17 Keteguhan tekan menunjukkan daya tahan atau kekompakan briket terhadap
tekanan luar sehingga mengakibatkan hancurnya briket. Semakin besar keteguhan tekan akan meningkatkan daya tahan atau kekompakan briket. Hal ini diperlukan
untuk proses penanganan dan distribusi Hendra dan Darmawan 2000.
D. Sludge
Sludge adalah residu semi-solid yang berasal dari proses filtrasi minyak jarak. Sludge akan mengalami proses pressing kembali yang nantinya akan
menghasilkan minyak dan padatan. Bentuk padat dari sludge ini akan dijadikan bahan tambahan untuk membuat biopelet. Penambahan sludge ini bertujuan untuk
meningkatkan nilai kalor pembakaran dari biopelet.
E. Perekat Tapioka
Terdapat dua macam perekat yang biasa digunakan dalam pembuatan briket, yaitu perekat yang berasap tar, molase, dan pitch, dan perekat yang tidak
berasap pati dan dekstrin tepung beras. Untuk briket yang digunakan di rumah tangga sebaiknya memakai bahan perekat yang tidak berasap Abdullah, 1991.
Menurut White dan Paskett 1981 bahan perekat ditambahkan kedalam biopelet untuk meningkatkan keteguhan tekan, diantaranya bitumen, resin dan
gum. Ramsay 1982 menambahkan bahwa penambahan perekat juga bertujuan untuk meningkatkan ikatan antar partikel, memberikan warna yang seragam dan
juga memberikan bau yang harum.
Biji Jarak 50 Kg
Minyak 11,82 Kg Air 0,038 Kg
Bungkil 33,43 Kg
Loss 1,57 Kg
Minyak jarak+Sludge 15 Kg
Gambar 7. Neraca massa pengolahan biji jarak
Sludge+Minyak 3,78 Kg
18 Tapioka merupakan bahan yang sering digunakan sebagai perekat dalam
pembuatan briket karena mudah didapat dan harganya yang relatif murah. Kelemahan penggunaan tapioka sebagai perekat yaitu akan sedikit berpengaruh
pada penurunan nilai kalor produk dibandingkan bahan bakunya, selain itu produk yang dihasilkan kurang tahan terhadap kelembaban. Hal ini disebabkan tapioka
memiliki sifat dapat menyerap air dari udara. Kadar perekat yang tinggi juga dapat menurunkan mutu briket akibat timbulnya asap. Penambahan optimal perekat
sebaiknya tidak lebih dari 5 Sudrajat dan Soleh 1994. Huege dan Ingram 2006 menambahkan bahwa jumlah perekat yang dianjurkan adalah 0,5–5
b b
total campuran. Tepung tapioka merupakan hasil ekstraksi pati ubi kayu yang telah
mengalami proses pencucian secara sempurna serta dilanjutkan dengan pengeringan. Tepung tapioka hampir seluruhnya terdiri dari pati. Ukuran granula
pati tapioka berkisar antara 5-35 mikron. Pati ubi kayu terdiri dari molekul amilosa dan amilopektin yang jumlahnya berbeda-beda tergantung jenis patinya
Ma’arif et al., 1984. Tabel 4. Komposisi kimia tapioka
Komposisi Tapioka
Kalori per 100 gram 146
Karbohidrat 88,2
Protein 1,1
Lemak 0,5
Air 9,1
Calcium mg100 gr 84,0
Phosphor mg100 gr 125,0
Ferrum mg100 gr 1,0
Vitamin B1 mg100 gr 0,4
Vitamin C mg100 gr
Sumber : Suryani 1987
F. Nilai Kalor Pembakaran