Penentuan Pola Peningkatan Suhu Pusat Geometris Tempe Selama Penentuan Waktu Pemanasan untuk Penentuan Parameter Kinetika

25 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENELITIAN PENDAHULUAN

1. Kalibrasi Termokopel

Kalibrasi termokopel dilakukan pada sepuluh termokopel untuk meningkatkan akurasi pengukuran suhu. Hasil kalibrasi menunjukkan bahwa nilai suhu yang terukur oleh termokopel x tidak berbeda jauh da ri suhu yang terukur oleh termometer standar y. Hal ini terlihat dari persamaan kalibrasi seperti yang disajikan pada Tabel 7 dimana nilai gradiennya mendekati nilai 1 dengan intercept yang relatif kecil. Kualitas persamaan linear tersebut dalam menggamb arkan data kalibrasi juga cukup baik seperti ditunjukkan oleh nilai koefisien determinasi R 2 yang mendekati 1. Tabel 7. Persamaan Kurva Kalibrasi Termokopel Termokopel Persamaan y R 2 1 y = 1.002 x + 0.086 0.999 2 y = 0.995 x + 1.552 0.999 3 y = 1.000 x + 0.906 0.999 4 y = 0.995 x + 1.017 0.999 5 y = 1.010 x - 0.646 0.999 6 y = 0.998 x + 0.945 0.999 7 y = 1.001 x + 0.486 0.999 8 y = 1.000 x + 0.939 0.999 9 y = 1.001 x + 0.495 0.999 10 y = 0.998 x + 0.993 0.999

2. Penentuan Pola Peningkatan Suhu Pusat Geometris Tempe Selama

Pemanasan Pola peningkatan suhu pusat geometris tempe selama pemanasan dapat dilihat pada Gambar 5. Dari gambar tersebut terlihat bahwa tempe yang dipanaskan pada suhu 60°C, 70°C dan 80°C memiliki pola peningkatan suhu yang hampir sama. Pada awal pemanasan suhu meningkat secara tajam. Setelah itu suhu meningkat lebih lambat sebelum akhirnya mencapai nilai konstan. Setelah menit ke-16 tempe yang dipanaskan pada suhu medium 60°C mengalami peningkatan suhu yang 26 relatif lambat. Sedangkan tempe yang dipanaskan pada suhu 70°C mengalami kenaikan suhu dengan cepat hingga pemanasan pada menit ke- 18. Sementara tempe yang dipanaskan pada suhu 80°C masih belum mencapai suhu medium 80°C hingga menit ke-30 dalam proses pemanasan. Gambar 5. Peningkatan Suhu Pusat Geometris Tempe Selama Pemanasan dalam Medium Pemanas Air dengan Ukuran Sampel 2cm x 2cm x 2cm Pada menit ke-15 pemanasan, tempe yang dipanaskan pada suhu medium pemanas 60°C mencapai suhu 55.8°C. Sedangkan tempe yang dipanaskan pada medium pemanas 70°C mencapai suhu 66.6°C dan tempe yang dipanaskan pada medium pemanas 80°C mencapai suhu 71.4°C. Pola peningkatan suhu pusat geometris tempe tersebut memberikan gambaran perubahan suhu pusat geometris bahan terhadap suhu dan waktu pemanasan yang digunakan.

3. Penentuan Waktu Pemanasan untuk Penentuan Parameter Kinetika

Penelitian pendahuluan diawali dengan proses pemanasan tempe dalam kemasan vakum untuk mengamati perubahan mutu tekstur dan warna. Pengamatan awal ini dilakukan untuk menentukan waktu pemanasan yang sebaiknya digunakan dalam pengukuran parameter kinetika. Dalam penelitian pendahuluan untuk ketiga parameter tersebut 27 digunakan beberapa titik waktu untuk setiap suhu pemanasan 60°C, 70°C, dan 80°C. Hubungan antara waktu pemanasan dan perubahan mutu untuk setiap mutu dapat diamati pada Gambar 6. a b Gambar 6. Perubahan Mutu a Tekstur dan b Kecerahan Warna pada Suhu Pemanasan 60°C, 70°C, dan 80°C Gambar 6 menunjukkan bahwa perubahan mutu tekstur dan warna, relatif cepat terjadi dan signifikan pada waktu sekitar 4 menit pemanasan awal. Hal ini ditandai dengan peningkatan atau penurunan nilai mutu secara kuantitatif yang cukup tinggi sehingga waktu pemanasan tersebut akan 28 diukur lebih lanjut dalam penentuan parameter k inetika. Hasil ini juga menunjukkan bahwa kedua parameter relatif sensitif terhadap pemanasan. Kemiringan atau slope kurva yang tinggi dapat diamati pada 4 menit pemanasan awal baik untuk mutu tekstur maupun warna. Pada mutu tekstur, pemanasan 4 menit untuk suhu medium 60°C menyebabkan peningkatan kedalaman penetrasi jarum penetrometer sebesar 1.47 mm5.0 detik atau sekitar 31.41 dibandingkan tempe segar. Pemanasan dengan suhu medium 70°C pada menit ke-4 menyebabkan peningkatan kedalaman penetrasi jarum penetrometer sebesar 1.68 mm5.0 detik atau meningkat sekitar 35.90. Sementara pemanasan selama 4 menit pada suhu 80°C menyebabkan peningkatan kedalaman penetrasi hingga 1.80 mm5.0 detik atau sekitar 38.46. Tingkat kecerahan warna dari tempe hasil pemanasan juga mengalami penurunan yang cukup tajam hingga 4 menit pemanasan awal. Pada suhu pemanasan 60°C, nilai kecerahan warna lightness menurun hingga 5.17 satuan. Perubahan nilai kecerahan relatif kecil apabila pemanasan dilanjutkan hingga menit ke-12. Perubahan mutu warna dan bau secara organoleptik dalam penelitian pendahuluan dilakukan dengan mengamati perubahan secara kualitatif. Pemanasan dengan waktu yang pendek menyebabkan miselium kapang masih terlihat sehingga memberikan warna putih pada tempe ya ng lebih baik dibandingkan tempe tanpa adanya miselium yang utuh. Penentuan parameter kinetika warna dan bau secara organoleptik dilakukan pada waktu pemanasan yang relatif pendek, yaitu 0.08, 0.25, 0.5, dan 1 menit, serta 2 menit untuk parameter warna. Gambar 7 . Perubahan Warna Tempe selama Proses Pemanasan pada Suhu 60°C 5 detik 15 detik 30 detik 60 detik 120 detik 29 Warna dan bau merupakan atribut yang dapat lebih dideteksi dengan indera manusia. Pengamatan pada tempe yang dipanaskan hingga menit ke-1 dan ke-2 menunjukkan miselium kapang yang mulai tidak terlihat secara visual. Pada pemanasan yang relatif singkat, miselium kapang terlihat masih memberikan warna putih pada tempe. Warna putih yang dibentuk oleh miselium ini memberikan pengaruh terhadap kecerahan tempe. Perubahan mutu rasa secara organoleptik juga terjadi akibat pemanasan pada tempe. Perubahan ini diamati dengan menyajikan tempe setelah digoreng pada suhu 180°C. Hasil penelitian pendahuluan untuk tempe yang digoreng selama 30 menit menunjukkan tempe goreng lebih renyah dan tidak berlemak. Hal ini disebabkan tempe yang telah dicelupkan ke dalam air panas sebelum digoreng memiliki kadar air terikat yang relatif lebih kecil sehingga proses penggorengan menyebabkan difusi minyak lebih mudah terjadi dan memberikan kesan renyah yang lebih baik. Selain itu, tempe hasil pencelupan dalam air paans juga terlihat lebih kering secara visual. Akan tetapi perlakuan pencelupan menyebabkan warna tempe yang digoreng untuk waktu yang sama sedikit lebih gelap dibandingkan tempe segar. Pemanasan dilakukan hingga menit ke-30 untuk mengamati perubahan rasa yang dapat dideteksi oleh indera manusia. Pengamatan kualitas mutu irisan tempe slicing quality dilakukan secara kualitatif dengan mengamati tempe hasil pengirisan. Secara kualitatif, hasil pengirisan menunjukkan tidak adanya perbedaan yang nyata antara sampel dan tempe segar. Penilaian kualitatif ini ini didasarkan pada keutuhan kedelai hasil irisan. Pemanasan hingga menit ke-30 dilakukan dan dianalisis pada lima titik waktu untuk mengamati profil slicing quality tempe hasil pemanasan. B. PENELITIAN UTAMA

1. Tekstur