Analisis Manajemen Risiko Proyek Modernisasi Kontrol Proses Tahap II PT. Krakatau Tirta Industri, Cilegon, Banten.

(1)

RISK MANAGEMENT ANALYSIS FOR MODERNIZATION OF THE CONTROL PROCESS

PROJECT PHASE II AT PT. KRAKATAU TIRTA INDUSTRY, CILEGON, BANTEN Nina Tri

Lestari

1

, Dedi Kusnadi Kalsim

2

, and Muhamad Budi Saputra

3 Departement of Civil and Environmental Engineering, Faculty of Agricultural Technology, Bogor Agricultural University, IPB Darmaga Campus, PO Box 220, Bogor West Java, Indonesia. Email: 1nina.trilestari@gmail.com, 2dkalsim@gmail.com, 3mbudis@krakatautirta.co.id

ABSTRACT

Technology improvement has a positive impact to human life, but on the other hand there are also negative risks  that may appear. Because of this, there should be a measurement or analysis of risk management so that the risks  can be minimized. Risk management is a systematic way of looking at the risks and determining the proper  handling of those risks. PT. KTI developed a process automation system, especially the integration into SIKTI or the  entire process of reporting data and information at PT. Krakatau Tirta Industry on MCP II project. To support the  project, then conduct a study to analyze the management and risk management to determine the response that  may occur on the project MCP II. The method was based on the guidelines for Australian/New Zealand Standard  4360:2004 “Risk Management”. The main element of the risk management process, are following: communicate  and consult, establish the context, identify risks, analyze risks, evaluate risks, treat risks, monitor and review.  Establish the context are divided into five risk categories, they are technical risk, financial, work execution, field  implementation, and the environment. Total numbers of risk identified are 58 risks, but risk can be analyzed only  amounted to 55 risks because the 3 risks are intangible in terms of cost. Risk evaluation carried out by sorting the  result cost of risk into the three conditions, they are the initiation, construction, and implementation. Based on the  evaluation of risks there are six risk that requires risk control, such as the unable operator, loss due to damage or  loss of data, damage to the instrument, the connection between PS1 Cidanau and WTP is unstable or disconnect,  the connection problem with the streaming current monitor, and the last is the installation of equipment damage  due to unsafe interference (lighting, theft, etc). Keywords: integration, modernization control process, risk, risk  management, risk management standard. 

   

Nina Tri Lestari. F44080028. Analisis Manajemen Risiko Proyek Modernisasi Kontrol Proses Tahap II PT. Krakatau Tirta Industri, Cilegon, Banten. Dibimbing oleh Ir. Dedi Kusnadi Kalsim, M.Eng.Dip.HE dan Muhamad Budi Saputra, ST.MEng. 2012

RINGKASAN

Kemajuan teknologi memberikan dampak positif bagi kehidupan manusia, namun disisi lain juga terdapat risiko negatif yang mungkin timbul dalam penggunaanya. Karena hal tersebut, maka perlu dilakukan suatu pengukuran atau analisis manajemen risiko sehingga risiko yang ditimbulkan dapat diminimalkan. Manajemen risiko adalah sebuah cara yang sistematis dalam memandang sebuah risiko dan menentukan dengan tepat penanganan risiko tersebut. PT. KTI mengembangkan suatu sistem otomasi proses, khususnya integrasi ke SIKTI atau seluruh proses pelaporan data dan informasi yang ada di PT. Krakatau Tirta Industri pada proyek MCP II. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis manajemen dan menentukan respon manajemen risiko yang mungkin terjadi pada proyek MCP II. Metode yang digunakan dalam penelitian menggunakan pedoman Australia/New Zealand Standard 4360:2004 tentang “Risk Management”. Tahapan penelitian terdiri atas: komunikasi dan konsultasi, penentuan konteks, identifikasi risiko, analisis risiko, evaluasi risiko, pengendalian risiko, pemantauan dan review. Konteks yang ditetapkan untuk menganalisis manajemen risiko proyek MCP II terbagi menjadi lima kategori risiko, yaitu risiko teknis, finansial, pelaksanaan pekerjaan, implementasi lapangan, dan lingkungan. Jumlah risiko yang diidentifikasi berjumlah 58 risiko, namun risiko yang dapat dianalisis hanya berjumlah 55 risiko dikarenakan 3 risiko memiliki sifat intangible atau tidak terukur. Analisis risiko yang dilakukan ditentukan berdasarkan konsekuensi, probabilitas, dan visibilitas dari setiap risiko serta risiko biaya. Confidence level yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar 90%, yang menyatakan keandalan yang terjadi sebesar 90%. Pengujian instrument perlu dilakukan untuk mengukur validitas dan reliabilitas data. Pengujian validitas dan reliabilitas dilakukan dengan perangkat lunak statistik. Berdasarkan hasil yang didapat, 71% nilai validitas kurang


(2)

sebesar 0.6. Nilai ini menyatakan bahwa hasil penelitian yang didapat valid dan reliabel karena telah memenuhi syarat dimana nilai validitas rhitung > rtabel dan nilai cronbach’s alpha > rtabel. Nilai consistency indeks (CI) merupakan parameter yang digunakan untuk memeriksa skala perbandingan berpasangan untuk mengetahui konsistensi jawaban yang akan berpengaruh kepada kesahihan hasil. Sedangkan consistency ratio (CR) digunakan untuk mengetahui hubungan antara CI dengan besaran tertentu cukup baik bila memiliki CR ≤ 10%. Nilai consistency ratio yang dihasilkan untuk setiap risiko kurang dari 10%, yaitu dengan rata - rata CR sebesar 4.90%, hasil ini menunjukkan data yang didapat memiliki konsistensi yang cukup tinggi dan kesahihan hasil.

Evaluasi risiko dilakukan dengan mengurutkan risiko biaya yang dihasilkan kedalam tiga kondisi waktu, yaitu masa 

inisiasi, konstruksi, dan implementasi. Berdasarkan hasil evaluasi risiko terdapat enam risiko yang memerlukan 

pengendalian risiko, yaitu ketidakahlian operator, kerugian akibat kerusakan atau kehilangan data, kerusakan 

instrument, koneksi antara PS1 Cidanau dan WTP Krenceng yang tidak stabil atau terputus, masalah koneksi 

dengan streaming current monitor, dan yang terakhir adalah kerusakan peralatan akibat instalasi yang tidak aman 


(3)

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memaksa manusia untuk terus melakukan pembaharuan teknologi yang lebih canggih, terutama dalam aspek teknik sipil dan lingkungan yang berhubungan erat dengan kehidupan manusia. Kemajuan teknologi akan membawa suatu risiko yang dapat memberikan pengaruh positif bagi kehidupan manusia, namun disisi lain juga terdapat pengaruh negatif yang mungkin timbul dalam penggunaanya.

Risiko merupakan suatu kombinasi dari probability dan dampak suatu kegiatan yang akan menghasilkan respon secara langsung atau akan terjadi di masa depan. Pengaruh atau risiko positif dapat membawa suatu keuntungan dalam pelaksaan kemajuan teknologi, sedangkan risiko negatif yang ditimbulkan dapat memberikan kerugian biaya yang cukup besar sehingga membuat suatu perusahaan terhambat atau terhenti produksinya yang secara tidak langsung akan berdampak terhadap konsumen. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dilakukan suatu penanggulangan risiko yang dinamakan manajemen risiko.

Manajemen risiko merupakan suatu proses mengidentifikasi, mengukur risiko, serta membentuk strategi untuk mengelolanya melalui sumber daya yang tersedia. Identifikasi risiko dilakukan dengan bantuan pendapat dari para ahli. Strategi yang dapat digunakan untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan antara lain mentransfer risiko pada pihak lain, menghindari risiko, mengurangi efek buruk dari risiko dan menerima sebagian maupun seluruh konsekuensi dari risiko tertentu.

PT. Krakatau Tirta Industri (PT. KTI) merupakan salah satu anak perusahaan PT. Krakatau Steel melakukan suatu perkembangan perusahaan dengan menggunakan kemajuan teknologi untuk mendukung visi dan misi perusahaan. Visi PT. KTI adalah sebagai

“Perusahaan penyedia air kelas dunia”. Untuk mewujudkan visi tersebut, maka dilakukan suatu

Modernization Control Process (MCP) sebagai salah satu pendukung pencapaian misi

“Menyediakan air dan solusinya bagi industri dan masyarakat dengan mengutamakan keharmonisan lingkungan”.

PT. Krakatau Tirta Industri pada project MCP I telah mengembangkan sistem control

integrasi sistem dengan Scada Vijeo Citect dan converter-nya ke bagian controlling proses, khususnya pada existing motor-motor yang ada di lapangan dan beberapa parameter proses pengolahan air, pada tahap awal ini belum seluruhnya terintegrasi ke dalam sistem aplikasi. Untuk membuat seluruhnya terintegrasi, dilakukan pengembangan MCP Tahap II Scada sistem otomatisasi proses, khususnya integrasi ke Sistem Informasi PT. KTI (SIKTI) atau seluruh proses pelaporan data dan informasi yang ada di PT. Krakatau Tirta Industri sekarang ini. Penentuan tahapan pengembangan dimulai dengan mengintegrasikan semua field instrument

yang belum dikoneksikan ke Scada pada interface eksisting yang terpasang di area produksi Graha Krenceng dan Plant Cidanau.

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: 1. Menganalisis manajemen risiko. 2. Menentukan respon manajemen risiko.


(4)

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Risiko

Risiko didefinisikan sebagai kombinasi kemungkinan dari suatu peristiwa dan konsekuensi (ISO/IEC Guide 73). Setiap kegiatan pasti memiliki ketidakpastian (uncertainty) yang berpotensi untuk kejadian dan konsekuensi yang merupakan peluang untuk manfaat atau ancaman terhadap kegagalan. Pertimbangan risiko dapat dilihat dari dua perspektif dengan semakin banyak mengetahui atau memahami dua aspek dalam risiko, yaitu positif dan negatif dari risiko (AIRMIC 2002). Menurut Regan (2003) risiko diartikan sebagai suatu kemungkinan yang menimbulkan atau mengesankan kerugian atau bahaya. Definisi lain risiko adalah suatu aktivitas yang rentan akan menimbulkan dampak negatif, dengan mempertimbangkan probabilitas dan dampak dari kemunculan risiko tersebut (Stoneburner 2001). Secara umum, risiko akan bertambah jika kemungkinan atau akibatnya bertambah. Kedua-duanya harus dipertimbangkan dalam manajemen risiko (Harold 2003).

Risiko dalam setiap kejadian adalah fungsi dari kemungkinan (likelihood) dan akibat (impact), yaitu:

Risiko = f (kemungkinan, akibat) (1)

2.2 Macam-Macam Risiko

Risiko dapat dikelompokkan menjadi beberapa macam menurut karakteristiknya, yaitu: 2.2.1 Risiko Berdasarkan Sifat

1. Risiko spekulatif (spekulatif risk). yaitu risiko yang memang sengaja diadakan, agar dilain pihak dapat diharapkan hal-hal yang menguntungkan. Contoh: risiko yang disebabkan hutang piutang, perjudian, menjual produk, dan sebagainya.

2. Risiko murni (pure risk), yaitu risiko yang tidak disengaja, yang jika terjadi dapat menimbulkan kerugian secara tiba-tiba. Contoh: risiko kebakaran, perampokan, pencurian, dan sebagainya.

2.2.2 Risiko Berdasarkan Dapat Tidaknya Dialihkan

1. Risiko yang dapat dialihkan, yaitu risiko yang dapat dipertanggungkan sebagai obyek yang terkena risiko kepada perusahaan asuransi dengan membayar sejumlah premi. Dengan demikian kerugian tersebut menjadi tanggungan (beban) perusahaan asuransi. 2. Risiko yang tidak dapat dialihkan, yaitu semua risiko yang termasuk dalam risiko

spekulatif yang tidak dapat dipertanggungkan pada perusahaan asuransi.

2.2.3 Risiko Berdasarkan Asal Timbulnya

1. Risiko internal, yaitu risiko yang berasal dari dalam perusahaan itu sendiri, Misalnya risiko kerusakan peralatan kerja pada proyek karena kesalahan operasi, risiko kecelakaan kerja, risiko mismanagement, dan sebagainya.


(5)

2. Risiko eksternal, yaitu risiko yang berasal dari luar perusahaan atau lingkungan luar perusahaan. Misalnya risiko pencurian, penipuan, fluktuasi harga, perubahan politik, dan sebagainya

.

Selain macam – macam risiko diatas, Trieschmann, Gustavon, Hoyt (2001), juga mengemukakan beberapa macam risiko yang lain, diantaranya :

1. Risiko Statis dan dinamis (berdasarkan sejauh mana ketidakpastian berubah karena waktu)

a. Risiko statis yaitu risiko yang asalnya dai masyarakat yang tidak berubah dan berada dalam keseimbangan stabil. Risiko statis dapat bersifat murni ataupun spekulatif. Contoh risiko spekulasi statis: menjalankan bisnis ekonomi stabil. Contoh risiko murni statis: ketidakpastian dari terjadinya sambaran petir, angin topan, dan kematian secara acak (random).

b. Risiko Dinamis yaitu risiko yang timbul karena terjadinya perubahan dalam masyarakat. Risiko dinamis dapat bersifat murni ataupun spekulatif. Contoh sumber risiko dinamis: urbanisasi, perkembangan teknologi, dan perubahan undang-undang atau perubahan peraturan pemerintah.

2. Risiko Subyektif dan Obyektif

a. Risko subyektif: risiko yang berkaitan dengan kondisi mental seseorang yang mengalami keraguan atau cemas akan terjadinya kejadian tertentu.

b. Risiko obyektif: probabiltas menyimpang aktual dari yang diharapkan sesuai pengalaman.

Gambar 1.Types of risk (Triesmann 2001)

2.3 Definisi Manajemen Risiko

Untuk dapat menanggulangi semua risiko yang mungkin terjadi, diperlukan sebuah proses yang dinamakan sebagai manajemen risiko. Beberapa definisi manajemen risiko antara lain :

Manajemen risiko merupakan suatu proses dalam mengidentifikasi risiko, penilaian risiko dan pengambilan langkah-langkah untuk mengurangi risiko sehingga risiko tersebut

RISK

PURE

STATIC

OBJECTIVE SUBJECTIVE

DYNAMIC

OBJECTIVE

SPEKULATIVE

STATIC

SUBJECTIVE

DYNAMIC


(6)

berada pada tingkat yang dapat diterima. Kegiatan dalam manajemen adalah kegiatan memperbesar probabilitas dan dampak dari peristiwa-peristiwa positif dan meminimalisasi probabilitas dan dampak dari peristiwa-peritiwa yang tidak diinginkan dalam pencapaian suatu tujuan (Crouhy 2001). Clough and Sears (1994) menyatakan bahwa manajemen risiko didefinisikan sebagai suatu pendekatan yang komprehensif untuk menangani semua kejadian yang menimbulkan kerugian. Manajemen risiko juga merupakan suatu aplikasi dari manajemen umum yang mencoba untuk mengidentifikasi, mengukur, dan menangani sebab dan akibat dari ketidakpastian pada sebuah organisasi (William 1995). Sedangkan menurut Dorfman (1998) manajemen risiko dikatakan sebagai suatu proses logis dalam usahanya untuk memahami

exposure terhadap suatu kerugian. Tindakan manajemen risiko diambil oleh para praktisi untuk merespon bermacam-macam risiko. Responden melakukan dua macam tindakan manajemen risiko yaitu mencegah dan memperbaiki. Tindakan mencegah digunakan untuk mengurangi, menghindari, atau mentransfer risiko pada tahap awal proyek konstruksi, sedangkan tindakan memperbaiki adalah untuk mengurangi efek-efek ketika risiko terjadi atau ketika risiko harus diambil (Shen 1997).

Manajemen risiko adalah sebuah cara yang sistematis dalam memandang sebuah risiko dan menentukan dengan tepat penanganan risiko tersebut. Ini merupakan sebuah sarana untuk mengidentifikasi sumber dari risiko dan ketidakpastian, dan memperkirakan dampak yang ditimbulkan dan mengembangkan respon yang harus dilakukan untuk menanggapi risiko (Uher 1996). Pendekatan sistematis mengenai manajemen risiko dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu (Soeharto 1999):

1. Identifikasi risiko

2. Analisa dan evaluasi risiko

3. Respon atau reaksi untuk menanggulangi risiko tersebut

Gambar 2 . Contoh penyebab risiko – risiko penting (AIRMIC 2002) FINANSIAL RISK

Interest Rates Foreign Exchange Credit

Contracts Natural Events Suppliers Environment HAZARD RISK

Regulation Culture

Board Composition

OPERATIONAL RISK

STRATEGIC RISK

Competition Customer Changes Customer Demand

Industry Changes

Accounting Controls Information System Liquidity and Cash Flow

Research and Development Intelectual Capital

Recruitment Supply Chain

Public Access Employess Properties Product & Services

M & A Integration


(7)

2.4 Manfaat Manajemen Risiko

Manfaat yang ditawarkan oleh manajemen risiko adalah:

1. Menghindarkan kemungkinan munculnya hasil-hasil yang tidak dapat diterima dan mengejutkan secara biaya.

2. Pembuatan keputusan dari proses-proses manajemen yang sedang berlangsung dengan bersifat lebih terbuka dan transparansi.

3. Sistematis dan tepat dimana prosesnya menyediakan pengertian yang lebih baik mengenai suatu masalah yang berhubungan dengan suatu aktivitas.

4. Pelaporan yang lebih efektif dan terstruktur dalam memenuhi kebutuhan perusahaan 5. Keluaran atau outcome yang lebih baik, dalam bentuk efisiensi dan efektivitas dari

aktivitas-aktivitas suatu departemen.

6. Penilaian yang tepat dari proses-proses inovatif untuk mengekspos risiko sebelum risiko tersebut benar-benar muncul dan mengizinkan keputusan berdasarkan informasi pada nilai keuntungan.

Menurut Darmawi (2005) manfaat manajemen risiko yang diberikan terhadap perusahaan dapat dibagi dalam lima kategori utama yaitu :

1. Manajemen risiko mungkin dapat mencegah perusahaan dari kegagalan. 2. Manajemen risiko menunjang secara langsung peningkatan laba. 3. Manajemen risiko dapat memberikan laba secara tidak langsung.

4. Adanya ketenangan pikiran bagi manajer yang disebabkan oleh adanya perlindungan terhadap risiko murni, merupakan harta non material bagi perusahaan itu.

5. Manajemen risiko melindungi perusahaan dari risiko murni, dan karena kreditur pelanggan dan pemasok lebih menyukai perusahaan yang dilindungi maka secara tidak langsung menolong meningkatkan public image.

Manfaat manajemen risiko dalam perusahaan sangat jelas, maka secara implisit sudah terkandung didalamnya satu atau lebih sasaran yang akan dicapai manajemen risiko antara lain sebagai berikut ini (Darmawi 2005):

1 Survival.

2. Kedamaian pikiran. 3. Memperkecil biaya.

4. Menstabilkan pendapatan perusahaan.

5. Memperkecil atau meniadakan gangguan operasi perusahaan. 6. Melanjutkan pertumbuhan perusahaan.

7. Merumuskan tanggung jawab perusahaan terhadap karyawan dan masyarakat.

Suatu kondisi ketidakpastian akan memunculkan risiko. Dalam konteks perusahaan atau organisasi, risiko merupakan ketidakmampuan potensial dalam pencapaian suatu tujuan. Salah satu contoh adalah ketidakmampuan dalam merealisasikan target produksi yang berakibat pada naik turunnya produksi. Ketidakmampuan ini terjadi akibat adanya hambatan teknis yang bersumber pada kondisi internal maupun eksternal perusahaan yang terdiri dari dua komponen yaitu probabilitas (kemungkinan) gagal dalam mencapai hasil dan konsekuensi (akibat) gagal dalam mencapai hasil tersebut.


(8)

Dua komponen diatas digunakan untuk menghindari ketidakjelasan atau ketidakpastian dalam penilaian suatu risiko. Komponen tersebut membuat analisa risiko lebih terukur dan jelas. Terdapat faktor lain yang mungkin secara signifikan membantu munculnya risiko, seperti frekuensi kejadian, sensitivitas waktu, dan ketergantungan antar risiko yang dapat pula dipakai secara langsung atau tidak dalam metodologi penetapan urutan risiko (US Dept of defence extension 2003).

2.5 Proses Manajemen Risiko

2.5.1 Identifikasi Risiko

Proses ini meliputi identifikasi risiko yang mungkin terjadi dalam suatu aktivitas usaha. Identifikasi risiko secara akurat sangat penting dalam manajemen risiko. Salah satu aspek penting dalam identifikasi risiko adalah mendaftar risiko yang mungkin terjadi sebanyak mungkin. Teknik-teknik yang dapat digunakan dalam identifikasi risiko antara lain:

1. Brainstorming

2. Survei 3. Wawancara 4. Informasi historis 5. Kelompok kerja 2.5.2 Analisa Risiko

Tahap selanjutnya adalah pengukuran risiko dengan cara mengetahui potensial terjadinya severity (kerusakan) dan probabilitas terjadinya risiko tersebut. Analisis risiko adalah suatu pendekatan kearah pengembangan satu pemahaman serta kesadaran menyeluruh tentang risiko yang berhubungan dengan satu variabel tertentu. Masalah pokok dengan membuat keputusan tentang investasi dalam satu proyek adalah suatu proses yang meliputi ramalan yang ditandai ketidakpastian sehingga patut dipertimbangkan. Berdasarkan hal tersebut, dikembangkan suatu teknik Monte Carlo Simulation (MCS) yang merupakan pengembangan dari pemodelan unsur-unsur ketidakpastian (Xiofeng 2008). Untuk menghindari atau mengurangi kesalahan pada penilaian risiko, maka tiap-tiap level dampak dan probabilitas dapat didefinisikan dengan jelas dan dikonversikan ke dalam angka-angka tertentu. Pembangunan sebuah model yang bersifat global analisis maupun dinamis analisis diharapkan mampu menjawab semua permasalahan yang ditimbulkan (Elizabeth 2009). Penyusunan model yang terpenting adalah menggunakan data historical yang diolah secara statistik dan metode kuantitatif.

Teknik-teknik kuantitatif tersebut menurut Norris (2000) adalah:

1. Analisis sensitivitas. Secara sederhana, analisis sensitivitas menentukan efek pada keseluruhan proyek dari perubahan salah satu variabel risiko seperti keterlambatan desain atau material.

2. Analisis probabilistik. Analisis ini melakukan spesifikasi sebuah distribusi probabilitas untuk tiap risiko dan kemudian mempertimbangkan efek dari kombinasi risiko. Bentuk umum dari analisis probabilistik menggunakan teknik sampling yang dikenal dengan Simulasi Monte Carlo.

Potensi suatu risiko dapat diketahui dari probabilitas dan dampak suatu risiko. untuk mengukur bobot risiko, dapat digunakan skala likert dari 1 – 5 seperti Tabel 1. yang disarankan oleh JISC InfoNet.


(9)

Tabel 1. Potensi risiko

No Skala Probabilitas Dampak

1. Sangat rendah Hampir tidak mungkin terjadi Dampak kecil

2. Rendah Kadang terjadi Dampak kecil pada biaya, waktu, dan kualitas

3. Sedang Mungkin tidak terjadi Dampak sedang pada biaya, waktu, dan kualitas

4. Tinggi Sangat mungkin terjadi Dampak substansial pada biaya, waktu, dan kualitas

5. Sangat tinggi Hampir pasti terjadi Mengancam kesuksesan proyek Sumber : JISC InfoNet

2.5.3 Evaluasi risiko

Australian/New Zealand Standard “Risk Management” menerangkan bahwa evaluasi risiko dilakukan untuk memahami risiko yang diperoleh pada tahap analisis risiko untuk membuat keputusan mengenai langkah selanjutnya yang harus dilakukan, dimana keputusan tersebut meliputi risiko yang membutuhkan pengelolaan risiko, aktivitas pengelolaan risiko mana yang harus dilakukan, dan risiko mana yang perlu diprioritaskan dalam pengelolaan risiko. Proses evaluasi risiko akan menentukan risiko yang membutuhkan mitigasi dan bagaimana prioritas mitigasi. Kriteria dalam pengambilan keputusan harus konsisten dengan konteks internal, eksternal, dan manajemen risiko yang telah didefinisikan.

2.5.4 Pengelolaan Risiko

Menurut Australian/New Zealand Standard “Risk Management“ terdapat beberapa jenis cara mengelola risiko:

1. Riskavoidance yaitu memutuskan untuk tidak melakukan aktivitas yang mengandung risiko sama sekali. Proses pengambilan keputusan dilakukan dengan mempertimbangkan potensial keuntungan dan potensial kerugian yang dihasilkan oleh suatu aktivitas.

2. Riskreduction disebut juga riskmitigation yaitu merupakan metode untuk mengurangi kemungkinan terjadinya suatu risiko ataupun mengurangi dampak kerusakan yang dihasilkan oleh suatu risiko.

3. Risk transfer yaitu memindahkan risiko kepada pihak lain, umumnya melalui suatu kontrak (asuransi) maupun hedging.

4. Risk deferral merupakan dampak suatu risiko tidak selalu konstan. Risk deferral

meliputi menunda aspek suatu proyek hingga saat dimana probabilitas terjadinya risiko tersebut kecil.

5. Risk retention, walaupun risiko tertentu dapat dihilangkan dengan cara mengurangi maupun mentransfernya, namun beberapa risiko harus tetap diterima sebagai bagian penting dari aktivitas.

2.5.5 Implementasi Manajemen Risiko

Mengimplementasikan metode yang telah direncanakan sesuai dengan respon yang akan digunakan untuk menangani risiko. Terdapat dua cara implementasi respon risiko, yaitu respon langsung dan respon darurat. Respon langsung (immediate response) melakukan suatu modifikasi terhadap rencana awal (planning) sehingga risiko yang teridentifikasi berkurang atau hilang sama sekali. Respon darurat (contingency response) merupakan sebuah persiapan


(10)

dalam perencanaan langkah-langkah tindakan terhadap respon yang hanya akan diimplementasikan jika konsekuensi yang tidak diinginkaan dari risiko yang telah teridentifikasi muncul (Norris 2000).

2.5.6 Monitoring Risiko

Mengidentifikasi, menganalisa dan merencanakan suatu risiko merupakan bagian penting dalam perencanaan suatu proyek. Praktik, pengalaman, dan terjadinya kerugian akan membutuhkan suatu perubahan dalam rencana dan keputusan mengenai penanganan suatu risiko. Monitoring proses sangat penting dilakukan mulai dari identifikasi risiko dan pengukuran risiko untuk mengetahui keefektifan respon yang telah dipilih dan untuk mengidentifikasi adanya risiko yang baru maupun berubah, sehingga ketika suatu risiko terjadi maka respon yang dipilih akan sesuai dan diimplementasikan secara efektif.

2.6

Crystal Ball

Professional Edition

Crystal Ball Professional Edition adalah suatu perangkat lunak yang dilengkapi dengan

spreadsheet berbasis analisis dengan tools Monte Carlo (Crystal Ball), time series forecasting

(CBPredictor), dan optimization (OptQuest). Program ini juga mencakup Crystal Ball dan CB Predictor Developer Kit untuk membangun custom interface dan proses penggunaan Visual Basic untuk aplikasi.

2.6.1 Statistik

Statistik dasar yang digunakan dalam Crystal Ball adalah: 1. Mengukur sentral tendensi, yaitu; mean, median, dan mode.

Gambar 3. Grafik ukuran sentral tendensi (User Manual Crystal Ball)

2. Mengukur variabel, yaitu mengukur variasi, standar deviasi, koefisien variabilitas, dan

range.

3. Mengukur data set, yaitu statistik yang menggambarkan data set berupa skewness,

kurtosis, dan mean standard error.

Skewness menyatakan suatu nilai kemiringan dari distribusi frekuensi yang tidak simetris. Kurva A menggambarkan skewness positif (kemiringan bergerak kearah kanan) sehingga sebagian besar nilai berada di dekat harga minimum. Kurva B menggambarkan

skewness negatif (kemiringan kearah kiri), dimana sebagian besar nilai berada didekat nilai maksimum.


(11)

Kurtosis mengacu pada sifat puncak suatu distribusi. Misalkan Gambar 4. merupakan pembagian upah dalam sebuah perusahaan besar. Kurva A memiliki puncak yang cukup tinggi, karena sebagian besar karyawan menerima upah yang sama, dan hanya sebagian kecil yang menerima upah lebih tinggi atau kecil. Kurva B dengan puncak yang relatif datar menunjukkan penyebaran upah cukup merata. Berdasarkan kurva statistik, maka kurva A memiliki kurtosis

yang lebih tinggi dibandingkan kurva B.

(a)

(b)

Gambar 4. a. Skewness, dan b. Kurtosis (User Manual Crystal Ball)

Terdapat beberapa statistik yang menggambarkan hubungan set data, yaitu koefisien korelasi dan peringkat korelasi. Pengukuran data lainnya yaitu, certainty, percentile, dan

confidence interval. Grafik korelasi disajikan pada Gambar 5.

(a) (b) (c)

Gambar 5. a Korelasi negatif, b. Korelasi nol, dan c. Korelasi positif (User Manual Crystal Ball 2008)

2.6.2 Metode simulasi sampel

Crystal Ball adalah program untuk simulasi data yang menyediakan dua pilihan metode sampling, yaitu Monte Carlo dan latin Hypercube. Monte Carlo secara acak memilih setiap nilai yang valid dari setiap asumsi yang ada pada distribusi. Nilai yang dihasilkan pada simulasi Monte Carlo bersifat independen, artinya nilai acak yang dipilih pada satu percobaan

tidak akan berpengaruh pada nilai acak berikutnya yang dihasilkan. Istilah “Metode Monte Carlo” diperkenalkan oleh S. Ulam dan Nicholas Metropolis (1949). Istilah ini merujuk pada


(12)

penggunaan input acak dan distribusi probabilitas. Simulasi Monte Carlo adalah simulasi statistik yang khusus menggunakan bilangan acak (random) sebagai parameter masukan (input). Teknik Monte Carlo adalah skema model yang menghitung parameter-parameter

stochastic atau deterministic dalam sampel acak (Hamdy 2007).

Latin Hypercube memilih nilai-nilai secara acak, tetapi penyebaran nilai acak dilakukan merata pada masing-masing asumsi yang ada pada distribusi. Crystal Ball membagi probabilitas setiap asumsi distribusi ke segmen yang tidak tumpang tindih, masing-masing memiliki probabilitas yang sama seperti Gambar 6.

Gambar 6. Probabilitas latin Hypercube (User Manual Crystal Ball 2008)

2.6.3 Distribusi Crystal Ball

Crystal Ball merupakan program userfriendly atau mudah dioperasikan dan dipahami. di dalam Crystal Ball terdapat beberapa teorema yang dapat digunakan, yaitu Kolmograv-Sminov, Darling, dan Chi-Square.

Program Crytal Ball memiliki tiga macam karakteristik, yaitu: 1. Assumption cell atau sel-sel asumsi.

2. Decision cell atau sel-sel keputusan. 3. Forecast cell atau sel-sel peramalan.

Assumption cell adalah nilai atau variabel yang tidak diketahui pasti masalah yang akan diselesaikan. Sel ini harus berupa nilai numerik dan bukan formula atau teks dan didefinisikan sebuah distribusi probabilitas yang dapat dipilih, seperti; normal, uniform, exponential, geometric, weibull, beta, hyper geometric, gamma, logistic, pareto, extreme, value, negative, binomial, dan costum. Decision cell berisi nilai numerik atau angka bukan formula atau teks atau menjelaskan variabel yang memiliki interval nilai tetrtentu sehingga didapat nilai optimal. Sedangkan forecast cell merupakan sel formula dari assumption cell.

Angka yang dihasilkan merupakan suatu variabel random. Variabel random merupakan variabel yang nilainya ditentukan oleh kesempatan atau peluang. Istilah random disebabkan tidak ada cara untuk memperkirakan angka yang akan muncul.

(a)

(b)

Gambar 7. a. Variabel random diskrit dan b. Variabel random kontinu

0 120


(13)

Terdapat dua macam variabel random, yaitu diskrit dan kontinu. Variabel random

diskrit hanya mengisis nilai-nilai tertentu yang terpisah dalam suatu interval. Jika digambarkan di atas garis interval, variabel random diskrit akan berupa sederetan titik-titik yang terpisah. Variabel random kontinu akan berupa sederetan titik yang tersambung membentuk garis lurus (Mulyono 2007). Kemunculan nilai variabel random diasumsikan sebagai suatu probabilitas, sehingga kemungkinan kemunculan random variabel yang bersifat discrete dan continue

diartikan sebagai discrete probability dan continues probability (Walpole 2007). Discrate probability distribution menggambarkan perbedaan, nilai tak hingga, dan nilai integer. Disribusi ini terlihat berbeda untuk setiap tinggi kolom. Continue probability distribution

mengasumsikan semua nilai berada pada kisaran yang mungkin, termasuk range nilai yang tak hingga. Distribusi ini memiliki kurva yang solid dan halus.

Langkah pertama dalam memilih distribusi probabilitas harus berdasarkan data yang ada, menggunakan pemahaman secara fisik mengenai kondisi-kondisi variabel data. Tabel 2. menjelaskan distribusi probabilitas berdasarkan Crystal Ball.

Tabel 2. Distribusi probabilitas berdasarkan kegunaan dan bentuk data.

Distribution Condition Application Examples

Normal

 Mean value is most likely.  It is symmetrical about the

mean.

 More likely to be close to the mean than far away.

Natural phenomena. People’s heights, reproduction rates, inflation. Triangular

 Minimum and maximum are fixed.

 It has a most likely value in his range, which forms a triangle with the minimum and maximum. When you know the minimum, maximum, and most-likely value, useful with limited data.

Sales estimates, number of cars sold in a week, inventory numbers, marketing cost.

Lognormal

 Upper and lower limits are unlimited.

 Distribution is positively skewed, with most values near lower limit.

 Natural logarithm of the distribution is a normal distribution.

Situations where values are positively skewed.

Real estate prices, stock prices, pay scales, oil reservoir size.

Uniform

Discrete Uniform

 Minimum is fixed.  Maximim is fixed.  All values in range are

equally likely to occur.  Discrete uniform is the

discrete equivalent of the uniform distribution.

When you know the range and all possible values are equally likely.

A real estate appraisal, leak on a pipeline.


(14)

Tabel 2. Lanjutan

Distribution Condition Application Examples

Binomial

Yes-No

 For each trial, only 2 outcomes are possible; usually, success or failure.

 Trials are independent.

 Probability is the same from trial to trial.

 The Yes-No distribution is

equivalent to the Binomial distribution with one trial.

Describes the number of times an event occur in a fixed number of trials, also used for Boolean logic (true/false or on/off)

Number of head in 10 flips on a coin, likelihood of success or failure.

Beta

Minimum and maximum range is between 0 and a positive value.

 Shape can be specified with two positive values, alpha, and beta.

Represents variability over a fixed range, describes empirical data.

Representing the reliability of a company's devices.

BetaPERT

 Minimum and maximum are

fixed.

 It has a most likely value in

this range, which forms a triangle with the minimum and maximum; betaPERT forms a smoothed curve on the underlying triangle.

When you know the minimum, maximum, and most likely value, useful with limited data. Similar to Triangular, but especially for project management Exponential

 Distribution describes the

time between occurrences. Distribution is not affected by

previous events. Describes events that recur randomly. Time between incoming phone calls, time between customer arrivals.

Gamma

 Possible occurrences in any

unit of measurement is not limited.

 Occurrences are independent.

 Average number of

occurrences is constant from unit to unit.

Applied for physical quantities, such as the time between events when the event process is not completely random.

Demand for expected number of units sold during lead time, meteorological processes (pollutant concentrations). Weibull

 This flexible distribution can

assume the properties of other disributions.

 When shape parameters equal

1, it is identical to

Exponential, when equal to 2, it is identical to Rayleigh.

Fatique and failure tests or other physical quantities

Failure time in a reliability study, breaking strength of a material in a control test

Max Extreme

Min Extreme

Conditions and parameters are complex. See: Castilo, Enrique.

Extreme Value Theory in Engineering. London; Academic Press, 1988.

Describes largest value (Max Extreme) or smallest value (min Extereme) of a response over time or the breaking strength of materials.

Largest or smallest flood flows, rainfall, and earthquakes, aircraft loads and tolerances.


(15)

Tabel 2. Lanjutan

Distribution Condition Application Examples

Logistic

Conditions and parameters are complex. See: Fishman, G. Springer Series in Operation Research. NY: Springer-Verlag. 1996.

Descibes growth. Growth of a population as a function of time, some chemical reactions.

Student’s t

 Midpoint values is

most-likely.

 It is symmetrical about the

mean.

 Approximates the Normal distribution when degrees of freedom are equal to or greater than 30.

Econometric data. Excange rates.

Pareto

Conditions and parameters are complex. See: Fishman, G.

Springer Series in Operation Research. NY: Springer-Verlag. 1996. Analyzes other distributions associated with empirical phenomena. Investigating distributions associated with city population sizes, size of companies, stock prices

fluctuations.

Poisson

 Number of possible

occurrences is not limited.

 Occurrences are independent.

 Average number of

occurrences is the same from unit to unit.

Describes the number of times an event occur in a given interval (usually time).

Number of telephone calls per minute, number of defects per 100 square yards of material.

Hypergeometric

 Total number of items

(population) is fixed.

 Sample size (number of trials)

is a portion of the population.

 Probability of success

changes after each trials.

Describes the number of times an event occurs in a fixed number of trials, but trials are dependent on previous results.

Chance of a picked part being defective when selected from a box (without replacing picked parts to the box for the next trial).

Neg Binomial

 Number of trials is not fixed.

Trials continue to the γth

succes (trials never less than

δ).

Probability of success is the same from trial to trial.

Models the distribution of the number of trials or failures until

the γth successful

occurrence

Number of sales calls before you close 10 order.

Geometric

 Number of trials is not fixed.

 Trials continue until the first

success.

 Probability of success is the

same from trial to trial.

Describes the number of trials until the first successful occurrence.

Number of times you spin a roulette wheel before you win, how many wells to drill before you hit oil.

Custom

 Very flexible distribution, used to represent a situation you cannot

describe with other distribution types.

 Can be either continuous or discrete or a combination of both.

 Used to input an entire set of data point from a range of cells.


(16)

III. METODOLOGI

3.1 Waktu Dan Tempat Pelaksanaan

Penelitian dilakukan mulai dari bulan Maret 2012 hingga juni 2012, bertempat di PT. Krakatau Tirta Industri, Cilegon, Provinsi Banten.

3.2 Alat Dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperangkat komputer dengan program

Microsoft Excel, Crystal Ball, dan perangkat lunak statistik. Bahan-bahan yang digunakan adalah serangkaian data primer dan sekunder untuk mengidentifikasi risiko dan menentukan risiko biaya seperti:

1. Data primer berupa kuesioner dan wawancara

2. Data sekunder berupa rancangan anggaran biaya dan materi proyek modernisasi kontrol proses tahap II.

3.3 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian menggunakan pedoman Australia/New Zealand Standard 4360:2004 tentang “Risk Management”.

Tahapan penelitian terdiri dari: 3.3.1 Penentuan Konteks Risiko

Penentuan konteks dilakukan dengan melakukan konsultasi dan wawancara kepada para ahli di PT. KTI yang terkait dalam proyek MCP II. Teknik wawancara dilakukan untuk mengetahui materi dan rancangan anggaran biaya proyek MCP II (Modernization Control Process II). Penentuan konteks bertujuan untuk menentukan ruang lingkup manajemen risiko yang mungkin pada proyek MCP II yang telah dilakukan.

3.3.2 Identifikasi Risiko

Identifikasi risiko merupakan proses mengidentifikasi apa, mengapa, dan bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya risiko. Identifikasi risiko merupakan pengembangan dari konteks risiko. Hasil identifikasi risiko tersebut kemudian disusun dalam bentuk kuesioner (Lampiran 1) yang kemudian disebarkan kepada karyawan PT. KTI yang terkait dalam proyek MCP II.

Tabel 3. Contoh skala ordinal pada kuesioner 1

No. Kriteria 2 1 0

ya cukup tidak 1 Apakah anda mengetahui tentang proyek

modernisasi kontrol proses tahap II?


(17)

Skala pengukuran variabel dalam kuesioner penelitian ini menggunakan skala nominal, skala ordinal, dan skala perbandingan berpasangan. Skala nominal merupakan tingkat untuk mengkategorikan. Contoh pertanyaan untuk skala nominal adalah jenis kelamin, pekerjaan, dan pendidikan terakhir. Skala ordinal digunakan untuk mengurutkan objek dari yang terendah hingga tertinggi atau sebaliknya. Contoh skala ordinal disajikan pada Tabel 3. dan Tabel 6. Skala perbandingan berpasangan (pairwaise comparison) digunakan untuk menentukan kepentingan relatif dari elemen-elemen dan kriteria-kriteria yang disajikan pada Tabel 4. dan 5.

Tabel 4. Skala penilaian kriteria perbandingan berpasangan

Nilai Keterangan

1 Faktor vertikal sama penting dengan faktor horizontal 3 Faktor vertikal lebih penting dengan faktor horizontal 5 Faktor vertikal jelas lebih penting dengan faktor horizontal 7 Faktor vertikal sangat jelas lebih penting dengan faktor horizontal 9 Faktor vertikal mutlak lebih penting dengan faktor horizontal 2,4,6,8 Apabila ragu-ragu antara dua nilai elemen yang berdekatan 1/(2-9) Kebalikan dari keterangan nilai 2-9

Sumber: Saaty (1983)

Tabel 5. Contoh matriks skala perbandingan berpasangan

Fak

to

r

v

er

tik

al

Faktor horizontal

A1 A2 A3 A4 A5

A1 1

A2 1

A3 1

A4 1

A5 1

3.3.3 Analisis Risiko

Analisis risiko dilakukan untuk menentukan tingkatan probabilitas, konsekuensi yang akan terjadi, dan visibilitas suatu risiko.

Tabel 6. Contoh skala ordinal pada kuesioner 2 N

o. Risiko/Opportunity

Konsekuensi Probabilitas Visibilitas Min Med Max Min Med Max Min Med Max

1. Kerusakan instrumen 1 2 4 1 3 4 1 2 3

2. Lainnya

Sumber: Data kuesioner

Setiap parameter dibagi kedalam lima kriteria penilaian, yaitu: Kriteria penilaian konsekuensi risiko, yaitu:

1 : Sangat rendah 2 : Rendah 3 : Sedang 4 : Tinggi 5 : Sangat tinggi


(18)

Kriteria penilaian probabilitas risiko, yaitu: 1 : Tidak pernah : 0 kali /tahun 2 : Jarang : < 2 kali/tahun 3 : Kadang-kadang : 2 – 5 kali/tahun 4 : Sering : 5 – 10 kali/tahun 5 : Sangat sering : > 10 kali/tahun

Kriteria penilaian visibilitas risiko dibagi, yaitu: 1 : Sangat visibel

2 : Visibel 3 : Cukup visibel 4 : Tidak visibel 5 : Sangat tidak visibel

Masing-masing nilai yang diberikan oleh responden pada setiap parameter tiap risiko digabungkan dengan menggunakan rata-rata geometrik pada persamaan 2.

��

= �

� �=1 �

(2)

Keterangan

��

: rata – rata geometrik n : jumlah responden

�� : penilaian oleh responden ke-i

Π : perkalian

Dalam penggunaan kuesioner perlu dilakukan pengujian instrumen, yaitu uji validitas dan reliabilitas. Uji ini untuk menguji kebenaran dari data yang dihasilkan. Uji validitas adalah tingkat keandalan dan kesahihan alat ukur yang digunakan. Instrumen dikatakan valid bila alat ukur yang digunakan menunjukkan apa yang seharusnya diukur (Sugiyono 2004). Uji validitas berguna untuk mengetahui apakah pernyataaan-pernyataan pada kuesioner relevan atau tidak. Uji reliabilitas digunakan untuk menyatakan apakah alat ukur yang digunakan dapat memberikan hasil yang konsisten. Syarat valid adalah rhitung > rtabel, sedangkan syarat reliabilitas

adalah r cronbach’s alpha > rtabel.

Pengujian reliabilitas dan validitas data dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak statistik. Bahan yang diuji berupa skala ordinal mengenai pemahaman karyawan PT. KTI terhadap proyek MCP II. Pengujian instrumen consistency ratio untuk skala perbandingan berpasangan dilakukan secara manual dengan bantuan Microsoft Excel. Consistency ratio

merupakan parameter yang digunakan untuk memeriksa perbandingan berpasangan yang dilakukan konsisten atau tidak. Perhitungan consistency ratio dapat dihitung dengan rumus:

CI =(π−n)

(n−1) (3)

CR =CI


(19)

Keterangan:

CI : consistency index

CR : consistency ratio

π : nilai rata-rata dari consistency vector

n : banyaknya alternatif

IR : indeks random yang didapat dari tabel Oarkridge

Syarat consistency ratio < 10%. Nilai Index random disajikan pada Tabel 7. Tabel 7.IndexRandom

n RI

1 0.00

2 0.00

3 0.58

4 0.90

5 1.12

6 1.24

7 1.32

8 1.41

9 1.45

10 1.49

11 1.51

12 1.48

13 1.56

14 1.57

15 1.59

Sumber : Saaty (1994)

Rata-rata geometrik yang dihasilkan dari setiap probabilitas, konsekuensi, dan visibilitas risiko dianalisis dengan menggunakan software Crystal Ball dengan precision control on confidence level sebesar 95% dengan iterasi sebanyak 1000 kali. Distribusi probabilitas yang digunakan dalam penelitian terdiri dari dua, yaitu:

1. Distribusi Beta PERT (Beta PERT Distribution)

Distribusi ini digunakan untuk mengukur setiap probabilitas, konsekuensi, dan visibilitas risiko. Distribusi Beta Pert merupakan distribusi yang menggambarkan situasi dimana nilai minimum, maksimum, dan nilai yang disukai diketahui. Distribusi ini hampir sama dengan distribusi segitiga (triangular distribution), namun distribusi ini memiliki nilai perbedaan yang lebih halus dibandingkan distribusi segitiga.

2. Distribusi seragam (Uniform Distribution)

Distribusi ini digunakan untuk mengukur risiko biaya yang mungkin terjadi. Distribusi seragam merupakan distribusi dengan kondisi nilai minimum dan maksimum telah ditetapkan. Distribusi ini mengasumsikan bahwa semua nilai merata disekitar nilai minimum dan nilai maksimum.

Dari setiap distribusi probabilitas yang digunakan, kemudian dicari nilai keandalan sebesar; 50%, 80%, dan 90% dari masing-masing risiko. Selanjutnya, dilakukan pehitungan tingkatan risiko dari hasil yang didapat dengan keandalan 90%. Rumus tingkat risiko adalah:


(20)

3.3.4 Evaluasi Risiko

Membandingkan tingkat risiko yang dihasilkan dengan kriteria Australian/New Zealand Standard Risk Management 4360:2004. Tingkat biaya risiko yang dihasilkan dari setiap risiko kemudian diurutkan berdasarkan waktu kejadian. Waktu kejadian risiko dibagi kedalam tiga kondisi, yaitu pada saat inisiasi, masa konstruksi, dan implementasi (masa setelah konstruksi). Selanjutnya, dilakukan pembagian evaluasi dari setiap kondisi, yaitu risiko diterima dan risiko prioritas pemantauan (monitoring). Jika tingkat risiko ditetapkan rendah, maka risiko tersebut masuk ke dalam kategori yang dapat diterima dan mungkin hanya memerlukan pemantauan saja tanpa harus melakukan pengendalian. Tetapi bila tingkat risiko ditetapkan tinggi maka perlu pengendalian terhadap risiko tersebut.

Evaluasi data dilakukan dengan membagi tingkat risiko kedalam dua kategori, yaitu: 1. Risiko yang menjadi prioritas utama memiliki risiko > 50,000,000/bulan. Risiko yang

masuk kedalam kategori ini akan diperlakukan suatu upaya dan pemantauan yang lebih tinggi, dengan harapan dampak dan kemungkinan risiko yang akan terjadi dapat berkurang.

2. Risiko yang diterima memiliki tingkat risiko < Rp 50,000,000/bulan. Risiko yang masuk kedalam kategori ini dianggap sebagai risiko yang tidak memerlukan pemantauan atau upaya.

3.3.5 Pengendalian Risiko

Melakukan penurunan derajat probabilitas dan konsekuensi yang ada, serta meningkatakan visibilitas dengan menggunakan berbagai alternatif metode.

3.3.6 Monitor dan Review

Monitor dan review terhadap hasil sistem manajemen risiko yang dilakukan serta mengidentifikasi perubahan-perubahan yang perlu dilakukan.

3.3.7 Komuniksi dan Konsultasi

Komunikasi dan konsultasi dengan pengambil keputusan internal dan eksternal untuk tindak lanjut dari hasil manajemen risiko yang dilakukan.


(21)

Gambar 8. Tahapan penelitian

Penentuan konteks

Identifikasi risiko

Analisis risiko

Evaluasi Risiko

Pengendalian risiko

Tingkat nilai risiko Tingkat Risiko

biaya

Software statistik Ms. Excel Crystal Ball +

K

om

un

ikas

i da

n kons

ul

tas

i

Pem

an

tau

an d

an r

evi

ew

- Validitas - Reliabilitas

Consistency Ratio

- Probabilitas - Konsekuensi - Visibilitas

+

Risiko diterima

Kuesioner

Tidak


(22)

Gambar 9. Proses pengendalian risiko (AS/NZS 4360:2004) K o m u n i k a s i d a n K o n s u l t a s i M o n i t o r d a n R e v i e w Risiko yang diterima Risiko yang diterima

Peringkat dan evaluasi Risiko

Diterima

Pertimbangan biaya dan keuntungan yang ada

Merekomendasikan strategi pengendalian

Pemilihan strategi pengendalian

Persiapan rencana pengendalian

Mengurangi probabilitas

Mengurangi konsekuensi

Meningkatkan

visibilitas Pencegahan

Kembali Mengurangi probabilitas Mengurangi konsekuensi Meningkatkan

visibilitas Mencegah Identifikasi alternatif pengendalian Menilai alternatif pengendalian Persiapan alternatif pengendalian Pelaksanaan pengendalian terpilih Ya Tdk Ya Tdk


(23)

IV.

PROYEK MODERNISASI KONTROL PROSES TAHAP II

4.1 Latar Belakang

Untuk mendukung visi dan misi perusahaan PT. Krakatau Tirta Industri, maka Divisi Operasi menyelenggarakan suatu program pengembangan dengan melakukan suatu otomatisasi. PT. Krakatau Tirta Industri pada proyekt tahap I telah mengembangkan sistem kontrol integrasi sistem dengan Scada Vijeo Citect dan converter ke bagian controlling proses khususnya pada existing motor-motor yang ada di lapangan dan beberapa parameter proses pengolahan air, pada tahap I belum seluruhnya terintegrasi ke dalam sistem aplikasi. Untuk membuat seluruhnya terintegrasi, maka dilakukan pengembangan Tahap II Scada sistem otomatisasi proses khususnya integrasi ke SIKTI atau seluruh proses pelaporan data dan informasi yang ada di PT. KTI sekarang ini, dimana fieldinstrument yang belum dikoneksikan ke bagian converter automatic proses akan direalisasikan, sehingga tahapan development

modernisasi automatisasi ini dapat sesuai dengan konsep arah dan tujuan manajemen khususnya di Direktorat Operasi dan pada proyek Scada tahap II, akan dioptimasikan sejauh mana modernisasi diintegrasikan sesuai dengan arah bisnis strategik PT. KTI sekarang dan akan datang.

4.2 Manfaat Proyek

Modernization Control Process

4.2.1 Efektivitas

Proses penjernihan air telah banyak mengalami kemajuan dari masa ke masa sejak didirikannya PT. Krakatau Tirta Industri. Peningkatan volume kebutuhan air pun menyebabkan bertambahnya aplikasi yang dibutuhkan untuk mendukung peningkatan tersebut. Pengembangan sistem kontrol integrasi sistem dengan Scada Vijeo Citect dan converternya ke bagian controlling proses dapat membantu proses penjernihan air untuk mengurangi human error, efisiensi waktu dan tenaga kerja.

4.2.2 Easy Monitoring and Recording

Integrasi hasil database Scada monitoring field instrument pada proses penjernihan air dengan SIKTI mempermudah monitoring pada proses penjernihan air. Aplikasi yang akan dipakai untuk mengintegrasikan software atau tools dalam sistem otomatisasi kontrol proses terhadap interface yang ada di mesin, dioptimalisasikan Scada dengan Vijeo Citect. Vijeo Citect merupakan paket software Scada dari Schneider yang memiliki fleksibilitas, reliabilitas, integrasi, mudah digunakan, accessibility, architectures types, runtime application, dan keamanan.

4.2.3 Mewujudkan Misi KTI

PT. Krakatau Tirta Industri merupakan salah satu anak perusahaan PT. Krakatau Steel yang memiliki visi sebagai perusahaan penyedia air kelas dunia. Untuk mewujudkan visi tersebut, maka dilakukan suatu modernisasi kontrol proses sebagai salah satu pendukung

pencapaian misi “menyediakan air dan solusinya bagi industri dan masyarakat dengan mengutamakan keharmonisan lingkungan”. Modernisasi kontrol proses tahap II dilakukan


(24)

untuk menguasai teknologi air bersih, khususnya dibidang manajemen operasi, perawatan serta rekayasa teknologi air bersih sehingga mampu menjadi perusahaan yang handal.

4.3 Sistem

Configuration

Secara hirarki operasional, topologi sistem kontrol proses terpasang menggunakan Vijeo Citect Scada untuk visualization control desk sebagai interface antara operator dengan

field instruments. Pada sistem kontrol proses desain baru ini terdapat chart recorder/trending

untuk merekam data atau kejadian selama operasional proses kontrol. Secara terpisah tetapi terintegrasi, data field instruments process di monitoring dan diakuisisi oleh PLC dan Horner melalui converter serial ke Internet Protocol (IP) Adam.

Gambar 10. Sistem configuration Vijeo Citect Scada

4.3.1 Vijeo Citect Scada (supervisor control and data acquisition)

Vijeo Citect adalah paket software Scada dari Schneider yang sangat flexible, simple, dan terorganisir untuk menangani supervisi pada proses industrial plant. Software terintegrasi

tools yang berbeda untuk mempermudah intuisi dan kreatifitas dalam membuat desain HMI. Vijeo Citect juga mendukung fasilitas multilanguages serta memiliki library driver protocol

komunikasi untuk berbagai jenis device (PLC’s, controller, motor drives, data acquisition module, dan lainnya). Mempunyai kemudahan dalam merekam data proses berupa trending

dan data dapat di-export kedalam Microsoft Excel, Acces, dan lainnya sebagai report. Vijeo Citect memiliki beberapa fitur utama menarik antara lain :

Flexibility dan reliability, artinya Vijeo Citect memiliki fleksiblitas dan reabilitas untuk membuat development dan desain HMI pada proses kontrol serta monitoring data proses di plant industrial.


(25)

Integration. Software Vijeo Citect memiliki project explorer dimana terintegrasi semua komponen yaitu: graphic builder dan project editor.

Ease of use.

Accessibility.

Architectures type. Scada Winlog telah support berbagai protocol driver untuk mengakomodasi interconnect dengan berbagai macam device.

Runtime applications. Mode runtime applications sangat membantu dalam otomatisasi

running applications saat booting awal PC.

Security : access groups authorized. Definisi Group akan menentukan level dan kapasitas dari pengguna dalam authorisasi akses aplikasi proyek.

Gambar 11.Architectures type Vijeo Citect Scada

Integrasi sistem HMI Scada Vijeo Citect yang dikoneksikan ke sistem atau realtime

yang sudah berjalan di SIKTI menggunakan Vijeo Citect dari Schneider Electric adalah: 1. Komunikasi Scada dan SIKTI berbasis pada database, konsep database HMI Scada

Vijeo Citect mengacu kepada konsep pengelolaan sisi data yang tersimpan dalam sebuah database. Konsep ini dikenal dengan Database Management System (DBMS). Salah satu dari sekian teknologi database yang menggunakan konsep SQL adalah MYSQL dan adopsi ini sudah diterapkan pada SIKTI.

2. Scada hanya memberikan data realtime (sesaat) yang akan disimpan pada temporary server otomatisasi proses (sebagai data source otomatis) sehingga inisiasi data pemulihan Scada akan dilakukan oleh server SIKTI, disimpan dengan file extention Access database, sehingga sourcedatabase ini dapat dijadikan master tragger interface

Scada ke SIKTI dengan sistem yang telah digabungkan ke SIKTI realtime.

3. Manipulasi data secara realtime langsung berhubungan dengan port I/O pada mesin proses produksi dengan data realtime dari Scada yang akan dibuatkan interfacetragger

ke SIKTI sehingga pembacaan sources database dapat langsung diakomodasi oleh SIKTI (Gate Interface Scada Data ke SIKTI).

4. Entry manual yang selama ini dilakukan sudah tidak dipakai lagi jika menggunakan data akuisisi dari Scada otomatisasi.

5. Security Scada sistem sudah dilengkapi dengan fitur login dengan level otorisasi yang dapat diset sesuai kebutuhannya, administrator dan engineer dengan otorisasi penuh sedang untuk level operator dengan otorisasi terbatas.

4.3.2 Control Platform

Horner merupakan Programmable Logic Controller (PLC), sistem yang terbuka. Selain itu mempunyai fasilitas untuk interface dengan sistem lain (non vendor) karena menggunakan

protocol Modbus.

Stand Alone Client Server Single server 2 Client Web Server

2 Server 2 Client Web Server


(26)

Platform Kontrol dan IO sistem yang menjadi kelebihan Horner adalah :

Open system dan flexibility.

Lowers costs, more options, dan easy-to-use.

Compact device : combining controller, operator interface, i/o, dan networking.

Simply dan customizing design.

Reliable as a traditional controller.

Spare parts easily available.

Horner memiliki fasilitas dalam mendesain aplikasi logika melalui builder terintegrasi yaitu Cscape. Cscape suatu free software yang mengkombinasikan graphical ladder diagram programming dengan operator interface development untuk mengintegrasi kontrol package

secara lengkap. Cscape memiliki fitur yang powerful seperti IEC-1131 style free form, drag

dan drop ladder editor, memiliki 100 functions block dalam form pilihan, seperti fungsi

conversion, string handling, advanced math, flow control dan masih banyak lagi. Operator

interface didesain sesederhana mungkin untuk membuat screen tampilan operator interface. Tampilan screen dapat dipanggil dari logic ladder atau operational tersendiri. I/O

configuration merupakan tools untuk mengkonfigurasi I/O melalui Cscape secara manual maupun otomatis dengan support lebih 60 I/O modules dapat dipilih dari from, built-in expansion, dan remote I/O semua dapat ditangani dalam tools ini.

4.3.3 Mesin HC900 Hybrid Controller

HC900 hybrid controller memiliki proses yang canggih dan logic controller desain modular, scalable yang dibangun untuk bekerja diberbagai proses peralatan dengan biaya yang hemat. Logic controller (LC) dilengkapi dengan layar sentuh sehingga mudah dioperasikan bagi operator. Controller hybrid memiliki arsitektur fleksibel yang dapat mengakomodasi aplikasi bersyarat dan dengan fitur canggih serta konektivitas serbaguna mampu mengontrol penyesuaian pinpoint. HC900 hybrid controller juga mampu menyederhanakan poses dokumentasi dan menghilangkan filling errors. Modular dan scalable pada HC900 hybrid controller tersedia dalam tiga ukuran kisi dan tiga level performa CPU untuk menangani berbagai otomatisasi yang diminta, menyediakan fleksibilitas dengan memberikan kebutuhan bagi pengguna, yang dapat berkembang seperti yang diinginkan. Berbasis windows, perangkat lunak hybrid control designer mampu mengoperasikan lebih dari Ethernet, sehingga mudah untuk mengkonfigurasi logika kontrol dan interface operator. Layar sentuh interface operator dan pengguna mampu memberikan efisiensi, operasi intuitif, mengurangi atau menghilangkan kesalahan, memperbaiki kecepatan akses data, dan proses pengawasan. Logic controller (LC) termasuk modul pilihan dalam CPUcontroller, beberapa ukuran kisi I/O dan remote I/O per sistem kisi yang menyediakan fleksibilitas. LC juga menyediakan PID (proportional integral derivative) controllerloop yang lebih unggul dan kuat dalam pengolahan analog dari banyak logika kontrol tanpa kompromi terhadap performa logika proses upgrade UMC800 ke Hybrid

tersebut diharapkan seluruh controller engginee dapat sesuai dengan proses bisnis yang dibutuhkan oleh PT. KTI. dan sejalan dengan visi dan misi kedepannya.

4.3.4 Streaming Current Monitor

Latar Belakang reinfrastruktur ini sudah lama direncanakan oleh Divisi Operasi namun pada tahap dua proyek modernisasi kontrol proses ini akan disertakan streaming current monitor (SCM) sebagai upaya dalam mengoptimalkan teknologi proses koagulan dosis kontrol


(27)

dengan paten sensor desain yang didalamnya menggunakan extended live teknologi. Streaming current monitor adalah alat yang digunakan untuk mengukur muatan kecil, partikel suspensi dalam suatu cairan/air. SCM adalah satu-satunya instrument online yang dapat digunakan untuk mengontrol stabilitas partikel dalam air dengan cara menggumpalkan kemudian mendapat kontrol umpan balik dari dosis koagulan. Beberapa keunggulannya adalah dapat merekam chemical savings, memelihara kualitas air, memberikan proteksi terhadap gangguan ketidaknormalan dalam proses koagulasi kimia, feedback kontrol, mengoptimalkan treatment, dan teknologi. Kedepannya PT. KTI mempunyai patented design (keakuan desain yang dipatenkan), dapat memonitor dengan teknologi digital, modbus yang optional, low cost dalam mengganti elemen sensor dan replaceable electrodes. Fitur-fitur tersebut jika telah diadposi oleh PT. KTI diharapkan akan membawa dampak yang baik bagi bisnis khususnya dalam pengelolaan air bersih yang handal dan terpercaya.

Gambar 12. Diagram streaming current meter dalam WTP

Pembangunan Scada sistem dengan HMI Scada Vijeo Citect (proyek tahap I) telah membuat 9 konten gambar proses di layar, diantaranya adalah ; overall proses, area PS1, PS2, PS3, PS4, dan area PS5, accelerator, GLF dan Trending, yang secara keseluruhan dikoneksikan ke interface yang menghubungkan ke 30 unit motor di lapangan dengan menggunakan modul Horner sebagai interface ke Enginee UMC.

4.4

Ruang Lingkup

Ruang lingkup untuk pekerjaan Modernization Control Proscess produksi tahap I (MCP I), programmable logic controller (PLC) melakukan monitoring data proses penjernihan air yang akan dikumpulkan dalam database untuk interconnect dengan web service server PT. KTI (SIKTI) yang meliputi:

Accelator

Reuse backwash station

Pump station I –Cidanau

Pump station II –Krenceng reservoir

Pump station III – reservoir dan water tower

Raw water Mixer

Flocculator

Clarifier Filter

Dosing Pump Controller Current MeterStreaming Coagulant (Alum)


(28)

Pump station IV – reservoir

Pump station V – reservoir

Dosing pump – Chemical Station

Run hour, kWh meter, amper motor.

Ruang lingkup untuk pekerjaan Modernization Control Proscess Produksi tahap II (MCP II) ini meliputi inventarisasi instrument dan peralatan control eksisting di lapangan,

wirring, installation dan integrasi instrument dan control kedalam Scada sistem sebagai berikut:

Enginee UMC800 Upgradeable to Hybrid HC900 controller.

 Parameter-parameter yang akan dioptimalkan dan dikoneksikan ke Scada (koagulant,current streaming in technology), end point proses dari jartes dengan

streaming current ke Scada, sebagai kontrol akuisisi data chemical savings, maintain water quality, overdose protection, feedback control, easily retrofitted optimize treatment.

 Migrasi data program ke hybridcontroller dan integrasi fieldinstrument baru, sehingga sistem kontrol proses menjadi lebih handal dan akurat.

 Pemasangan power meter untuk PS1.

Wirring interface gate dari RTU motor PS1, dikoneksikan ke Scada sebagai fungsi

monitoring status motor dari plant cidanau.

 Supervisi integrator dan tim MCP II produksi dalam pembangunan HMI Scada Vijeo Citec (jika dalam Script tahap I harus ada pengembangan atau pertambahan

programmable) sesuai penambahan instruksi ke field instrumen yang akan di koneksikan ke Scada sistem.

 Penempatan server client di DTC Cidanau sebagai pusat repository data dan informasi

link SCADA ke server pusat (Graha Krenceng).

(a) (b) (c)

(d) (e) (f)

Gambar 13. a. UMC800, b. HC900, c. Horner, d Streaming current monitor, e. ADAM-4572 dan f. EGX100


(29)

4.4.1 Instalasi Proyek Tahap I yang Telah Terpasang

Integrasi ke Scada dan SIKTI telah dilakukan pada tahap awal. Data dan informasi telah tersedia di Scada sistem dengan SQL databasenya yang di tragger-kan ke SIKTI, sehingga dapat dijadikan alat monitoring akuisisi data dan informasi yang secara langsung atau

realonline di monitor, dikontrol dan dikoreksi secara langsung di SIKTI. Pengelompokan

equipment, device atau field instrument (double link), yang mengkoneksikan seluruh motor-motor sebanyak 30 unit, 15 motor-motor besar (soft staker interface), twido 13 pompa dosing dengan prioritas identifikasi motor yang dikoneksikan dengan memasang modul Horner ke lokasi yang ideal (diruang panel control room), untuk penggantian switch terdapat 5 motor pada (Pump Station) PS2, impelar alum, impelar kapur, 2 motor pompa kapur, 1 motor PS4 (61M1), 4 pompa booster, 6 motor accelator (impelar dan bridge). Parameter proses peralatan yang ada diproduksi antara lain; controller UMC Twido, memograph, power meter, dimana pada UMC800 AI Card yang terpasang terdiri atas 26 level Control IO yaitu greenleaf filter (20 level), tower (1 level), reservoir (2 level), waduk (1 level), bak kapur (1 level), dan bak alum (1 level). PH Control terdiri dari 6 I/O; accelator I, II, III (1 level), PH air bersih (1 level), PH air baku (1 level), dan PH depolec (1 level). Seluruh I/O tersebut telah wirring ke interface

(otomatisasi proses). Parameter interface antara lain; ampere, Kwh, PH, debit, totalizer, level,

preasure, flow airbaku, PS4-tower). Peralatan level kapur (2 buah) dan meter kecil-PDAM belum tersedia sehingga belum dapat dikoneksikan. Cara untuk menghubungkan ke interface

mesin memograph UMC800 adalah dengan menggunakan converter ke Ethernet dengan ADAM 4570, modebus UMC Horner menggunakan ADAM 4572. Converter pada ADAM Etnernet menggunakan IP static address pada range class IP yang akan disesuaikan. interkoneksi wirring dari selector switch ke motor menggunakan relay Horner Smart Relay. Identifikasi (libraryan wirring cable), penamaan atau tagging ditentukan dengan menggunakan lokasi devicesnumber PS1 MTR 001.

4.2.2 Tahapan Proyek II Infrastruktur Jejaring Lan, Wirring Interface, dan Instalasi Software atau Toggle Client Scada ke Plant PS1

Tahapan ini menyiapkan konsep desain realonline dari PS1 ke Plant Krenceng atau di kantor pusat Graha Divisi Operasi, dimana telah disiapkan ruang DTC (Data centre) di ruang

Control Room sebagai pusat data dan informasi akuisisi dan migrasi integrasi data Scada sistem dan SIKTI integrasi. Aplikasi yang akan dipakai untuk mengintegrasikan tools dalam sistem otomatisasi kontrol proses terhadap interface yang ada di mesin, dioptimalisasikan Scada dengan Vijeo Citect, dengan memodifikasi Script penambahan instruksi terhadap

interface yang baru (proyek II) yang akan dikoneksikan ke sistem otomatisasi proses. Selanjutnya, mengidentifikasi kompatibelitas antara engginee UMC800 (obsolence) kedalam Mesin yang baru HC900 hibrid controller (honeywell process solution), interface, dan port-port yang akan dikoneksikan ke sistem dalam hal ini Scada dan desainnya dengan menggunakan aplikasi tools HMI Scada Vijeo Citect yang sudah di install pada server otomatisasi proses secara realonline dan realtime yang sudah kontinu dijalankan.

4.5 Target

4.5.1 Target End Point terhadap Proyek Modernisasi Kontrol Proses Otomatisasi Tahap II


(30)

Alternatif 1: Jaringan kabel telepon yang ada di reinfrastruktur yaitu dengan mengganti kabel dropt wire atau kabel telepon dengan yang baru (existing yang lama banyak terdapat sambungan akibat putus (tertimpa pohon) sehingga dampak dari terputus/sambungan tersebut akan menyebabkan jaringan drop (terputusnya networking

atau koneksi ke server).

Alternatif 2: Jaringan untuk koneksi ke Server pusat (DTC Graha Krenceng) di-upgrade

dengan layanan servis;

b. Lease Line Network Telephone dan layanan VSAT dari Indosat. c. Pemasangan power meter PS1

d. Pemasangan RTU motor PS1

e Optimalisasi parameter yang ada di PS1 yang memungkinkan untuk dikoneksikan ke sistem.

f. Pemasangan CCTV di lokasi DAM dan plant motor di PS1 4.5.2 Lokasi Plant Krenceng

a. Upgrade UMC800 ke teknologi Hybrid HC900 compatible, termasuk panel dan

marshaling atau cabinet antara panel HC900 dengan instrument, programing, installation, training, dan start up commissioning.

b. Penambahan EGX100 untuk komunikasi ke interface power meter (jika sudah menggunakan TCPIP atau masih menggunakan modbus maka ditambahkan dengan konverter modbus ke TCP/IP).

c. Interkoneksi inverter motor accelator dan motor dosing.

d. Mengkoneksikan parameter koagulan dan jartest proses kedalam sistem streaming current berikut monitoring, akuisisi data dan informasinya ke Scada sistem.

e. Merubah alamat totalizerflow meter PS IV pada sistem Scada.

f. Mengoptimalkan parameter-parameter yang akan dikoneksikan ke sistem. 4.5.3 Peralatan Penunjang IT

Pemasangan UPS power dan battery Chargered APC Smart-UPS, 1980 Watts/2200 :  VA, input 230V/output 230V, interface port DB-9 RS-232, smartslot, USB, Rack.Height 2 U Berikut stopkontak surge arrester socket power APC 8 port colokan. 1. Pengadaan dan pemasangan managable switch AT-telesync 24 port.

2. Pengadaan dan pemasangan kable UTP cat5/cat6 100/1000 and connector cat6/cat5. 3. Router RB/493 mampu routing 16.250 pps (1500 byte paket) dapat seimbang pada 8

ISP, Bandwith management, ether 1 support POE 12-24 Volt DC port ethernet 802.1q VLAN, protocol routing RIPv2 dan OSPF.

4. RACK SERVER ABBA 19” C20-10900-GG/GB 20U, depth 900 mm untuk DTC

controll room Cidanau 2 U pada server, monitor, router, UPS.

5. Server Client untuk tongle Scada sistem di DTC PS1 spec; server HP Proliant DL120 G6 490931‐371 HP DL120G6 1 Xquad Core Intel Xeon X3430 (2.40Ghz, 95watt, 1333FSB, 8MB, Turbo 1/1/2/3), RAM 2GB dengan LCD-led 32 inch termasuk dudukan Kni/breaket LCD, mouse keyboardwirelessfidelity

6. CCTV monitor skup area DAM, motor PS1 dan data pusat Cidanau ; decoder, cable coax, cable cat multipair, camera comcoder 3 titik.


(1)

80

No. Risiko Deskripsi

Peluang atau ancaman

Risiko dalam biaya

Kepercayaan risiko level

90% A Risiko masa inisiasi

1 Scada Vijeo Citect tidak compatible dengan peralatan yang ada.

Menyebabkan kerugian baik waktu penggantian ataupun biaya yang sudah dikeluarkan untuk membeli alat tersebut

Ancaman Rp 122,081,778 19.73 2 Dukungan purna jual (suku

cadang/service) HC 900 tidak optimal.

Mengakibatkan terjadinya penambahan biaya untuk membeli suku cadang atau service yang dilakukan.

Ancaman Rp 257,383,905 25.34 3 Teknologi peralatan yang ada telah

ketinggalan zaman.

Berpengaruh terhadap waktu atau proses yang cukup lama serta tenaga kerja yang dibutuhkan cukup banyak sehingga biaya yang dikeluarkan pun tinggi.

Ancaman Rp 117,315,081 35.22

4 Ketidakcocokan instrument yang dibeli dengan kebutuhan operasi.

Mengakibatkan terjadinya pemborosan biaya pengeluaran. Ancaman Rp 117,333,361 23.73 5 Kesalahan desain/penempatan

peralatan.

Mengakibatkan proses integrasi tidak dapat tercapai Ancaman Rp 72,655,144 25.44 6 Ketidaksiapan infrastruktur penunjang

di PT. KTI.

Mengakibatkan pelaksanaan proyek terhambat dan semakin lama karena adanya waktu tambahan untuk menyiapkan infrastruktur pendukung

Ancaman Rp 112,653,630 24.96

7 Keamanan dan validitas data yang diakuisisi.

Berpengaruh terhadap kebenaran data yang dihasilkan Ancaman Rp 62,441,490 22.54 8 Masalah jaminan, guaranty, dan

warranty.

Mengakibatkan proses jaminan, guaranty, dan warranty terhambat.

Ancaman Rp 123,346,919 29.81 9 Peraturan perpajakan cukai belum jelas

untuk barang impor.

Mengakibatkan tertundanya kedatangan instrument yang dibutuhkan

Ancaman Rp 68,587,146 25.02 10 Penundaan pembiayaan. Peningkatan biaya operasional dan tenaga kerja Ancaman Rp 75,637,293 32.38 11 Keterbatasan pendanaan. Mengakibatkan kerugian dikarenan terjadinya penundaan proyek

dan terhambatnya proses integrasi

Ancaman Rp 63,383,195 31.87 12 Reputasi dan status kelayakan dari

vendor yang beragam.

Berpengaruh terhadap kepercayaan antara stakeholders terkait Ancaman Rp 29,527,209 33.15 13 Tersedia tenaga ahli dan tenaga kerja

(sumberdaya).

Memberikan kemudahan bagi perusahaan karena proses integrasi menjadi lebih cepat

Peluang Rp 62,737,459 35.74


(2)

81

Lampiran 5. Lanjutan

No. Risiko Deskripsi

Peluang atau ancaman

Risiko dalam biaya

Kepercayaan risiko level

90% B Risiko masa konstruksi

1 Kerusakan instrumen saat konstruksi Menyebabkan kinerja dari proses integrasi terganggu atau terhenti dan mengakibatkan kerugian baik waktu maupun biaya.

Ancaman Rp 531,096,920 37.36 2 Keterlambatan pelaksanaan proyek. Mengakibatkan kerugian biaya dan waktu bagi perusahaan. Ancaman Rp 75,736,732 31.52 3 Keterlambatan penyelesaian proyek. Mengakibatkan kerugian biaya dan waktu bagi perusahaan. Ancaman Rp 77,130,445 31.69 4 Keterlambatan pengadaan instrumen. Mengakibatkan kerugian biaya dan waktu bagi perusahaan. Ancaman Rp 76,660,031 38.45 5 Pelaksanaan K3L belum maksimal. Mengakibatkan terjadinya kerugian karena adanya tenaga kerja

yang terluka dan biaya tambahan akibat kecelakaan kerja

Ancaman Rp 32,577,898 32.01 6 Kesalahan metode kerja konstruksi. Mengakibatkan waktu penyelesaian menjadi lebih lama dari

waktu yang telah disepakati

Ancaman Rp 74,772,787 33.23 7 Ketepatan pekerjaan dan produk

desain-engineering.

Mengakibatkan waktu pelaksanaan proyek lebih efisisen Peluang Rp 62,318,801 39.75 8 Ketepatan pengadaan instrument. Mengakibatkan pelaksanaan proyek berjalan sesuai rencana Peluang Rp 63,046,066 41.73 9 Ketepatan pekerjaan kontruksi (jadwal

dan kualitas).

Mengakibatkan proses inregrasi berjalan sesuai rencana. Peluang Rp 63,396,540 42.45 10 Pelaksanaan pekerjaan yang tidak

efisien.

Mengakibatkan keterlambatan waktu penyelesaian proyek Ancaman Rp 62,791,134 28.04 11 Pengawas proyek yang tidak

berpengalaman.

Mengakibatkan terjadinya kesalahan dalam waktu pelaksanaan proyek

Ancaman Rp 62,008,304 27.41 12 Tidak ada quality control terhadap

peralatan.

Menyebabkan peralatan menjadi cepat rusak Ancaman Rp 68,860,057 34.57 13 Masalah koneksi dengan Streaming

Current Monitor.

Menyebabkan proses integrasi menjadi terhambat karena pengukuran dan pencatatan harus dilakukan secara manual.

Ancaman Rp 286,048,463 26.31 14 Kesalahan kalibrasi field instrument. Mengakibatkan kesalahan dalam pemberian dosis Ancaman Rp 61,576,711 17.61 15 Koneksi antara PS1 Cidanau dan WTP.

Krenceng yang tidak stabil/terputus.

Mengakibatkan proses integrasi terganggu karena informasi atau data yang dibutuhan terhambat atau tidak ada.

Ancaman Rp 603,410,332 24.26 16 Kendala pengaturan pembayaran,

change order, dan klaim.

Mengakibatkan terhambatnya proyek Ancaman Rp 93,431,272 23.43


(3)

82

No. Risiko Deskripsi

Peluang atau ancaman

Risiko dalam biaya

Kepercayaan risiko level

90% 17 Kerugian akibat kegagalan proyek. Mengakibatkan kerugian baik waktu maupun biaya Ancaman Rp 64,311,667 26.40 18 Kerugian akibat target waktu tidak

tercapai.

Mengakibatkan kerugian karena adanya biaya tambahan Ancaman Rp 63,183,732 28.09 19 Kerugian akibat keterlambatan proyek. Mengakibatkan kerugian karena adanya biaya penundaan Ancaman Rp 62,439,181 36.88 20 Kerugian karena adanya biaya

tambahan tak terduga.

Peningkatan anggaran biaya yang telah disepakati oleh stakeholders

Ancaman Rp 28,853,584 32.53 21 Keuntungan akibat ketepatan waktu

proyek.

Mengakibatkan proses pelaksanaan integrasi berjalan sesuai rencana

Peluang Rp 62,602,735 31.72 22 Keuntungan akibat waktu proyek lebih

cepat.

Mengakibatkan proses pelaksanaan integrasi menjadi lebih cepat dan mudah

Peluang Rp 75,698,536 28.30 23 Kerugian akibat fluktuasi nilai tukar

uang.

Menyebabkan total biaya yang dikeluarkan menjadi meningkat Ancaman Rp 130,806,520 31.87 24 Keuntungan akibat fluktuasi nilai tukar

uang.

Menyebabkan total biaya yang dikeluarkan menjadi berkurang Peluang Rp 130,531,376 35.23 25 Inflasi. Mengakibatkan kerugian karena adanya kenaikan secara tiba-tiba Ancaman Rp 44,590,997 28.08

C Risiko masa implementasi

1 Keamanan tidak terjamin/kurang. Mengakibatkan terjadinya kehilangan alat atau data Ancaman Rp 62,645,942 30.46 2 Tidak adanya pemeliharaan/perawatan. Mengakibatkan umur pakai peralatan yang ada menjadi lebih

singkat

Ancaman Rp 62,815,431 23.13 3 Operator tidak mampu

mengoperasikan sistem baru.

Menimbulkan terhambatnya integrasi atau hilangnya data yang diperlukan

Ancaman Rp 76,332,553 35.73 4 Operator menolak menggunakan

sistem baru.

Menimbulkan masalah operasional Ancaman Rp 76,208,334 31.15

5 Ketidakahlian operator sehingga menimbulkan kerusakan alat.

Menyebabkan kerusakan instrumen dan kesalahan pembacaan data

Ancaman Rp 585,857,373 41.31 6 Operator lebih mudah dalam

memonitoring proses pengolahan air.

Kemudahan dalam monitoring Peluang Rp 63,569,017 36.65

7 SOP yang tidak siap. Berpengaruh terhadap pelaksanaan proyek Ancaman Rp 63,569,832 39.63


(4)

83

Lampiran 5. Lanjutan

No. Risiko Deskripsi

Peluang atau ancaman

Risiko dalam biaya

Kepercayaan risiko level

90% 8 Training operator yang tidak

direncanakan

Mengganggu proses integrasi Ancaman Rp 75,713,476 37.34

9 Kerugian akibat kerusakan/kehilangan alat atau data.

Mengakibatkan biaya tambahan berupa perbaikan atau penggantian alat baru dan data yang rusak atau hilang

Ancaman Rp 610,155,566 35.57 10 Keuntungan karena efisiensi tenaga

kerja.

Jumlah shift tenaga kerja dapat dikurangi karena otomatisasi integrasi data.

Peluang Rp 13,173,570 34.27 11 Kesalahan estimasi biaya dan eskalasi

model.

Mengakibatkan terjadinya pemborosan biaya atau penambahan biaya

Ancaman Rp 6,005,427 34.30 12 Pengurangan jumlah karyawan shift. Menyebabkan terjadinya efisiensi biaya. Peluang Rp 13,408,370 34.10 13 Efisiensi tenaga kerja (penyusutan

tenaga kerja).

Berpengaruh terhadap pengoptimalan pembagian tugas dan jam kerja karyawan

Peluang Rp 13,308,370 35.98 14 Kerusakan instrumen saat

implementasi

Menyebabkan kinerja dari proses integrasi terganggu atau terhenti dan mengakibatkan kerugian baik waktu maupun biaya.

Ancaman Rp 531,096,920 37.36 15 Kendala dalam mengoperasikan

instrument MCP II

Menyebabkan proses integrasi menjadi terhambat karena pengukuran dan pencatatan harus dilakukan secara manual.

Ancaman Rp 62,549,848 28.53 16 Masalah koneksi dengan Streaming

Current Monitor.

Menyebabkan proses integrasi menjadi terhambat karena pengukuran dan pencatatan harus dilakukan secara manual.

Ancaman Rp 286,048,463 26.31 17 Kesalahan kalibrasi field instrument. Mengakibatkan kesalahan dalam pemberian dosis Ancaman Rp 61,576,711 17.61 18 Koneksi antara PS1 Cidanau dan WTP.

Krenceng yang tidak stabil/terputus.

Mengakibatkan proses integrasi terganggu karena informasi atau data yang dibutuhan terhambat atau tidak ada.

Ancaman Rp 603,410,332 24.26 19 Kerusakan peralatan akibat instalasi

yang tidak aman (gangguan petir, pencurian, dll).

Mengakibatkan kerugian karena terhambatnya proses pengolahan air serta perbaikan atau pepembelian peralatan baru

Ancaman Rp 117,098,983 27.46

20 Fiksasi kebutuhan dan pemesanan operating supply bahan kepada. supplier.

Berpengaruh terhadap penyelesaian proyek Ancaman Rp 62,861,671 31.36

21 SOP tidak terlaksana. Mengakibatkan pelaksanaan proyek menjadi tidak terarah dan menyebabkan terjadinya kesalahan dalam proses pelaksanaan

Ancaman Rp 63,044,488 34.27


(5)

84

No. Risiko Deskripsi

Peluang atau ancaman

Kontrol Risiko dalam biaya

Kepercayaan risiko level

90% 1 Ketidakahlian operator

sehingga menimbulkan kerusakan alat.

Menyebabkan kerusakan instrumen dan kesalahan pembacaan data

Live Ancaman Pelatihan dan maintenance secara rutin

Rp 585,857,373 41.31

2 Kerugian akibat

kerusakan/kehilangan alat atau data.

Mengakibatkan biaya tambahan berupa perbaikan atau penggantian alat baru dan data yang rusak atau hilang

Live Ancaman Peningkatan keamanan dan maintenance secara rutin

Rp 610,155,566 35.57

3 Kerusakan instrument Menyebabkan kinerja dari proses integrasi terganggu atau terhenti dan mengakibatkan kerugian baik waktu maupun biaya.

Live Ancaman Maintenance secara rutin

Rp 531,096,920 37.36

4 Masalah koneksi dengan Streaming Current Monitor.

Menyebabkan proses integrasi menjadi terhambat karena pengukuran dan pencatatan harus dilakukan secara manual.

Live Ancaman Peningkatan jaringan koneksi dan

maintenance secara berkala

Rp 286,048,463 26.31

5 Koneksi antara PS1 Cidanau dan WTP. Krenceng yang tidak stabil/terputus.

Mengakibatkan proses integrasi terganggu karena informasi atau data yang dibutuhan terhambat atau tidak ada.

Live Ancaman Peningkatan jaringan koneksi dan

maintenance secara berkala

Rp 603,410,332 24.26

7 Kerusakan peralatan akibat instalasi yang tidak aman (gangguan petir, pencurian, dll).

Mengakibatkan kerugian karena terhambatnya proses pengolahan air serta perbaikan atau pepembelian peralatan baru

Live Ancaman Maintenance secara teratur

Rp 117,098,983 27.46


(6)