1. Konsep Dasar Konflik Conflict Basic Concept
Konflik sosial adalah pertentangan yang terjadi dalam masyarakat. Menurut Robert M.Z. Lawang, konflik sosial merupakan alat untuk
memperoleh hal-hal yang langka, seperti status, kekuasaan dan sebagainya.
Social conflict is a controversy happen in a society. According to Robert M.Z. Lawang, social conflict is a tool to accomplish rare things such
as status, powerauthority etc.
Sedangkan Menurut Webster dalam Pruitt 2004:9, istilah “ conflict”
di dalam bahasa Inggris berarti suatu perkelahian, peperangan atau perjuangan, yaitu berupa pertentangan fisik antara beberapa pihak. Arti
kata itu kemudian berkembang dengan masuknya “ketidaksepakatan yang tajam atau oposisi atas berbagai kepentingan, ide, gagasan, dan
lain-lain”. Sehingga istilah “konflik” juga menyentuh aspek psikologis di balik pertentangan fisik itu sendiri.
Meanwhile, according to Webster in Pruitt 2004:9, the term “conflict” in English means a fight, struggle or be in disagreement, which
can be in the form of physical resistance between several parties. Later, the meaning of the term conflict develop into “Bitter disagreement or in
state of opposition for every interests, ideas, concepts etc”. With this new definition, the term conflict has touched the psychological aspect behind
the physical struggle itself.
Pribadi maupun kelompok menyadari adanya perbedaan-perbedaan dengan pihak lain, misalnya dalam hal emosi, bentuk fisik, unsur
kebudayaan, dan pola perilaku. Perbedaan-perbedaan itu akan semakin menajam manakala dipengaruhi oleh unsur psikologis dalam diri manusia.
Unsur psikologis yang dimaksud dapat berupa perasaan amarah, benci yang menyebabkan dorongan-dorongan untuk saling menekan, saling
menyerang, saling melukai dan bahkan saling menghancurkan individu atau kelompok yang dianggap sebagai lawan Soekanto, 2002:98. Suatu
Module IPS For SMK Social Conflict
Page 9
pertentangan pada umumnya berkembang dari pertentangan nonfisik, berkadar rendah tanpa kekerasan
non-violent menjadi benturan fisik, yang bisa berkadar tinggi dalam bentuk kekerasan
violent. Individual or group of people indeed realizes many differences with
others, such as difference in physical appearance, emotional, culture and behavior pattern. These differences can become even worse when human
psychological aspect interfere them. The psychological aspects here can be in the form of anger and hatred which cause drives to push one and
another, attack, hurt and even worse destroy other individual or group that is believe as opponent Soekanto, 2002:98. A controversy is usually
an excess of a non physical resistance, a low level non-violent physical impact into a higher level violent physical impact.
Dalam kaitannya dengan pertentangan sebagai konflik, Gurr dalam Al Hakim 2003:3 membuat kriteria yang menandai suatu pertentangan
sebagai konflik. Pertama, sebuah konflik harus melibatkan dua pihak atau
lebih di dalamnya; kedua, pihak-pihak tersebut saling tarik-menarik dalam
aksi-aksi saling bermusuhan mutualy opposing actions; ketiga, mereka
biasanya cenderung menjalankan perilaku koersif untuk menghadapi dan menghancurkan “musuh”;
keempat, interaksi pertentangan di antara pihak-pihak itu berada dalam keadaan yang tegas, karena itu keberadaan
peristiwa pertentangan dapat dideskripsikan dengan mudah oleh para pengamat sosial yang tidak terlibat dalam pertentangan.
In relation with controversy as a conflict, Gurr in Al Hakim 2003:3 give criteria that sign a controversy as conflict. First, a conflict should
involving two parties or more. Second, those parties push one and another in a mutually opposing action. Third, these parties tend to
perform coercive behavior to confront with and destroy “the opponent”. Fourth, controversy between these two parties can be seen clearly by
those who do not involve in the conflict.
Dalam kehidupan masyarakat, konflik juga dapat berupa proses instrumental yang mengarah pada pembentukan, penyatuan dan
Module IPS For SMK Social Conflict
Page 10
pemeliharaan struktur sosial serta dapat menetapkan dan menjaga garis batas antara dua atau lebih kelompok. Dengan konflik, suatu kelompok
dapat memperkuat kembali identitas dan solidaritas di antara anggotanya.
In the society, a conflict also can be in the form of instrumental process lead to the establishment, unification and maintenance of the
social structure which also able to determine and keep the line between two groups or more. With conflict, a group is able to re-strengthen its
identity and solidarity among its member.
George Simmel, seorang sosiolog fungsionalis Jerman, dalam karyanya yang berjudul “
Conflict and The Web of Group-Affiliations”, mencoba mendekati teori konflik dengan menunjukkan bahwa konflik
merupakan salah satu bentuk interaksi sosial yang bersifat mendasar, berkaitan dengan sikap bekerja sama dalam masyarakat. Simmel
memandang konflik sebagai gejala yang tidak mungkin dihindari dalam masyarakat karena konflik berfungsi untuk mengatasi ketegangan antara
hal-hal yang bertentangan dan mencapai kedamaian. Oleh karena itu antagonisme atau sifat yang saling bertentangan adalah unsur dalam
suatu kerjasama. George Simmel, A Germany fungsionalist sociologist in his work
entitled “Conflict and The Web of Group-Affiliations”, try to approach the conflict theory by showing that conflict is one of a basic social interaction
related to cooperative behaviour in the society. Simmel consider conflict as a phenomenon that is impossible to be avoided since it functions to
overcome tension among opposing things and reach peacefulness. Therefore, antagonism or opposing behaviour is one of aspect for
cooperation.
Lewis Coser melalui karyanya yang berjudul “ The Functions of Sosial
Conflict”, mencoba menitikberatkan pada konsekuensi-konsekuensi terjadinya konflik pada sebuah sistem sosial secara keseluruhan. Teorinya
menunjukkan bahwa adalah salah jika memandang konflik sebagai hal
Module IPS For SMK Social Conflict
Page 11
yang merusak sistem sosial, karena konflik juga dapat memberikan keuntungan pada masyarakat luas di mana konflik itu terjadi. Konflik
justru membuka peluang bagi terciptanya integrasi antarkelompok, selain itu konflik juga mengakibatkan terjadinya perubahan sosial. Cukup jelas
bahwa bagi Coser konflik justru bisa berfungsi untuk memelihara status quo. Coser jelas tidak menginginkan terjadinya perubahan struktural
akibat berlangsungnya konflik sosial. Lewis Coser in his work entitled “The Functions of Sosial Conflict”,
attempts to emphasize the conflict consequences on a social system as a whole. His theory shows that it is improper to see conflict as something
that can ruin the social system since conflict also can bring advantages to the society where the conflict happens. On the contrary, conflict is able
open chances to create intergroup integration as well as social changes. It is quite clear for Coser that conflict is able to function as status quo
keeper. Coser in this case does not want social conflict cause the structural changes.
2. Faktor-faktor penyebab terjadinya konflik social Factors that cause social conflict
Kategori