5. Sindroma Hepatorenal Pada sindrom hepatorenal, terjadi gangguan fungsi ginjal akut berupa oligouri,
penginkatan ureum, kreatinin tanpa adanya kelainan organik ginjal. Nurdjanah, 2009
6. Sindroma Hepatopulmonal Sindroma hepatopulmonal adalah komplikasi yang jarang dari penyakit hati
dari berbagai etiologi yang ada dan mungkin menunjukkan prognosis yang buruk. Oleh karena itu, diperlukan metokde skrining non-invasif yang
sederhana untuk mendeteksi sindroma hepatopulmonal ini. Dalam beberapa penelitian atau studi, pulse oximetry dievaluasi untuk mengindetifikasi pasien
dengan sindroma hepatopulmonal Deibert, 2006
7. Perdarahan Saluran Cerna Penyebab perdarahan saluran cerna yang paling sering dan paling berbahaya
pada sirosis adalah perdarahan dari varises esofagus yang merupakan penyebab dari sepertiga kematian.Perdarahan saluran cerna merupakan salah satu faktor
penting yang mempercepat terjadinya ensefalopati hepatik. Price Wilson, 2003
8. Kanker Hati Hepatocellular Carcinoma Sirosis merupakan kondisi premaligna dan berhubungan dengan resiko
peningkatan kanker hepatoseluler. Dari data statistik selama dua dekade terakhir, kejadian kanker jenis ini meningkat di Amerika Serikat, terumata
karena penyebaran HBV dan HCV. Untuk itu diperlukan langkaj-langkah pencegahan. Pengukuran pencegahan termasuk didalamnya skrining dengan
alpha-fetoprotein dan ultrasonografi setiap 6 bulan Anand, 2002
2.2.10 Penatalaksanaan
Menurut Garcia-Tsao et al, 2009 penatalaksaan sirosis hati dapat dibagi berdasarkan stadiumnya :
1. Sirosis kompensasi
Universitas Sumatera Utara
Dua tujuan utama dalam pengobatan pada pasien ini adalah mengobati penyakit pencetus sirosis contoh: hepatitis B atau C, alkohol, steatohepatitis
non alkoholik dan mencegahdiagnosa dini komplikasi dari sirosis 2. Sirosis dekompensasi
Pada stadium dekompensasi, tujuan dari pengobatan adalah mengobati atau meminimaliasasi dari komplikasi penyakit sirosis, berupa :
a. Asites Tirah baring dan diawali dengan diet rendah garam sebanyak 5,2 gram atau
90mmolhari. Diet rendah garam biasanya dikombinasikan dengan obat- obatan diuretik. Awalnya dengan pemberiam spironolakton dengan dosis
100-200 mg sekali sehari. Respon diuretik bisa dimonitor dengan penurunan berat badan 0,5 kghari, tanpa adanya edema kaki atau 1 kghari dengan
adanya edema kaki. Bilamana pemberian spironolakton tidak adekuat bisa dikombinasi dengan furosemid dengan dosis 20-40 mghari. Parasintesis
dilakukan bila asites sangat besar, pengeluaran asites bisa hingga 4-6 liter dan dilindungi dengan pemberian albumin
b. Ensefalopati hepatik Laktulosa membantu paien untuk mengeluarkan amonia. Neomisin bisa
digunakan untuk mengurangi bakteri usus penghasil amonia, diet protein dikurangi sampai 0,5 grkg berat badan per hari, terutama diberikan yang
kaya asam amoni rantai cabang c. Varises esofagus
Sebelum berdarah dan sesudah berdarah bisa diberikan obat penyekat beta propanolol. Waktu pendarahan akut, bisa diberikan preparat somatostatin
atau okreotid, diteruskan dengan tindakan skleroterapi atau ligasi endoskopi d. Peritonitis bakterial spontan
Diberikan antibiotika seperti sefotaksim intravena, amosilin, atau aminoglikosida
e. Sindrom hepatorenal Mengatasi perubahan sirkulasi darah di hati, mengatur keseimbangan garam
dan air
Universitas Sumatera Utara
2.2.11 Pencegahan Sirosis Hati
Menurut Dermawati 2006, pencegahan sirosis hati adalah sebagai berikut:
1. Pencegahan Primer Pencegahan primer adalah langkah yang dilakukan untuk menghindari diri dari
berbagai faktor resiko. Pencegahan dapat dilakukan dengan menghilangkan faktor pencetus. Yang paling penting adalah penjagaan organ hati agar jangan
sampai berkembang menjadi sirosis hati 2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah langkah yang dilakukan untuk mendeteksi dini penyakit sirosis hati. Bila penyebab sirosis hati itu adalah alkohol, sebaiknya
konsumsi alkohol dihentikan. Bila penyebabnya perlemakan lemak akibat malnutrisi atau obesitas maka diberikan diet yang tinggi protein dan rendah
kalori 3. Pencegahan Tertier
Pencegahan tertier biasanya dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi yang lebih berat, kecacatan dan kematian. Pencegahan dalam tingkatan ini
biasa dapat berupa rehabilitasi fisik, mental dan sosial.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :
Gambar 3.1. Bagan kerangka konsep penelitian Karakteristik :
1. Variabel Orang Umur
Jenis Kelamin Suku
Tingkat Pendidikan Pekerjaan
2. Gejala Klinis 3. Komplikasi
4. Lama Rawatan 5. Keadaan Sewaktu Pulang
6. Skor Child-Pugh Sirosis Hati