11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1 Struktur Modal
Pengertian struktur modal menurut Sawir 2005:10 struktur modal adalah pendanaan permanen yang terdiri dari hutang jangka panjang, saham preferen dan
modal pemegang saham. Menurut Weston dan Brigham 2005:150 struktur modal yang ditargetkan adalah bauran atau perpaduan dari utang, saham preferen,
saham biasa yang dikehendaki perusahaan dalam struktur modalnya. Struktur modal yang optimal adalah gabungan ekuitas yang memaksimumkan harga saham
perusahaan. Kebijakan struktur modal melibatkan pertimbangan trade-off antara risiko dan
tingkat pengembalian :
Menggunakan lebih banyak utang berarti memperbesar risiko yang ditanggung pemegang saham.
Menggunakan lebih banyak utang juga memperbesar tingkat pengembalian
yang di harapkan. Risiko yang semakin tinggi cenderung akan menurunkan harga saham,
tetapi akan meningkatkannya tingkat pengembalian yang diharapkan expected rate of return
akan menaikkan harga saham tersebut. Karena itu struktur modal yang paling optimal harus berada dalam keseimbangan antara risiko dan
pengembalian yang memaksimumkan harga saham Brigham dan Joel: 2001. Ada empat faktor yang mempengaruhi keputusan struktur modal, yaitu:
12
1. Risiko Bisnis, yang merupakan tingkat risiko yang terkandung dalam
operasi perusahaan apabila tidak menggunakan utang. Semakin besar risiko bisnis perusahaan maka akan semakin rendah rasio utang yang
dioptimalkan. 2.
Posisi pajak perusahaan, alasan utama menggunakan utang karena biaya bunga dapat dikurangkan dalam perhitungan pajak, sehingga menurunkan
biaya utang yang sesungguhnya. 3.
Fleksibilitas keuangan, merupakan kemampuan untuk menambah modal dengan persyaratan yang wajar dalam keadaan yang memburuk.
4. Konservatisme atau agresivitas manajemen, faktor ini tidak mempengaruhi
struktur modal yang optimal atau yang memaksimalkan nilai, tetapi akan mempengaruhi struktur modal yang ditargetkan yang ditetapkan manajer.
a. Teori Struktur Modal
Teori struktur modal modern yang berkembang pada tahun 1958, ketika Prof. Franco Modigliani dan Prof. Merton Miller MM membuktikan bahwa nilai
suatu perusahaan tidak di pengaruhi oleh struktur modalnya. Dengan demikian MM menyatakan bahwa tidak menjadi masalah bagaimana perusahaan membiayai
operasinya, jadi struktur modal tidak relevan. MM didasarkan pada sejumlah
asumsi yang tidak realistis, antara lain :
1. Tidak ada agency cost
2. Tidak ada pajak.
13
3. Investor dapat berutang dengan tingkat suku bunga yang sama dengan
perusahaan. 4.
Investor mempunyai informasi yang sama seperti manajemen yang sama seperti manajemen prospek perusahaan dimasa depan.
5. Tidak ada biaya kebangkrutan
6. Earning Before Interest and Taxes
EBIT tidak dipengaruhi oleh penggunaan dari utang.
7. Para investor adalah price-taker
8. Jika terjadi kebangkrutan maka aset dapat dijual pada harga pasar
marketvalue struktur modal agar menjadi relevan sehingga akan mempengaruhi nilai
perusahaan yang dijelaskan sebagai berikut :
1. Efek Pajak
Peraturan perpajakan memperbolehkan pengurangan pembayaran bunga sebagai beban, tetapi pembayaran deviden kepada pemegang saham tidak dapat
dikurangkan. Pemberlakuan yang berbeda ini mendorong perusahaan untuk menggunakan utang dalam struktur modal. Miller mengatakan pembayaran bunga
dapat dikurangi dengan tujuan sistem penerapan pajak dapat menguntungkan penggunaan pembiayaan dengan utang, dan diberlakukannya pajak yang lebih
menguntungkan atas penghasilan dari saham menurunkan tingkat pengembalian yang disyaratkan pada saham dan dengan demikian dapat menguntungkan
penggunaan pembelanjaan dengan ekuitas.
14
2. Teori
Trade-Off
Perkembangan teori trade-off dari leverage, dimana perusahaan menyeimbangkan manfaat dari pendanaan dengan utang dengan suku bunga dan
biaya kebangkrutan yang lebih tinggi. Menurut trade-off theory oleh Myes 2001 perusahaan akan berutang sampai pada tingkat utang tertentu, dimana
penghematan pajak tax shields dari tambahan utang sama dengan biaya kesulitan keuangan financial distress. Biaya kesulitan keuangan merupakan biaya
kebangkrutan dan biaya keagenan yang meningkat akibat turunnya kredibilitas suatu perusahaan. Trade-off teory dalam menentukan struktur modal yang optimal
memasukan beberapa faktor seperti pajak, biaya keagenan agency cost dan biaya kesulitan keuangan financial distress tetapi tetap mempertahankan asumsi
efisiensi pasar dan symmetric information sebagai imbangan dan manfaat penggunaan utang.
3. Teori
Pecking Order
Menurut Myers 1984, pecking order theory menyatakan bahwa perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi justru tingkat utangnya
rendah, dikarenakan perusahaan yang profitabilitasnya tinggi memiliki sumber dana internal yang berlimpah. Dalam teori ini tidak terdapat struktur modal yang
optimal. Secara spesifik perusahaan mempunyai urutan-urutan preferensi hierarki dalam penggunaan dana yang telah dikutip oleh Smart, Megginson, dan
Gitman 2004:458-459, yaitu :
15
i. Perusahaan lebih memilih untuk menggunkan sumber dana dari dalam atau
pendanaan internal daripada pendanaan eksternal. Dana internal tersebut diperoleh dari laba ditahan yang dihasilkan dari kegiatan operasional
perusahaan. ii.
Jika pendanaan eksternal diperlukan, maka perusahaan akan memilih pertama kali mulai dari sekuritas yang paling aman, yaitu utang yang paling
rendah resikonya, turun ke utang yang lebih berisiko, sekuritas hybrid seperti obligasi konversi, saham preferen, dan saham biasa.
iii. Terdapat kebijakan deviden yang konstan, tidak terpengaruh seberapa
besarnya perusahaan tersebut untung atau rugi. iv.
Untuk mengantisipasi kekurangan persediaan kas karena adanya kebijakan deviden yang konstan dan fluktuasi dari tingkat keuntungan, serta
kesempatan investasi, maka perusahaan akan mengambil portofolio invetasi yang lancar tersedia.
Dalam kenyataannya, terdapat perusahaan-perusahaan yang dalam menggunkan dana untuk kebutuhan investasinya tidak sesuai seperti hierarki yang
telah dijelaskan dalam pecking order theory. Penelitian yang dilakukan oleh Singh dan Hamid 1992 dan Singh 1995 menyatakan bahwa “perusahaan-perusahaan
di negara berkembang lebih memilih menerbitkan ekuitas dari pada berutang dalam membiayai perusahaannya”. Hal ini berlawanan dengan pecking order
theory yang menyatakan bahwa perusahaan akan memilih untuk menerbitkan
utang terlebih dahulu daripada menerbitkan saham pada saat membutuhkan pendanaan eskternal.
16
Faktor-faktor yang berpengaruh dalam pengambilan keputusan struktur modal brigham dan Houston, 2001:39-41
1. Stabilitas penjualan, perusahaan yang relatif stabil dapat lebih aman
memperoleh lebih banyak pinjaman dan menanggung beban tetap yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang penjualannya tidak
stabil. 2.
Struktur aktiva, perusahaan yang aktivanya sesuai untuk dijadikan jaminan kredit cenderung lebih banyak menggunkan banyak utang.
3. Leverage
operasi, perusahaan dengan leverage operasi yang lebih kecil cenderung lebih mampu untuk memperbesar leverage keuangan karena akan
mempunyai risiko bisnis yang lebih kecil. 4.
Tingkat pertumbuhan, perusahaan yang tumbuh dengan pesat harus lebih banyak mengandalkan modal ekternal.
5. Profitabilitas, perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas
investasi menggunakan utang yang relatif kecil. 6.
Pajak, bunga merupakan beban yang dapat dikurangkan untuk tujuan perpajakan.
7. Pengendalian, pengaruh utang lawan saham terhadap posisi pengendalian
manajemen dapat mempengaruhi struktur modal. 8.
Sikap manajemen, karena tidak seorang pun dapat membuktikan bahwa struktur modal yang satu akan membuat harga saham lebih tinggi daripada
struktur modal lainnya.
17
9. Sikap pemberi pinjaman dan lembaga penilaian peringkat, tanpa
memperhatikan analisis para manajer atas faktor-faktor leverage yang tepat bagi perusahaan mereka, sikap para pemberi pinjaman dan perusahaan
penilai peringkat rating agency seringkali mempengaruhi keputusan struktur keuangan.
10. Kondisi pasar, kondisi pasar saham dan obligasi mengalami perubahan
jangka panjang dan pendek yang dapat sangat berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan yang optimal.
11. Kondisi internal perusahaan, kondisi ini juga berpengaruh terhadap struktur
modal yang ditargetkan. 12.
Fleksibilitas keuangan.
b. Analisis Struktur Modal