PEMBAHASAN Perbedaan karakteristik klinis pada anak sakit perut berulang dengan dan tanpa riwayat keluarga sakit perut berulang

BAB 5. PEMBAHASAN

Sakit perut berulang secara signifikan mempengaruhi kualitas hidup, kehadiran dan penampilan anak ke sekolah, pergaulan, partisipasi dalam organisasi, olahraga dan aktifitas keluarga. 1 Sakit perut berulang biasanya terjadi 10 sampai 15 pada anak usia sekolah. 5 Prevalensi SPB pada studi di Malaysia yaitu 10.2, studi di Bangladesh 11.5, studi di Srilangka 10.5. Mayoritas pada studi, sakit perut berulang lebih sering pada anak perempuan dibandingkan anak laki-laki, 6 dengan usia puncak 10 tahun sampai 12 tahun. 5 Studi di Texas tahun 2008 melaporkan jenis kelamin laki- laki lebih banyak menderita SPB fungsional yaitu 48 dibandingkan dengan jenis kelamin perempuan yaitu 44. Pada penelitian ini kami menemukan prevalensi anak sakit perut berulang adalah 15. Sesuai dengan studi di Texas, pada penelitian ini, mayoritas jenis kelamin pada penderita SPB adalah laki-laki. Rerata usia kelompok dengan riwayat keluarga SPB yaitu 12.84 tahun SB=3.15 tahun dan kelompok riwayat keluarga tanpa SPB yaitu 12.52 tahun SB=2.33 tahun. Pada kelompok dengan riwayat keluarga SPB terdapat 33 anak perempuan 54.1 sedangkan pada kelompok riwayat keluarga tanpa SPB sebanyak 34 anak laki-laki 56.7. 1 Etiologi SPB kompleks dan bukan hanya disebabkan oleh satu model penyebab tunggal, mencakup faktor biologi genetik, sosiokultural dan Universitas Sumatera Utara psikologi. 3 Selalu ada hubungan antara riwayat SPB pada first degree relatives. 6,21 Hal ini sesuai dengan studi di Sri Lanka tahun 2010 menemukan hubungan independen antara SPB dengan terdapatnya SPB antara first degree relatives 55.8 dibandingkan 44.2, P0.0001, dimana hal ini dapat disebabkan oleh kerentanan genetik atau lingkungan, dan perlunya studi lebih lanjut untuk meneliti hubungan langsung predisposisi genetik. 3 Studi di Malaysia tahun 2001 bahwa anak dengan orang tua dengan keluhan sakit perut P0.001; Oods ratio 3.48, 95 CI 2.22-5.46 dan saudara kandung dengan RAP P0.001; Oods ratio 4.22, 95 CI 2.46-7.21, keduanya meningkatkan resiko SPB. Penelitian ini kami menemukan adanya anggota keluarga yang mengalami SPB yaitu ayahibu pada 21 anak 34.4, kakakadik pada 23 anak 37.7, ayahibu dan adikkakak yaitu 17 anak 27.9. Anggota keluarga yang paling banyak menderita SPB pada kelompok anak SPB dengan keluarga yang memiliki SPB adalah adikkakak sebanyak 23 orang 37.7. 21 Studi di Sri Lanka tahun 2010, mayoritas anak memiliki nyeri ringan sampai sedang 58.4. 3 Sesuai dengan studi di Sri Lanka, kami menemukan intensitas nyeri terbanyak pada kedua kelompok adalah intensitas sedang dengan jumlah responden yang sama yaitu sebanyak 26 orang. Namun, kami tidak menemukan perbedaan yang signifikan untuk intensitas nyeri pada dua kelompok studi P=0.818. Rerata frekuensi nyeri Universitas Sumatera Utara pada kelompok anak SPB dengan riwayat keluarga SPB adalah 2.12 kali per minggu sedangkan di kelompok yang lain adalah 1.58 kali per minggu. Ditemukan perbedaan yang signifikan untuk frekuensi nyeri antara dua kelompok studi P=0.0001. Dari penelitian ditemukan ibu dari pasien sakit perut berulang fungsional mempunyai riwayat IBS OR 3.9; 95 CI 1.5-10.3, migrain OR 2.4, 95 CI 1.1-5.3, ansietas OR 4.8;95 CI 2.2-10.6, depresif OR 4.9, 95 CI 2.2-11.0, keluhan somatik OR 16.1; 95 CI 2.0-129.8. 11 Studi di Washington melaporkan pasien dengan ibu IBS dilaporkan lebih sering sakit perut P=0.0025 dan gejala non gastrointestinal P0.001 dibandingkan kontrol. Pada studi ini menemukan adanya hubungan signifikan antara intensitas nyeri pada anak menderita SPB dengan anggota keluarga yang memilki riwayat SPB P=0.017. Hubungan yang signifikan antara frekuensi nyeri pada anak menderita SPB dengan anggota keluarga yang memiliki riwayat SPB P=0.0001, nilai r=0,658, maka disimpulkan bahwa frekuensi nyeri pada anggota keluarga memiliki korelasi yang kuat dan bersifat positif yaitu semakin banyak frekuensi nyeri pada anggota keluarga maka akan diikuti semakin tingginya frekuensi nyeri perut berulang pada responden. 12 Penelitian ini memiliki keterbatasan antara lain diagnosis yang dilakukan untuk menyingkirkan SPB yang disebabkan oleh kelainan organik hanya dilakukan dengan red flag anamnese dan pemeriksaan fisik, data yang Universitas Sumatera Utara didapatkan hanya berdasarkan anamnese saja, tidak dilakukan pemantauan frekuensi dan intensitas nyeri per harinya, banyak faktor penyebab SPB lainnya yang tidak diteliti pada penelitian ini sebagai penyebab tejadinya SPB dan tidak dilakukan pemeriksaan genetik. Universitas Sumatera Utara

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN