Analisis Psikologis Tokoh Utama Arisa Morishige Dalam Komik “Limit” Karya Keiko Suenobu Keiko Suenobu No “Limit” No Manga Ni Okeru Arisa Morishige To Iu Shuujinkou No Shinrigakutekina Bunseki

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Aftraruddin, Pesu. 1990. Pengantar Apresiasi Puisi. Bandung : Angkasa raya. Aminuddin. 2002. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru

Aglesindo.

__________. 2000. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Aglesindo.

Badrun, Ahmad. 1983. Pengantar Ilmu Sastra (Teori Sastra), Surabaya: Usaha Nasional. Dakir,1993. Dasar Dasar Psikologi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Farida, Miftahul. 2013. Unsur intrinsik, Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Hadi, Pranowo. 2004. Depresi dan Solusinya, Yogyakarta: Tugu Publisher. Hardjana, Andre. 1985. Kritik Sastra Sebuah Pengantar, Jakarta: Gramedia. Hartoko, Rahmanto, B. 1986. Pemandu di Dunia Sastra, Yogyakarta: Kanisius. Keiko Suenobu. 2008. Limit 1-6 (Terjemahan), Jakarta: Elex Media

Komputindo.

Nurgiyantoro. 1995. Teori Pengkajian Fiksi, Yokyakarta: UGM Press. Pradopo , Djoko. 2002 . Kritik Sastra Modern, Yogyakarta : Gema Media.

Soemardjo. 1988. Masyarakat dan Sastra Indonesia, Yogyakarta : Nur Cahaya.

Taki , M. 2001. Japanese School Bullying, Canada. Queen’s University.

Wellek, Rene dan Austin, Warren. 2002. Teori Kesusastraan, Jakarta: PT Gramedia Pustaka.


(2)

Zainuddin. 1992. Materi Pokok Bahasa dan Sastra Indonesia, Jakarta: PT.Rineka Cipta.

Bibliografi.pdf.


(3)

BAB III

ANALISIS KONDISI PSIKOLOGI TOKOH ARISA MORISHIGE DALAM KOMIK “LIMIT” KARYA KEIKO SUENOBU

3.1. Sinopsis Cerita

Komik LIMIT menceritakan tentang seorang anak yang bernama Arisa Morishige adalah seorang remaja yang berusia 15 tahun yang duduk di salah satu SMA di Jepang, disekolahnya ia adalah seorang siswi yang selalu di bully. ia juga merupakan anak yang tidak cantik, bodoh dan tidak suka bergaul, lalu sekolahnya mengumumkan bahwa akan ada perkemahan yang dilakukan oleh semua kelas, tetapi keberangkatannya berbeda-beda berdasarkan nomor urut kepergian yang akan diundi secara acak, maka harus ada perwakilan salah satu dari masing-masing kelas untuk mengambil nomor keberangkatan, perwakilan dari II A adalah Arisa. teman sekelas Arisa sepakat bahwa perwakilan dari kelas mereka adalah Arisa. Teman sekelasnya sangat menghawatirkan mereka mendapatkan urutan terakhir karena waktunya yang berdekatan dengan jadwal ujian sekolah. Ternyata pada saat pengambilan nomor urut keberangkatan, kelas merekalah yang mendapatkan nomor urutan terakhir. Lalu karena hal tersebut Arisa menjadi bahan bully-an dikelasnya.

Arisa tidak pernah melawan apapun pada saat dia dibully oleh teman-teman sekelasnya, dan bahkan selalu diam dan tidak pernah melakukan pembelaan apapun. Ternyata dibalik diamnya itu dia memendam rasa dendam yang besar kepada teman-teman sekelasnya itu. Lalu pada saat Arisa dan teman sekelasnya dalam perjalanan menuju keperkemahan, bus yang mereka


(4)

sadarkan diri pada saat mengendarai, bus mereka masuk ke sebuah jurang dengan tebing yang tinggi dan hutan yang lebat.

Siswa yang selamat dari kecelakaan tersebut hanya enam, orang lima diantaranya adalah wanita dan satu orang laki-laki, dan salah satunya adalah Arisa Morishige. Pada saat Arisa sedang mencoba menyelamatkan diri, ia mendapatkan sebuah arit. Dan pada saat itu ia menyadari bahwa salah satu dari orang yang suka membully nya telah meninggal dunia, Arisa sangat senang akan hal itu. Arisa menggunakan arit itu untuk menguasai mereka semua yang selamat, Arisa menjadikan teman-temannya tersebut budaknya, dan ia juga membuat hubungan diantara mereka menjadi semakin rumit dan perpecahan di antara mereka juga semakin runcing. Arisa menciptakan sistem kasta, bagi yang mendapat tempat kasta terendah tidak akan mendapatkan makan dan dijadikan budak yang harus mencari makanan dan minuman bagi mereka yang mendapat tempat kasta tertinggi. Bagi yang ingin makan harus menuruti apa saja permintaan Arisa terutama mereka harus mau saling menyakiti dan saling bertarung untuk mendapatkan makanan dari Arisa.

Arisa menjadikan dirinya sebagai penguasa dan yang lainnya sebagai budak. Arisa terus saja berkelakuan aneh dan terus menjadikan situasi diantara mereka semua semakin mencekam dan meruncing. Walau Arisa terus menganggap dirinya sebagai penguasa diantara yang lain, tetapi kelima siswi yang selamat lainnya tidak tinggal diam, terkadang mereka juga melawan terhadap apa yang Arisa perintahkan, dan mereka juga berniat untuk merebut arit dari tangan Arisa untuk bisa bertahan hidup dan sambil terus mencari bantuan untuk bisa selamat dari kecelakaan itu. Bagi mereka, apabila Arisa masih terus memegang kuasa atas mereka dan terus memegang arit, sangat sulit buat mereka semua untuk bisa selamat dan bertahan dihutan.


(5)

Arisa merupakan anak tunggal dikeluarganya, ayah nya adalah seorang pemimpin disalah satu perusahaan besar di Jepang. Keluarga mereka merupakan keluarga yang tidak harmonis, ayahnya sangat sering memukuli ibu Arisa, dan Arisa juga sangat sering mengalami perlakuan yang tidak menyenangkan dan kekerasan yang dilakukan oleh ayahnya. Itu juga salah satu penyebab Arisa menjadi anak yang pemurung dan tidak suka bersosialisasi pada orang lain. Yang dilakukannya hanya membuat manga dan menceritakan hal-hal buruk dalam hidupnya yang dirasakannya setiap hari ke dalam sebuah buku harian.

Setelah berusaha bertahan hidup selama tiga hari di hutan, akhirnya arit Arisa berhasil direbut, Arisa tidak lagi bisa berbuat semena-mena terhadap temannya yang lain, mereka mulai mencari bantuan bersama-sama, mereka terus berjalan menyusuri hutan yang lebat dan tebing-tebing yang tinggi untuk menyelamatkan diri, tidak lama mereka berjalan menyusuri hutan mereka melihat ada helikopter yang terus berputar-putar dilangit, lalu mereka mengikuti arah kemana helikopter itu pergi. Semua orang sudah merasa senang kecuali Arisa. Arisa tidak ingin pulang lagi ke rumah dan ia tidak ingin selamat karena ia beranggapan bahwa walau dia selamat tidak ada orang yang akan mengharapkan kepulangannya, dan ia juga takut bahwa hal-hal buruk yang ia alami dahulu akan terulang lagi apabila ia selamat dan kembali lagi ke rumah.

Tetapi teman-teman Arisa yang selamat lainnya terus membujuk Arisa agar Arisa mau pulang, tetapi Arisa terus saja tidak percaya. Dan menganggap mereka bohong dan terus perpandangan negatif tentang teman-teman nya di masa depan, karena ulah mereka di masa lalu pada saat sebelum kecelakaan, tetapi teman Arisa yang lain tidak putus asa untuk terus membujuk Arisa agar dia mau ikut mereka dan sekarang hubungan diantara mereka sudah sangat


(6)

Morishige dan akan menjadikan hari-hari Arisa di sekolah akan menjadi menyenangkan. Karena perkataan teman-temannya tersebut arisa menjadi mau untuk terus mencari jalan keluar dari hutan agar selamat.

Akhirnya mereka di temukan oleh tim penyelamat dan yang selamat hanya lima orang termasuk Arisa Morishige, karena salah satu dari mereka sudah meninggal dunia pada saat dihutan. Setelah kecelakaan Arisa mendapatkan teman-teman yang baik, dan ia juga tidak diperlakukan dengan buruk lagi, sekarang ia diperlakukan dengan baik oleh teman-teman dan juga oleh keluarganya

3.2. Analisis Tokoh Utama Arisa Morishige Dalam Komik LIMIT Berdasarkan Teori Kognisi Depresi Aaron Beck

3.2.1. Pandangan Negatif Tentang Diri Sendiri Pada Tokoh Arisa

Cuplikan 1 jilid 3 halaman 105-107

Konno : “Ayo kita pulang bersama-sama semuanya.” Kamiya : “Iya ayo.”

Arisa : Meski aku pulang. . . tidak akan ada yang senang. . . aku berbeda dengan kalian”.

Analisis :

Pada cuplikan di atas, terdapat pandangan negatif Arisa tentang dirinya sendiri. Hal ini terlihat saat Arisa merasa kesal dengan diri sendiri, sehingga Arisa tidak mau kembali lagi ke kehidupannya seperti sedia kala. Arisa berpikir walaupun dia kembali dan selamat tidak akan ada


(7)

yang senang dan mengharapkan dia kembali. Hal ini terjadi karena Arisa adalah anak yang terbiasa menyimpan beban dan masalah dalam hati. Arisa juga dihantui rasa cemas dan takut yang berlebihan terhadap dirinya sendiri, Hal ini tergolong dalam Neurotic Depression (depresi neurotik) yaitu respon terhadap stress dan kecemasan yang telah di timbun oleh masa lalu. Dan sesuai dengan kognitif depresi Aaron Beck.

Dalam teori kognisi Aaron Beck, depresi dibagi atas tiga jenis yang salah satunya adalah depresi neurotik yang merupakan depresi pada tahap ini terjadi apabila depresi reaktif tidak terselesaikan dengan baik dan tuntas. (Enos D. Martin dalam Wilkinson 1995:24) Depresi ini merupakan respon terhadap stress dan kecemasan yang telah ditimbulkan untuk masa yang lama, ini disebabkan oleh respon terhadap stress dan kecemasan, ketakutan yang telah di timbun di masa lalu masa lalu.

Dapat dikatakan bahwa Arisa menjadi berpikiran negatif pada dirinya karena adanya perlakuan yang kurang menyenangkan dari masa lalu.

Cuplikan 2 jilid 3 halaman 110-112

Kamiya : “Arisa. . . mari kita pulang.” Haru : “ Iya marilah. . .”

Arisa : “ Tidak. . . karena tidak dibutuhkan, maka lenyap pun tidak apa-apa. . akan kuakhiri dengan tanganku sendiri. . . Matilah. . . aku tidak dibutuhkan (sambil menyucuk tangannya dengan kaca).”


(8)

Dari cuplikan di atas, menurut penulis Arisa kehilangan suatu harapan. Hal ini terlihat saat Arisa merasa putus asa dan mencoba untuk bunuh diri, Arisa menusukkan kaca ke tangannya dengan harapan dia akan mati. tetapi ketika ia menusukkan kaca tersebut ke tangannya hanya mengakibatkan luka yang tidak begitu parah, karena hal ini Arisa makin merasa kesal dan memutuskan tidak akan pulang lagi. Hal ini dikarenakan rasa takut nya yang sangat besar untuk pulang dan kembali ke kehidupan yang sangat dia takuti.

Sangat jelas pada cuplikan bahwa Arisa mencoba bunuh diri dikarenakan pikiran negatifnya tentang diri sendiri bahwa dia tidak akan dibutuhkan dan diharapkan kembali. Hal ini sesuai dengan konsep depresi dari Aaron Beck, Salah satu dari konsep depresi yaitu kognitif yang mempunyai ciri yaitu Berfikir negatif mengenai diri sendiri dan Berfikir akan kematian atau bunuh diri.

Aaron Beck dalam Hadi (2004:32) Perasaan yang berubah-ubah dan sulit dikendalikan adalah salah satu penyebab dari terjadinya depresi, berbagai perasaan seperti putus asa, kehilangan harapan, sedih cemas, rasa bersalah, apatis, marah, dan sering juga muncul perasaan tak menentu yang menciptakan suasana hampa yang mengakibatkan mencoba untuk bunuh diri.

Cuplikan 3 jilid 4 halaman 8 – 12

Haru : “Arisa. . . pasti kau yang telah membunuh usui? Ya kan?” Arisa : “ Hah!?. . . Bukan akuu!.”

Haru : “ Jadi siapa? Pasti kau Arisa? Lihat kaca yang ada ditangan mu, lihat darah yang ada dibajumu, kau yang membunuhnya?!!.”


(9)

Arisa : “ Bo. . . bodoh. . . ini darahku, bukan darah Usui!!! Aku gak tau apa-apa, aku gak melakukankan apapun pada Usui, memang aku tidak diharapkan dan tidak kalian sukai, tapi bukan aku pelakunyaaa!!!.

Analisis :

Dari cuplikan di atas, Arisa mengalami tekanan atas tuduhan teman-teman yang menuduh Arisa yang melakukan pembunuhan pada Usui. Tuduhan teman-teman Arisa tersebut membuat Arisa menjadi berpikir bahwa teman-temannya tidak menyukai dan tidak menginginkannya. Hal ini sesuai dengan salah satu penyebab dari seseorang biasa mengalami depresi, yaitu dikarenakan kehilangan.

Aaron Beckdalam Wilkinson (1995:26) dijelaskan bahwa kehilangan hal yang bersifat khayal, tanpa fakta dan ia merasa tidak disukai dan digunjingkan oleh orang lain. Mendapat perlakuan yang kurang menyenangkan dari lingkungan merupakan hal utama dari seseorang selalu berpikiran negatif pada diri sendiri dan juga pada lingkungan. Menjadi peka yang berlebihan kepada lingkungan sering dialami oleh meraka yang menngalami depresi.

Pikiran dilusi dapat mengakibatkan depresi yang sangat parah muncul, pikiran-pikiran dilusi yang sangat merugikan bagi penderitanya. Misalnya “ orang membenci saya”, hal ini lah yang diderita oleh Arisa Morishige.

3.2.2. Pandangan Negatif Tentang Lingkungan Pada Tokoh Arisa

Cuplikan 1 jilid 1 halaman 19–22


(10)

Ichinose :“ si Moriko, Morishige!!! Lihat dia (menunjuk ke arah Arisa) lagi-lagi dia menulis sesuatu sendirian . . . Dia tampak seram sekali”

Sakura : “ kau yang akan mengambil nomor urut kelas, awas kalau kau mengambil nomor urut terakhir”.

Arisa : “Tidak, aku tidak mau!!!”

( karena terus didesak, Arisa terpaksa yang mengambil nomor urut. Lalu pada saat pengambilan nomor urut, nomor yang di ambil oleh Arisa adalah nomor terakhir )

Sakura : “ Morishige bodoh!!! Lebih baik dia mati!!!!!

Analisis :

Pada cuplikan di atas, tampak Arisa merasa tertekan dengan paksaan yang diberikan oleh lingkungannya. Hal ini terlihat ketika teman-teman Arisa memaksa untuk mengambil nomor urut keberangkatan,. mereka juga mengancam apabila mendapatkan nomor urut terakhir maka Arisa akan di sakiti. Padahal Arisa sendiri sejak awal tidak mau mengambil nomor urut itu. Lingkungan sebagai pemaksa tuntutan yang berlebihan dan memberikan hambatan yang tidak bisa diatasi, tuntutan berdampak besar pada metal seseorang.

Menurut Aaron Beck berpandangan negatif tentang lingkungan merupakan salah satu aspek pendukung dari terjadinya depresi, memandang lingkungan sebagai pemaksa tuntutan yang berlebihan dan memberikan hambatan yang tidak mungkin bisa diatasi sehingga terus-menerus mengalai kegagagalan. Lingkungan memberikan tekanan besar pada diri nya dan juga


(11)

merasa lingkungan yang tidak menginginkan nya. (http://scribd.com/doc/PENDEKATAN-KOGNITIF.html)

Dapat dianalisis bahwa tampak Arisa mengalami sebuah dorongan dimana dorongan yang kuat dan berat yang tidak akan berdampak positif pada dirinya, dan bahkan sebaliknya. Disini Arisa dihadapkan pada pilihan berat yang dilakukan oleh lingkungnnya, dimana apabila Arisa tidak mau menuruti permintaan teman-temannya maka Arisa akan di olok-olok, tetapi apabila saat mengambil nomor undian dan Arisa mendapatkan nomor urut terakhir maka Arisa juga akan di Bully

Cuplikan 2 jilid 1 halaman 84-90

Konno : “Mungkin masih ada yang hidupkan??”

Kamiya: “Sayang sekali… sudah nggak ada orang yang masih hidup selain kita.”

Arisa : “a a a a a … Mati! . . Semua orang mati? . . .ha ha ha dia juga?. Sakura orang yang suka membully ku mati juga, ha ha ha ha ha. . . Rasakan! ! ! Itu hukuman langit yang turun pada wanita jahat itu. . . ini sangat bagus, sangat menyenangkan, tuhan mendengarkan isi hatiku, mendengarkan permintaanku. . . Bagus! ! !”

Analisis :


(12)

Arisa menjadi anak yang mempunyai beban Psikologi Depresi, ia sangat menyambut baik dan bahagia atas meninggalnya salah seorang dari teman sekelasnya yang juga merupakan salah satu anak yang suka membully Arisa. Hal ini dapat terjadi karena Arisa adalah anak yang terbiasa menyimpan beban dan masalah dalam hati dan Arisa juga dihantui rasa cemas dan takut yang berlebihan terhadap dirinya sendiri dan lingkungan, Hal ini tergolong dalam Neurotic Depression.

Neurotic Depression yaitu respon terhadap stress dan kecemasan yang telah di timbun oleh masa lalu. Depresi pada tahap ini terjadi apabila depresi reaktif tidak terselesaikan secara baik dan tuntas. Depresi ini merupakan respon terhadap stress dan kecemasan yang telah ditimbun untuk waktu yang lama. (http://scribd.com/doc/PENDEKATAN-KOGNITIF.html)

Cuplikan 3 jilid 4 halaman 15-18

Ichinose : “ Arisa pasti kau yang telah membunuh Usui kan”

Kamiya : “ luka dipunggungnya sangat fatal, seperti luka tusukan!”

Ichinose “ Ya kan??!!! Jangan-jangan memang kau lah yang membunuh Usui

Arisa : “ Haahhh!!??? Bukan!!! Bukan aku!”

Ichinose : “ lihat itu, luka dileher mu. . . Apa coba!?”

Arisa : “ Bo. . . bodoh! Aku sendiri yang melakukannya!. . . darah ini, semua nya, adalah darahku?! Bukan darah Usui?!! ” aku gak melakukan apapun pada Usui!! ”


(13)

Hinata : “ selama ini kau dimana? Kau lari kan?!! Tidak salah lagi, kau yang telah membunuh Usui!

Arisa : “ Sudah kubilang bukan !! kali ini jangan main-main!! kalau kalian begitu aku akan habisi kalian!? ”

Analisis :

Pada cuplikan di atas, maka kita juga dapat melihat tekanan yang sangat besar yang dilakukan lingkungan pada Arisa. Hal ini terlihat saat Arisa sangat merasa tersudutkan dan merasa tertekan atas tuduhan-tuduhan yang datang pada nya, ini mengakibatkan Arisa merasa menjadi orang yang paling tidak diinginkan di lingkungannya karena atas tekanan-tekanan besar yang Arisa terima dari lingkungan. Dimana menurut Aaron Beck tertekan dan merasa sedih yang berkepanjangan adalah salah satu penyebab dari Depresi.

Depresi sama dengan rasa sedih, murung, kesal dan tidak bahagia. Depresi melibatkan kesedihan dan emosi negatif. Orang yang mengalami depresi cenderung akan melakukan dan berpikir akan hal-hal yang tidak logis dan tidak masuk akal, seperti akan mencoba untuk bunuh diri. (rahasia-mengatasi-depresi/wibowo.com )

3.2.3. Pandangan Negatif Tentang Masa Depan Pada Tokoh Arisa


(14)

Arisa : “ aku nggak mau pulang, gak mau. . . tidak ada hal baik apapun terjadi walau aku selamat dan pulang ”.

Analisis :

Pada cuplikan di atas, Arisa mengganggap walau dia kembali dan selamat, tidak akan ada hal baik yang akan terjadi. Hal ini terlihat ketika teman-teman Arisa mengajak dia untuk pulang karena pada saat itu tim penyelamat sudah menemukan mereka, tetapi Arisa tidak mau pulang. Arisa beranggapan tidak ada hal baik apapun terjadi walau aku selamat dan pulang, Arisa merasa akan selalu mendapatkan hal buruk yang sama dengan masa lalu. Dan mempunyai kesedihan yang tidak pernah berakhir sama seperti sebelum terjadinya kecelakaan.

Arisa tidak mau kembali ke rumah dan ke sekolah yang telah banyak menyimpan kenangan buruk buat Arisa. Arisa telah kehilangan harapan dan selalu berpikiran negatif terhadap dirinya dan masa depan.

Aaron Beck dalam Wilkinson (1995:26) mengatakan bahwa seseorang yang mempunyai pandangan negatif terhadap dirinya, lingkungan, dan masa depan kemungkinan lebih mudah menderita penyakit depresi daripada orang yang mempunyai pandangan lebih positif.

Memandang masa itu tanpa harapan dan juga meyakini bahwa dirinya tidak mempunyai kekuatan untuk mengubah hal itu menjadi yang lebih baik. Pandangan seperti ini hanyalah memandang bahwa hanya akan mendapatkan kegagalan dan mendapatkan hal buruk atau kejadian buruk yang sama dengan masa lalu. Dan mempunyai kesedihan yang tidak pernah berakhir.


(15)

Cuplikan 2 jilid 3 halaman 132-135

Arisa : “ Meskipun aku pulang, nggak akan ada yang senang. . . Aku berbeda, aku berbeda dengan mereka, walau aku pulang nggak akan ada yang berubah, padahal itu adalah kesempatan yang telah diberi tuhan pada ku. . . percuma bila aku kembali ke dunia menyedihkan itu lagi, aku akan tetap menjadi seorang Moriko yang penakut, pengecut, penurut dan penuh dengan dendam. . . Aku hanya akan tetap menjadi Moriko yang tidak dapat berbuat apa-apa!!!!! Hahahahhh

Analisis :

Pada cuplikan di atas, Arisa tidak ingin selamat dan kembali karena Arisa menganggap bila ia kembali tidak akan ada hal yang berubah. Hal ini terlihat saat Arisa merasa putus asa dan sedih. Baginya kembali kerumah dan selamat merupakan hal yang sia-sia, ia juga akan diperlakukan dengan buruk lagi, dan Arisa tetap akan menjadi seorang Arisa yang penakut, pengecut, penurut dan penuh dengan dendam. Arisa Memandang masa itu tanpa harapan dan juga meyakini bahwa dirinya tidak mempunyai kekuatan untuk mengubah hal itu menjadi yang lebih baik.

Pandangan seperti ini hanyalah memandang bahwa hanya akan mendapatkan kegagalan dan mendapatkan hal buruk atau kejadian buruk yang sama dengan masa lalu. Dan mempunyai kesedihan yang tidak pernah berakhir. Ini merupakan ciri-ciri dari orang depresi yang selalu berpikiran negatif pada masa depan.


(16)

Aaron Beck dalam Wilkinson (1995:26) mengatakan bahwa seseorang yang mempunyai pandangan negatif terhadap dirinya, lingkungan, dan masa depan kemungkinan lebih mudah menderita penyakit depresi daripada orang yang mempunyai pandangan lebih positif.

Memandang masa itu tanpa harapan dan juga meyakini bahwa dirinya tidak mempunyai kekuatan untuk mengubah hal itu menjadi yang lebih baik. Pandangan seperti ini hanyalah memandang bahwa hanya akan mendapatkan kegagalan dan mendapatkan hal buruk atau kejadian buruk yang sama dengan masa lalu. Dan mempunyai kesedihan yang tidak pernah berakhir.

Cuplikan 3 jilid 3 halaman 147-151

Arisa : “ Moriko. . . kau lebih baik mati, ya aku Moriko, kalau aku nggak dibutuhkan, lenyap pun nggak apa-apa. . . dengan tangan ku sendiri, akan aku yang mengakhirii, matilahhh. aku tidak butuh Moriko. . , uukhh, Sakit, aku aku kenapa belum mati, kenapa aku masih hidup, gak mungkin, ini bohong kan? Gak mungkin?!!

Analisis :

Pada cuplikan di atas, Arisa mengalami rasa sedih dan rasa takut nya dengan masa depan. Hal ini terlihat saat Arisa mencoba untuk bunuh diri, Arisa sangat merasa takut untuk menghadapi masa depan yang menyakitkan dan menakutkan baginya. Arisa selalu saja berpikir negatif tentang hidup dan dirinya. Arisa takut nantinya dimasa depan hal-hal buruk yang pernah


(17)

terjadi padanya sekarang akan terulang terulang lagi di masa depan, dan Arisa juga menggnggap di masa depan Arisa tidak ada pernah di butuhkan dan tidak pernah di harapkan kehadirannya.

Sangat jelas pada cuplikan bahwa Arisa mencoba bunuh diri dikarenakan pikiran negatifnya tentang diri sendiri bahwa dia tidak akan dibutuhkan dan diharapkan kembali. Salah satu dari aspek-aspek depresi yaitu kognitif yang mempunyai ciri yaitu Berfikir negatif mengenai diri sendiri dan Berfikir akan kematian atau bunuh diri.

Aaron Beck dalam Hadi (2004:32) Perasaan yang berubah-ubah dan sulit dikendalikan adalah salah satu penyebab dari terjadinya depresi, berbagai perasaan seperti putus asa, kehilangan harapan, sedih cemas, rasa bersalah, apatis, marah, dan sering juga muncul perasaan tak menentu yang menciptakan suasana hampa yang mengakibatkan mencoba untuk bunuh diri.


(18)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

Dari analisis yang telah dilakukan terhadap tokoh utama Arisa Morishige dalam “LIMIT” maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Perlakuan yang tidak menyenangkan yang diterima Arisa oleh teman-temannya adalah pemicu Arisa mengalami gangguan psikologi dalam dirinya, hal lain juga yang menjadi salah satu faktor besar juga karena Arisa adalah seorang anak yang berasal dari keluarga yang tidak harmonis.

2. Arisa mencoba untuk membalaskan dendamnya pada teman-temannya yang suka membullynya. Ketika ia mendapatkan sebuah arit, dia beranggapan arit itu adalah sumber kekuatan baginya agar dapat dengan lancer membalaskan demdamnya atas perlakuan temannya di sekolah.

3. Gangguan psikologi yang dialami oleh Arisa adalah depresi, mengalami depresi akibat dari pemikiran negatif yang dibentuk oleh pemikirannya, yaitu pemikiran negatif terhadap dirinya sendiri, terhadap lingkungan dan terhadap masa depannya. Dapat di uraikan sebagai berikut:

a. Terhadap dirinya sendiri, Arisa merasa tidak berguna, tidak dapat diandalkan oleh orang tuanya karena ia merupakan anak yang jelek bodoh dan tidak mempunyai bakat apapun.

b. Terhadap lingkungan, Arisa beranggapan bahwa lingkungan akan selalu melakukan hal yang buruk terhadapnya dan tidak akan membiarkan nya hidup dengan bahagia.


(19)

c. Terhadap masa depan, Arisa merasa takut untuk menghadapi masa depannya, karena dia takut hal yang buruk akan terjadi lagi di masa depan, jadi dia memutuskan tidak akan pergi untuk menyelamatkan diri pada saat kecelakaan karena dia tidak mau kembali lagi ke rumah dan sekolah dan mengalai hal-hal buruk yang selama ini sudah dialami oleh Arisa.

4. Banyaknya beban dan tekanan dari masa lalu yang di alami oleh Arisa membuat ia mengalami penyimpangan pada dirinya, yaitu Arisa mengalami beban psikologi depresi yang membuat dirinya tidak bisa mempercayai orang, tidak suka bersosialisasi dan berperilaku aneh.

5. Arisa yang terbiasa menyimpan dan menumpuk masalah di dalam hati membuat ia mengalami penyesuaian yang berat dalam kehidupannya. Arisa mengalami depresi neurotik yang merupakan respon terhadap stress dan kecemasan yang telah ditimbun sejak lama.

4.2. Saran

Komik LIMIT adalah sebuah komik psikologi dengan aliran cerita psikologi dan tragedi. Banyak hal penting dan menarik yang dapat penulis tarik dari komik LIMIT ini. Seperti perlakuan yang kurang menyenangkan yang di lakukan oleh teman-teman Arisa kepadanya. Sebaiknya tidak pantas memperlakuan seseorang dengan tindakan yang tidak baik, setiap manusia berhak menerima perlakuan yang baik dari setiap orang di dunia ini, baik seseorang itu jelek, cantik, bodoh, pintar, kaya ataupun miskin. Perbedaan sebaiknya tidak dijadikan sebagai salah satu cara untuk mengucilkan orang lain. Karena masing-masing dari kita di ciptakan sebagai pribadi yang unik dan berbeda dengan tujuan dan fungsi yang berbeda dalam kehidupannya.


(20)

Juga di harapkan agar tidak lari dari kenyataan dan masalah yang ada. Karena semua kejadian yang terjadi adalah sebagai pengalaman dan pelajaran yang berharga bagi diri kita sendiri. Lari dari masalah tidak akan menyelesaikan masalah itu sama sekali, bahkan akan lebih menyulitkan masalah itu.

Agar tidak terjadi konflik batin yang berkepanjangan dalam diri manusia, sebaiknya jika ada masalah lebih baik menceritakannya kepada keluarga atau teman, karena jika menyimpan masalah sendiri di dalam hati akan menjadi beban yang berkepanjangan sehingga memicu terjadinya depresi.


(21)

BAB II

TINJAUAN UMUM TERHADAP KOMIK LIMIT DAN TEORI KOGNISI DEPRESI AARON BECK

2.1. Konsep Komik

2.1.1. Defenisi Komik

Komik adalah suatu bentuk seni yang menggunakan gambar-gambar tidak bergerak yang disusun sedemikian rupa sehingga membentuk jalinan cerita. Biasanya, komik dicetak di atas kertas dan dilengkapi dengan teks. Komik dapat diterbitkan dalam berbagai bentuk, mulai dari strip dalam Koran, dimuat dalam majalah, hingga berbentuk buku sendiri.

Dalam (http://www.lontar.ui.ac.id/Metafora.dalam-Bibliografi.pdf). Menurut Scott McCloud bahwa komik merupakan gambar yang menyampaikan informasi atau menghasilkan respon estetik pada yang melihatnya. Dapat dikatakan, komik sebagai produk budaya karena dibuat atas dasar kreasi yang dipersentasikan secara visual.

Pada tahun 1996, Will Eisner menerbitkan buku Graphic Storytelling, dimana ia mendefinisikan komik sebagai tatanan gambar dan balon kata yang berurutan, dalam sebuah buku komik. Sebelumnya, ditahun 1986 dalam buku Comics and Sequential Art, Eisner mendefinisikan teknis dan struktur komik sebagai sequential art yaitu susunan gambar dan kata-kata untuk menceritakan sesuatu atau mendramatisasi suatu ide.


(22)

Di Jepang komik disebut dengan manga. Perkembangan manga di Jepang tergolong sangat pesat karena ternyata keberadaannya banyak diminati semua kalangan masyarakat ditambah lagi manga juga memiliki berbagai jenis genre veriatif dan menarik untuk beragam orang.

Komik merupakan suatu bentuk karya seni yang memilik unsur dalam penciptaannya. Unsur-unsur yang terdapat dalam komik adalah unsur intrinsik dan unsur ekstrinsuk. Menurut Nurgiyantoro (1995 : 23), unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur intrinsik sebuah komik adalah unsur-unsur yang secara langsung turut serta membangun cerita. Unsur intrinsik dalam sebuah komik meliputi tema, alur, latar, penokohan, sudut pandang penokohan, dan lain-lain.

a. Tema

Tema adalah pokok pikiran atau persoalan yang hendak disampaikan oleh pengarang kepada pembaca melalui jalinan sebuah cerita yang dibuatnya (Aminuddin, 2000 : 88). Kata tema sering disamakan dengan pengertian topik, padahal kedua istilah tersebut mengandung pengertian yang berbeda. Topik dalam suatu tulisan atau karangan berarti pokok pembicaraan, sedangkan tema itu tercakup persoalan dan tujuan atau amanat pengarang kepada pembaca.

Berdasarkan pengertian di atas, tema yang diangkat dalam komik “LIMIT” adalah mengenai seorang anak yang bernama Arisa yang ingin membalaskan dendam pada teman sekelasnya yang kerap kali membulli nya di kelas.


(23)

b. Alur (Plot)

Alur atau plot adalah jalan cerita yang berupa peristiwa-peristiwa yang disusun satu persatu dan saling berkaitan menurut hukum sebab akibat dari awal sampai akhir (Aminuddin, 2000:89). Alur atau plot merupakan suatu rangkaian kejadian dalam cerita yang disusun untuk menandai urutan bagian-bagian dalam keseluruhan fiksi. Dengan demikian alur itu merupakan perpaduan unsur-unsur yang membangun cerita sehingga merupakan kerangka utama cerita. Menurut Aminuddin (2000:90) pada umumnya alur pada cerita prosa fiksi disusun berdasarkan urutan sebagai berikut:

1. Perkenalan, pada bagian ini pengarang menggambarkan situasi dan memperkenalkan tokoh- tokohnya.

2. Pertikaian, pada bagian ini pengarang mulai menampilkan pertikaian yang dialami sang tokoh.

3. Perumitan, pada bagian ini pertikaian semakin hebat.

4. Klimaks, pada bagian ini puncak perumitan mulai muncul.

5. Peleraian, pada bagian ini persoalan demi persoalan mulai terpecahkan.

Menurut susunannya, alur terbagi dalam dua jenis yaitu alur maju dan alur mundur. Alur maju adalah alur yang susunannya mulai dari peristiwa pertama, peristiwa kedua, ketiga dan seterusnya sampai cerita itu berakhir. Sedangkan alur mundur adalah alur yang susunannya


(24)

Berdasarkan uraian di atas, alur dalam komik “LIMIT” adalah komik yang menggunakan alur maju, karena peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam komik tersebut dimulai saat tokoh Arisa Morishige duduk dibangku SMA dan kerap kali mengalami pembullyan hingga saat terjadinya kecelakaan dan Arisa melakukan pembalasan dendam terhada teman-temannya.

c. Latar (setting)

Latar atau setting adalah penggambaran situasi, tempat, dan waktu serta suasana terjadinya peristiwa (Aminuddin, 2000:94). Latar atau setting yang disebut juga sebagai landasan tempat, hubungan, waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan (Abrams dalam Nurgyantoro, 1995:216).

Keadaan masyarakat pada komik LIMIT ini adalah keadaan masyarakat yang tidak perduli akan lingkungan dan suka membagi-bagi kelas kelas masyarakat antara si pintar dengan si bodoh dan antara si cantik dengan si jelek. Keadaan masyarakat disini mengatakan bahwa yang jelek dan bodoh merupakan orang yang tidak berguna dan tidak diinginkan.

d. Penokohan

Penokohan adalah bagaimana pengarang menampilkan tokoh-tokoh dalam ceritanya dan bagaimana tokoh-tokoh tersebut (Aminuddin, 2000:92). Tokoh dalam karya fiksi tidak hanya berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan untuk menyampaikan ide, motif, plot dan tema, tokoh juga menepati posisi strategis sebagai pembawa dan menyampaikan pesan, amanat, moral atau sesuatu yang sengaja ingin disampaikan kepada pembaca.


(25)

Keberhasilan pengarang menyajikan cerita rekaan atau fiksinya tercermin melalui pengungkapan setiap unsur cerita tersebut. Rupa, pribadi dan watak sang tokoh harus tergambar sedemikian rupa sehingga dapat diterima oleh khalayak ramai.

Pengarang melukiskan tokoh melalui imajinasi atau fantasinya dengan cara berikut ini: 1. Pengarang melukiskan secara langsung bentuk lahir tokoh, misalnya raut wajah, kepala,

rambut dan ukuran tubuh.

2. Pengarang melukiskan jalan pikiran tokoh atau apa yang terlintas dalam pikirannya.

3. Pengarang melukiskan reaksi tokoh terhadap suatu kejadian.

4. Pengarang melukiskan keadaan sekitar tokoh, misalnya keadaan kamar dan pekarangan rumah tokoh.

5. Pengarang menggambarkan pandangan seorang terhadap tokoh lain, misalnya tokoh yang dilukiskannya berwatak keras, sabar atau suka menolong.

6. Pengarang menciptakan percakapan (dialog) antartokoh tentang pribadi tokoh lain, misalnya tokoh utama.

Penokohan dalam komik “LIMIT” adalah tokoh utama yang jelek, bodoh, dan kerap kali mengalami perlakuan tidak menyenangkan dari para teman-teman sekelasnya. Terdapat enam tokoh dalam komik ini yaitu Arisa Morishige, Mizuki Konno, Haru Ichinose, Chieko Kamiya, Chikage Usui dan Haruaki Hinata, sedangkan tokoh tambahan lainnya Sakura Himezawa (ratu kelas).


(26)

e. Sudut Pandang

Sudut pandang adalah kedudukan atau posisi pengarang dalam cerita tersebut (Aminuddin, 2000:96). Dengan kata lain posisi pengarang menepatkan dirinya dalam cerita tersebut, dari titik pandang ini pulalah pembaca mengikuti jalan ceritanya dan memahami temanya. Terdapat beberapa jenis sudut pandang, yaitu:

1. Pengarang sebagai tokoh utama. Sering juga posisi yang demikian disebut sudut pandang orang pertama aktif. Disini pengarang menuturkan dirinya sendiri.

2. Pengarang sebagai tokoh bawahan atau sampingan. Pengarang ikut melibatkan diri dalam cerita, akan tetapi ia mengangkat tokoh utama. Dalam posisi yang demikian itu sering disebut sudut pandang orang pertama pasif.

3. Pengarang hanya sebagai pengamat yang berada diluar cerita. Pengarang menceritakan orang lain dalam segala hal.

Dalam hal ini, sudut pandang Keiko Suenobu dalam komik “LIMIT” hanya sebagai seorang pengarang yang menceritakan orang lain dalam segala hal. Keiko Suenobu sebagai pengarang yang hanya menjadi pengamat yang berada diluar cerita.

Sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur yang berada diluar karya sastra itu, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra (Nurgiyantoro 1995:23). Unsur ekstrinsik merupakan unsur luar sastra yang mempengaruhi penciptaan karya sastra. Unsur tersebut meliputi latar belakang pengarang, keyakinan dan pandangan hidup pengarang, adat istiadat yang berlaku, situasi politik, persoalan sejarah, ekonomi dan pengetahuan agama.

Unsur ini mencangkup berbagai aspek kehidupan sosial yang tampaknya menjadi latar belakang penyampaian amanat dan tema. Selain unsur-unsur yang datang dari luar diri


(27)

pengarang, hal-hal yang sudah ada dan melekat pada kehidupan pengarang pun cukup besar pengaruhnya terhadap terciptanya suatu karya sastra

2.1.2. Setting Cerita Komik LIMIT

Menurut Soemardjo (1988:75-76) setting dalam cerita bukan hanya sekedar background, artinya bukan hanya menunjukkan tempat kejadian dan kapan terjadinya tetapi juga sangat erat dengan karakter, tema dan suasana cerita. Dalam suatu cerita yang baik, setting harus mutlak untuk menggarap tema dan karakter cerita. Jadi jelas bahwa pemilihan setting dapat membentuk tema dan plot tertentu.

Latar memberikan pijakan cerita secara pasti dan jelas. Hal ini penting untuk memberikan kesan realistis kepada pembaca, menciptakan suasana tertentu yang seolah sungguh-sungguh ada dan terjadi. Pembaca dengan demikian merasa dipermudah untuk menggunakan daya imajinasinya, disamping dimungkinkan untuk berperan serta secara kritis sehubungan dengan pengetahuan tentang latar. Unsur latar dapat dibedakan yaitu latar tempat, dan latar waktu.

Unsur itu walau masing-masing menawarkan permasalahan yang berbeda dan dapat dibicarakan secara sendiri, pada kenyataannya saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya (Nurgiyantoro,1995:227).

1.Latar Tempat


(28)

dengan nama tertentu, inisial tertentu, mungkin lokasi tertentu tanpa nama jelas. Penggunaan latar tempat dengan nama-nama tertentu haruslah mencerminkan, atau tidak bertentangan dengan sifat dan keadaan geografis tempat yang bersangkutan.

Deskripsi tempat secara teliti dan realistis ini penting untuk mengesani pembaca seolah-olah hal yang diceritakan itu sungguh-sungguh ada dan terjadi yaitu di tempat dan waktu seperti yang diceritakan. Adapun latar tempat terjadinya peristiwa dalam komik “LIMIT” adalah di Tokyo. Peristiwa-peristiwa tersebut terjadi di tempat-tempat seperti di sekolah, di bus, di hutan dan di rumah.

2. Latar Waktu

Menurur Nurgiyantoro (1995:230), latar waktu berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya sastra fiksi. Masalah “kapan” tersebut biasanya dihubungkan dengan waktu faktual. Latar waktu juga harus dikaitkan dengan latar tempat dan latar sosial sebab pada kenyataannya memang saling berkaitan. Latar waktu dalam komik “LIMIT” ini dilihat dari tokoh Arisa Morisige dimasa SMA.

2.2. Budaya Ijime Dalam Masyarakat Jepang

Kata ijimeru artinya adalah sebagai tindakan mengusik, menggoda, menganiaya dan

menyakiti

tersebut kemudian berkembang menjadi sebuah istilah sosial yang digunakan untuk menggambarkan salah satu bentuk tindakan penganiayaan yang terjadi dalam masyarakat Jepang.


(29)

Ijime biasanya terjadi di dalam konteks sekolah, berhubungan dengan teman sebaya baik pelaku

maupun korbannya.

Berbeda dengan tindakan agresif lain yang melibatkan serangan yang dilakukan hanya dalam satu kali kesempatan dan dalam waktu yang pendek. Ijime biasanya terjadi secara berkelanjutan selama jangka waktu yang cukup lama, sehingga korban secara terus-menerus berada dalam keadaan cemas dan terintimidasi. Ijime dapat berbentuk tindakan langsung maupun tindakan tidak langsung. Ijime langsung mencakup pelecehan fisik terhadap korbannya, sementara ijime tidak langsung terdiri atas berbagai strategi yang menyebabkan targetnya terasing dan terkucil secara sosial.

Para sosiolog Jepang secara sederhana mendefinisikan ijime sebagai tindakan penganiayaan yang terjadi di dalam kelompok masyarakat Jepang. Definisi inilah yang membuat masyarakat sering menyamakan ijime dengan tindakan bullying yang kerap terjadi di negara-negara barat. Kata bullying, yang juga memiliki arti sebagai tindakan menganiaya, tidak memberikan batasan yang jelas mengenai bentuk penganiayaan yang dilakukan sehingga tindakan bullying di negara-negara barat umumnya mengacu pada segala bentuk tindakan yang bertujuan untuk menyiksa fisik korban.

Definisi ijime yang dikemukakan oleh Morita

(schoolcounselorindonesis.blogspot.com.es/2011/11/konsep-seputar-bullying-oleh-esyaanesty.html?m=1) memberikan penekanan pada ide posisi dominan yang berkaitan erat dengan interaksi di dalam satu grup yang sama. Hal ini berarti korban dan pelaku memiliki hubungan kekerabatan yang dekat. Korban ijime bisa saja orang-orang yang berada dalam kelas


(30)

keluarga si pelaku. Yang menjadi perbedaan yang mencolok antara korban dan pelaku adalah pelaku memiliki posisi yang lebih berkuasa dibandingkan korban. Dominasi kekuasaan itu seolah-olah membuat si pelaku berhak untuk melakukan ijime terhadap orang lain yang tidak disukainya.

Hal kedua yang membedakan ijime dengan bullying adalah sasaran utama dari tindakan

ijime bukanlah fisik melainkan mental korban. Inilah yang menjadi karakteristik dari ijime di

Jepang. Tujuan dari tindakan ijime adalah untuk menjatuhkan mental korban, membuat korban merasa rendah diri dan tidak pantas berada di dalam suatu kelompok yang sama dengan si pelaku.

Taki (2001:56) menyatakan bahwa berdasarkan hasil survey yang dilakukan peneliti Jepang banyak disebutkan bahwa ijime dapat terjadi kapanpun, di sekolah manapun, dan di antara anak-anak manapun. Survey tersebut menyatakan bahwa ijime tidak dipertimbangkan sebagai tingkah laku spesifik seorang anak yang “luar biasa” dengan latar belakang yang problematik tetapi sebagai seorang anak yang biasa.

Yang melakukan ijime bukan hanya anak-anak yang memiliki latar belakang yang berbeda namun anak-anak biasa yang dengan latar belakang baik dan tidak pernah mendapat perlakuan tidak baik pun bisa melakukan ijime.


(31)

2.3. Biografi Pengarang

Biografi yaitu uraian tentang kehidupan seseorang, baik orang itu masih hidup atau sudah meninggal. Biografi berisi tentang perjalanan hidup tokoh tersebut, kehidupan seorang tokoh, deskripsi kegiatan dan prestasi tokoh tersebut, ekspresi tokoh tersebut, serta pandangan tokoh tersebut. Biografi dalam bahasa Indonesia berarti riwayat hidup seseorang. Dalam biografi seorang tokoh biasanya banyak ditemukan suatu pelajaran yang dapat dipakai dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan dari penulisan biografi ini adalah agar pembaca dan penulis dapat mengetahui perjalanan hidup seseorang yang dibaca, dapat meneladani dan mengambil pelajaran dari seseorang untuk dipakai dalam kehidupam sehari-harinya, dapat memberikan sesuatu yang berharga pada diri penulis dan pembaca setelah membacanya, serta penulis dan pembaca dapat meniru cara bagaimana tokoh tersebut sukses (biografi.blogspot.com.es/2009/12/pengertian-biografi.html)

Keiko Suenobu adalah seorang penulis, artis dan seorang mangaka, Keiko Suenobo sudah memiliki banyak karya, yang semua karya nya tersebut sangat laku dipasaran di kalangan pencinta manga, karya-karya nya antara lain :

1. Vitamin (2001)

2. Namida Hyakuman Tsubu (2001) 3. Kandou no Junai (2001)

4. life (2002)

5. Happy Tommorow (2003) 6. Limit (2009)


(32)

Keiko Suenobo seorang wanita kelahiran Fukuoka, Jepang pada 23 maret 1979. Sepanjang karirnya sebagai mangaka Keiko sudah banyak mendapatkan penghargaan atas karya-karyanya, diantaranya memenangkan Kondansha Manga Award sebagai Shojo terbaik. Dan beberapa diantara karyanya sudah di filmkan, dan semua film tersebut sangat laris dipasaran, dan juga banyak mendapatkan penghargaan di Jepang.

2.4. Kognisi Depresi Aaron Beck

Manusia sebagai makhluk hidup yang berakal akan selalu menemukan masalah dalam hidupnya dan semua masalah yang dihadapin memiliki jalan keluar. Dalam proses menemukan jalan keluar tersebut seringkali manusia mengalami “depresi” yang tanpa disadari sering dialami dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa depresi adalah suatu pengalaman yang menyakitkan ataupun suatu perasaan tidak ada harapan lagi. Aaron Beck dalam Hadi Pranowo (2004:15) menyimpulkan bahwa depresi adalah suatu perasaan sendu atau sedih yang biasanya disertai dengan diperlambatnya gerak dan fungsi tubuh. Mulai dari perasaan murung sedikit sampai pada keadaan tak berdaya.

Seorang psikiater bernama Enos D. Martin dalam Wilkinson (1995:24) menyebutkan ada tiga jenis depresi:

1. Normal Grief Reaction (rasa sedih sebagai reaksi normal atas suatu ‘kehilangan’). Jenis ini juga disebut depresi exogenous (depresi raktif). Depresi ini terjadi karena faktor dari dalam dirinya umumnya sebagai reaksi dari ‘kehilangan’ sesuatu atau seseorang, misalnya pension, kematian seseorang yang sangat dikasihi, dll.


(33)

2. Endogenous Depression. Penyebabnya datang dari dalam tetapi belum jelas. Bisa karena gangguan hormon, gangguan kimia dalam otak atau susunan saraf.

3. Neurotic Depression (depresi neurotik). Depresi pada tahap ini terjadi apabila depresi reaktif tidak terselesaikan secara baik dan tuntas. Depresi ini merupakan respon terhadap stress dan kecemasan yang telah ditimbun untuk waktu yang lama.

Aaron Beck dalam Hadi (2004:32) dikatakan untuk menemukan penyebab depresi kadang-kadang sulit sekali karena ada sejumlah penyebab dan mungkin beberapa diantaranya bekerja pada saat yang sama. Namun dari sekian banyak penyebab dapatlah dirangkumkan sebagai berikut:

1. Karena kehilangan. Kehilangan merupakan faktor utama yang mendasari depresi. Archibald Hart menyebutkan empat macam kehilangan: pertama, kehilangan abstrak yaitu kehilangan harga diri, kasih sayang, harapan atau ambisi. Kedua, kehilangan suatu yang konkrit misalnya rumah, mobil, orang atau bahkan binatang kesayangan. Ketiga, kehilangan hal yang bersifat khayal, tanpa fakta mungkin tapi ia merasa tidak disukai atau dipergunjingkan orang. Keempat, kehilangan sesuatu yang belum tentu hilang misalnya menunggu hasil tes kesehatan atau menunggu hasil tes ujian.

2. Reaksi terhadap stress. 85% depresi ditimbulkan oleh stress dalam hidup.

3. Terlalu lelah atau capek. Karena terjadi pengurasan tenaga baik secara fisik mkaupun emosi. 4. Mendapat perilaku yang kurang menyenangkan dari lingkungan.

Pada umumnya penderita depresi dapat dikenali melalui beberapa gejala, misalnya:

1. Secara fisik mereka memiliki beberapa gangguan seperti: gerakan jadi lamban, tidur tidak nyenyak, nafsu makan menurun atau bahkan meningkat, gairah seksual menurun bahkan bisa


(34)

hilang sama sekali. Pusing, mulut kering, jantung berdebar cepat biasanya menyertai penderita ini.

2. Kehilangan perspektif dalam hidupnya. Pandangannya terhadap hidup, pekerjaan dan keluarga menjadi kabur. Aaron Beck menggambarkan hal ini sebagai “tiga kognisi”. Pertama, terhadap dunia: cenderung melihat kekalahan, kerugian dan penghinaan. Kedua, terhadap diri sendiri: menganggap diri kurang baik, tidak layak dan tidak berharga. Ketiga, terhadap masa depan: penuh dengan kesukaran, frustasi dan kerugian.

3. Perasaan yang berubah-ubah dan sulit dikendalikan. Berbagai perasaan seperti putus asa, kehilangan harapan, sedih, cemas, rasa bersalah, apatis, marah dan sering muncul tak menentu dan menciptakan suasana hampa dan mati.

4. Beberapa gejala psikologis seperti kehilangan harga diri, menjauhkan diri dari masalah atau hidupnya sendiri bahkan menjadi peka secara berlebihan sering dialami oleh mereka yang mengalami depresi.

5. Pikiran dilusi. Pada depresi yang sangat parah muncul pikiran-pikiran dilusi yang bisa merugikan, misalnya “orang akan bunuh saya” atau “seseorang akan meracuni saya”.

Wilkinson (1995:26) mengatakan banyak orang beranggapan bahwa pikiran yang sedih lebih merupakan akibat dari penyebab satu depresi. Namun, baru-baru ini telah dikemukakan bahwa gagasan itu sendiri (kognisi depresif) yang merupakan penyebab utama depresi, atau yang memperburuk keadaan dan memelihara kondisi tersebut. Jadi, seseorang yang mempunyai pandangan negatif terhadap dirinya, dunia, dan masa depan kemungkinan lebih mudah menderita penyakit depresi daripada orang yang mempunyai pandangan lebih positif.


(35)

1. Pikiran, misalnya “ saya telah gagal membahagiakan orang tua saya”. “saya akan membalaskan dendam saya”

2. Harapan, misalnya “ saya tidak bahagia hidup didunia, kecuali aku mempunyai keluarga yang damai”.

3. Distosi, misalnya menarik kesimpulan tanpa ada bukti “tidak ada gunanya aku pulang karena tidak ada yang mengharapkan aku selamat”.

Dalam

Aaron Beck juga menghubungkan perkembangan depresi dengan adopsi dari cara berpikir secara negatif.

Konsep ini dikenal juga dengan aspek segitiga, aspek segitiga tersebut adalah:

A. Pandangan Negatif Tentang Diri Sendiri

Memandang sendiri sebagai tidak berharga, penuh kekurangan, tidak dapat dicintai, tidak dapat diharapkan, dan kurang memiliki keterampilan yang dibutuhkan untuk mencapai kebahagiaan. Dan selalu mengaggap diri sendiri tidak mampu dan tidak bisa menyelesaikan apapun juga, menganggap diri tidak mampu membawa dampak positif bagi dirinya, orang tua dan lingkungannya, selalu menganggap diri tidak berharga dan tidak bisa merasa bahagia dan menganggap dirinya tidak diperlukan dan dibutuhkan lagi oleh siapapun.


(36)

B. Pandangan Negatif Tentang Lingkungan

Memandang lingkungan sebagai pemaksa tuntutan yang berlebihan dan memberikan hambatan yang tidak mungkin bisa diatasi sehingga terus-menerus mengalami kegagalan. Lingkungan yang memberikan tekanan besar pada diri nya dan juga merasa lingkungan yang tidak menginginkannya.

C. Pandangan Negatif Tentang Masa Depan

Memandang masa itu tanpa harapan dan juga meyakini bahwa dirinya tidak mempunyai kekuatan untuk mengubah hal itu menjadi yang lebih baik. Pandangan seperti ini hanyalah memandang bahwa hanya akan mendapatkan kegagalan dan mendapatkan hal buruk atau kejadian buruk yang sama dengan masa lalu. Dan mempunyai kesedihan yang tidak pernah berakhir.

Aaron Beck juga menghubungkan pengembangan depresi dengan adopsi dari cara berfikir yang terdistorsi secara negatif di awal kehidupannya. Konsep ini dikenal dengan istilah ‘segi tiga kognitif dari depresi’ (cognitive triad of depression). Aspek dari segi tiga tersebut adalah pandangan negatif tentang diri sendiri, pandangan negatif terhadap lingkungan dan pandangan negatif terhadap masa depan.

Berbagai jenis distorsi kognitif yang diasosiasikan dengan depresi:

a. Cara berfikir “semua atau tidak sama sekali”, memandang kejadian secara hitam putih. Yang ada hanya benar-salah atau baik-buruk.


(37)

b. Generalisasi yang berlebihan, mempercayai bahwa bila suatu peristiwa negatif terjadi maka hal itu cenderung akan terjadi lagi pada situasi yang serupa dimasa depan.

c. Filter mental, berfokus hanya pada detail-detail negatif dari suatu peristiwa dan dengan sendirinya menolak unsur-unsur positif dari semua yang pernah dialami.

d. Mendiskualifikasikan hal-hal positif.

e. Tergesa-gesa membuat kesimpulan, membentuk interpretasi negatif mengenai suatu peristiwa meskipun kurang bukti.

f. Membesar-besarkan suatu kesalahannya dan mengecilkan suatu kebaikannya.

g. Penalaran emosional, menginterpretasikan perasaan dan peristiwa berdasarkan emosi dan bukan pada pertimbangan-pertimbangan rasional berdasarkan bukti yang ada.

h. Pernyataan-pernyataan keharusan, menciptakan perintah personal. Dengan menciptakan harapan yang tidak realistis dapat menyebabkan seseorang menjadi depresi saat gagal mencapainya.

i. Memberi label dan salah melebel, meletakkan lebel negatif pada diri sendiri dan orang lain. j. Melakukan personalisasi, kecenderungan untuk mengkonsumsi bahwa diri kita bertanggung

jawab atas masalah dan perilaku orang lain.

Berangkat dari teori Aaron Beck dan teori lain yang mendukung penelitian inilah penulis akan menganalisis psikologi Arisa Morishige dalam komik LIMIT, sehingga akan dapat dipaparkan apa penyebab Arisa Morishige mengalami gangguan psikologis dan yang dialami oleh Arisa Morishige yang digambarkan oleh Keiko Suenobu sebagai pengarang komik ini.


(38)

Kata semiotik berasal dari berasal dari bahasa Inggris yaitu semiotik, dan bahasa Yunani yaitu dari kata semion yang artinya tanda. Semiotika secara istilah adalah ilmu tentang tanda-tanda. Ilmu ini menganggap bahwa fenomena sosial atau masyarakat dan kebudayaan itu merupakan tanda-tanda. Semiotik itu mempelajari sistem, aturan, konvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti. Dalam reaksi lain, Preminger dalam Rahmat Djoko Pradopo (2002:98) mengungkapkan bahwa dalam lapangan kritik sastra, penelitian semiotik meliputi analisis sastra sebagai sebuah penggunaan bahasa yang bergantung pada sifat yang memnyebabkan macam-macam cara (modus) wacana mempunyai makna.

Tokoh yang dianggap pendiri semiotika adalah dua orang yang hidup sezaman, yang bekerja secara terpisah dan dalam lapangan yang tidak sama (tidak saling mempengaruhi), yang seorang ahli filsafat yaitu Charles Sander Pierce (1839-1914). Saussure menyebutkan ilmu itu dengan nama semiologi, sedangkan Pierce menyebutnya semiotic (semiotics). Kemudian nama itu sering dipergunakan berganti-ganti pengertian yang sama. Di Prancis dipergunakan nama semiologi untuk ilmu itu, sedangkan di Amerika lebih banyak dipakai nama semiotik.

Semiotik adalah ilmu tanda-tanda. Tanda mempunyai dua aspek yaitu penanda (signfer) dan petanda (signified). Penanda adalah bentuk formal yang menandai sesuatu yang disebut petanda, sedangkan petanda adalah sesuatu yang ditandai oleh petanda itu yaitu artinya. Contoh kata “ibu” merupakan tanda berupa satuan bunyi yang menandai arti “orang yang melahirkan kita”.

Tanda itu tidak satu macam saja, tetapi ada beberapa berdasarkan hubungan antara petanda dan penanda. Jenis-jenis tanda yang utama adalah ikon, indeks dan symbol. Icon adalah tanda yang menunjukan adanya hubungan yang bersifat alamiah antara penanda dan pertandanya.


(39)

Hubungan itu adalah hubungan persamaan, misalnya gambar kuda sebagai penanda yang menandai kuda (petanda) sebagai artinya. Potret menandai orang yang di potret, gambar pohon menandai pohon. Indeks adalah tanda yang menunjukan hubungan kausal (sebab-akibat) antara penanda dan pertandanya, misalnya asap menandai api, kompas menunjukkan arah mata angin, dan sebagainya. Sedangkan simbol adalah tanda yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan alamiah antara penanda dan pertandanya, hubungannya bersifat arbitrer (semau-maunya). Arti tanda itu ditentukan oleh konvensi. Kata “ibu” adalah simbol, artinya ditentukan oleh konvensi masyarakat bahasa (Indonesia). Orang Inggris menyebutnya mother, Prancis menyebutnya la

mare, dan lain sebagainya. Dalam bahasa, tanda yang paling banyak digunakan adalah simbol.

Perlu diperhatikan dalam penelitian sastra dengan pendekatan semiotik, tanda yang berupa indeksikallah yang paling banyak dicari, yaitu tanda-tanda yang menunjukkan hubungan sebab akibat (dalam pengertian luasnya). Ilmu semiotika ini banyak dipakai dalam meneliti dan menelaah berbagai hal. Sebagai suatu ilmu yang objeknya berupa tanda-tanda, semiotika dapat dipakai juga untuk melihat sesuatu yang bersifat simbolis. Bidang-bidang penerapan semiotik ini antara lain: kesusastraan, film, arsitektur, musik, sandiwara, kebudayaan, interaksi sosial, psikologi, dan media masa.

2.4.2. Studi Semiotik Sastra

Pada prinsipnya, bahasa dan sastra merupakan dua unsur yang tak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Keduanya saling memberi dan menerima, sebagaimana yang diungkapkan Aftaruddin (1990:9) bahwa sastra suatu seni yang hidup bersama bahasa. Tanpa


(40)

maupun tertulis. Disatu pihak, sastra merupakan salah satu bentuk pengungkapan bahasa, dilain pihak biasa akan lebih terasa hidup berkat sentuhan estesis unsur-unsur sastra.

Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan dalam kehidupannya menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Sastra pada prinsipnya adalah karya imajinatif sebagai refleksi dari realitas kehidupan manusia dalam lingkungan tertentu dan merupakan bentuk pengungkapan bahasa yang bersifat artistik.

Sastra memiliki karakter dan konvensi sendiri yang membedakannya dengan bentuk-bentuk pengungkapan non sastra. Genre sastra yang sudah dikenal secara umum meliputi beragam bentuk puisi, prosa, dan karya-karya drama. Dalam perkembangan sastra modern, jenis dan ragam sastra lebih bervariasi lagi. Disamping itu, ada bentuk sastra yang bukan karya seni kreatif-imajinatif yaitu sastra sebagai bidang ilmu.

Sebagai bidang keilmuan, bentuk-bentuk sastra yang lazim dikenal meliputi teori sastra, kritik sastra, sejarah sastra, dan studi sastra bandingan. Dengan demikian, sastra sesungguhnya berada diantara ilmu dan seni. Dalam pengertian ini, sastra menjadi objek pembelajaran disekolah. Sastra kreatif merupakan objek telaah, sedangkan ilmu sastra berperan sebagai pendukung atau sarana untuk memahami karya-karya sastra kreatif tersebut.

Dalam karya sastra, arti bahasa ditentukan oleh konvensi sastra atau disesuaikan dengan konvensi sastra. Tentu saja karya sastra, karena bahannya bahasa yang sudah mempunyai sistem dan konvensi itu, tidaklah dapat lepas sama sekali dari sistem bahasa dan artinya. Sastra mempunyai konvensi sendiri didampingi konvensi bahasa.

Makna sastra ditentukan oleh konvensi sastra atau tambahan itu. Jadi, dalam sastra arti bahasa tidak lepas sama sekali dari arti bahasanya. Dalam sastra bahasa itu mendapat arti


(41)

tambahan atau konotasinya. Dikemukakan Preminger dalam Pradopo (2001:73) bahwa penerangan semiotik itu memandang objek-objek sebagai parole (laku tuturan) dari suatu langue (bahasa : sistem linguistik) yang mendasari “tata bahasanya” harus dianalisis. Penelitian harus menyendirikan satuan-satuan minimal yang digunakan oleh sistem tersebut, peneliti harus menentukan kontras-kontras diantara satuan-satuan yang menghasilkan arti (hubungan-hubungan paradigmatik dan aturan kombinasi) yang memungkinkan satuan-satuan tersebut untuk dikelompokan bersama-sama sebagai pembentuk-pembentuk struktur yang lebih luas (hubungan-hubungan sigmatik).

Dikatakan selanjutnya oleh Preminger dalam Pradopo (2002:73) bahwa penerangan semiotik itu memandang bahwa studi semiotik sastra adalah usaha untuk menganalisis sebuah sistem tanda-tanda. Oleh karena itu penelitian harus menetukan konvensi-konvensi apa yang memungkinkan karya sastra mempunyai makna. Karya sastra merupakan sebuah sistem yang mempunyai konvensi-konvensi sendiri.

Dalam menganalisis karya sastra, peneliti harus menganalisis tanda itu dan menentukan konvensi apa yang memungkinkan tanda-tanda atau struktur tanda dalam rangka sastra itu mempunyai makna. Sebagai salah satu bentuk karya sastra, komik merupakan sebuah genre yang dapat mencerminkan adanya psikologi. Komik diartikan sebagai cerita bergambar yang bersifat fiksi. Ciri khas komik adalah kemampuan untuk menyampaikan permasalahan yang kompleks dan mengkreasikan sebuah dunia nyata dalam bentuk gambar.


(42)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Sastra adalah karya seni yang dikarang menurut standar bahasa kesusastraan, penggunaan kata-kata yang indah, gaya bahasa, dan gaya bercerita yang menarik (Zainuddin, 1992:99). Istilah sastra hendaknya dibatasi pada seni sastra yang bersifat imajinatif, artinya segenap kejadian dan peristiwa yang dikemukakan dalam sastra bukanlah pengalaman jiwa atas yang sesungguhnya tetapi merupakan sesuatu yang dibayangkan saja (Rene Wellek dalam Badrun 1983:16).

Pada dasarnya karya sastra memiliki karya yang bersifat fiksi dan non fiksi. Karya sastra yang bersifat fiksi seperti novel, cerpen, komik, dan essai. Sedangkan yang bersifat non fiksi berupa puisi, lagu, dan drama.

Sekarang ini banyak karya sastra yang membahas tentang tindakan ijime atau pembullyan, Pengertian Ijime dan Konsep Ijime Jepang - Istilah ijime berasal dari kata ijimeru yang memiliki arti harfiah sebagai tindakan mengusik, menggoda, menganiaya dan menyakiti

kemudian berkembang menjadi sebuah istilah sosial yang digunakan untuk menggambarkan salah satu bentuk tindakan penganiayaan yang terjadi dalam masyarakat Jepang. Ijime biasanya terjadi di dalam konteks sekolah, berhubungan dengan teman sebaya baik pelaku maupun korbannya.


(43)

Berbeda dengan tindakan agresif lain yang melibatkan serangan yang dilakukan hanya dalam satu kali kesempatan dan dalam waktu yang pendek. Ijime biasanya terjadi secara berkelanjutan selama jangka waktu yang cukup lama, sehingga korban secara terus-menerus berada dalam keadaan cemas dan terintimidasi. ijime dapat berbentuk tindakan langsung maupun tindakan tidak langsung. Ijime langsung mencakup pelecehan fisik terhadap korbannya, sementara ijime tidak langsung terdiri atas berbagai strategi yang menyebabkan targetnya terasing dan terkucil secara sosial.

Jenis karya sastra yang paling diminati pada saat ini salah satunya adalah komik. Komik adalah suatu bentuk seni yang menggunakan gambar-gambar tidak bergerak yang disusun sedemikian rupa sehingga membentuk jalinan cerita. Biasanya, komik dicetak pada kertas dan dilengkapi dengan teks. Komik dapat diterbitkan dalam berbagai bentuk, mulai dari koran, majalah, hingga berbentuk buku sendiri.

Dalam sebuah karya sastra terdapat dua unsur yang berpengaruh dalam karya sastra tersebut yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. (Wellek dan Warren dalam Farida, 2013:3) Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri atau dapat juga dikatakan unsur-unsur yang secara langsung membangun cerita. Unsur-unsur yang dimaksud adalah tema plot, latar, penokohan, bahasa, sudut pandang cerita dan lain-lain. Sedangkan yang dimaksud dengan unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang terdapat diluar karya sastra itu tetapi tidak secara langsung mempengaruhi karya tersebut. Unsur-unsur yang dimaksud adalah kebudayaan, sosial, politik, psikologi, agama dan lain-lain.

Unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik ini juga terdapat dalam karya sastra fiksi berupa komik. Salah satu unsur pembangun fiksi di komik yang akan ditelaah adalah tokoh. Tokoh


(44)

memiliki kebebasan dalam menampilkan tokoh-tokoh cerita sesuai keinginannya, bagaimanapun perwatakan, permasalahan yang dihadapi, kondisi psikologi, dan lain-lain.

Tokoh dalam karya sastra adalah sosok yang benar-benar mengambil peran dalam cerita tersebut. Jika dibandingkan, jika dalam naskah tersebut akan dimainkan atau difilmkan, sosok tersebut membutuhkan aktor atau pemain. Berdasarkan fungsi tokoh dalam cerita, tokoh dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tokoh sentral dan tokoh bawahan.

Psikologi sastra fokus pada aspek kejiwaan, artinya dengan memusatkan perhatian pada tokoh dapat mengungkap gejala-gejala psikologi baik yang tersembunyi atau yang disembunyikan oleh pengarang.

Manusia sebagai makhluk hidup yang berakal akan selalu menemukan masalah dalam hidupnya, dan masalah yang dihadapi memiliki jalan keluar. Dalam proses menemukan jalan keluar tersebut sering kali manusia mengalami “depresi” yang tanpa disadari sering dialami dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Lalu Aaron Beck dalam Wilkinson (1995:35) mengatakan bahwa depresi adalah suatu pengalaman yang menyakitkan ataupun suatu perasaan tidak ada harapan lagi. Rasa sedih yang berlebihan, memperburuk keadaan serta memelihara kondisi kesedihan tersebut sehingga tertekan merupakan penyebab utama depresi. Dapat dikatakan bahwa seseorang yang memiliki pandangan negatif terhadap dirinya, lingkungan, dan masa depan, kemungkinan lebih mudah menderita penyakit depresi dari pada orang yang memiliki pandangan lebih positif.

Komik LIMIT karya Keiko Suenobu merupakan komik psikologis yang menceritakan tentang tokoh-tokoh yang menderita depresi. Dalam Komik LIMIT terdapat enam tokoh utama yaitu Arisa Morishige, Mizuki Konno, Haru Ichinose, Chikage Usui, Chieko Kamiya, dan


(45)

Haruaki Hinata. Keenam tokoh itu mempunyai karakter serta kondisi kejiwaan yang menarik untuk diteliti dengan ilmu bantu psikoanalisis. Di sini penulis hanya menekankan pada tokoh Arisa Morishige.

Arisa Morishige adalah seorang remaja yang berusia 15 tahun yang duduk di salah satu SMA di Tokyo, Jepang, disekolahnya ia adalah seorang siswi yang selalu di bully, pada saat sekolahnya mengumumkan bahwa akan ada perkemahan, maka harus ada perwakilan salah satu dari masing-masing kelas untuk mengambil nomor keberangkatan, teman sekelas Arisa sepakat bahwa perwakilan dari kelas mereka adalah Arisa. Teman sekelasnya sangat menghawatirkan mereka mendapatkan urutan terakhir karena waktunya yang berdekatan dengan jadwal ujian mereka, dan ternyata pada saat pengambilan nomor urut keberangkatan, kelas merekalah yang mendapatkan nomor urutan terakhir. Lalu karena hal tersebut Arisa menjadi bahan bully-an dikelasnya.

Arisa tidak pernah melawan apapun pada saat dia dibully oleh teman-teman sekelasnya. Ternyata dibalik diamnya itu dia memendam rasa dendam yang besar kepada teman-teman sekelasnya. Lalu pada saat arisa dan teman sekelasnya dalam perjalanan menuju keperkemahan, bus yang mereka tumpangi mengalami kecelakaan, yang selamat dari kecelakaan ini hanya enam orang lima diantara nya adalah wanita dan satu orang laki-laki, dan salah satunya adalah Arisa Morishige.

Pada saat Arisa sedang mencoba menyelamatkan diri, ia mendapatkan sebuah arit. Arisa menggunakan arit itu untuk menguasai mereka semua yang selamat, Arisa menjadikan teman-temannya tersebut budaknya, dan ia juga membuat hubungan diantara mereka menjadi semakin rumit dan perpecahan di antara mereka juga semakin runcing. Arisa menjadikan dirinya sebagai


(46)

penguasa diantara yang lain, tetapi kelima siswi yang selamat lainnya tidak tinggal diam, mereka juga melawan terhadap apa yang Arisa perintahkan, dan mereka juga berniat untuk merebut arit dari tangan Arisa untuk bisa bertahan hidup dan sambil terus mencari bantuan untuk bisa selamat dari kecelakaan itu.

Lalu sampai satu dari mereka meninggal dunia karena tidak bisa bertahan hidup, sejak itu suasana di antara mereka semakin rumit dan yang lainnya juga mengalami banyak hambatan dan rintangan dalam bertahan hidup di dalam hutan, karena Arisa bisa menyakiti mereka kapan pun.

Beban psikologis yang dirasakan Arisa bukan hanya dirasakannnya di sekolah tetapi juga dikeluarga, orang tua Arisa selalu bertengkar di rumah, ayahnya selalu memukuli ibunya, karena itu juga Arisa jadi membenci lelaki, dan pada saat setelah kecelakaan itu terjadi dia selalu mau menyingkirkan salah seorang teman lelakinya yang juga selamat. Karena Arisa menganggap apabila ada laki-laki disekelilingnya maka dia akan kalah dan dia tidak bisa menjadi penguasa diantara mereka lagi.

Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk mengetahui bagaimana psikologi tokoh utama dan apa yang menyebabkan dia mengalami beban psikologi tersebut. Untuk itu penulis membahasnya di dalam skripsi dengan judul “Analisis Psikologi Tokoh Utama Arisa Morishige Dalam Komik LIMIT Karya Keiko Suenobu”.

1.2. Rumusan Masalah

Arisa Morishige adalah tokoh utama yang digambarkan oleh Keiko Suenobu sebagai anak perempuan yang mengalami beban psikologis. Beban psikologis yang dialami oleh Arisa adalah depresi yang salah satunya diakibatkan oleh perlakuan ijime dari lingkungan dan pembullyan yang mengakibatkan adanya rasa dendam yang besar dan adanya sebuah perasaan


(47)

yang mendorongnya untuk terus menyakiti orang lain demi untuk memuaskan keinginan dan dendamnya saja. Dan Arisa juga mengalami banyak tekanan dari keluarga, karena keluarga Arisa merupakan keluarga yang tidak harmonis.

Beban psikologis yang dialami oleh Arisa dimulai ketika ia duduk dibangku SMA, dia adalah sosok remaja yang selalu diam dan tidak suka bersosialisasi dengan temannya, yang dikerjakannya setiap hari hanyalah menyendiri sambil membuat manga dan berimajinansi dengan khayalannya. Arisa juga termasuk anak yang kurang cantik dan tidak pintar di sekolah dia kerapkali di bully oleh temannya yang lain, tetapi perlakuan teman sekelasnya tidak pernah dibalas Arisa. Walau tidak membalas dan melawan bukan berarti dia tidak dendam terhadap teman-temannya, pada saat perkemahan sekolah dilaksanakan bus yang ditumpangi oleh Arisa dan teman sekelasnya mengalami kecelakaan. Pada saat itu, seorang siswi yang kerapkali membully Arisa meninggal dunia. Arisa sangat senang atas meninggalnya siswi tersebut, dari kejadian ini yang selamat ada 6 orang, dan yang salah satunya adalah Arisa, dari keenam siswi yang selamat ada dua orang yang juga kerap melakukan pembullyan, disinilah Arisa mulai berniat membalaskan dendamnya pada siswi-siswi tersebut.

Banyak peristiwa dalam komik ini yang menceritakan tentang penyakit depresi yang dialami oleh Arisa. Tindakan abnormal yang ditimbulkan dari penyakit depresi Arisa merupakan dorongan alam bawah sadar yang dipicu oleh peristiwa dimasa lalu. Hal inilah yang menggambarkan kondisi psikologis tokoh utama Arisa Morishige dalam komik LIMIT karya Keiko Suenobu.

Berdasarkan uraian di atas, maka masalah penelitian ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:


(48)

1. Bagaimanakah Keiko Suenobu dalam menggambarkan kondisi psikologis tokoh utama Arisa Morishige dalam komik LIMIT ini melalui pendekatan psikologi Aaron Beck?

2. Bagaimana beban psikologis yang dialami oleh tokoh utama Arisa Morishige dalam komik LIMIT?

1.3. Ruang Lingkup Pembahasan

Dari permasalahan-permasalahan yang ada maka penulis menganggap perlu adanya pembatasan ruang lingkup dalam komik LIMIT karya Keiko Suenobu dalam 6 edisi sebanyak 720 halaman dari tahun 2002-2011 dalam Bahasa Indonesia. Hal ini dimaksudkan agar masalah penelitian tidak terlalu luas dan berkembang jauh, sehingga penulis dapat terarah dan terfokus.

Dari permasalahan-permasalahan yang ada maka penulis menganggap perlu adanya pembatasan ruang lingkup dalam pembahasan. Dari komik LIMIT tersebut dari masing-masing permasalahan penulis mengambil masing-masing 3 contoh dari cuplikan yang menunjukkan bahwa adanya gejala depresi pada tokoh. Hal ini dimaksudkan agar masalah penelitian tidak terlalu luas dan berkembang jauh, sehingga penulis dapat terarah dan terfokus.

Dalam analisis ini, penulis memfokuskan pembahasan pada tokoh utama Arisa Morishige dalam komik LIMIT khususnya masalah psikologi yang dikaitkan dengan teori Aaron Beck tentang depresi yang mengenai pandangan negatif tentang diri sendiri, pandangan negatif tentang lingkungan, dan pandangan negatif tentang masa depan yang dialami manusia. Agar pembahasan jelas dan analisis yang valid, maka penulis menjelaskan sebelum bab pembahasan mengenai


(49)

definisi komik, setting LIMIT, psikoanalisa Aaron Beck, definisi dan studi semiotik dan biografi pengarang.

1.4. Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori

1.4.1. Tinjauan Pustaka

Sastra menurut Rene Wellek dalam Badrun (1983:16) bahwa sastra hendaknya dibatasi pada seni sastra yang bersifat imajinatif, artinya segenap kejadian atau peristiwa yang dikemukakan dalam karya sastra bukanlah pengalaman jiwa atas peristiwa yang sesungguhnya tetapi merupakan sesuatu yang dibayangkan saja.

Karya sastra pada umumnya merupakan hasil imajinasi dari seorang pengarang. Seperti yang diungkapkan oleh Wellek dan Warren (2002:81) karya sastra pada hakekatnya merupakan sebuah hasil imajinasi dari seorang pengarang.

Di dalam karya sastra fiksi terdapat dua unsur yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Kedua unsur ini juga terdapat dalam komik. Salah satu unsur intrinsik yang akan ditelaah adalah tokoh.

Tokoh menurut Aminudin (2002:79) adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita. Arti tokoh secara umum adalah para pelaku yang terdapat dalam sebuah cerita fiksi. Tokoh dalam fiksi merupakan ciptaan seorang pengarang, jadi pengarang memiliki kebebasan dalam menciptakan watak tokohnya.

Penulis menggunakan pendekatan semiotik karena adanya tekanan batin dari tokoh utama yang mengalami penyakit depresi dan ingin memuaskan keinginannya untuk membalas perlakuan kurang menyenangkan temannya terhadap Arisa dimasa lalu. Setelah mendapatkan


(50)

tanda tersebut, penulis melakukan analisis dengan pendekatan psikologis yang berupa psikoanalisis khususnya teori Aaron beck.

(Dakir 1993:12) Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa dan mental itu secara langsung karena sifatnya abstrak, tetapi psikologi membatasi pada manifestasi dan ekspresi dari jiwa atau mental tersebut yakni berupa tingkah laku dan proses atau kegiatannya, sehingga psikologi dapat didefisinikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku dan proses mental.

Banyak faktor yang mendukung timbulnya depresi yang merupakan perpaduan dari beberapa aspek yang saling mendukung yang meliputi biologis, psikologis, sosial, lingkungan dan adanya dorongan dari pihak lain. Terkadang dalam mencari suatu penyebab terjadinya depresi sangat lah sulit, namun ada penyebab yang paling banyak menyebabkan depresi, antara lain:

1. Karena kehilangan, kehilangan merupakan faktor utama yang mendasari depresi, kehilangan dapat dibagi menjadi 4 lagi, yang pertama yaitu kehilangan abstrak yang dimaksudkan kehilangan abstrak adalah kehilangan harga diri, kehilangan kasih sayang, harapan maupun kehilangan sebuah ambisi, dua adalah kehilngan sesuatu yang konkrik yaitu kehilangan mobil, binatang kesayangan, dan juga kehilangan orang-orang yang disayang. Ketiga kehilangan yang bersifat khayal yaitu merasa tidak disukai dan diguncing banyak orang, yang keempat adalah kehilangan sesuatu yan belum tentu hilang, misalnya takut tidak lulus masuk keperguruan tinggi ataupun takut tidak lulus ujian. 2. Reaksi terhadap stress, 85% depresi ditimbulkan stress dalam hidup.

3. Terlalu lelah atau capek. Karena banyak kekurangan tenaga baik fisik maupun emosi. 4. Mendapat perilaku yang kurang menyenangkan dari lingkungan.


(51)

Orang yang mengalami depresi biasaanya mengalami perasaan yang berubah-ubah dan sulit dikendalikan. Berbagai perasaan seperti putus asa, kehilangan harapan, sedih, cemas, rasa bersalah, apatis dan marah.

Banyak orang yang mengatakan bahwa perasaan yang sedih lebih merupakan akibat dari suatu depresi. Seseorang yang mempunyai pandangan negatif pada dirinya sendiri, orang lain, dunia, dan masa depannya, berkemungkinan lebih mudah mengalami gangguan depresi dari pada orang yang mempunyai pandangan hidup yang positif.

Kognitif depresi dapat dibagi menjadi tiga yaitu:

1. Pikiran, misalnya “ saya telah gagal membahagiakan orang tua saya”. “saya akan membalaskan dendam saya”

2. Harapan, misalnya “ saya tidak bahagia hidup didunia, kecuali aku mempunyai keluarga yang damai”.

3. Distosi, misalnya menarik kesimpulan tanpa ada bukti “tidak ada gunanya aku pulang karena tidak ada yang mengharapkan aku selamat”

Dalam

Aaron beck juga menghubungkan perkembangan depresi dengan adopsi dari cara berpikir secara negatif. Konsep ini dikenal juga dengan aspek segitiga, aspek segitiga tersebut adalah:

a. Pandangan negatif tentang diri sendiri


(52)

b. Pandangan negatif tentang lingkungan

Memandang lingkungan sebagai pemaksa tuntutan dan dorongan yang berlebihan dan memberikan hambatan yang tidak mungkin bisa diatasi sehingga terus-menerus mengalami kegagalan dan tidak diharapkan oleh lingkungan.

c. Pandangan negatif tentang masa depan

Memandang masa itu tanpa harapan dan juga meyakini bahwa dirinya tidak mempunyai kekuatan untuk mengubah hal itu menjadi yang lebih baik. Pandangan seperti ini hanyalah memandang bahwa hanya akan mendapatkan kegagalan dan mendapatkan hal buruk atau kejadian buruk yang sama dengan masa lalu. Dan mempunyai kesedihan yang tidak pernah berakhir.

Dalam komik LIMIT digambarkan oleh Keiko Suenobu tentang tekanan batin seorang anak perempuan yang mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan dan pembullyan. Dari perlakuan teman-temannya itu menyebabkan ia mengalami beban psikologi yaitu depresi dalam dirinya yang berpengaruh terhadap karakter serta kepribadiannya.

1.4.2. Kerangka Teori

Meneliti suatu karakter dalam diri sebuah tokoh melalui karya sastra berarti harus menggunakan teori sastra. Dalam menganalisis tokoh dalam komik ini, maka penulis akan menggunakan pendekatan psikologi sastra Aaron Beck dan teori semiotik.

Psikologi sastra merupakan suatu pendekatan yang mempertimbangkan segi-segi kejiwaan dan menyangkut batiniah manusia. Melalui tinjauan psikologi akan terlihat fungsi dan


(53)

peran sastra adalah untuk menghidangkan citra manusia yang seadil-adilnya dan sehidup-hidupnya atau untuk memancarkan bahwa karya sastra pada hakikatnya bertujuan untuk melukiskan kehidupan manusia (Andre Hardjana, 1985:66).

Psikologi sastra sebagai cabang ilmu sastra yang mendekati sastra dari sudut psikologi. Perhatiannya dapat diarahkan kepada pengarang, dan pembaca (psikologi komunikasi sastra) atau kepada teks itu sendiri (Hartoko dan B. Rahmanto, 1986:126).

Dalam psikologi sastra ada beberapa tokoh psikologi terkemuka seperti Aaron Beck, Sigmund Freud, Carl Gustav Jung dan Mortimer Adler yang telah memberikan inspirasi tentang misteri tingkah laku manusia melalui teori-teori psikologi. Namun Aaron Beck yang mendeskripsikan depresi sebagai salah satu jenis dari tingkah laku psikologi yang dapat dialami manusia.

Dengan menggunakan teori psikologi Aaron Beck tersebut, maka penulis dapat menganalisis kondisi psikologi tokoh utama Arisa Morishige dalam komik LIMIT yang berkaitan dengan aspek yang dikenal dengan aspek segitiga, yaitu Pandangan negatif terhadap diri sendiri, pandangan negatif tentang lingkungan dan pandangan negatif tentang masa depan.

Untuk mengetahui adanya beban psikologis tokoh utama Arisa Morishige dalam komik LIMIT, penulis menggunakan teori semiotik. Dengan teori ini penulis akan menganalisa tanda-tanda atau indeksikal perilaku tokoh utama Arisa Morishige yang memiliki tekanan batin, sehingga dengan pendekatan semiotik ini penulis akan mengetahui dan menunjukkan masalah psikologi yang dialami oleh tokoh utama Arisa Morishige berdasarkan teori Aaron Beck.

Semiotik adalah pendekatan yang menitik beratkan soal kebahasaan dengan penumpuan kepada mencari dan memahami makna menerusi sistem lambang dan perlambangan dalam teks.


(54)

1995:2). Asas kepada kritikan ini ialah kepercayaan bahwa makna bahasa ditandai dengan sistem lambang dan perlambangan. Lambang dan perlambangan ini pula mempunyai hubungan dengan psikologi manusia dalam sebuah masyarakat. Oleh karena itu, analisis ini akan menjelaskan tentang kondisi psikologis tokoh utama dalam komik ini.

Teori Peirce dalam Nurgiyantoro (1995:41) mengatakan bahwa sesuatu itu dapat disebut sebagai tanda jika ia mewakili sesuatu yang lain. Sebuah tanda yang disebutnya sebagai representamen haruslah mengacu pada suatu yang disebut dengan objek. Jadi jika sebuah tanda mewakili acuannya, hal ini adalah fungsi utama tanda. Misalnya anggukan kepala mewakili persetujuan atau gelengan kepala mewakili ketidaksetujuan.

1.5. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.5.1. Tujuan Penelitian

Sebelum melakukan sebuah penelitian maka harus diketahui terlebih dahulu apa tujuan penelitian. Hal ini dikarenakan supaya tidak mengalami kesulitan untuk meneliti sebuah masalah. Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mendeksripsikan bagaimana pemikiran Keiko Suenobu terhadap kondisi psikologis tokoh utama Arisa Morishige dalam komik LIMIT sebagai akibat dari tindakan ijime dan konflik keluarga ?

2. Untuk mendeskripsikan bagaimana beban psikologis yang di alami oleh tokoh utama Arisa Morishige dalam komik LIMIT karya Keiko Suenobu berdasarkan pendekatan psikologi Aaron Beck ?


(55)

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Bagi penulis dan pembaca dapat menambah pengetahuan mengenai konsep psikologi dari teori Aaron Beck yang terkandung dalam komik “LIMIT”.

2. Dapat dijadikan referensi bagi pembaca apabila ingin melakukan penelitian dengan topik yang sejenis yang berhubungan dengan bidang kesusastraan Jepang.

3. Bagi pembaca, penelitian ini bermanfaat sebagai bahan penunjang untuk Departemen Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, guna memperkaya bahasa penelitian dan sumber bacaan.

1.6. Metode Penelitian

Dalam melakukan sebuah penelitian, sangatlah dibutuhkan metode dalam pengerjaan. Metode yang digunakan dalam sebuah penelitian akan mempermudah peneliti dalam melakuakan penelitiannya. Metode juga digunakan sebagai penunjang dalam sebuah penelitian. Dengan adanya metode dalam sebuah penelitian maka akan dapat memperlancar proses penelitian tersebut.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode penelitian deskriptif dan studi kepustakaan. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan penelitian deskriptif adalah membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara


(56)

Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta situasi-situasi tertentu termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.

Selain menggunakan metode penelitian deskriptif dalam pengumpulan data penelitian dalam skripsi ini, penulis juga menggunakan teknik pengumpulan data dan studi kepustakaan (Library Research). Adapun teknik pengumpulan data dengan metode tersebut dilakukan dengan cara mempelajari, mendalami, dan mengutip teori-teori atau konsep-konsep dari sejumlah sumber, baik buku, jurnal, artikel, dan berbagai situs internet. Dengan kata lain studi kepustakaan adalah pengumpulan data dengan membaca buku-buku atau referensi yang berkaitan dengan tema penulisan. Data yang diperoleh dari referensi tersebut akan dianalisis untuk mendapatkan kesimpulan dan saran.

Karena yang akan diteliti dalam Skripsi ini adalah kondisi psikologis tokoh utama Arisa Morishige yang dihubungkan dengan kondisi kejiwaan, maka metode atau pendekatan utama yang digunakan dalam penulisan Skripsi ini adalah pendekatan psikologi Aaron Beck. Sebuah teori psikologi yang paling dominan dalam analisis karya sastra. Pendekatan psikologi Aaron Beck merupakan suatu sistem yang dinamis dari psikologi yang mencari akar-akar tingkah laku manusia didalam motivasi dan konflik yang tidak disadari. Selain pendekatan psikologi sastra, penulis akan menggunakan teori semiotik untuk meneliti tanda-tanda yang digunakan Keiko Suenobu dalam menggambarkan karakter dan kondisi kejiwaan tokoh utama.


(57)

ABSTRAK

Komik adalah suatu bentuk seni yang menggunakan gambar-gambar tidak bergerak yang disusun membentuk jalinan cerita.Biasanya, komik dicetak pada kertas dan dilengkapi dengan teks. Komik dapat diterbitkan dalam berbagai bentuk, mulai dari dalam koran, dimuat dalam majalah, hingga berbentuk buku sendiri. Komik juga memiliki banyak genre antara lain, romance,

psikologi, life style, love, ijime, dan banyak lagi。Komik yang penulis gunakan dalam penulisan skripsi ini adalah salah satu komik yang bergenre Ijime dan Psikologi, komik tersebut berjudul “LIMIT”.Komik LIMIT karya Keiko Suenobu merupakan komik psikologi yang menceritakan tentang tokoh-tokoh yang menderita depresi.

Dalam Komik LIMIT terdapat enam tokoh utama yaitu Arisa Morishige, Mizuki Konno, Haru Ichinose, Chikage Usui, Chieko Kamiya, dan Haruaki Hinata.Keenam tokoh itu

mempunyai karakter serta kondisi kejiwaan yang menarik.Disini penulis hanya menekankan pada tokoh Arisa Morishige.Pada komik ini, gangguan psikologis yang diderita oleh pemeran utama dikibatkan oleh perlakuan Ijime.

Ijimeru artinya adalah sebagai tindakan mengusik, menggoda, menganiaya dan menyakiti.

Kata tersebut kemudian berkembang menjadi sebuah istilah sosial yang digunakan untuk

menggambarkan salah satu bentuk tindakan penganiayaan yang terjadi dalam masyarakat Jepang.

Ijime biasanya terjadi di dalam konteks sekolah, berhubungan dengan teman sebaya baik pelaku

maupun korbannya.Ijime biasanya terjadi secara berkelanjutan selama jangka waktu yang cukup lama, sehingga korban secara terus-menerus berada dalam keadaan cemas dan terintimidasi.ijime dapat berbentuk tindakan langsung maupun tindakan tidak langsung.


(58)

Ijime langsung mencakup pelecehan fisik terhadap korbannya, sementara ijime tidak

langsung adalah strategi yang menyebabkan targetnya terasing dan terkucil secara sosial.Komik LIMIT tersebut menceritakan tentang seorang wanita yang bernama Arisa Morishige adalah seorang remaja yang berusia 15 tahun yang duduk di salah satu SMA di Jepang, disekolahnya ia adalah seorang siswi yang selalu di bully. ia juga merupakan anak yang tidak cantik, bodoh dan tidak suka bergaul. lalu sekolahnya mengumumkan bahwa akan ada perkemahan yang dilakukan oleh semua kelas, tetapi keberangkatannya berbeda-beda berdasarkan nomor urut.maka harus ada perwakilan kelas untuk mengambil nomor keberangkatan

perwakilan dari II A adalah Arisa, teman sekelas Arisa sepakat bahwa perwakilan dari kelas mereka adalah Arisa. Teman sekelasnya sangat menghawatirkan mereka mendapatkan urutan terakhir karena waktunya yang berdekatan dengan jadwal ujian sekolah mereka, dan ternyata pada saat pengambilan nomor urut keberangkatan, kelas merekalah yang mendapatkan nomor urutan terakhir.

Arisa tidak pernah melawan apapun pada saat dia dibully oleh teman, Ia selalu diam dan tidak pernah melakukan pembelaan apapun.Ternyata dibalik diamnya itu dia memendam rasa dendam yang besar kepada teman-teman sekelasnya itu. Lalu pada saat arisa dan teman sekelasnya dalam perjalanan menuju keperkemahan

bus mereka masuk ke sebuah jurang dengan tebing yang tinggi dan hutan yang lebat. Pada saat Arisa sedang mencoba menyelamatkan diri, ia mendapatkan sebuah arit. Dan pada saat itu ia menyadari bahwa salah satu dari orang yang suka membully nya telah meninggal dunia.

Arisa menjadikan dirinya sebagai penguasa dan yang lain nya sebagai budak.

Arisa terus saja berkelakuan aneh dan terus menjadikan situasi diantara mereka semua semakin mencekam dan meruncing.Lalu sampai ada salah satu dari mereka meninggal dunia karena tidak bisa bertahan hidup, sejak itu suasana di antara mereka semakin rumit dan yang lainnya juga mengalami banyak hambatan dan rintangan dalam bertahan hidup di dalam hutan.

Arisa merupakan anak tunggal dikeluarganya, ayah nya adalah seorang pemipin disalah satu perusahaan besar di Jepang,


(1)

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadiran Allah SAW atas rahmat dan hidayahnya sampai saat ini penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini adalah langkah awal bagi penulis untuk meanjutkan perjalanan hidup menuju cita-cita yang sudah dirangkai demi masa depan yang baik. Dan tentunya juga dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu sastra ke depannya.

Skripsi yang berjudul “ANALISIS PSIKOLOGIS TOKOH UTAMA ARISA MORISHIGE DALAM KOMIK “LIMIT” KARYA KEIKO SUENOBU” ini penulis susun sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana pada jurusan Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Drs. Syahron Lubis, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas

Sumatera Utara Medan.

2. Bapak Drs. Eman Kusdiyana, M. Hum, selaku ketua Program Departemen Sastra

Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. H. Yuddi Adrian Muliadi, M.A, selaku Dosen Pembimbing I yang telah

banyak memberi arahan dan waktu untuk penulisan skripsi ini.

4. Bapak Drs. Nandi. S, selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberi masukan dan

arahan yang berkenaan memberi waktu kepada penulis dalam skrisi ini.

5. Seluruh Dosen Departemen Sastra Jepang USU yang telah mengajarkan ilmu dan

pengetahuan Sastra Jepang.

6. Kedua orang tua saya. Bapak Hasbi Abdul Gani dan Ibu Nur’aini, yang telah


(3)

Semua pengorbanan yang tidak akan terbalaskan sampai kapan pun. Skripisi ini dipersembahkan untuk kedua orang tua saya sebagai langkah awal untuk mengejar mimpi untuk masa depan yang pasti lebih baik dan agar bisa membahagiakan orang tua.

7. Kedua adik saya Aulia Fahmi dan Fira Fitriani yang selalu mendukung dan

mendoakan serta menjadi motifasi untuk saya untuk menggapai cita-cita yang luar biasa. Skripsi ini juga saya persembahkan untuk kalian sebagai motivasi buat adik-adik saya dalam menggapai mimpi dan untuk terus semangat belajar.

8. Teman-teman di Departemen Sastra Jepang terutama stambuk 2010 kelas B. Buat

ketiga orang sahabat saya, sebagai tempat saya merangkai mimpi dan khayalan masa depan ( Mimi, Chitra, Agis). Dan juga buat Muhammad Rizki yang banyak membantu dan memberi motivasi kepada saya selama kuliah.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun pada skripsi ini agar bermanfaat untuk pengembangan Ilmu Sastra ke depannya.


(4)

Akhir kata, penulis berharap kiranya Skripsi ini bermanfaat bagi penulis sendiri, pembaca, dan pengembangan Ilmu dalam bidang Sastra Jepang.

Medan, 13 Oktober 2014

Penulis

Ayu Sabrina Rahmadani


(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ...iv

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 6

1.3. Ruang Lingkup Pembahasan ... 7

1.4. Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori ... 8

1.5. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 14

1.6. Metode Penelitian ... 15

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP KOMIK LIMIT , DAN TEORI KOGNISI DEPRESI AARON BECK 2.1. Konsep Komik ... 18

2.2. Budaya Ijime Dalam Masyarakat Jepang ... 25

2.3. Biografi Pengarang ... 28

2.4. Kognisi Depresi Aaron Beck ... 29


(6)

BAB III ANALISIS KONDISI PSIKOLOGI TOKOH ARISA MORISHIGE DALAM KOMIK LIMIT KARYA KEIKO SUENOBU

3.1. Ringkasan Cerita ... 40

3.2. Analisis Tokoh Utama Arisa Morishige Dalam Komik Limit Berdasarkan Depresi Aaron Beck ... 44

3.2.1. Pandangan Negatif Tentag Diri Sendiri Pada Tokoh Arisa ... 44

3.2.2. Pandangan Negatif Tentang Lingkungan Pada Tokoh Arisa ... 48

3.3.3. Pandangan Negatif Tentang Masa Depan Pada Tokoh Arisa ... 52

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan ... 57

4.2. Saran ... 59

DAFTAR PUSTAKA ... 60


Dokumen yang terkait

Higuchi Tachibana No Sakuhin No “M To N No Shouzou”To Iu Manga Ni Okeru Shujinkouno Shinrigakutekina Bunseki

2 47 67

Otsu Ichi No “Goth” To Iu Manga Ni Okeru Shujinkou No Shinriteki Na Bunseki

1 56 62

Analisis Ijime Dalam Komik Life Karya Keiko Suenobu.Keiko Suenobu No Sakuhin No “Life” Manga No Ijime No Bunseki Ni Tsuite

4 75 76

Analisis Psikologis Tokoh Utama Dalam Novel “1 Liter Of Tears” Karya Aya Kito Aya Kito No Sakuhin No “1 Rittoru Namida” To Iu Shosetsu Ni Okeru Shujinko No Shinrigakutekina Bunseki

4 68 81

Analisis Aspek Sosiologis Tokoh Gals Dalam Komik “Gals!” Karya Mihona Fuji = Mihona Fuji No Sakuhin No “Gals!” To Iu Manga Ni Okeru Gyaru No Shujinkou No Shakaigakuteki No Bunseki Ni Tsuite

0 59 62

Analisis Psikologis Tokoh Utama Arisa Morishige Dalam Komik “Limit” Karya Keiko Suenobu Keiko Suenobu No “Limit” No Manga Ni Okeru Arisa Morishige To Iu Shuujinkou No Shinrigakutekina Bunseki

0 0 8

Analisis Psikologis Tokoh Utama Arisa Morishige Dalam Komik “Limit” Karya Keiko Suenobu Keiko Suenobu No “Limit” No Manga Ni Okeru Arisa Morishige To Iu Shuujinkou No Shinrigakutekina Bunseki

0 0 6

Analisis Psikologis Tokoh Utama Arisa Morishige Dalam Komik “Limit” Karya Keiko Suenobu Keiko Suenobu No “Limit” No Manga Ni Okeru Arisa Morishige To Iu Shuujinkou No Shinrigakutekina Bunseki

0 0 15

Analisis Psikologis Tokoh Utama Arisa Morishige Dalam Komik “Limit” Karya Keiko Suenobu Keiko Suenobu No “Limit” No Manga Ni Okeru Arisa Morishige To Iu Shuujinkou No Shinrigakutekina Bunseki

0 0 21

Analisis Psikologis Tokoh Utama Arisa Morishige Dalam Komik “Limit” Karya Keiko Suenobu Keiko Suenobu No “Limit” No Manga Ni Okeru Arisa Morishige To Iu Shuujinkou No Shinrigakutekina Bunseki

0 0 2