Latar Belakang KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penanganan ikan setelah penangkapan atau pemanenan memegang peranan penting untuk memperoleh nilai jual ikan yang maksimal. Salah satu faktor yang menentukan nilai jual ikan dan hasil perikanan yang lain adalah tingkat kesegarannya. Tingkat kesegaran ikan ini sangat terkait dengan cara penanganan ikan. Kesegaran ikan tidak dapat ditingkatkan, tetapi hanya dapat dipertahankan. Oleh karenanya, sangat penting untuk mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi setelah ikan mati. Dengan demikian, dapat dilakukan tindakan penanganan yang baik dalam upaya mempertahankan kesegaran ikan Junianto, 2003. Prinsip pengolahan ikan pada dasarnya bertujuan melindungi ikan dari pembusukan atau kerusakan. Pembusukan terjadi akibat perubahan yang disebabkan oleh mikroorganisme dan perubahan-perubahan lain yang sifatnya merugikan. Selain untuk menghambat dan menghentikan aktivitas enzim maupun mikroorganisme, pengolahan juga bertujuan untuk memperpanjang daya awet dan mendiversifikasi produk olahan hasil perikanan Adawyah, 2008. Dengan sifat yang mudah rusak, hasil perikanan memerlukan penanganan yang memadai baik di atas kapal, saat pendaratan, maupun di tempat pelelangan atau sebelum mencapai konsumen. Banyak produk-produk perikanan yang nilainya menjadi sangat rendah karena kurang baik dalam penanganan hasil. Kerusakan kesegaran ikan atau penurunan mutu produk perikanan dapat terjadi karena faktor internal akibat reaksi enzimatik maupun faktor eksternal akibat serangan parasit maupun bakteri. Penanganan pasca panen dengan demikian tidak Universitas Sumatera Utara hanya berfungsi untuk menjaga mutu produk perikanan tetapi juga berfungsi untuk mempertahankan nilai ekonomi yang dimilikinya Widodo, 2006. Menurut Edy 2011 kelemahan yang dimiliki oleh ikan dirasakan sangat menghambat usaha pemasaran hasil perikanan dan tidak jarang menimbulkan kerugian besar, terutama pada saat produksi ikan melimpah. Oleh karena itu, perlu dilakukan usaha untuk meningkatkan daya simpan dan daya awet produk perikanan pada pascapanen melalui proses pengolahan maupun pengawetan. Adapun tujuan utama proses pengawetan dan pengolahan ikan adalah : 1. Mencegah proses pembusukan pada ikan terutama pada saat produksi melimpah. 2. Meningkatkan jangkauan pemasaran ikan. 3. Melaksanakan diversifikasi pengolahan produk-produk perikanan. 4. Meningkatkan pendapatan nelayan atau petani ikan sehingga terangsang untuk melipatgandakan produksi. Untuk memberikan nilai tambah terhadap hasil ikan, mengingat ikan mudah busuk, perlu dibuat alternatif pengolahan atau pengawetan guna memperpanjang masa simpan dan masa distribusinya. Bisa dengan cara pembekuan, pengalengan, pengasinan, pemindangan, atau pengasapan Anonimus, 2007 . Ikan hasil pengolahan dan pengawetan umumnya sangat disukai oleh masyarakat karena produk akhirnya mempunyai ciri-ciri khusus yakni perubahan sifat-sifat daging seperti bau odour, rasa flavour, bentuk appearance dan tekstur Edy, 2011. Sumatera utara mempunyai posisi yang cukup strategis dalam pembangunan dan pengembangan perikanan di Indonesia. Selain karena letaknya yang cukup Universitas Sumatera Utara dekat dengan negara Asean yang merupakan pasaran potensial untuk produksi perikanan, Sumatera Utara mempunyai daerah perairan yang cukup luas perairan Zone Ekonomi Eksklusif terutama di perairan pantai darat, sumbangan sub sektor perikanan dalam perekonomian cukup besar. Pada beberapa kota pantai di Sumatera Utara kegiatan perekonomian didominasi oleh usaha perikanan. Erizal, 1991 Menurut Erizal 1991, hasil ikan olahan nelayan Sumatera Utara yang berupa ikan asin, telah lama dikenal oleh masyarakat konsumen. Bahkan penyebarannya telah menembus beberapa kota besar di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan pengolahan ikan sudah merupakan usaha yang cukup berkembang di Sumatera Utara. Kondisi geografis kabupaten Tapanuli Tengah yang berbatasan dengan lautan menjadi faktor utama berkembangnya perusahaan industri di bidang usaha pengasinan ikan. Kecamatan Pandan merupakan pusat pengasinan ikan di kabupaten Tapanuli Tengah, yaitu sebanyak 100 perusahaan atau sekitar 64,52 dari total perusahaan pengasinan ikan. Pada tahun 2009, perusahaan industri yang paling banyak menyerap tenaga kerja di kabupaten Tapanuli Tengah adalah industri pengasinan ikan, yang menyerap tenaga kerja sebanyak 775 orang. Badan Pusat Statistik, 2010. Skala usaha pengolahan ikan asin ada bermacam - macam, yaitu skala usaha kecil, menengah, dan besar. Besarnya skala usaha pengolahan ikan asin ini dapat dilihat dari banyaknya ikan yang diolah menjadi ikan asin. Perbandingan antara jumlah ikan yang diolah dengan jumlah ikan segar yang dijual hampir sama yaitu 50 : 50. Artinya bahwa sebagian besar ikan yang ada di Tangkahan ada yang Universitas Sumatera Utara dijual dalam bentuk segar dan ada yang dijual untuk diolah menjadi ikan olahan. Ikan yang diolah menjadi ikan asin ini diperoleh dari hasil budidaya ikan tambak bahkan yang dibeli dari nelayan. Banyaknya ikan yang diolah tergantung dari hasil yang didapat dari laut. Ketika produksi ikan melimpah, maka semakin banyak ikan yang diolah menjadi ikan asin. Dalam usahatani pengolahan ikan asin diperlukan tenaga kerja dalam pengerjaan pengolahan ikan. Tenaga kerja yang diperlukan dalam kegiatan usahatani pengolahan ikan asin berbeda-beda berdasarkan banyaknya jumlah ikan yang diolah. Karena semakin banyak ikan yang diolah, maka semakin banyak tenaga kerja yang dibutuhkan. Hal ini juga akhirnya mempengaruhi total biaya produksi, karena tenaga kerja termasuk ke dalam komponen biaya produksi pengolahan ikan asin. Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan olah Dumora 2002 di Kelurahan Belawan Bahari, Kecamatan Medan Belawan, Kotamadya Medan, Sumatera Utara, jenis pekerjaan yang menyerap tenaga kerja untuk usahatani pengolahan ikan asin di daerah yang bersangkutan adalah pembelian, pembelahan, pencucian dan penggaraman, penjemuran, dan penjualan. Umumnya tenaga kerja untuk pencucian dan penggaraman, pembelian dan penjualan bersifat tenaga kerja tetap, dan untuk pembelahan dan penjemuran menggunakan tenaga kerja tidak tetap. Menurut Dumora 2002 skala usaha yang lebih efisien dalam menggunakan tenaga kerja adalah skala usaha menengah karena HKP per bulannya lebih sedikit dari skala usaha kecil dan skala usaha besar. Hal ini menarik untuk diteliti yaitu untuk melihat pengaruh skala usaha terhadap pendapatan usahatani pengolahan ikan asin. Universitas Sumatera Utara

B. Identifikasi Masalah