berbatsan dengan Desa Pojok Tiga, sebelah selatan berbatasan dengan Pulau Nusakambangan, sebelah
barat berbatasan dengan Kampung Masigitsela dan Desa Pojok Tiga, dan sebelah timur berbatasan dengan Desa Bondan Kalinano. Desa Ujung Alang terbagi
kedalam empat dusun yaitu Dusun Motean, Paninten, Lempong Pucung dan Bondan.
Tabel 3 Luas Kecamatan Kampung Laut berdasarkan desa No. DesaKelurahan
Luas Km
2
Banyaknya Dusun 1
Ujung Gagak 26,15
6 2
Ujung Alang 50,36
4 3
Klaces 28,86
2 4
Panikel 36,85
5 Jumlah Total
142,22 17
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Cilacap 2015
2. Topografi dan Kelerengan
Bentang lahan Desa Ujung Alang merupakan suatu dataran rendah pantai yang ditumbuhi oleh hutan mangrove dengan ketinggian 0- 1,5 dpl. Secara fisik
sebagian wilayah tersebut merupakan wilayah lipatan selatan termasuk pada wilayah dataran rendah Kroya dan wilayah Nusakambangan. Desa Ujung Alang
terletak di laguna Segara Anakan, yang merupakan suatu hasil dari proses tektonik yang terjadi yaitu melalui pembentukan Zona Depresi Citanduy yang dibatasi oleh
sesar-sesar atau patahan-patahan besar Sutaryo et al. 2013. Peta topografi ditunjukkan dalam Gambar 5.
Gambar 5 Peta Topografi Ujung Desa Ujung Alang 3.
Hidrologi Pola Aliran Sungai Sumber air di Desa Ujung Alang di Dusun Lempong Pucung diperoleh
dari mata air yang berada di Pulau Nusakambangan yang merupakan daerah pegunungan gamping. Air tawar dari pegunungan gamping berasal dari retakan-
retakan diaklas yang dapat meresapkan air hujan ke dalam batuan dan kemudian mengumpul ke gua-gua menjadi sungai di bawah tanah dan disalurkan dengan
pipa ke kolam penampungan yang tersebar di setiap RT. Sungai-sungai di Desa Ujung Alang Gambar 6 juga merupakan sumber air tawar. Sementara untuk
ketiga dusun lainnya mengandalkan sumur dan juga membeli air dari Dusun Lempong Pucung yang diangkut menggunakan perahu.
Gambar 6 Peta Sungai Desa Ujung Alang
21 4.
Iklim Berdasarkan data dari Stasiun Meteorologi dan Geofisika Kabupaten
Cilacap pada tahun 2014, curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Juli 507.0 mm dan terendah terjadi pada bulan September 290 mm. Jumlah hari hujan
terbanyak terjadi pada bulan Maret sebanyak 27 hari, sedangkan jumlah hari hujan paling sedikit terjadi pada bulan September sebanyak 11 hari hujan. Suhu
maksimum tertinggi tercatat 35,2°C terjadi pada bulan Maret, sedangkan suhu maksimum terendah 29.8° C terjadi pada bulan Agustus.
5. Jenis Lahan dan kepemilikan.
Jenis lahan yang terdapat di Desa Ujung Alang dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu lahan timbul, lahan mangrove dan lahan pertanian. Pertama,
lahan timbul yaitu lahan yang terjadi akibat sedimentasi dan jenis lahan ini banyak dimanfaatkan untuk pemukiman. Kedua, lahan mangrove yaitu lahan yang
ditumbuhi pohon mangrove dan terletak disepanjang sempadan pesisir yang dimanfaatkan sebagai tambak, sumber benih ikan,udang dan kepiting mangrove.
Ketiga, lahan pertanian yaitu lahan yang digunakan masyarakat untuk menanam komoditi pertanian seperti padi, palawija dan pohon buah-buahan, jenis lahan ini
banyak terdapat di Dusun Lempong Pucung dan Pulau Nusakambangan.
Ketiga jenis lahan tersebut berada di bawah pemerintah daerah kabupaten Cilacap sehingga status kepemilikannya menjadi kewenangan pemerintah daerah.
Berdasarkan hasil wawancara, status kepemilikan lahan saat ini masih menjadi milik pemerintah daerah dan belum memiliki sertifikat kepemilikan yang jelas.
Masyarakat yang ingin mendirikan tempat tinggal maupun melakukan kegiatan pertanian mengurus izin terlebih dahulu ke desa dan kecamatan kemudian diberi
SPPT Surat Pajak Penggunaan Tanah.
6. Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Ujung Alang
a. Kependudukan
1 Jumlah Penduduk Jumlah penduduk Desa Ujung Alang tersebar di empat dusun, yaitu Motean,
Paninten, Lempong Pucung dan Bondan. Keempat dusun tersebut dipisahkan oleh perairan laguna dimana Dusun Motean dan Paninten berada pada satu grumbul
daratan, Dusun Lempong Pucung berada di Pulau Nusakambangan dan Dusun Bondan dusun bentukan baru yang berhimpitan dengan kawasan Perum
Perhutani. Penduduk tersebut terbagi ke dalam 39 unit Rukun Tetangga RT dan 12 unit Rukun Warga RW. Tabel jumlah penduduk ditunjukkan dalam Tabel 4.
Tabel 4 Jumlah Penduduk Kecamatan Kampung Laut
No. Desa Penduduk
Jumlah Rasio
Laki-laki Perempuan
1 Ujung Alang
2.851 2.399
5.250 118,84
2 Ujung Gagak
2.262 2.290
4.552 98,78
3 Klaces
774 814
1.588 95,09
4 Panikel
2.927 2.864
5.791 102,20
Jumlah Total 8.814
8.367 17.181
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Cilacap 2015
2 Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan penduduk di Desa Ujung Alang umumnya cukup rendah,
dimana sebagian besar adalah tidakbelum tamat SD dan tamat SD Tabel 5. Selain itu masih terdapat 116 jiwa yang masih buta huruf.
Tabel 5 Presentase tingkat pendidikan Desa Ujung Alang No.
Tingkat Pendidikan Jumlah
1. Tidak Sekolah
399 2.
Tidak Tamat SD 384
3. SD
2.292 4.
SLTP 736
5. SLTA
112 6.
S1 12
Jumlah keseluruhan 3.935
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Cilacap 2014
b. Perekonomian Kegiatan masyarakat yang berhubungan dengan perekonomian bersumber
dari pertanian, perkebunan dan nelayan Tabel 6 dan 7. Hasil komoditas pertanian dan perkebunan Desa Ujung Alang berupa padi, kayu sengon, dan
jagung.
Tabel 6 Mata Pencaharian Penduduk Desa Ujung Alang berdasarkan Lapangan Usaha
No. Lapangan usaha
Jumlah Orang 1.
Pertanian dan perikanan 708
2. Pertambangan
1 3.
Industri 55
4. Perdagangan
149 5.
Transportasi dan komunikasi 12
6. Jasa-jasa
46 7.
Lainnya 116
Jumlah Keseluruhan 1.087
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Cilacap 2014
Tabel 7 Mata Pencaharian Penduduk Desa Ujung Alang berdasarkan Pekerjaan
No. Pekerjaan
Jumlah Orang 1.
Buruh Tani 321
2. Nelayan
630 3.
Buruh Industri 55
4. Buruh bangunan
6 5.
PNS 13
6. Pensiunan
2 Jumlah Keseluruhan
1.027
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Cilacap 2014
23
7. Aksesibilitas
a. Transportasi Laut Perjalanan menuju Desa Ujung Alang dapat dilakukan dengan
menggunakan Kapal Compreng. Transportasi laut ini berangkat dari Pelabuhan Seleko Cilacap dengan waktu tempuh sekitar 2 jam. Jadwal keberangkatannya
setiap hari pukul 08.00 dan 14.00 WIB dari Pelabuhan Seleko menuju Dermaga Dusun Motehan Desa Ujung Alang serta pukul 08.00 dan 11.00 WIB arah
sebaliknya dengan tarif sebesar Rp 9.000 sekali jalan. Penyeberangan dapat juga dilakukan dengan kapal nelayan yang disewa, dengan waktu tempuh yang relatif
lebih singkat yaitu 1 jam. Tarif sewa kapal tergantung kesepakatan dengan pemilik kapal, untuk perjalanan selama seharian penuh pulang pergi dipatok
dengan tarif Rp 150.000 - 250.000 dan untuk perjalanan selama setengah hari dipatok dengan tarif Rp 100.000,-. Peta trayek ditunjukkan dalam Gambar 7
dibawah ini.
Sumber : UPT Pelabuhan Kabupaten Cilacap 2005
Gambar 7 Peta Jaringan Trayek Angkutan Perairan di Kabupaten Cilacap b. Transportasi Darat
Transportasi darat di Desa Ujung Alang dilakukan dengan kendaraan roda dua, hal ini dikarenakan jalanan yang sempit dan tidak memungkinkannya
membawa kendaraan roda empat dari Cilacap ke Desa Ujung Alang Gambar 8. Kondisi jalan darat di desa Ujung Alang berupa cor-coran beton selebar 1 meter
yang memanjang di sepanjang desa. Kondisi jalan di Dusun Motean dan Dusun Paniten cukup baik dan dicor sepanjang dusun. Sementara di Dusun Lempong
Pucung sebagian jalan ada yang dicor dan sebagian masih berupa jalanan yang ditutup batu gamping. Kondisi jalanan Dusun Bondan agak rusak hal ini terkait
antara konflik kepemilikan lahan dengan perhutani.
Gambar 8 Kondisi Jalan Desa Ujung Alang 8.
Sebagai Destinasi Wisata Keindahan alam Desa Ujung Alang, Segara Anakan dan Pulau
Nusakambangan menarik minat para wisatawan domestik dan mancanegara untuk berkunjung. Kegiatan wisata yang dilakukan antara lain wisata pantai Pantai
Pasir Putih, Pantai Permisan, Gua Ratu, wisata pemancingan, wisata Kampung Laut, dan Wisata bahari petualangan hutan mangrove di Desa Ujung Alang.
Wisata bahari petualangan hutan mangrove ini berada di minawisata mangrove yang dilengkapi dengan tracking mangrove dan gardu pandang untuk pengamatan
burung. Minawisata mangrove ditunjukkan dalam Gambar 9.
Gambar 9 Minawisata Mangrove Dusun Lempong Pucung, Desa Ujung Alang 9.
Kelompok Tani Patra Krida Wana Lestari Kelompok Tani Patra Krida Wana Lestari merupakan kelompok tani yang
terdapat di Desa Ujung Alang yang didirikan oleh Wahyono pada tahun 2004. Kelompok tani ini melakukan penghijauan dengan menanam kembali di lahan
yang mangrovenya telah gundul. Awalnya kelompok ini beranggotakan tujuh orang yang merupakan kerabat, namun kesadaran masyarakat akan mangrove
membuat kelompok tani ini makin banyak anggotanya. Kegiatan kelompok tani ini diapresiasi oleh Pemerintah Kabupaten Cilacap dan PT Pertamina unit
Pengolahan IV di Cilacap. PT Pertamina memberikan pendampingan budidaya kepiting, mulai dari basket rumah kepiting dari plastik tebal sampai benih
kepiting. Pada tahun 2014, area mangrove Dusun Lempong Pucung ditetapkan sebagai pusat studi mangrove Segara Anakan oleh Menteri Lingkungan Hidup dan
mendapatkan 300.000 sumbangan bibit mangrove dari Pertamina.
25
Potensi Ekositem Mangrove Desa Ujung Alang
Ekosistem mangrove yang tersebar hampir menyeluruh di keempat dusun di Desa Ujung Alang memiliki banyak potensi diantaranya mangrove, fauna dan
keindahan alamnya. Selain potensi alamnya, kawasan perairan seperti ini juga dipengaruhi oleh kondisi fisik. Kondisi fisik Desa Ujung Alang diamati dan
diukur selama observasi di lapangan disajikan dalam tabel 8 berikut ini Tabel 8 Parameter Lingkungan Desa Ujung Alang
No.
Parameter Lingkungan Terendah
Tertinggi 1.
Suhu udara 28°C
34°C 2.
Suhu air 25°C
32°C 3.
Kelembaban udara 70
95 . 4.
Salinitas 4
‰ 7
‰ 5.
pH air 6
7 Kondisi fisik Desa Ujung Alang memiliki iklim ekuatorial yang
berdasarkan klasifikasi iklim Smidt Ferguson termasuk tipe iklim A yang dipengaruhi oleh musim kemarau dan musim hujan. Musim kemarau terjadi pada
bulan Juli sampai September dan musim hujan terjadi pada bulan November- April. Tipe pasang surut di desa ini yaitu semi diurnal dimana terjadi dua kali
pasang dan dua kali surut dalam satu hari dengan fluktuasi pasang surut berkisar 0,2 sampai 1,6 meter. Arus pasang surut ini dipengaruhi oleh Samudera Hindia,
Sungai Citanduy, Sungai Ujung Alang, Sungai Lempong pucung dan Sungai Kembang Kuning.
Salinitas adalah jumlah padatan garam yang terlarut dalam air. Perubahan salinitas dipengaruhi oleh pergerakan air laut dan tawar. Salinitas di perairan ini
berdasarkan hasil penelitian Tjahjo Riswanto 2013 berkisar antara 0,2- 12,4 ‰
dengan rata- rata 2,3 ‰ tahun 2010, dan 0,5-25,1 ‰ dengan rata-rata 8,1 ‰
tahun 2011; serta kecerahan berkisar antara 25-140 cm dengan rata-rata 59,8 cm tahun 2010, 20-120 cm dengan rata-rata 64,3 cm tahun 2011. Salinitas di Desa
Ujung Alang berkisar antara 4‰ sampai 7 ‰. Hal ini diakibatkan oleh pertemuan arus air laut dan air tawar yang menyebabkan salinitas air rendah, dan hampir
tawar jika musim hujan.
Analisis vegetasi mangrove dilakukan dengan menggunakan metode transek di 5 titik stasiun sampling dengan masing-masing 3 kali pengulangan tiap
stasiun. Lokasi stasiun sampling diambil secara purposive sampling yaitu mangrove yang rusak, mangrove dekat pemukiman, mangrove yang ditanam,
mangrove yang tumbuh secara alami dan mangrove yang tumbuh di lahan bekas tambak. Penemuan di lapangan bahwa penebangan mangrove sejati menyuburkan
mangrove ikutan jenis Derris dan Acanthus. Secara ekologi mangrove, dominasi mangrove ikutan bisa dikatakan sebagai indikator kerusakan mangrove Ardli et
al., 2011 dan tutupan mangrove ikutan ini memiliki nilai vegetasi yang tinggi dan dikategorikan sebagai kelas mangrove rapat Hadiwijaya et al. 2013.
Titik koordinat 5 lokasi stasiun sampling dapat dilihat pada Tabel 9 di bawah ini
Tabel 9 Koordinat Stasiun Sampling
Keanekaragaman Mangrove
Ekosistem mangrove Desa Ujung Alang dipengaruhi oleh pasang surut dan aliran air tawar dari beberapa sungai yang sesuai untuk pertumbuhan
mangrove. Vegetasi mangrove di kawasan sekitar laguna Segara Anakan merupakan suatu vegetasi yang unik. Hal ini dikarenakan jenis-jenis mangrove
dengan rentang toleransi salinitas yang besar seperti Sonneratia caseolaris atau jenis yang menyukai salinitas rendah seperti Acanthus ilicifolius dan Aegiceras
corniculatum lebih mendominasi. Jenis Acanthus sp hampir menutup seluruh permukaan mulai dari pulau-pulau tanah timbul sampai ke timur hingga sebelah
timur Dusun Motean. Jenis Aegiceras sp banyak tumbuh di sepanjang sungai terutama mulai sebelah timur Dusun Motean Sutaryo et al. 2013.
Zonasi di hutan mangrove terbentuk sebagai tanggapan terhadap perubahan lamanya waktu penggenangan air laut, salinitas tanah, intensitas sinar
matahari, aliran pasang-surut dan aliran air tawar dari sungai. Setiap faktor ini berubah sepanjang transek mulai dari tepi laut sampai kedalaman hutan. Keadaan
ini juga berbeda dari satu tempat ke tempat lain dalam satu sistem muara sungai. Setiap zona diidentifikasi berdasarkan individu atau kelompok jenis tumbuhan
mangrove yang ditemukan dan dinamai sesuai dengan jenis tumbuhan yang dominan atau sangat melimpah. Tidak semua jenis tumbuhan mangrove terdapat
di setiap tipe komunitas dan kemelimpahan jenis pada setiap komunitas berbeda- beda tergantung faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhinya Susilowati
1999. Nipah di Desa Ujung Alang tumbuh di tepi pantai dan tidak sesuai dengan pola zonasi hal ini sesuai dengan hasil penelitian Djohan 2012 yang menyatakan
bahwa kawasan mangrove Segara Anakan tidak memiliki pola zonasi.
Pada mangrove di Desa Ujung Alang ditemukan 10 spesies vegetasi utama yaitu Avicennia alba, Avicennia marina, Bruguiera gymnorrhiza, Bruguiera
sexangula, Nypa fruticans,Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata, Rhizophora stylosa, Sonneratia alba, dan Sonneratia caseolaris. Vegetasi
pendukung minor ditemukan 5 spesies yaitu Acanthus ebracteatus, Acanthus ilicifolius, Acrostichum aureum, Acrostichum speciosum dan Aegiceras
Stasiun Sampling Titik koordinat
Lintang Bujur
I- 1 108°52’24.0”
07°42’43.2” I-2
108°52’23.7” 07°42’43.3”
I-3 108°52’23.0”
07°42’43.4” II-1
108°52’44.8” 07°42’23.3”
II-2 108°52’45.1”
07°42’23.4” II-3
108°52’45.4” 07°42’23.4”
III-1 108°52’38.7
07°42’50.8” III-2
108°52’38.4” 07°42’50.6”
III-3 108°52’37.9”
07°42’50.5” IV-1
108°53’04.4” 07°41’50.6”
IV-2 108°53’04.5
07°41’51.0” IV-3
108°53’04.5 07°41’51.3”
V-1 108°52’42.7”
07°42’49.5” V-2
108°52’42.5” 07°42’49.2”
V-3 108°52’42.4”
07°42’48.9”
27 corniculatum. Sementara Vegetasi asosiasi ditemukan 1 spesies yaitu Derris
trifoliata.
Tabel 10 Hasil Analisis Vegetasi Mangrove
Strata Pertumbuhan
Stasiun Jenis Mangrove
KR FR
DR INP Tumbuhan
Bawah I
Acanthus ebracteatus 51,85
50 -
101,85 Derris trifoliate
48,15 50
- 98,15
II Acanthus ebracteatus
55,9 37,6
- 93,5
Acanthus ilicifolius 16,31
12,4 -
28,72 Derris trifoliate
27,19 37,6
- 64,79
Nypa fruticans 0,6
12,4 -
13 III
Acanthus ebracteatus 53,67
25,1 -
78,77 Acrostichum aureum
4,06 12,35
- 16,41
Derris trifoliata 33,33
25,1 -
58,43 Nypa fruticans
8,94 37,45
- 46,39
IV Acanthus ebracteatus
67,5 33,5
- 101
Acanthus ilicifolius 8,33
16,5 -
24,83 Nypa fruticans
24,17 50
- 74,17
V Acanthus ebracteatus
6,42 22,26
- 26,68
Acrostichum aureum 20,34
10,96 -
31,3 Acrostichum speciosum
40,7 22,26
- 62,96
Derris trifoliata 31,04
22,26 -
53,3 Nypa fruticans
1,5 22,26
- 23,76
Semai II
Aegiceras corniculatum 100
100 -
200 III
Rhizophora apiculata 66,67
50 -
116,67 Rhizophora mucronata
33,33 50
- 83,33
IV Rhizophora mucronata
100 100
- 200
Pancang II
Aegiceras corniculatum 10
17,67 -
18,64 Avicennia alba
10 17,67
- 6,13
Avicennia marina 20
17,67 -
12,42 Bruguiera gymnorhiza
10 11,83
- 6,13
Sonneratia alba 10
5,83 -
6,13 Sonneratia caseolaris
20 5,83
- 12,42
III Bruguiera gymnorhiza
2,78 10
- 12,78
Bruguiera sexangula 13,9
20 -
33,9 Rhizophora apiculata
22,22 10
- 32,22
Rhizophora mucronata 8,33
10 -
18,33 Rhizophora stylosa
22,22 20
- 42,22
Sonneratia alba 30,55
30 -
60,55 IV
Aegiceras corniculatum 70
50 -
120 Avicennia alba
20 33,5
- 53,5
Rhizophora mucronata 10
16,5 -
26,5 Pohon
II Aegiceras corniculatum
16,67 33,33
24,76 74,76
Sonneratia alba 50
33,33 32,68
116,01 Sonneratia caseolaris
33,33 33,33
42,56 109,22
IV Sonneratia caseolaris
100 100
100 300
V Avicennia alba
100 100
100 300
Hasil penelitian menunjukkan bahwa komunitas mangrove di Desa Ujung Alang disusun oleh 16 jenis mangrove dengan tingkat pertumbuhan berada pada
strata tumbuhan bawah ground cover, semai, pancang, dan pohon Tabel 10. Analisis vegetasi mangrove pada tingkat tumbuhan bawah menunjukkan
didominasi oleh jenis
Acanthus ebracteatus dengan indeks nilai penting INP
101,85. Analisis vegetasi mangrove pada tingkat semai menunjukkan didominasi oleh Aegiceras corniculatum dan Rhizophora mucronata dengan INP
masing-masing 200. Hasil analisis vegetasi mangrove pada tingkat pancang menunjukkan didominasi oleh jenis Sonneratia alba dengan INP 60,55. Analisis
vegetasi mangrove pada tingkat pohon menunjukkan didominasi oleh jenis Sonneratia caseolaris dan Avicennia alba dengan INP masing-masing 300.
Hasil analisis vegetasi di tiap stasiun dijelaskan lebih lanjut seperti yang ditunjukkan pada Gambar 10,11, 12, 14 dan 15. Dalam analisis vegetasi dihitung
kerapatan, kerapatan relatif, frekuensi, frekuensi relatif, dominansi, dominansi relatif dan Indeks nilai penting. Indeks nilai penting INP diperlukan untuk
menentukan spesies yang mendominasi dalam suatu stasiun penelitian.
Gambar 10 Diagram INP Mangrove Stasiun I Hasil analisis vegetasi mangrove di stasiun I di area yang mangrovenya
rusak dengan parameter kerapatan relatif KR, frekuensi relatif FR dan indeks nilai penting INP disajikan pada Lampiran
2. Melalui Gambar 10 ditunjukkan bahwa pada strata tumbuhan bawah, jenis Acanthus ebracteatus memiliki indeks
nilai penting INP yang paling tinggi yaitu 101,85 dibandingkan dengan jenis Derris trifoliata 98,15. Acanthus ebracteatus merupakan herba yang tumbuh
rendah dan kuat, bergerombol dan terangkai di permukaan tanah dan tingginya dapat mencapai 2 m. Acanthus ebracteatus memiliki kemampuan untuk menyebar
secara vegetatif dan terdapat akar udara tumbuh di permukaan bawah batang horizontal. Bunga mengalami penyerbukan dibantu oleh burung dan serangga
Noor et al. 1999. Hal tersebut menyebabkan tingkat produktivitas yang relatif cepat dibanding vegetasi lainnya. Oleh karena itu, apabila suatu daerah
didominasi oleh spesies ini maka spesies semak atau anakan mangrove sejati akan sulit berkompetisi karena reproduksi Acanthus yang cepat Ardli et al. 2011.
98,15 101,85
96 97
98 99
100 101
102 103
Tumbuhan bawah
IN P
Strata Pertumbuhan
Acanthus ebracteatus Derris trifoliata
29
Gambar 11 Diagram INP Mangrove Stasiun II Hasil analisis vegetasi mangrove di stasiun II pada mangrove yang dekat
pemukiman dengan parameter kerapatan relatif KR, frekuensi relatif FR, Dominansi Relatif DR dan indeks nilai penting INP disajikan pada Lampiran 3.
Melalui Gambar 11 ditunjukkan bahwa pada strata tumbuhan bawah didominasi oleh jenis Achantus ebracteatus yang memiliki indeks nilai penting INP 93,5.
Pada strata pertumbuhan semai didominasi oleh jenis Aegiceras corniculatum dengan nilai INP 200. Pada strata pertumbuhan Pancang, jenis Aegiceras
corniculatum lebih mendominasi daripada jenis lainnya dengan nilai INP tertinggi yaitu 18,64. Sedangkan untuk strata Pohon, jenis Sonneratia alba dengan INP
116,01 mendominasi dibandingkan jenis lainnya.
93,5 200
18,64 116,01
28,72
6,13 109,22
64,79 12,42
74,76
13 6,13
12,42 6,13
50 100
150 200
250
Tumbuhan bawah Semai
Pancang Pohon
INP
Strata Pertumbuhan
Acanthus ebracteatus Bruguiera gymnorrhiza
Acanthus ilicifolius Derris trifoliata
Aegiceras corniculatum Nypa fruticans
Avicennia alba Sonneratia alba
Avicennia marina Sonneratia caseolaris
Gambar 12 Diagram INP Mangrove Stasiun III Hasil analisis vegetasi mangrove di stasiun III pada mangrove yang
ditanam dengan parameter kerapatan relatif KR, frekuensi relatif FR, Dominansi Relatif DR dan indeks nilai penting INP disajikan pada Lampiran
4 . Melalui Gambar 12 ditunjukkan bahwa pada strata tumbuhan bawah
didominasi oleh jenis Acanthus ebracteatus yang memiliki indeks nilai penting INP 93,5. Pada strata semai didominasi oleh jenis Rhizophora mucronata
dengan INP 116,67. Pada strata pertumbuhan Pancang, jenis Sonneratia alba lebih mendominasi daripada jenis lainnya dengan nilai INP tertinggi yaitu 60,55.
Kondisi ekosistem mangrove ditunjukkan oleh Gambar 13.
Gambar 13 Kondisi Ekosistem Mangrove Stasiun III kiri dan Stasiun IV kanan
46,39 116,67
42,22 78,77
83,33 60,55
58,43 18,33
16,41 33,9
12,78 32,22
20 40
60 80
100 120
140
Tumbuhan bawah Semai
Pancang
IN P
Strata Pertumbuhan
Acanthus ebracteatus Nypa fruticans
Acrostichum aureum Rhizophora apiculata
Bruguiera gymnorrhiza Rhizophora mucronata
Bruguiera sexangula Rhizophora stylosa
Derris trifoliata Sonneratia alba
31
Gambar 14 Diagram INP Mangrove Stasiun IV Hasil analisis vegetasi mangrove di stasiun IV pada mangrove yang
tumbuh secara alami dan kondisi bagus dengan parameter kerapatan relatif KR, frekuensi relatif FR, Dominansi Relatif DR dan indeks nilai penting INP
disajikan pada Lampiran 5 . Melalui Gambar 14 ditunjukkan bahwa pada strata
tumbuhan bawah didominasi oleh jenis Acanthus ebracteatus yang memiliki indeks nilai penting INP 101. Ditempat kedua terdapat Nypa fruticans dengan
INP 74,17. Di lapangan ditemukan banyak buah Nipah yang terdampar dan bertunas. Benih tanaman Nipah merupakan benih Cryptovivipari dimana benih
yang telah berkecambah diliputi oleh selaput buah kulit buah sebelum dilepaskan atau ditinggalkan dari pohon induknya Kustanti 2011. Nipah di Desa
Ujung Alang tumbuh di tepi pantai dan tidak sesuai dengan pola zonasi hal ini sesuai dengan hasil penelitian Djohan 2012 yang menyatakan bahwa kawasan
mangrove Segara Anakan tidak memiliki pola zonasi.
Pada strata semai didominasi oleh jenis Rhizophora mucronata dengan INP 200. Pada strata pertumbuhan pancang, jenis Aegiceras corniculatum lebih
mendominasi daripada jenis lainnya dengan nilai INP tertinggi yaitu 120. Sedangkan pada strata pertumbuhan pohon,
Sonneratia caseolaris menjadi jenis yang mendominasi dengan INP 300.
Buah S.caseolaris yang dalam bahasa lokal disebut bogem ini dapat diekstrak untuk menghasilkan pektin yang dimanfaatkan pada
industri pangan sebagai bahan perekat dan stabilizer Susmalinda 2013. Sifat buah tidak beracun dan langsung dapat dimakan Santoso et al. 2005. Buah
tanaman ini rasanya asam dan umumnya dijadikan manisan oleh masyarakat sekitar.
74,17 200
26,5 300
24,83 120
101 53,5
50 100
150 200
250 300
350
Tumbuhan bawah Semai
Pancang Pohon
INP
Strata Pertumbuhan
Acanthus ebracteatus Nypa fruticans
Acanthus ilicifolius Rhizophora mucronata
Aegiceras corniculatum Sonneratia alba
Avicennia alba Sonneratia caseolaris
Gambar 15 Diagram INP Mangrove Stasiun V Hasil analisis vegetasi mangrove di stasiun V pada mangrove yang tumbuh
di bekas tambak dengan parameter kerapatan relatif KR, frekuensi relatif FR, Dominansi Relatif DR dan indeks nilai penting INP disajikan pada Lampiran 6.
Melalui Gambar 15 ditunjukkan bahwa pada strata tumbuhan bawah didominasi oleh jenis Acrostichum speciosum yang memiliki indeks nilai penting INP
62,96. Sedangkan pada strata pertumbuhan pohon, Avicennia alba menjadi jenis yang mendominasi dibanding Nypa fruticans dengan INP 300. A.alba tersebar
di sebagian besar pantai di Indonesia dan termasuk jenis pionir pada zonasi terdepan, cepat dan mudah tumbuh, serta permudaan alaminya sangat cepat,
bahkan diperkirakan tanaman berumur 2 tahun telah mulai menghasilkan buah. Habitat tanaman ini yaitu pada dibagian yang lebih asin disepanjang pinggiran
sungai yang dipengaruhi pasang surut dan disepanjang garis pantai Noor et al. 1999.
Ekosistem mangrove memiliki keanekaragaman jenis yang lebih rendah jika dibandingkan dengan tipe hutan lainnya. Hal ini dikarenakan kondisi hutan
mangrove yang secara berkala digenangi oleh air laut sehingga mempunyai salinitas yang tinggi dan berpengaruh terhadap keberadaan jenis-jenis
tumbuhannya. Jenis tumbuhan yang dapat tumbuh pada hutan mangrove adalah jenis-jenis halofit, yaitu jenis tegakan yang mampu bertahan pada tanah yang
mengandung garam dan genangan air laut Nurlailita 2015. Dari 35 jenis mangrove yang berada di kawasan Segara Anakan, ditemukan 16 jenis mangrove
di Desa Ujung Alang sehingga perlu menambahkan jenis-jenis mangrove yang ada untuk perencanaan konservasi.
53,3 300
26,68 62,96
23,76 31,3
50 100
150 200
250 300
350
Tumbuhan bawah Pohon
INP
Strata Pertumbuhan
Acanthus ebracteatus Avicennia alba
Acrostichum aureum Derris trifoliata
Acrostichum speciosum Nypa fruticans
33
Etnobotani Mangrove pada Masyarakat Desa Ujung Alang
Etnobotani adalah suatu bidang ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dan tumbuhan Sood et al. 2001. Etnobotani sangat penting bagi
kehidupan manusia, karena mempunyai manfaat seperti memberikan informasi tentang berbagai bentuk pemanfaatan jenis tumbuhan oleh masyarakat misalnya
sandang, pangan, papan, melestarikan kekayaan flora yang beragam, mendorong daya kreativitas masyarakat Rizki et al. 2012. Ilmu etnobotani akan sangat
efektif apabila diterapkan pada masyarakat lokal dan perlu dilakukan penyuluhan terhadap masyarakat setempat Purwanto 2004.
Mangrove memiliki banyak fungsi yaitu fungsi ekologi, ekonomi dan biofisik. Salah satu fungsi ekologi mangrove yaitu sebagai tempat berkembangnya
berbagai jenis biota. Berbagai jenis flora dari ekosistem mangrove di bawah ini memiliki khasiat yang dapat digunakan sebagai tumbuhan obat, bahan pangan dan
pakan ternak yang digunakan oleh masyarakat Desa Ujung Alang berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner.
1. Acanthus ebracteatus
Biji A.ebracteatus dapat digunakan sebagai obat batuk bila direbus bersama bunga belimbing, gula dan kayu manis. Selain itu, bijinya dapat
digunakan sebagai obat bengkak setelah ditumbuk lalu gosok pada bagian yang bengkak. Air perasan dari daunnya berkhasiat sebagai penguat rambut.
2. Acanthus ilicifolius
Buah A.ilicifolius yang dihaluskan dipakai untuk menghentikan pendarahan dan mengobati luka gigitan ular. Daunnya digunakan sebagai obat
gosok untuk menghilangkan rasa nyeri dan menyembuhkan luka karena terkena racun. Daun yang direbus dengan kulit kayu manis dapat diminum
untuk menyembuhkan perut kembung. Hal ini sesuai dengan penelitian Bakshi Punarbasu 2014 bahwa Acanthus ilicifolius dan Avicennia marina adalah dua
spesies mangrove yang ekstraks daunnya paling aktif dalam konsentrasi yang sedikit dalam mengindikasi metabolit dan komponen aktif lainnya yang tidak
sinergis.
3. Acrostichum aureum
Acrostichum aureum merupakan tumbuhan jenis paku-pakuan di hutan mangrove yang tumbuh menggerombol membentuk rumpun. Tumbuhan yang
tingginya dapat mencapai dua meter ini biasa dimakan mentah sebagai lalapan atau disayur ketika masih muda. Rimpangnya yang telah ditumbuk
dapat digunakan untuk menyembuhkan luka atau bengkak pada tubuh.
4. Avicennia sp.
Avicennia merupakan pohon mangrove pionir, yang tumbuh di tepi laut maupun di tepi sungai. Avicennia dikenal pula dengan nama api-api. Getah yang
keluar dari kulit batangnya mempunyai khasiat sebagai aphrodisiac pembangkit gairah, kontraseptif dan obat sakit gigi. Biji mudanya digunakan sebagai
obat untuk mematangkan bisul. Hal ini dikrenakan senyawa lupeol yang berhasil diisolasi dari batang tumbuhan mangrove Avicennia marina memiliki kemampuan
menghambat aktivitas bakteri khususnya terhadap strain bakteri patogen Staphylococcus aureus Hingkua et al. 2013.
Buah dan bijinya apabila direbus dapat dimakan. Penggunaan buah tanaman yang telah masak perlu ada perlakuan, yaitu pengupasan kulit atau
pembuangan kulit, dicampur dengan abu dapur dan dibilas air bersih, lalu direndam 2 x 24 jam untuk menghilangkan racun, ditiriskan dan siap
dipergunakan sebagai bahan baku makanan Santoso et al. 2005. Buah yang ditumbuk halus dan dicampur dengan salep dapat menjadi obat luka yang manjur,
terutama luka bakar. Daun muda dan pucuk atau sirung rasanya sangat enak sebagai lalap atau dibuat sayur lodeh. Selain itu, abu dari kayu jenis-
jenis Avicennia dapat digunakan sebagai sabun.
5. Derris trifoliata
Derris trifoliata digunakan sebagai pakan ternak kambing. 6.
Nypa fruticans. Nipah secara historis menyediakan produk yang berguna untuk masyarakat
yang tinggal di dekat pesisir dan muara hutan mangrove Tsuji et al. 2011. Pemanfaatan sebagai sumber makanan berupa buah mentah, manisan kolang-
kaling dan gula nipah. Produksi gula nipah memiliki kandungan sukrosa yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan gula tebu Sosia et al. 2014. Sedangkan
pemanfaatan kerajinan yaitu daun Nipah digunakan sebagai atap setelah dianyam dan dijual dengan harga Rp 100,- per buah Gambar 16, tangkai tulang daunnya
digunakan sebagai sapu lidi dan pelepah daunnya dijadikan sapu lantai setelah ditumbuk sampai kering. Di bidang pengobatan, tulang anak daun nipah
digunakan sebagai obat sariawan dan pucuk daun muda dapat digunakan sebagai obat batuk.
Gambar 16 Nipah dan anyaman daun Nipah 7.
Sonneratia caseolaris. Buah S.caseolaris dapat diekstrak untuk menghasilkan pektin yang
dimanfaatkan pada industri pangan sebagai bahan perekat dan stabilizer Susmalinda 2013. Sifat buah tidak beracun dan langsung dapat dimakan
Santoso et al. 2005. Buah tanaman ini rasanya asam dan umumnya dijadikan manisan oleh masyarakat sekitar.
Keanekaragaman Fauna
Ekosistem mangrove memiliki fungsi ekologis yaitu sebagai penyedia nutrien bagi biota perairan, tempat pemijahan dan asuhan berbagai macam biota.
Ketergantungan organisme luar darat terhadap mangrove sangat luas, baik secara langsung ataupun tidak langsung, bersifat menetap atau sementara.
Beberapa makhluk hidup yang hidup di kawasan mangrove antara lain berbagai
35 jenis burung, kelelawar, monyet, lutung, kucing mangrove, garangan, dan ular
Arief 2003.
Ekosistem mangrove merupakan habitat berbagai jenis hewan. Bermacam-macam jenis biota hidup di area ini, baik yang hidup di darat, substrat
lumpur dan air. Biota yang hidup di darat yang terdapat di daerah ini yaitu beberapa jenis burung yang membuat sarang di pohon mangrove maupun burung
migran yang sengaja singgah untuk mencari makan. Biota semi-akuatik juga terdapat di daerah ini seperti Biawak dan Berang-berang yang sering terlihat
sedang mencari makan di sekitar pohon mangrove. Sedangkan jenis biota air yang terdapat di area ini yaitu beberapa jenis ikan dan udang. Jenis biota yang hidup
pada substrat lumpur yaitu beberapa jenis kepiting dan kerang. Hutan mangrove menjadi
tempat beristirahat,
mencari makan
maupun bersarangtidur.
Kenekaragaman jenis fauna mangrove dapat dilihat pada Tabel 10 serta Gambar 17 dan 18.
Gambar 17 Ikan Glodok Periophthalmus sp.
Gambar 18 Kepiting intertidal Uca sp. Masyarakat Desa Ujung Alang memanfaatkan beberapa biota yang
ditemukan di mangrove sebagai tangkapan untuk kemudian dijual seperti ikan, kerang dan kepiting. Ikan umumnya ditangkap dengan jala dan jaring apung. Jala
yang digunakan beraneka ragam yaitu kacrak, jaring kantong, surungan, dan kembangan. Pengangkapan dengan jala dilakukan secara berpindah-pindah
dengan menggunakan perahu. Penangkapan ikan dengan Jaring apung apong merupakan jaring semacam jaring insang gill net yang dipasang statis melintang
di tubuh perairan dengan menggunakan patok didasar perairan Ridwan 2004 dalam Sutaryo et al. 2013. Pencarian ikan dilakukan pada lokasi-lokasi tertentu
setiap hari dan tanpa mengenal musim. Kerang atau Thothok yang ditangkap di Desa Ujung Alang yaitu jenis Kerang sungai Soxidomus spp., Kerang darah
Andara sp. dan Kerang bulu Arca spp.. Pengambilan kerang dari dasar sungai dilakukan dengan menggunakan tangan atau serok. Kepiting yang ditangkap pada
umumnya adalah kepiting bakau jenis Scylla serrata. Penangkapan kepiting dilakukan menggunakan alat bernama wadongbubu.
Hewan-hewan yang hidup di ekosistem mangrove juga menambah keindahan ekosistem tersebut. Burung-burung yang sedang mencari makan
maupun beristirahat di salah satu pohon mangrove merupakan pemandangan yang sering terlihat. Jalan di Desa Ujung Alang tidak dilengkapi dengan lampu jalan
sehingga sangat gelap ketika malam tiba. Namun, ribuan kunang-kunang yang hidup di ekosistem mangrove bersinar pada malam hari sehingga di kanan-kiri
jalan terlihat seperti ratusan lampu yang berkelip kecil dan merupakan salah satu pemandangan spektakuler yang akan menarik minat wisatawan.
Tabel 11 Keanekaragaman Fauna Ekosistem mangrove
No. Nama Lokal Nama Jenis
Habitat Jumlah
1. Kepiting
Uca sp. Lumpur
82 2.
Semut Formicidae
Tanaman mangrove,
kayu mati
54
3 Kinjeng
ijo,capung hijau Anax junius
Tanaman mangrove
1 4.
Kumbang Coleopteran
Tanaman mangrove
1 5.
Belalang Orthoptera
Tanaman mangrove
4 6.
Kerang tothok Soxidomus spp
Lumpur 10
7. Kupu-kupu
Lepidoptera Pohon, bunga
7 8.
Laba-laba Arachnida
Pohon, semak 4
9. Kerang
terompet Gastropoda
Lumpur, batang pohon
27 10. Burung pipit
Estrildidae Pohon
1 11. Berang-berang
Lutra sp Lumpur, kayu
mati, 3
12. Burung cangak abu
Ardea cinerea Hamparan lumpur
1 13
Blekok sawah Ardeola speciosa
Hamparan lumpur 2
13. Udang decpoda
Sungai, lumpur 1
14. Ikan belanak Valamugil seheli
Sungai, ekosistem mangrove
8 15. Ikan layur
Trichiurus sp. Lumpur
1 16. Ikan glodok
Periophthalmus sp. Lumpur,
ekosistem mangrove
7
17. Semut rangrang Oecophylla sp.
Pohon, kayu mati 20
18. Kunang-kunang Photuris sp.
Tanaman mangrove
37
Pengaruh Keberadaan Ekosistem Mangrove terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Ujung Alang
Persepsi Masyarakat Desa Ujung Alang terhadap Ekosistem Mangrove
Ekosistem mangrove mempunyai beberapa fungsi, salah satunya yaitu pemanfaatan mangrove untuk menambah pendapatan masyarakat yang tinggal di
sekitar hutan mangrove. Meskipun demikian, pemanfaatan mangrove yang berlebihan dapat mengakibatkan ekosistem mangrove rusak bahkan hilang
samasekali. Ada beberapa aspek yang mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap keberadaan ekosistem mangrove, yaitu a Agama, norma, etika dan adat
yang berlaku b Informasi terbaru mengenai ekosistem hutan dan c pendapatan, tingkat pendidikan, dll Sutaryo et al. 2013. Masyarakat yang menjadi responden
dalam penelitian ini memiliki profesi yang beragam seperti guru, perangkat desa, PNS, petani, petambak, nelayan, ibu rumah tangga, pegawai swasta dan pedagang.
Pemahaman masyarakat tentang ekosistem mangrove merupakan salah satu faktor penting untuk merencanakan konservasi berbasis masyarakat. Pemahaman
tersebut dapat dilihat pada Gambar 19.
Gambar 19 Pemahaman masyarakat terhadap Ekosistem mangrove Berdasarkan hasil kuesioner, pengertian ekosistem mangrove menurut
masyarakat Desa Ujung Alang yaitu kawasan hutan yang perlu dijaga dan dilestarikan karena menahan abrasi dan dapat menambah pendapatan. Pemahaman
masyarakat mengenai ekosistem mangrove cukup tinggi namun belum dipahami dan hanya sebatas tahu Gambar 20. Pengetahuan masyarakat tentang jenis-jenis
mangrove yang ada di desa mereka cukup rendah. Hal ini dapat dilihat pada gambar yaitu sebanyak 20 responden mengerti, 51,4 responden kurang
mengerti, dan 28,6 tidak mengerti.
20
51.4 28.6
Mengerti Tidak mengerti
Kurang mengerti
Pemanfaatan hutan mangrove sebagai tempat mencari ikan, kerang, udang dan kepiting, sebagai lahan tambak dan penebangan kayu mangrove yang
dilakukan oleh penduduk desa lain untuk dapat menimbulkan perubahan kondisi ekosistem mangrove secara fisik. Berdasarkan hasil kuesioner, 20 menyatakan
kondisi hutan mangrove masih baik, 34,3 menyatakan kondisi hutan mangrove mulai rusak, dan 45,7 menyatakan hutan mangrove sudah rusak. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Gambar 20.
Gambar 20 Persepsi masyarakat mengenai kondisi ekosistem mangrove Masyarakat yang menyatakan bahwa kondisi ekosistem mangrove masih
baik umumnya tinggal di dusun Lempong Pucung yang masuk ke wilayah daratan Nusakambangan. Bagi mereka selama masih ada hutan mangrove maka
kondisinya masih baik. Hal ini dikarenakan ekosistem mangrove kurang berpengaruh pada ekonomi mereka karena mereka menanam Padi dan Sengon di
daratan Nusakambangan sebagai mata pencaharian. Menurut masyarakat kondisi ekosistem hutan mangrove yang mulai rusak adalah hutan mangrove yang gundul
karena ditebang untuk diambil kayunya. Sementara untuk masyarakat yang menyatakan kondisi ekosistem mangrove sudah rusak adalah mereka yang
bermata-pencaharian sebagai nelayan. Menurut mereka, hutan mangrove di Desa Ujung Alang sudah rusak karena hasil tangkapan udang,ikan, kerang dan kepiting
yang semakin sedikit, banyaknya mangrove yang ditebang oleh penduduk desa lain untuk bahan baku arang, adanya konversi mangrove untuk tempat tinggal dan
tambak, dan penanaman mangrove yang meskipun dilakukan berulang kali sering hilang dan rusak.
Persepsi masyarakat Desa Ujung Alang diperlukan untuk mengetahui setuju atau ketidak-setujuan masyarakat terkait perencanaan konservasi Desa
Ujung Alang dapat dilihat pada Gambar 21. Dalam kuesioner terdapat 5 pertanyaan dengan 4 pilihan jawaban yaitu tidak setuju, kurang setuju, setuju dan
sangat setuju. Masing-masing pilihan jawaban ini berbobot 1, 2, 3, dan 4.
20.0
34.3 45.7
Masih baik Sudah rusak
Mulai Rusak
39
Gambar 21 Analisis Persepsi Masyarakat Desa Ujung Alang Analisis likert digunakan untuk mengitung persepsi masyarakat yang
disajikan pada Tabel 11 berikut ini. Tabel 12 Analisis Likert
Item Jawaban
Skor Total
4 3
2 1
1 Frekuensi
12 22
1 35
Persentase 34.29
62.86 2.86
0.00 100.00
2 Frekuensi
8 26
1 35
Persentase 22.86
74.29 2.86
0.00 100.00
3 Frekuensi
8 25
1 1
35 Persentase
22.86 71.43
2.86 2.86
100.00 4
Frekuensi 9
22 3
1 35
Persentase 25.71
62.86 8.57
2.86 100.00
5 Frekuensi
10 22
3 35
Persentase 28.57
62.86 8.57
0.00 100.00
Pengaruh Ekosistem Mangrove terhadap Perekonomian Desa Ujung Alang
Ekosistem mangrove Desa Ujung Alang terletak di kawasan Laguna Segara Anakan yang dikelola oleh pemerintah daerah. Kawasan ini merupakan
kawasan lindung sehingga dalam pemanfaatannya harus menjaga kelestarian sumberdaya hayati didalamnya. Berdasarkan Perda Nomor 17 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kawasan Mangrove Segara Anakan ditentukan bahwa pemanfaatan kawasan mangrove Segara Anakan hanya dapat dilakukan atas izin bupati melalui
rekomendasi Badan Pengelola Segara Anakan sesuai dengan kondisi, lokasi dan fungsi hutannya.
Masyarakat Desa Ujung Alang memperoleh sumber pendapatannya dari hasil pekerjaaan utama dan pekerjaan sampingan. Pekerjaan utama masyarakat
Desa Ujung Alang yaitu nelayan, petani, PNS, dan pegawai swasta. Pekerjaan sampingan yang dilakukan yaitu dari hasil industri rumahan yang berupa
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
1 2
3 4
5
TIDAK SETUJU s1 KURANG SETUJU 2
SETUJU 3 SANGAT SETUJU 4
pembuatan ikan asin, kerajinan anyaman daun nipah, nelayan, berdagang kelontongan dan menjadi buruh tani musiman. Pendapatan masyarakat Desa
Ujung Alang dapat dilihat pada Gambar 22.
Gambar 22 Pendapatan Masyarakat Desa Ujung Alang Pendapatan sebagai nelayan di peroleh dari hasil tangkapan ikan, udang,
kepiting dan kerang. Hewan-hewan tersebut terdapat di ekosistem mangrove, sehingga ketika ekosistem mangrove rusak maka akan berpengaruh terhadap
pendapatan mereka. Kondisi ekosistem mangrove juga berpengaruh terhadap masyarakat yang berprofesi sebagai petani. Hal ini dikarenakan fungsi mangrove
yang menjaga intrusi air laut dan menjaga abrasi sehingga lahan pertanian milik masyarakat tetap berair tawar dan berproduksi bagus.
Pengaruh keadaan hutan mangrove terhadap hasil perikanan penangkapan dan budidaya ditunjukkan pada Gambar 23. Berdasarkan hasil kuesioner 40
menyatakan kondisi hutan mangrove sangat berpengaruh, 20 menyatakan berpengaruh, 9 menyatakan kurang berpengaruh dan 31 menyatakan kondisi
hutan mangrove tidak berpengaruh. Masyarakat yang menyatakan kondisi mangrove
tidak berpengaruh
terhadap kondisi
perikanan umumnya
bermatapencaharian sebagai petani. Kondisi ekosistem mangrove berpengaruh terhadap hasil perikanan baik penangkapan maupun budidaya, hal ini dikarenakan
fungsi biologis mangrove sebagai daerah pemijahan spawning ground, daerah asuhan nursery ground, dan sebagai daerah mencari makan feeding ground
bagi ikan dan biota laut lainnya Hiariey 2009.
20
54 17
9
200.000 500.0000
– 1.000.000 200.000
– 500.000 1.000.000
41
Gambar 23 Pengaruh keadaan hutan mangrove terhadap hasil perikanan
penangkapan dan budidaya Aktivitas manusia dan faktor alam merupakan penyebab kerusakan
mangrove Mulyadi et al. 2010. Faktor penyebab kerusakan ekosistem mangrove di Desa Ujung Alang yaitu faktor ekonomi, pendidikan dan lemahnya pengawasan
dari pihak berwenang. Faktor ekonomi seperti konversi mangrove untuk tempat tinggal dan tambak dan banyaknya mangrove yang ditebang oleh penduduk desa
lain untuk bahan baku arang. Masyarakat Desa Ujung Alang rata-rata berpendidikan SD dan tidak dibekali dengan keterampilan lainnya sehingga
kesulitan untuk meningkatkan pendapatan serta pembuangan sampah dan limbah rumah tangga yang langsung dibuang ke badan air yang dapat mencemari dan
merusak ekosistem mangrove. Dinas Kelautan, Perikanan dan Pengelola Sumberdaya Kawasan Segara Anakan DKP2SKSA yang bertanggungjawab
untuk mengawasi kegiatan masyarakat di dalam ekosistem mangrove dirasa belum cukup sehingga pengawasan partisipatif masyarakat juga dibutuhkan agar
kelestarian ekosistem mangrove tetap terjaga.
Strategi Perencanaan Konservasi Ekosistem Mangrove di Desa Ujung Alang
Strategi perencanaan konservasi ekosistem mangrove di Desa Ujung Alang dianalisis dengan pendekatan analisis SWOT Strengths, Weaknesses,
Opportunities and Threats. Metode SWOT digunakan untuk mengidentifikasi berbagai faktor internal dan eksternal secara sistematis yang akan digunakan
untuk merumuskan strategi perencanaan konservasi ekosistem mangrove. Penyusunan matriks dan diagram SWOT merupakan cara yang dilakukan untuk
mengetahui nilai pengaruh faktor internal dengan nilai pengaruh faktor eksternal Tabel 13.
40
20 9
31
Sangat berpengaruh Kurang berpengaruh
Berpengaruh Tidak berpengaruh
Tabel 13 Matriks Faktor Internal dan Eksternal
No. Faktor Internal
Bobot Rating
Bobot X
Rating
Kekuatan
1 Pusat studi mangrove wilayah Segara Anakan
0,35 4
1,40 2
Komitmen pemerintah untuk konservasi ekosistem mangrove
0,25 3
0,75 3
Dukungan masyarakat 0,20
3 0,60
Kelemahan
1 Terjadi degradasi ekosistem mangrove
0,10 2
0,20 2
Sarana dan prasarana yang belum memadai 0,07
2 0,14
3 Tingkat pendidikan dan ekonomi masyarakat rendah
0,03 1
0,03 Jumlah
1,00 3,12
No. Faktor Eksternal
Bobot Rating
Bobot X
Rating
Peluang
1 Program pengembangan ekowisata hutan mangrove
0,20 3
0,60 2
Program CSR untuk konservasi mangrove 0,15
3 0,45
3 Bantuan dari organisasi internasional yang peduli
terhadap konservasi mangrove 0,10
2 0,20
Ancaman
1 Penebanganperusakan mangrove oleh penduduk desa
lain 0,06
2 0,12
2 Sampah rumah tangga
0,09 2
0,18 3
Konversi lahan mangrove 0,10
1 0,10
Jumlah 1,00
3,25
Berdasarkan nilai pengaruh faktor internal dan faktor eksternal, dapat disusun diagram SWOT seperti yang disajikan pada Gambar 24. Posisi strategi
perencanaan konservasi ekosistem mangrove di Desa Ujung Alang berada pada domain kekuatan strengths dan peluang opportunities yang merupakan strategi
agresif. Strategi agresif ini dibuat dengan menggunakan seluruh kekuatan yang dimiliki untuk memanfaatkan peluang sebesar-besarnya Rangkuti 2014
Y III
I Strategi Perbaikan
Strategi Agresif X 3,12 Y 3,25
X IV
II Strategi Defensif
Strategi Diversifikasi
Gambar 24 Diagram SWOT Perencanaan Konservasi Ekosistem Mangrove
43
Dari penskoran di atas dirancanglah suatu strategi yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini
Tabel 14 Matriks SWOT Perencanaan Konservasi Ekosistem Mangrove
IFAS EFAS
STRENGHTS S
1. Pusat studi mangrove
wilayah SegaraAnakan 2.
Komitmen pemerintah untuk
konservasi ekosistem mangrove
3. Dukungan masyarakat
WEAKNESSES W
1. Terjadi degradasi ekosistem
mangrove 2.
Sarana dan prasarana yang belum memadai
3. Tingkat pendidikan dan
ekonomi masyarakat rendah
OPPORTUNIES O 1.
Program pengembangan ekowisata hutan mangrove
2. Program CSR Pertamina
untuk konservasi
mangrove 3.
Bantuan dari organisasi internasional yang peduli
terhadap konservasi mangrove
Strategi S- O
1. Menjaga kelestarian
mangrove dengan memanfaatkan status
ekosistem mangrove sebagai pusat studi mangrove
wilayah segara anakan yang didukung masyarakat
sehingga berpotensi untuk dijadikan daerah ekowisata
S1,O1,O2.
2. Komitmen pemerintah yang
didukung masyarakat dan program CSR untuk
melakukan konservasi ekosistem mangrove S2,S3,
O1,O2
Strategi W-O
1. Meningkatkan keterlibatan
masyarakat dalam pengelolaan mangrove
W1,W3,O1,O2 2.
Menyelenggarakan pelatihan dan peyuluhan keterampilan
pengelolaan mangrove ekowisata dan kebun bibit
untuk meningkatkan pendapatan masyarakat
W3,O1,O2
3. Pembibitan mangrove
W1,O1 4.
Perbaikan sarana dan prasarana W2,O1
TREATHS T 1.
Penebanganperusakan mangrove oleh penduduk
desa lain 2.
Limbah rumah tangga 3. Konversi lahan mangrove
Strategi S-T
1. Meningkatkan pengetahuan
masyarakat tentang pengelolaan sampah dan
lingkungan S1,T1,T2,T3 2.
Meningkatkan koordinasi antar stakeholder untuk
melakukan pengawasan dan menegakkan regulasi secara
bersama-sama S2,T1 T2,T3
Strategi W-T
1. Meningkatkan
perekonomianMasyarakat W2,W3,T1,T2,T3
2. Pengawasan partisipatif
masyarakat terhadap berbagai kegiatan yang dilakukan
dalam ekosistem mangrove W2,W3,T1,T2,T3
Berdasarkan matriks SWOT Tabel 14, maka dapat dirumuskan strategi perencanaan konservasi ekosistem mangrove di Desa Ujung Alang sebagai
berikut : a. Strategi SO adalah memanfaatkan kekuatan stenghtS secara maksimal untuk
meraih peluang OpportuniesO, yaitu : 1
Menjaga kelestarian mangrove dengan memanfaatkan status ekosistem mangrove sebagai pusat studi mangrove wilayah segara anakan yang didukung
masyarakat sehingga berpotensi untuk dijadikan daerah ekowisata S1,O1,O2 Salah satu jasa lingkungan yang berpeluang dikembangkan dan tidak
merusak ekosistem hutan mangrove adalah ekowisata. Ekowisata merupakan paket perjalanan menikmati keindahan alam tanpa merusak ekosistem hutan yang
ada Kustanti,2011. Penyediaan fasilitas dalam ekowisata di hutan mangrove telah dilakukan di Desa Ujung Alang dengan membuat jalur tracking mangrove
dan gardu pandang untuk birdwatching.
2 Komitmen pemerintah yang didukung masyarakat untuk melakukan
konservasi ekosistem mangrove yang didukung program CSR S2,S3,O2,O3 Pemerintah kabupaten Cilacap bekerja sama dengan sejumlah perusahaan
berkomitmen melakukan konservasi mangrove di Segara Anakan. Pembibitan mangrove dilakukan di Desa Ujung Alang. Pada bulan september tahun 2014,
ditanam lebih dari 300.000 bibit mangrove di Desa Ujung Alang sebagai wujud dari program CSR salah satu perusahaan untuk melestarikan mangrove. Selain itu,
Desa Ujung Alang juga ditetapkan sebagai pusat studi mangrove wilayah Segara Anakan sehingga konservasi mangrove di desa ini perlu dilakukan dan
dikembangkan dengan baik agar dapat menjadi contoh untuk desa-desa lain di kawasan Segara Anakan.
b. Strategi ST adalah memanfaatkan kekuatan S Strenght secara maksimal untuk mengantisipasi dan mengatasi ancaman T Threats, antara lain :
1 Meningkatkan pengetahuan masyarakat masyarakat tentang pengelolaan sampah dan lingkungan.
Pemahaman masyarakat tentang tujuan dan manfaat pengelolaan sampah dan lingkungan terutama ekosistem mangrove perlu ditingkatkan. Sampah rumah
tangga yang dibuang langsung ke sungai mencemari ekosistem mangrove begitu juga dengan limbah sabun dan kamar mandi. Limbah-limbah yang dibuang
langsung ini mencemari ekosistem mangrove, sampah plastik dapat menutupi akar napas mangrove dan menyebabkan akar mangrove mati begitupula dengan limbah
sabun. Oleh karena itu perlu dibuat beberapa program untuk permasaahan tersebut yaitu :
a Mengadakan kegiatan pelatihan tentang pengelolaan dan pemanfaatan kawasan mangrove yang berbasis lingkungan.
b Mengadakan penyuluhan tentang pengelolaan sampah dan limbah rumah tangga
c Sosialisasi aturan larangan dan bahaya penebangan mangrove. 2 Meningkatkan koordinasi antar stakeholder untuk melakukan pengawasan dan
menegakkan regulasi secara bersama-sama S2,T1 T2,T3
Upaya pengelolaan mangrove di desa Ujung Alang masih belum optimal. Masing-masing DinasInstansiLembaga terkait terkesan berjalan sendiri-sendiri
tanpa adanya koordinasi yang intensif, hal ini menyebabkan terjadinya tumpang tindih kepentingan dalam pemanfaatan ekosistem mangrove. Kondisi tersebut
akan berdampak kepada kebingungan masyarakat dalam pemanfaatan ekosistem mangrove karena tidak adanya keserasian dalam pengelolaan kawasan dari
pemegang kebijakan. Berbagai ancaman yang ada akan dapat diminimalisir dengan meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pengelolaan lingkungan
terutama mangrove masih kurang, meningkatkan swadaya masyarakat dan keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan dan pelestarian mangrove serta
melaksanakan sosialisasi peraturan perundangan tentang perlindungan dan pelestarian mangrove dengan intensif.
Beberapa program yang dapat dilaksanakan untuk mewujudkan keselarasan dalam upaya pengelolaan mangrove di Desa Ujung Alang, yaitu :
a Melakukan pembagian tugas, fungsi dan wewenang masing-masing stakeholder sesuai dengan bidang keahliannya.
45 b Melakukan diskusi dan koordinasi yang intensif antara DinasInstansiLembaga
c. Strategi WO adalah meminimalkan kelemahan W Weaknesses untuk meraih peluang O Opportunies antara lain :
1 Meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan mangrove
W1,W3,O1,O2 Peran masyarakat Desa Ujung Alang dapat mempunyai pengaruh positif dan
negatif. Rendahnya tingkat keterlibatan masyarakat akan memberi pengaruh negatif yaitu tingginya intensitas perusakan mangrove disebabkan masyarakat
tidak merasa bertanggung jawab terhadap keberlanjutan mangrove. Sebaliknya, dengan melibatkan masyarakat sekitar secara optimal sesuai porsinya akan
menimbulkan rasa memiliki dan tanggung jawab terhadap keberlangsungan mangrove, oleh karena itu sangat penting untuk melibatkan masyarakat dalam
kegiatan pengelolaan. Selain itu, rendahnya intensitas sosialisasi aturan yang ada dan kurangnya kegiatan pemberdayaan masyarakat sekitar menjadi kelemahan
dalam pengelolaan mangrove di Desa Ujung Alang. Beberapa kelemahan tersebut, akan dapat diminimalisir dengan memaksimalkan kesediaan masyarakat dalam
membantu
upaya pengelolaan
mangrove walaupun
sekedar tenaga,
mengikutsertakan aturan pengelolaan mangrove kedalam aturan adat masyarakat setempat. Beberapa program yang dapat dilaksanakan sebagai bentuk pelibatan
masyarakat dalam pengelolaan mangrove di Desa Ujung Alang yaitu : a Meningkatkan peran organisasi kemasyarakatan dalam pengelolaan dan
pengawasan mangrove b Mengikutsertakan masyarakat dalam setiap kegiatan pelestraian ekosistem
mangrove
2 Menyelenggarakan pelatihan dan penyuluhan keterampilan pengelolaan
mangrove ekowisata dan kebun bibit untuk meningkatkan pendapatan masyarakat W3,O1,O2,O3
Dari hasil kuesioner, lebih dari 50 responden kurang mengerti tentang mangrove dan pengelolaannya. Oleh karena itu pelatihan dan penyuluhan perlu
dilakukan agar masyarakat lebih memahami manfaat dan cara pengelolaan ekosistem mangrove.
3 Pembibitan dan perbaikan sarana dan prasarana W1,W2,O1,O3.
Bibit mangrove merupakan salah satu hal penting ketika akan melakukan konservasi mangrove. Kurangnya bibit dapat menimbulkan masalah ketika akan
melakukan penanaman utuk konservasi mangrove. Sarana dan prasarana yang ada di Desa Ujung Alang kurang memadai seperti kurangnya kamar mandi umum,
jalanan yang rusak dan listrik. Program yang perlu dilakukan yaitu a Pembibitan mangrove
b Perbaikan sarana dan prasarana di Desa Ujung Alang d. Strategi WT adalah meminimalkan kelemahan W Weaknesses untuk
menghindari ancaman T Threats, antara lain : 1
Meningkatkan perekonomian Masyarakat W2,W3,T1,T2,T3 Kondisi masyarakat sekitar Desa Ujung Alang dilihat dari tingkat
kesejahteraannya relatif rendah. Masyarakat hanya mengandalkan usaha penangkapan ikan, udang dan kepiting dan juga perkebunan musiman. Tingkat
perekonomian masyarakat yang rendah menjadi pemicu terjadinya eksploitasi
sumberdaya laut dan pesisir termasuk mangrove menjadi tidak terkendali seperti pemanfaatan mangrove sebagai kayu bakar dan kerajinan anyaman atap nipah.
Pengelolaan mangrove yang selaras dengan upaya peningkatan perekonomian masyarakat, dapat dilakukan dengan beberapa program, yaitu :
a Memberikan bantuan modal kepada masyarakat sesuai dengan profesinya. b Memperkenalkan berbagai teknologi pemanfaatan mangrove yang ramah
lingkungan seperti Sylvofisheries untuk kegiatan budidaya. c Memperkenalkan cara mengolah buah mangrove menjadi manisan dan dodol
sehingga dapat menambah penghasilan. 2
Pengawasan partisipatif masyarakat terhadap berbagai kegiatan yang dilakukan dalam ekosistem mangrove W2,W3,T1,T2,T3
Vegetasi mangrove fase pohon yang tergolong rusak berat akibat dari penebangan mangrove untuk dijadikan bahan baku pembuatan arang. Kondisi ini
dapat diminimalisir dengan sosialisasi aturan yang ada, karena pelanggaran yang terjadi selama ini disebabkan oleh ketidaktahuan masyarakat terhadap berbagai
aturan yang ada. Selain itu juga, ketersediaan data dan informasi yang berhubungan dengan kegiatan pengelolaan sangat menunjang efektivitas
pengelolaan mangrove. Beberapa program yang dapat dilaksanakan untuk memperlancar kegiatan
pengawasan dan monitoring, yaitu : a Meningkatkan intensitas sosialisasi aturan larangan penebangan mangrove.
b Meningkatkan keaktifan pemerintahswasta dalam kegiatan pengawasan dan monitoring
c Menyusun rencana pengelolaan berdasarkan data dan informasi yang akurat.
Perencanaan Zonasi Ruang
Dalam rehabilitasikonservasi hutan mangrove diperlukan rencana konservasi yang baik dan benar-benar matang agar rehabilitasi hutan mangrove
yang dilakukan sesuai dengan apa yang telah diharapkan. Dalam konservasi mangrove diperlukan tahapan-tahapan kegiatan yang harus selalu diperhatikan
dalam perlakuannya. Tahapan-tahapan tersebut adalah :