Gambaran Alam yang Diberikan oleh Ilmu Pengetahuan

3. Gambaran Alam yang Diberikan oleh Ilmu Pengetahuan

Gambaran yang diberikan ilmu fisika tentang alam, tak lebih dari alam perlambang, dan susunan kesadaran indria intelektual manusia. Hal itu nyata dari keterangan dua orang ahli yang diku- tip di bawah ini.

Menurut Sir James Jeans, seorang ahli ilmu fisika dan filsuf ilmu pengetahuan (1877-1946), ada dua jenis alam yang harus dibedakan dengan jelas. Ilmu fisika yang baru, mengetengahkan pendapat, bahwa selain dari materi dan radiasi yang dapat di lam- bangkan sebagai ruang dan waktu biasa, harus ada unsur-unsur lain yang tak dapat dilambangkan seperti itu. Unsur itu sama be- nar nyata dengan unsur-unsur kebendaan, akan tetapi tak dapat ditangkap oleh indra kita dengan langsung. Jadi alam kebendaan seperti yang dirumuskan di atas itu merupakan seluruh alam yang menampakkan diri kepada kita (the whole world of appearance) bu- kan seluruh alam kenyataan yang sebenarnya (not the whole world of reality). Kita dapat memandangnya sebagai sesuatu penampang silang dari alam Kenya taan yang sebenarnya.

Kita dapat membayangkan alam kenyataan yang sebenarnya itu sebagai suatu aliran yang ber gerak dalam-dalam. Alam yang menampakkan diri kepada kita ialah permukaannya, ke bawah permu kaan itu tak dapat melihat. Peristiwa yang terjadi di se- belah dalam sekali dalam aliran itu, melempar kan gelembung- gelembung dan pusaran-pusaran ke atas, ke permukaan aliran itu.

www.aaiil.org

Sekalian gelem bung dan pusaran itu, ialah perpindahan enersi dan pancaran dalam kehidupan kita sehari-hari yang mempenga- ruhi indria kita, dan dengan jalan demikian mengerjakan batin kita. Di bawahnya ada aliran-aliran yang dalam hanya dapat kita ketahui dengan jalan menarik kesimpulan. Sekalian gelem bung

Islam & Ilmu Pengetahuan

dan pusaran itu memperlihatkan adanya kesanggupan mengga- bungkan (atomicity) pada unsur-unsurnya, akan tetapi kita tidak tahu akan adanya kesanggupan menggabungkan yang sesuai de- ngan aliran bawah itu.

Lincoln Bernett mengemukakan bahwa yang di ketahui ma- nusia dari kenyataan yang sebenarnya itu hanyalah sebagian kecil saja. Pengetahuan yang sudah sedikit itu pun hanya sedikit dari ciptaan Allah yang tak terhingga. Alam yang merupakan objek Allah yang tak terhingga. Alam yang merupakan objek yang tak terhingga. Alam yang merupakan objek penyelidikan ilmu pengetahuan alam, diibaratkan sebuah gunung es seperti kami gambarkan di bawah ini.

Gambar 1. Gunung Es Ilmu Pengetahuan Alam Kira-kira sepersepuluh bagian (a) yang ada di atas permukaan samudra (c) ialah alam yang menampakkan diri kepada kita, yaitu alam cahaya dan warna, alam langit yang biru dan daun-daunnya yang hijau, alam angin yang berhembus dan air yang berbunyi sayup-sayup. Alam yang dibentuk oleh fa’al (fisiologi) alat-alat in- dria manusia merupa kan alam (a) di mana tempat manusia yang terbatas kesanggupannya dipenjarakan oleh fitrah atau naturnya

www.aaiil.org

yang khas. Dan apa yang oleh para ahli ilmu pengetahuan disebut alam kenyataan yang sebenarnya – kosmos yang tak berwarna, tak bersuara, tak dapat diraba, yang bagaikan gunung es yang di

7)   “Appearan�e and Reality” dalam The Philosphers of Science, New York,  1954, h. 383f

Hubungan Agama Dengan Ilmu Pengetahuan

bawah bidang pengindriaan manusia (b) – ialah struktur rangka yang terjadi dari lambang-lambang. Dan lambang-lambang itu berubah (h. 123 f ).

Tentang alam yang menampakkan diri kepada kita (a) dite- rangkannya:

“Lama kelamaan para filsuf dan para ahli ilmu pengetahuan alam mencapai suatu kesimpulan yang mengejutkan, karena setiap benda merupakan jumlah dari sifat-sifatnya belaka. Dan karena sifat-sifatnya itu hanya ada dalam batin saja, maka se- luruh alam objektif yang ter susun dari dari materi dan enersi, atom dan bintang-bintang, hanya ada sebagai suatu susunan yang dibangun oleh kesadaran, suatu bangunan yang tersusun dari lambing-lambang yang disepakati dan dibentuk oleh indria manusia” (h. 21) “Satu-satunya alam yang benar-benar dapat diketahui manusia ialah alam yang diciptakan baginya oleh indrianya. Jika dia hapuskan sekalian kesan yang direkam oleh indria dan disimpan oleh ingatan, maka suatu pun tak ada yang

tertinggal” (h. 123f )