Penentuan Orde Reaksi Studi Kinetika Perubahan Mutu Tempe selama Proses Pemanasan

35

4. Penentuan Orde Reaksi

Metode integrasi digunakan untuk menentukan persamaan laju reaksi. Misalkan suatu reaksi digambarkan sebagai berikut, A  B maka - yang menggambarkan perubahan suatu reaktan A menjadi hasil reaksi B. Kecepatan reaksi d[A]dt akan berbanding lurus dengan penurunan jumlah konsentrasi reaktan pangkat x, dengan x menyatakan nilai orde reaksi. Kecepatan reaksi juga berbanding lurus dengan nilai k, yaitu nilai konstanta suatu laju reaksi. Penentuan orde reaksi yang paling sesuai dilakukan dengan melihat kemampuan model tersebut dalam menjelaskan data eksperimen yang terlihat dari koefisien determinasi R 2 . Pada orde reaksi nol, kecepatan reaksi bersifat konstan sedangkan pada reaksi orde satu, kenaikan konsentrasi atau nilai mutu dua kali akan menyebabkan kenaikan laju reaksi yang proporsional Saeni, 1989, yaitu dua kali juga. Degradasi atribut mutu dan jumlah mikroorganisme umumnya berubah secara eksponensial terhadap waktu Moralles dan Torres, 2003. Avila dan Silva 1999 memberikan gambaran sejumlah reaksi degradasi warna yang mengikuti orde reaksi pertama, seperti pada asparagus, kacang buncis, saus tomat, jus anggur dan pulp apel. Reaksi orde nol untuk degradasi mutu umumnya jarang ditemui. Gambar 11 hingga Gambar 15 menunjukkan kurva degradasi beberapa mutu tempe yang mengikuti orde reaksi nol dan pertama. Pada orde reaksi nol, sumbu ordinat merupakan nilai mutu, sedangkan pada orde reaksi pertama sumbu ordinat berupa nilai logaritma natural dari nilai mutu. Regreasi linear dengan persamaan y = a + bx digunakan untuk menentukan nilai b yang merupakan kemiringan atau slope kurva. Kemiringan ini menunjukkan nilai konstanta laju reaksi yang ada, baik untuk orde reaksi nol maupun orde reaksi satu. Tabel 8 menunjukkan nilai koefisien determinasi R 2 dari setiap reaksi degradasi mutu untuk orde reaksi nol dan pertama. Reaksi degradasi 36 mutu tekstur cenderung mengikuti orde reaksi nol, sedangkan degradasi mutu warna dan mutu organoleptik mengikuti orde reaksi pertama. Pemilihan orde reaksi ditentukan berdasarkan nilai R yang lebih tinggi. Model yang dikembangkan untuk menentukan orde reaksi berbeda antar mutu yang diukur. Dalam penentuan orde reaksi untuk mutu tekstur perubahan tingkat kekerasan atau kedalaman penetrasi terjadi cukup tajam pada 1 menit pemanasan awal sehingga plot pada kurva degradasi mutu tekstur diawali pada waktu 1 menit pemanasan. Perubahan skor mutu warna dan bau terjadi cepat pada 0.08 menit pemanasan awal sehingga waktu tersebut menjadi titik awal dalam penentuan parameter kinetika. Perubahan mutu sensori rasa tidak memperlihatkan model laju penurunan mutu yang berbanding lurus dengan peningkatan suhu. Hal ini mungkin disebabkan oleh minimnya data untuk digunakan dalam perhitungan kinetika. Tabel 8. Nilai Koefisien Determinasi R 2 Reaksi Degradasi Mutu Tempe Mutu Suhu °C Orde 0 Orde 1 Tekstur 60 0.834 0.806 70 0.921 0.898 80 0.854 0.825 Warna 60 0.873 0.885 70 0.834 0.840 80 0.767 0.820 Warna Organoleptik 60 0.943 0.971 70 0.925 0.955 80 0.928 0.963 Bau Organoleptik 60 0.956 0.968 70 0.950 0.964 80 0.816 0.840 Rasa Organoleptik 60 0.867 0.887 70 0.911 0.923 80 0.922 0.936 37 a b Gambar 11. Degradasi Tekstur Tempe yang Mengikuti Orde Reaksi a Nol dan b Pertama 38 a b Gambar 12. Degradasi Warna Tempe yang Mengikuti Orde Reaksi a Nol dan b Pertama 39 a b Gambar 13. Degradasi Warna Tempe secara Organoleptik yang Mengikuti Orde Reaksi a Nol dan b Pertama 40 a b Gambar 14. Degradasi Bau secara Organoleptik yang Mengikuti Orde Reaksi a Nol dan b Pertama 41 a b Gambar 15. Degradasi Rasa secara Organoleptik yang Mengikuti Orde Reaksi a Nol dan b Pertama 42

5. Penentuan Parameter Kinetika