PERANAN PERAJIN DALAM MELESTARIKAN BATIK BAYAT DI DESA JARUM KABUPATEN KLATEN

(1)

i

KABUPATEN KLATEN

SKRIPSI

disajikan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Kesejahteraan Keluarga

Konsentrasi Tata Busana

Oleh Dwi Arum Sari

5401410035

JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2015


(2)

ii Nama : Dwi Arum Sari

NIM : 5401410035

Jurusan : PKK Tata Busana S1 Fakultas : Teknik

Judul Skripsi : Peranan Perajin Dalam Melestarikan Batik Bayat Di Desa Jarum Kabupaten Klaten.

Menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian maupun seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Jika dikemudian hari terbukti bahwa pernyataan saya salah (tidak benar), maka saya siap menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.

Semarang, September 2014

Dwi Arum Sari


(3)

iii Semarang, pada:

Hari :

Tanggal :

Menyetujui

Ketua Jurusan Dosen Pembimbing

Dra. Wahyuningsih, M.Pd Dra. Widowati, M.Pd


(4)

iv Hari : Rabu

Tanggal : 21 Januari 2015

Panitia Ujian

Ketua Sekertaris

Dra. Wahyuningsih, M.Pd Dra. Musdalifah, M.Si

NIP. 196008081986012001 NIP. 196211111967022001

Penguji I Penguji II

Dra. Sicilia Sawitri, M.Pd Siti Nurrohmah, S.Pd, M.Sn NIP. 195701201986012001 NIP. 197502062000032001

Penguji/ Pembimbing

Dra. Widowati, M.Pd NIP.196303161987022001


(5)

v

1. ن رااداد لاي نه ياع فا ب ع ل ن راادارخةه ياع ف ع لو ان داراا هه ياع ف ع ل

“Barang siapa menginginkan kebahagiaan didunia maka haruslah dengan ilmu, barang siapa yang menginginkan kebahagiaan di akhirat haruslah dengan ilmu, dan barang siapa yang menginginkan kebahagiaan pada keduanya maka haruslah

dengan ilmu” (HR. Ibnu Asakir).

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini untuk :

1. Ayah, Ibu, dan Kakakku yang selalu mendoakan saya.

2. Sahabat-sahabatku yang selalu berbagi dalam suka maupun duka.


(6)

vi

belum berkembang pesat seperti batik di daerah-daerah lain. Masalah dalam produksi, promosi dan pemasaran menjadi penyebab belum berkembangnya batik Bayat dengan baik. Peranan perajin dalam melestarikan batik Bayat di desa Jarum Kabupaten Klaten melalui peranan produksi, peranan promosi dan peranan pemasaran. Hasil penelitian Peranan perajin dalam melestarikan batik Bayat di desa Jarum Kabupaten Klaten termasuk dalam kategori tinggi dengan persentase 71.33%.

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang

berjudul “Peranan perajin dalam melestarikan batik Bayat di desa Jarum Kabupaten Klaten.”

Keberhasilan dan kesuksesan dalam menyusun skripsi ini tidak terlepas dari dukungan, bantuan, dan bimbingan dari pihak terkait. Penulis menyampaikan terimakasih kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis menjadi mahasiswa UNNES.

2. Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kemudahan dalam pengurusan surat ijin dalam penelitian ini.


(7)

vii

bimbingan, petunjuk dan pengarahan dengan sabar sehingga penulis dapat menyelesaiakn penyusunan skripsi ini.

5. Budi Sumanto, SE. selaku kasi industri kecil dan menengah, Dinas Perindustrian Perdagangan dan Penanaman modal Kota Klaten yang telah memberikan informasi tentang hal-hal yang berkaitan dengan skripsi.

6. Hj. Suratmi selaku Kepala Desa Jarum yang telah memberikan ijin untuk dapat melakukan penelitian.

7. Para pengrajin batik di Desa Jarum yang telah memberikan ijin untuk dapat melakukan penelitian, sehingga penyusunan skripsi ini dapat selesai.

8. Ayah, Ibu dan Kakak tercinta yang dengan tulus ikhlas berdo’a dan memberikan dorongan materi serta semangat yang begitu besar.

9. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga ALLAH SWT memberikan pahala yang setimpal atas kebaikan yang telah mereka berikan selama ini. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya.

Semarang, September 2014


(8)

viii Pembimbing Dra. Widowati, M.Pd.

Kata Kunci : Peranan perajin, melestarikan batik Bayat.

Batik merupakan hasil karya seni tradisional yang banyak ditekuni masyarakat Jawa khususnya Kota Klaten di Kecamatan Bayat, salah satu daerah produktif penghasil batik adalah Desa Jarum. Batik dari Desa Jarum terkenal karena pembatikannya yang halus. Produk dari desa ini tidak hanya berupa kain batik, melainkan batik kayu. Kendala terbesar pengrajin dalam menjalankan usaha ini adalah keterbatasan dalam promosi dan keterbatasan dalam memasarkan hasil produksi, sehingga produk-produk yang dihasilkan sulit untuk menembus pasar dan sulit untuk bersaing dengan produk batik dari daerah lainnya, seperti : batik Solo, batik Yogyakarta dan batik Pekalongan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) peranan perajin dalam melestarikan batik Bayat di desa Jarum Kabupaten Klaten dan (2) seberapa besar peranan perajin dalam melestarikan batik Bayat di desa Jarum Kabupaten Klaten.

Penelitian ini merupakan penelitian survei. Populasi penelitian berjumlah 25 orang. Teknik pengambilan sampel yaitu total sampling. Metode pengumpulan data menggunakan angket, dokumentasi dan observasi. Data penelitian di analisis menggunakan analisis deskriptif persentase.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa peranan perajin dalam melestarikan batik Bayat di desa Jarum Kabupaten Klaten mendapatkan persentase 71.33% termasuk dalam kategori tinggi, dengan sub variabel peranan produksi mendapat skor 1678 dan persentase 43.02%, peranan promosi mendapat skor 481 dan persentase 12.33%, dan peranan pemasaran mendapat skor 623 dan persentase 15.98%.

Simpulan bahwa peranan perajin dalam melestarikan batik Bayat di desa Jarum Kabupaten Klaten berada dalam kategori tinggi dengan persentase 71.33%. Saran bagi perajin batik Bayat di desa Jarum, hendaknya dalam mempromosikan batik Bayat untuk lebih ditingkatkan melalui media internet karena internet dapat diakses didalam maupun diluar negeri. Saran bagi Pemerintah untuk dapat mematenkan motif batik Bayat melalui jalur hukum agar tidak diklaim oleh Negara lain karena batik adalah budaya dan identitas bangsa.


(9)

ix

HALAMAN JUDUL ………. i

PERNYATAAN ……… ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ……… iii

PENGESAHAN ……… iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ………. v

KATA PENGANTAR ……… vi

ABSTRAK ………. viii

DAFTAR ISI ……….. ix

DAFTAR TABEL ……….. xi

DAFTAR GAMBAR……….. xii

DAFTAR LAMPIRAN……….. xiii

BAB 1 PENDAHULUAN……….. 1

1.1 Latar Belakang……… 1

1.2 Rumusan Masalah ……….. 4

1.3 Tujuan Penelitian……… 5

1.4 Manfaat penelitian……….. 5

1.5 Penegasan Istilah ……… 6

1.6 Sistimatika Skripsi ………. 8

BAB 2 LANDASAN TEORI ………. 9

2.1 Peranan Perajin……… 9

2.2 Melestarikan Batik Bayat ……….. 17

2.3 Batik……… 22

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ……… 37

3.1 Metode Penelitian ……….. 37

3.2 Variabel Penelitian ………. 37


(10)

x

3.8 Analisis Data ……….. 44

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………. 47

4.1 Deskripsi Data ……… 47

4.2 Analisis Data ……….. 49

4.3 Pembahasan……… 54

4.4 Keterbatasan Penelitian ……….. 64

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN……… 65

5.1 Simpulan ………... 65

5.2 Saran ………. 65

DAFTAR PUSTAKA………. 67


(11)

xi

3.1 Variabel Penelitian ………... 38

3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket ……… 41

3.3 Interval Nilai ……….. 46

4.1 Peranan Perajin Dalam Melestarikan Batik Bayat ……….... 48

4.2 Deskriptif Persentase Peranan Produksi………. 50

4.3 Deskriptif Persentase Observasi Proses Pembuatan Batik ………... 51

4.4 Deskriptif Persentase Peranan Promosi ………. 52


(12)

xii

2.1 Skema Proses Pembuatan Batik ………. 12

2.2 Skema Metode Promosi ………... 14

2.3 Saluran Pemasaran Barang Konsumsi……… 16

2.4 Remukan………. 27

2.5 Latar Putih ……….. 28

2.6 Kambil Secukil atau Kopi Pecah……… 28

2.7 Batik Tulis Bayat Candi Lara Jonggrang……… 29

2.8 Gawangan……… 32

2.9 Bandul………. 32

2.10 Wajan ………... 33

2.11 Kompor ………... 33

2.12 Taplak………. 34

2.13 Saringan Malam……….. 34

2.14 Dingklik ………. 35

2.15 Canting………. 35

2.16 Lilin Malam……… 36

4.1 Grafik Deskriptif Persentase Peranan Perajin Batik ………... 48

4.2 Grafik Deskriptif Persentase Peranan Produksi ………. 50

4.3 Grafik Deskriptif Persentase Peranan Promosi……… 52


(13)

xiii

2. Kisi-kisi Wawancara Dengan Pemerintah (DISPERINDAG) ………….. 83

3. Sampel Penelitian ………. 84

4. Uji Validitas dan Reliabilitas ……… 85

5. Perhitungan Validitas dan Reliabilitas Angket ……….. 87

6. Angket Penelitian ……….. 90

7. Pedoman Wawancara Dengan Pemerintah (DISPERINDAG) ………….. 100

8. Lembar Observasi Proses Pembuatan Batik ……….. 102

9. Hasil Observasi Proses Pembuatan Batik ……….. 104

10.Tabulasi Hasil Penelitian ………... 105

11.Analisis Deskriptif Persentase ……….. 106

12.Motif Batik Bayat (Kain)………. ... 107

13.Macam-macam Batik Kayu Bayat ……… 110

14.Dokumentasi Penelitian ………. 113

15.Data Pengusaha Batik ……… 126

16.Surat Usulan Pembimbing ………. 128

17.Surat Keputusan Pembimbing ……… 129

18.Surat Ijin Penelitian ……… 130


(14)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Batik merupakan salah satu warisan budaya Indonesia. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Pada awalnya batik hanya dikenal oleh kalangan keraton yang digunakan untuk upacara keagamaan maupun acara-acara kerajaan, sehingga pada waktu itu batik banyak digunakan oleh para raja, bangsawan, dan abdi kerajaan.

Batik mulai digunakan oleh masyarakat umum pada awal abad ke-19 dan jenis batik pertama yang dikenal berupa batik tulis, kemudian berkembang menjadi batik cap dan printing bermotif batik. Batik tidak hanya dipakai oleh masyarakat lokal saja tetapi batik juga sangat popular dimasyarakat Internasional karena keindahan dari berbagai motif serta mutu warna alami yang menarik.

Tanggal 2 Oktober 2009, UNESCO menetapkan batik sebagai salah satu warisan budaya Indonesia yang layak untuk dimasukkan dalam Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity, artinya bahwa batik telah memperoleh pengakuan internasional sebagai salah satu mata budaya Indonesia, sehingga diharapkan dapat memotivasi dan mengangkat harkat para pengrajin batik dan mendukung usaha meningkatkan kesejahteraan rakyat (Syarif Nurhidayat, 2010:15).


(15)

Kabupaten Klaten mempunyai jumlah industri cukup banyak dengan jenis yang beragam. Umumnya industri kecil tersebut mengelompok membentuk sentra. Perkembangan industri kecil di Kabupaten Klaten terus meningkat ditandai dengan munculnya industri kecil baru. Menurut data dari Dinas Perindustrian Perdangangan Koperasi dan UMKM Kabupaten Klaten, Pada tahun 2014 terdapat 32.920 unit usaha industri kecil dengan jumlah tenaga kerja sebesar 135.845 orang. Data industri Kabupaten Klaten tahun 2014 dapat dilihat bahwa jumlah unit usaha industri kecil lebih besar daripada jumlah industri menengah dan besar. Jumlah unit usaha industri kecil adalah 32.920 unit yang terdiri dari 6.164 unit industri logam, mesin dan kimia. 10.722 unit industri aneka dan 16.034 unit industri hasil pertanian dan kehutanan. Sedangkan jumlah unit usaha industri menengah dan besar hanya sebanyak 126 unit yang terdiri dari 84 unit industri mesin, logam dan kimia dan 42 unit industri hasil pertanian dan kehutanan (Depperindagkop dan UMKM Kabupaten Klaten 2014).

Salah satu industri kecil yang terdapat di Kabupaten Klaten adalah industri batik. Sentra batik yang terkenal di Kabupaten Klaten adalah di Desa Jarum Kecamatan Bayat. Pada mulanya usaha batik di Desa Jarum merupakan warisan nenek moyang yang mengandung banyak aspek sosial maupun budaya, karena dorongan untuk melestarikannya. Kemudian, dengan semakin majunya peradaban manusia dan tuntutan kebutuhan hidup yang semakin kompleks, maka pada saat ini usaha batik di Desa Jarum telah mampu menjadi sumber mata pencaharian pokok sehari-hari bagi mereka selain bercocok tanam. Data dari Balai Desa Jarum tahun 2014, jumlah pengrajin di Desa Jarum ada 25 dan masing-masing menyebar


(16)

di tujuh dukuh yaitu di dukuh Pendem terdapat 9 pengrajin batik, dukuh Karang Gumuk terdapat 4 pengrajin batik, dukuh Kebon Agung terdapat 4 pengrajin batik, dukuh Jarum terdapat 1 pengrajin batik, dukuh Pudungrejo terdapat 3 pengrajin batik, dukuh Tunggul terdapat 2 pengrajin batik, dan dukuh Karang Ploso terdapat 2 pengrajin batik (Balai Desa Jarum, 2014).

Batik dari Desa Jarum terkenal karena pembatikannya yang halus. Produk dari desa ini tidak hanya berupa kain batik, melainkan ada beberapa pengrajin yang membuat souvenir dari kayu yang bermotif batik, disebut juga dengan batik kayu. Pemasaran Batik di Desa Jarum, tidak hanya disekitar Jawa Tengah, tetapi juga dipasarkan ke luar pulau, bahkan mancanegara. Kendala terbesar perajin dalam menjalankan usaha ini adalah keterbatasan dalam promosi, keterbatasan dalam memasarkan hasil produksi, terbatasnya sumber daya manusia dan ketidaktahuan masyarakat tentang keberadaan batik bayat dan keberadaan kampung batik bayat menjadi penyebab belum berkembangnya batik Bayat dengan baik. sehingga produk-produk yang dihasilkan sulit untuk menembus pasar dan sulit untuk bersaing dengan produk batik dari daerah lainnya, seperti : batik Solo, batik Yogyakarta dan batik Pekalongan. Ketersediaan bahan baku yang jauh atau bahkan mungkin berada di luar wilayah industri, akan mempersulit dalam proses produksi. Selain sulit didapat karena berada di luar wilayah industri yaitu berada di Solo dan Yogyakarta, hal ini juga dapat menambah biaya untuk transportasi dan juga lebih mahal. Minimnya minat generasi muda untuk mengikuti jejak leluhur dalam mengembangkan usaha batik Bayat.


(17)

Adanya hak paten terhadap batik, kemungkinan peluang batik Indonesia untuk menembus pasar global semakin terbuka lebar. Kesempatan-kesempatan ini yang kemudian dimanfaatkan daerah-daerah pusat batik untuk mengembangkan usaha batik lebih besar lagi. Desa Jarum sebagai salah satu daerah sentra batik di Klaten memiliki peluang yang cukup besar untuk dikembangkan, namun dalam menjalankan usaha tersebut, perajin masih harus dihadapkan dengan berbagai kendala yang menyebabkan kesulitan dalam mengembangkan usaha batik tersebut. Belum banyak diketahui bagaimana upaya yang dilakukan dari berbagai peran perajin, pemerintah desa maupun pemerintah kabupaten (Pemkab) Klaten untuk mendukung, mempertahankan, melestarikan serta mengembangkan aktivitas membatik khususnya di Desa Jarum Kecamatan Bayat Kabupaten Klaten.

Uraian di atas melatar belakangi perlunya dilakukan kajian lebih jauh

mengenai “PERANAN PERAJIN DALAM MELESTARIKAN BATIK BAYAT DI DESA JARUM KABUPATEN KLATEN”.

1.2

Rumusan Masalah

Masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1.2.1 Bagaimana peranan perajin dalam melestarikan batik Bayat di Desa Jarum Kabupaten Klaten?

1.2.2 Seberapa besar peranan perajin dalam melestarikan batik Bayat di Desa Jarum Kabupaten Klaten?


(18)

1.3

Tujuan Penelitian.

Adapun tujuan yang ingin di capai ataupun diharapkan dalam penelitian ini adalah :

1.3.1 Mengetahui peranan perajin dalam melestarikan batik Bayat di Desa Jarum Kabupaten Klaten.

1.3.2 Mengetahui seberapa besar peranan perajin dalam melestarikan batik Bayat di Desa Jarum Kabupaten Klaten.

1.4

Manfaat Penelitian

Hal penting dari sebuah penelitian adalah manfaat yang dapat dirasakan atau diterapkan setelah terungkap hasil penelitian. Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1.4.1 Bagi pembaca, dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian dengan topik yang sama tetapi populasi yang berbeda.

1.4.2 Bagi peneliti, menambah pengetahuan dan memperluas wawasan bagi peneliti mengenai batik Bayat di desa Jarum.

1.4.3 Bagi penulis, penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai sarana pengembangan ilmu pengetahuan dan menambah pengalaman tentang batik Bayat di desa Jarum. 1.4.4 Bagi pemerintah yaitu sebagai masukan bagi pemerintah dalam melestarikan batik

Bayat di desa Jarum Kabupaten Klaten.

1.4.5 Bagi perajin yaitu sebagai motivasi kehidupan batik Bayat di masyarakat, sehingga batik Bayat lebih dikenal oleh masyarakat luas.


(19)

1.5

Penegasan Istilah

Dalam penelitian ini ada beberapa istilah yang perlu dijelaskan agar tidak terjadi salah penafsiran. Perlu bagi penulis untuk mempertegas maksud dalam

judul “PERANAN PERAJIN DALAM MELESTARIKAN BATIK BAYAT DI DESA JARUM KABUPATEN KLATEN” tersebut di atas dengan terlebih dahulu mempertegas batasan pengertian beberapa istilah dalam judul sebagai berikut:

1.5.1 Peranan

“Peranan adalah sesuatu bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan” (Surayin, 2001:383). “Peranan adalah aspek dinamis kedudukan (status), apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, berarti dia menjalankan suatu peranan” (Soerjono Soekanto, 1982:212).

Simpulan dari pendapat diatas dapat dikemukakan bahwa peranan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah yang menjadi bagian dari perajin batik di desa Jarum yaitu produksi, promosi dan pemasaran batik bayat.

1.5.2 Perajin

“Perajin adalah orang yang pekerjaanya membuat barang kerajinan” (Surayin, 2001:295). “Perajin adalah sesuatu yang mendorong untuk menjadi rajin” (Dendy Sugono, 2008:974).

Simpulan dari pendapat diatas dapat dikemukakan bahwa perajin yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seseorang yang pekerjaannya membuat barang kerajinan batik Bayat di Desa Jarum, yaitu produsen (perajin batik).


(20)

1.5.3 Melestarikan Batik

“Melestarikan adalah menjadi atau membiarkan tetap tidak berubah” (Surayin, 2001:265). “Melestarikan adalah tetap seperti keadaannya semula, tidak

berubah, dan kekal” (Dendy Sugono, 2008:853).

“Batik adalah kain yang bergambar (bercorak) yang pembuatannya dengan cara tertentu, mula-mula ditulis atau ditera dengan lilin atau diwarnakan dengan

soga” (Surayin, 2001:31). “Batik adalah sebuah teknik menahan warna dengan lilin malam secara berulang-ulang di atas kain” (Rina Pandan sari, 2013:3)

Simpulan dari pendapat diatas dapat dikemukakan bahwa melestarikan batik yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pembuatan atau mengupayakan sesuatu yang bertujuan untuk mempertahankan keberadaan dan keaslian ciri motif khas batik tulis bayat di desa Jarum.

1.5.4 Desa Jarum

Desa Jarum adalah salah satu desa yang berada Kecamatan Bayat dan Kabupaten Klaten. Desa Jarum ini sejak ratusan tahun lalu dikenal sebagai sentra batik di Bayat dan salah satu desa pusat pengrajin batik tulis yang terkenal dengan warna alamnya (Ismadi, 2008:4).

1.6

SISTIMATIKA SKRIPSI

Penulisan skripsi yang baik harus memberi arahan yang jelas, dapat membawa pembaca sesuai dengan alur pikiran penulis, dan mempermudah pemahaman skripsi ini. Sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :


(21)

1.6.1 Bagian Awal

Bagian awal yang termasuk bagian awal adalah judul, halaman pengesahan, halaman pernyataan, halaman motto dan persembahan, sari (abstrak), kata pengantar, daftar isi, daftar gambar, daftar table, dan daftar lampiran.

1.6.2 Bagian Isi

BAB 1 PENDAHULUAN, bab ini terdiri atas latar belakang masalah, Rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, sistematika skripsi.

BAB 2 LANDASAN TEORI, bab ini berisi tentang teori-teori yang dijadikan pedoman dalam melakukan penelitian, yaitu Peranan Perajin, Melestarikan Batik Bayat dan Batik.

BAB 3 METODE PENELITIAN, bab ini berisi tentang metode-metode yang digunakan dalam penelitian ini yang meliputi, Jenis Penelitian, Variabel Penelitian, Populasi dan Sampel, Metode Pengumpulan Data, Uji Instrumen Penelitian, Validitas dan Reliabilitas, serta Analisis Data.

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAAN, bab ini berisi tentang pelaksanaan penelitian, yaitu hasil penelitian, dan pembahasan hasil penelitian.

BAB 5 PENUTUP, bab ini memuat kesimpulan dari hasil penelitian, serta saran-saran atau sumbangan pikiran peneliti atas penelitian yang telah dilakukan.

1.6.3 Bagian akhir

Bagian akhir yang termasuk bagian akhir dari skripsi adalah daftar pustaka dan lampiran-lampiran.


(22)

9

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1

Peranan Perajin

Peranan (role) merupakan aspek dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, dia menjalankan suatu peranan. Pentingnya peranan adalah karena ia mengatur perilaku seseorang (Soerjono Soekanto,1982:212). Peranan adalah sesuatu bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan (Surayin, 2001:383). Perajin adalah orang yang pekerjaanya membuat barang kerajinan (Surayin, 2001:295). Peranan perajin dalam penelitian ini adalah peranan produksi, peranan promosi dan peranan pemasaran.

Fungsi pokok perusahaan atau industri adalah produksi, promosi, dan pemasaran. Semua perusahaan berusaha memproduksi dan memasarkan produk atau jasa untuk memenuhi kebutuhan konsumen (Basuswastha,1998:178).

2.1.1 Peranan Produksi

Tujuan utama kegiatan produksi dalam perusahaan adalah memaksimalkan proses penciptakan atau penambahan nilai. Proses produksi merupakan semacam kerangka kegiatan yang didalamnya berlangsung proses penciptaan atau penambahan nilai (Darwin Bangun, 1989:87).

Proses membatik adalah rangkaian aktifitas yang dilakukan dalam membuat batik, mulai dari menyiapkan kain dasar (polos) sampai menjadi kain batik yang siap digunakan sesuai keperluan. Proses pembuatan kain batik yaitu


(23)

meliputi proses persiapan, proses pembatikan, proses pewarnaan, dan proses penghilangan lilin (Kube Batik Sekar Kedaton, tanpa tahun :10).

2.1.1.1 Proses persiapan

Proses persiapan merupakan suatu langkah yang harus dikerjakan dalam pembuatan batik yaitu meliputi memotong kain, pencucian, pengetelan, penganjian, dan pengemplongan (Kube Batik Sekar Kedaton, tanpa tahun :10). 1. Memotong kain

2. Pencucian, pencucian dilakukan di dalam air.

3. Pengetelan, proses pemasakan kain dalam air panas dan proses penyabunan. 4. Penganjian, perendaman kain didalam larutan kanji.

5. Pengemplongan, meratakan atau menghaluskan permukaan kain mori yang akan di batik dengan jalan dipukul berulang.

2.1.1.2 Proses pembatikan

Proses pembatikan merupakan suatu langkah yang harus dikerjakan dalam pembuatan batik meliputi membatik kerangka, ngisen-iseni, nerusi, nembok dan bliriki (Kube Batik Sekar Kedaton, tanpa tahun :10).

1. Membatik kerangka

Membatik kerangka dengan memakai pola disebut “mola”. Mori yang sudah dibatik seluruhnya berupa kerangka atau disebut juga “klowongan”.

Canting yang dipergunakan adalah canting klowongan. 2. Ngisen-iseni

Ngisen-iseni dari kata “isi”, yaitu memberi isi atau mengisi. Ngisen-iseni dengan mempergunakan canting cucuk kecil disebut juga canting isen.


(24)

3. Nerusi

Nerusi merupakan penyelesaian yang kedua. Batikan yang berupa ngengrengan kemudian di balik permukaannya, dan dibatik kembali pada permukaan kedua itu.

4. Nembok

Nembok merupakan bagian-bagian batik yang tidak akan diberi warna, atau akan diberi warna sesudah bagian yang lain harus ditutup dengan malam. Cara menutupnya seperti cara membatik bagian lain dengan mempergunakan canting tembokan.

5. Bliriki

Bliriki merupakan nerusi tembokan agar bagian-bagian itu tertutup sungguh-sungguh. Bliriki mempergunakan canting tembokan dan caranya seperti nemboki.

2.1.1.3 Proses pewarnaan

Proses pewarnaan adalah memberikan warna pada kain yang sudah dibatik. Proses pewarnaan pada bahan tekstil pada umumnya meliputi proses sebagai berikut pencelupan dan pencapan (Kube Batik Sekar Kedaton, tanpa tahun :15). 1. Pencelupan yaitu pemberian warna pada bahan tekstil secara merata dengan warna

yang sama pada seluruh bahan tekstil dengan 3 komponen bahan utama yaitu zat warna, air dan obat bantu.

2. Pencapan adalah pemberian warna pada bahan tekstil secara setempat pada permukaan bahan tekstil sehingga menimbulkan komposisi warna dan motif


(25)

tertentu dengan 3 komponen bahan utama adalah zat warna, pengental dan obat bantu.

2.1.1.4 Proses penghilangan lilin

Proses penghilangan lilin secara keseluruhan ini dilakukan dalam air yang mendidih dan ditambakan obat pembantu yaitu waterglass atau soda abu. Cara nglorod atau menghilangkan lilin adalah (Kube Batik Sekar Kedaton, tanpa tahun :16).

1. Kain yang sudah dibatik dibasahi terlebih dahulu didalam bak air.

2. Kemudian dimasukan dalam air mendidih yang sudah diberi obat pembantu. Setelah malamnya terlepas, kemudian diangkat dan langsung dicuci sampai bersih.

3. Selanjutnya dijemur ditempat yang teduh tidak langsung kena sinar matahari. Produk batik yang dihasilkan perajin batik Bayat di desa Jarum adalah batik tulis, batik cap, batik printing. Dibawah ini merupakan skema proses produksi batik Bayat yang perajin batik di Desa Jarum.

Bagan 2.1 Skema Proses Pembuatan Batik (Kube Batik Sekar Kedaton :16)

Mori Proses persiapan

Proses Proses pewarnaan Proses penghilangan lilin

Proses pencucian Penjemuran Proses produksi/ jahit

Pengemasan Malam

Canting

Cap

Printing

Colet Zat warna


(26)

2.1.2 Peranan Promosi

Promosi adalah segala bentuk komunikasi marketing yang berusaha memberikan informasi, meningkatkan dan membujuk konsumen atau lembaga-lembaga lain untuk menggunakan, memperdagangkan atau merekomendesikan pemakaian suatu produk atau gagasan tertentu (Darwin Bangun, 1989:131).

Tujuan promosi bagi perusahaan menurut Darwin Bangun (1989:132), dapat dikelompokkan menjadi 5 yaitu :

1. Memberikan informasi kepada konsumen

2. Mendorong terjadinya peningkatan permintaan dari konsumen 3. Melakukan diferensiasi (pembedaan) produk

4. Memberikan penekanan keuntungan pemilikan produk 5. Menstabilkan volume penjualan

Metode promosi bagi perusahaan menurut Darwin Bangun (1989:132), terdiri dari 4 macam yaitu adpertensi atau iklan, personal selling, publikasi (publication), promosi penjualan (sales promotion).

1. Adpertensi atau iklan

Adpertensi atau iklan adalah penyebar luasan informasi tentang suatu organisasi atau produk yang dihasilkannya secara non verbal kepada masyarakat luas dengan menggunakan media massa seperti tv, radio, surat kabar, majalah dan sebagainya.

2. Personal Selling

Personal Selling adalah Pemberian informasi kepada konsumen dan membujuknya untuk membeli suatu produk tertentu melalui komunikasi personal.

3. Publikasi (Publication)

Publikasi adalah penyebar luasan informasi suatu perusahaan atau produk yang dihasilkan melalui media massa.

4. Promosi Penjualan (Sales Promotion)

Promosi Penjualan adalah komunikasi marketing yang tidak termasuk ke dalam personal selling, iklan dan publikasi tetapi mempunyai tujuan yang sama yakni mendorong konsumen atau perusahaan untuk membeli atau merekomendasikan kepada pihak lain penggunaan suatu produk tertentu.


(27)

Promosi dapat dilakukan sendiri oleh perusahaan dan dapat juga dengan meminta bantuan biro jasa iklan atau promosi, diantaranya sebagai berikut :

1. Potongan harga

2. Pemberian contoh barang 3. Pameran-pameran

4. Undian dan pemberian kupon 5. Membuat iklan dan reklame

6. Menjadi sponsor (Singgih Wibowo dkk, 1986:72)

Metode promosi yang dilakukan masyarakat industri batik desa Jarum adalah dengan Adpertensi atau iklan melalui media cetak berupa brosur, reklame, kartu nama dan pameran-pameran. Dibawah ini merupakan skema metode promosi menurut Darwin Bangun (1989:132) :

Bagan 2.2 Skema Metode Promosi (Darwin Bangun, 1989:132)

2.1.3 Peranan Pemasaran

Pemasaran merupakan suatu proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan cara menciptakan serta mempertukarkan produk dan nilai dengan pihak lain.

Metode Promosi

- Potongan harga - Penjualan kredit - Pameran Non verbal :

- Majalah - Surat kabar - Brosur

Elektronik : - TV - Radio - Internet Cetak :

- Majalah - Surat kabar - Brosur

Media massa Penjual-pembeli


(28)

Pemasaran (marketing) berbeda dengan penjualan (sales). Pemasaran menurut

AMA (American Marketing Association) adalah proses perencanaan dan

pelaksanaan rencana penetapan harga, promosi dan distribusi dari ide-ide, barang-barang dan jasa-jasa untuk menciptakan pertukaran yang memuaskan tujuan-tujuan individual dan organisasi (Rina Rachmawati, 2009:29).

Proses pemasaran menurut (Rina Rachmawati, 2009:29), ada empat tahap antara lain sebagai berikut :

1) Analisis peluang pasar

2) Pengembangan produk dan siklus hidup produk 3) Perencanaan program pemasaran

4) Pengelolaan usaha pemasaran

Konsep pemasaran menegaskan bahwa kunci untuk mencapai tujuan organisasi yang ditetapkan adalah perusahaan tersebut harus menjadi lebih efektif dibandingkan para pesaing dalam menciptakan, menyerahkkan, dan mengomunikasikan nilai pelanggan kepada pasar sasaran yang terpilih. Konsep-konsep inti pemasaran adalah kebutuhan, keinginan, permintaan pasar, produk, pertukaran, transaksi dan pasar (Basuswastha, 1984:12).

Pemasaran dipengaruhi beberapa faktor yang satu sama lain tergantung dan berinteraksi. Faktor-faktor tersebut adalah :

1. Orang yang melakukan tugas pemasaran dalam hal ini adalah pemasaran.

2. Sesuatu yang sedang dipasarkan. 3. Pasar yang dituju.

4. Para perantara yang ikut membantu dalam pertukaran (arus).

5. Faktor-faktor lingkungan seperti faktor demografi, kondisi perekonomian, faktor sosial, kekuasaan hokum dan politik serta teknologi persaingan (Basuswastha, 1984:12).


(29)

Tingkatan saluran pemasaran atau tipe saluran distribusi ada dua macam, antara lain yaitu :

1. Saluran langsung

Pemasaran dengan pemasaran langsung ini penjual menjual langsung produknya kepada konsumen. Saluran langsung ini meliputi 3 cara yaitu penjual langsung dari rumah kerumah, penjual lewat pos dan penjual melalui toko-toko perusahaan.

2. Saluran tidak langsung

Saluran tidak langsung adalah penjual menjual produknya melalui perantara. Misalnya agen, pedagang besar dan pengecer. Bagi produsen pedagang perantara tidak hanya berfungsi sebagai penyalur produk, menggangkutnya, memberi kredit dan memberikan informasi tentang produksi (Darwin Bangun, 1989:119).

Penjual dengan menggunakan perantara lebih mengantungkan dari pada menjual produk secara langsung, untuk memperlancar produk dari produsen ke konsumen diperlukan saluran pemasaran sebagai berikut :

Bagan 2.3 Saluran Pemasaran Barang Konsumsi (Darwin Bangun. 1989:119).

Pemasaran produk yang dilakukan oleh masyarakat industri batik di desa Jarum melalui tiga sistem yaitu :

1. Pemasaran setempat, Pemasaran ini hanya di daerah Klaten dan Bayat sendiri dengan membuka toko-toko atau showroom untuk menjual produk.

2. Pemasaran luar daerah, Pemasaran luar daerah ini sangat membawa keuntungan yang lebih banyak karena pemasaran lokal (luar daerah) meliputi : daerah Solo, Yogyakarta, Semarang, Jakarta dan lain sebagainya.

Produsen Produsen Produsen Produsen

Agen Agen

Penyalur Penyalur


(30)

3. Pemasaran luar negeri, Pemasaran batik sudah dapat menembus pasaran luar negeri yaitu Malaysia dan lain sebagainya.

2.2

Melestarikan Batik Bayat

Melestarikan adalah menjadi atau membiarkan tetap tidak berubah (Surayin, 2001:265). Jacobus Ranjabar (2006:114) mengemukakan bahwa melestarikan budaya adalah mempertahankan nilai-nilai seni budaya, nilai tradisional dengan mengembangkan perwujudan yang bersifat dinamis, luwes dan selektif, serta menyesuaikan dengan situasi dan kondisi yang selalu berubah dan berkembang. Salah satu tujuan diadakannya pelestarian budaya adalah juga untuk melakukan revitalisasi budaya (penguatan). Revitaliasasi kebudayaan dapat didefinisikan sebagai upaya yang terencana, sinambung, dan diniati agar nilai-nilai budaya itu bukan hanya dipahami oleh para pemiliknya, melainkan juga membangkitkan segala wujud kreativitas dalam kehidupan sehari-hari dan dalam menghadapi berbagai tantangan (Jacobus Ranjabar, 2006:114).

Batik adalah kain yang bergambar (bercorak) yang pembuatannya dengan cara tertentu, mula-mula ditulis atau ditera dengan lilin atau diwarnakan dengan soga (Surayin, 2001:31). Batik Bayat memiliki ciri khas gaya dan bentuknya yaitu menggunakan satu warna dan cenderung coklat tua dan hitam menjadi karakter atau gaya batik Bayat. Batik bayat juga menggunakan warna natural, yang merupakan pewarnaan kain batik dengan menggunakan bahan-bahan alami, seperti dari kulit pohon mahoni, kilit pohon duwet, kulit pohon secang, dan kulit pohon tangi. Batik tulis Bayat juga mempunyai motif khas, yang tidak ada pada


(31)

daerah industri batik lainnya. Motif batik khas Bayat antara lain latar putih, kambil secukil atau kopi pecah, dan remukan.

Simpulan dari pendapat diatas bahwa melestarikan batik Bayat merupakan salah satu wujud untuk menjaga dan mempertahankan keberadaan dan keaslian dari ciri khas gaya dan bentuk batik Bayat serta ciri motif khas batik tulis Bayat di desa Jarum. Upaya melestarian batik Bayat ini tidak hanya menjadi tanggung jawab Pemerintah saja, masyarakat industri pembatik juga harus berperan aktif dalam melestarikannya. Peranan masyarakat industri batik di desa Jarum ini meliputi peranan produksi, peranan promosi dan peranan pemasaran.

1) Memproduksi batik bayat

Memproduksi batik dengan cara mempertahankan motif, bentuk, gaya dan warna batik bayat, meningkatkan kualitas batik bayat seperti keawetan warna, kenyamanan saat dipakai (kualitas bahan baku/mori). Memproduksi batik bayat secara eksklusif, yaitu pengerjaan batik bayat secara manual (proses keseluruhan menggunakan ketrampilan tangan) dengan jumlah yang relatif sedikit agar tidak menimbulkan kebosanan bagi konsumen.

2) Mempromosikan batik bayat

Mempromosikan batik dgn cara iklan baik media cetak (majalah, surat kabar, brosur, kartu nama) maupun media elektronik (TV, radio, Internet).

3) Memasarkan batik bayat

Memasarkan batik dengan teknik pemasaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat maupun pasar sehingga sasaran pemasaran dapat tercapai, mengefektifkan fasilitas pemasaran yang dimiliki pengrajin untuk menekan biaya


(32)

produksi sehingga harga jual menjadi rendah dapat menarik pelanggan. Memasarkan batik bayat di kota tujuan wisata sehinggga batik bayat bukan hanya dikenal diwilayah bayat tetapi juga bisa dikenal di Indonesia bahkan sampai keluar negeri.

2.2.1 Perajin Batik Bayat

Bayat merupakan wilayah di Kabupaten Klaten yang berbatasan dengan Kabupaten Gunung Kidul (DIY) dan Kabupaten Sukohardjo (Jateng), mempunyai berbagai perajin yang patut dibanggakan. Perajin yang mampu menarik perhatian adalah perajin batik tulis dan perajin batik keramik.

Perajin batik tulis berpusat diwilayah kelurahan Jarum, dan perajin keramik berpusat dikelurahan Paseban. Perajin batik tulis di Kelurahan Jarum sebagian besar merupakan perajin rumah tangga, dan terbesar di beberapa wilayah pedukuhan, antara lain Dukuh Pendem, Pudungrejo, Karangnongko, dan Gedangklutuk.

Hasil produksi batik tulis bukan hanya berupa kain, melainkan juga sudah ada yang dipadukan dengan produk lain, yaitu kayu. Batik kain merupakan cikal bakal perajin batik tulis di jarum, terutama batik kain jarik. Namun dengan perkembangnya permintaan pasar dan perkembangan mode, maka produk batik kain sudah meluas pada batik pakaian, batik kain, hiasan, dan aksesoris rumah tangga lain seperti taplak, seprai, sajadah, sarung bantal dan lain-lain. Sehingga jumlah produksi batik yang di buat dalam satu bulan mencapai dua lusin.

Jenis batik yang di produksi oleh masyarakat industri batik Bayat yaitu batik tradisional dan batik modern. Teknik pembuatannya yang di gunakan dalam


(33)

pembuatan batik Bayat yaitu batik tulis, batik cap, batik colet dan batik printing. Perajin batik Bayat sebagian besar mengenal batik Bayat dari turun-temurun nenek moyang terdahulu. Masing-masing perajin batik Bayat medesain produk pakaian batik sendiri dan mereka mengembangkan desain dengan belajar dan menambah pengetahuan serta selalu mengikuti tentang fashion atau trend yang sedang berkembang di pasaran.

Batik tulis jarum mempunyai ciri motif khas, yang tidak ada pada daerah industri batik lainnya. Motif batik khas jarum antara lain latar putih, kambil secukil/kopi pecah dan remukan. Kelebihan yang dimiliki oleh pembatik jarum adalah warna natural, yang merupakan pewarnaan kain batik dengan menggunakan bahan-bahan alami, seperti dari kulit pohon mahoni, kulit pohon duwet, kulit pohon secang dan kulit pohon tangi. Dari kulit pohon-pohon tersebut diperoleh berbagai warna, antara lain cokelat, violet, merah hati, kuning dan gambir. Bahkan warna-warna alami tersebut dapat dikombinasikan untuk memperoleh efek warna baru, sehingga akan mendapatkan banyak pilihan warna.

Batik kayu merupakan hasil kreasi warga pembatik jarum. Hasil produk itu meliputi batik wayang, sandal dan hiasan-hiasan rumah tangga. Pembatik jarum membuka industri batik kayu dengan tujuan ingin mempertahankan usahanya, menciptakan peluang pasar baru, dan berusaha melakukan kreasi-kreasi dengan media batik selain kain.

Simpulan berdasarkan pendapat diatas dapat dikemukakan bahwa perajin batik di desa Jarum adalah perajin yang masih mempertahankan ciri khas batik


(34)

Bayat antara lain motif “latar putih, kambil secukil/kopi pecah dan remukan”. Keberadaan perajin batik berperan dalam melestarikan batik bayat.

2.2.2 Workshop dan Showroom Batik Bayat

2.2.2.1 Workshop batik bayat

Workshop adalah pelatihan kerja, yang meliputi teori dan praktek dalam satu kegiatan terintegrasi. Workshop juga diartikan sebagai tempat tenaga kerja (tempat pembuatan batik/proses pembuatan batik) melakukan kegiatan dari awal sampai akhir proses kerja yg didukung dengan alat-alat kerja.

Desa Jarum merupakan daerah tempat tinggal para perajin batik. Daerah ini terdapat 25 yang telah membuka pintunya untuk wisatawan. Disana dengan leluasa dapat mengunjungi workshop pembuatan batik, mulai pembuatan batik tulis dan cap serta batik kayu dan patung.

Pemerintah Klaten bekerja sama dengan dinas perindustrian perdagangan koperasi dan usaha mikro kecil menengah (UMKM) kabupaten Klaten untuk mengadakan pelatihan ketrampilan membatik dengan berbicara materi tentang pengembangkan ketrampilan membatik, manajemen, kewirausahaan dan teknik pemasaran dengan tujuan sebagai wawasan sehingga mereka akan mandiri dan lebih siap dalam menghadapi persaingan pasar.

Simpulan berdasarkan pendapat diatas dapat dikemukakan bahwa workshop adalah tempat pembuatan batik dan pelatihan kerja bagi para wisatawan atau pengunjung yang ingin berlatih membatik.


(35)

2.2.2.2 Showroom batik bayat

Showroom adalah ruang pamer, ruang yang khusus digunakan sebagai tempat memamerkan dan memajang batik seperti kain batik, blus batik, kemeja batik, kaos batik, tas batik, telapak meja batik, seprai batik, sarung bantal batik, sepatu batik, sandal batik, dan batik kayu lainnya . Masyarakat umum menyebut demikian karena secara global sudah di artikan sebagai tempat untuk memajang bernama showroom. Showroom juga dapat diartikan sebagai tempat display untuk furniture ataupun barang yang memang untuk dipamerkan. Tujuan showroom dibuat adalah untuk memberikan fasilitas akan kebutuhan.

Desa Jarum menjadi desa wisata batik, para pengusaha mulai membuka gerai atau showroom yang menyediakan produk batik dengan berbagai corak dan jenis. Mulai dari daster, kemeja, baju tidur, setelan kebaya, dan kemeja batik yang terbuat dari batik tulis, cap, printing, colet, jemputan maupun sutera serta berbagai batik kayu dan patung.

Simpulan berdasarkan pendapat diatas dapat dikemukakan bahwa showroom adalah tempat pajang hasil karya perajin batik Bayat di desa Jarum.

2.3

Batik

2.3.1 Pengertian Batik

Batik menurut Asti Musiman dan Ambar B. Arini (2011:2) adalah Kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia (Khususnya Jawa) sejak lama. Rina Pandan Sari (2013:3) berpendapat bahwa membatik adalah sebuah teknik menahan warna dengan lilin malam secara berulang-ulang di atas kain. Ari Wulandari (2011:3) berpendapat bahwa batik


(36)

adalah wujud hasil cipta karya seni yang adiluhung, diekspresikan pada motif kain untuk pakaian, sarung, kain panjang dan dekoratif lainnya, kemudian berkembang menjadi lukisan batik, sepatu, hingga patung kayu. Batik adalah kain yang bergambar (bercorak) yang pembuatannya dengan cara tertentu, mula-mula ditulis atau ditera dengan lilin atau diwarnakan dengan soga (Surayin, 2001:31).

Simpulan berdasarkan dari beberapa pendapat diatas dapat dikemukakan bahwa batik adalah suatu karya seni pada sehelai kain dengan berbagai corak dan warna yang dibuat dengan alat yang berupa canting dengan menggunakan perintang warna, kemudian dicelupkan pada zat warna dan batik memiliki nilai seni yang tinggi karena menjadi warisan dari budaya Indonesia.

2.3.2 Sejarah Batik Bayat

Batik Bayat diperkirakan sudah ada sejak masa pra Hindu dan mulai berkembang sejak datangnya Ki Ageng Pandanaran. Sejak awal tahun 1900 an pemasaran batik Bayat adalah ke kota Sala dan ke daerah Gunung Kidul (yang berbatasan dengan wilayah Kabupaten Klaten). Setelah kemerdekaan beberapa perajin batik “pemula” mulai memasarkan kain batik Bayat ke kota Yogyakarta, pada awalnya mereka menjual kain batik setengah jadi langsung kepada para perajin batik di Yogya untuk diproses menjadi kain batik. Dengan demikian proses produksi dapat dilakukan lebih singkat dan tidak memerlukan modal besar. Dari keuntungan menjual kain batik setengah jadi tersebut dalam perjalanan waktu yang cukup panjang selama antara 4 - 5 tahun akhirnya terkumpul modal untuk memproses kain batik dari awal hingga menjadi kain batik siap pakai. Para perajin pemula tersebut mulai membutuhkan bahan - bahan untuk pewarnaan


(37)

batik selain bahan utama kain katun yang merupakan bahan import. Kemudahan untuk memperoleh barang - barang import pada dapat dilakukan apabila menjadi anggota sebuah koperasi batik, sedangkan koperasi batik terdekat yang sudah berdiri baru ada di kota Solo dan Yogyakarta. Akhirnya para perajin batik Bayat memutuskan untuk bergabung dalam keanggotaan ke Koperasi Batik BATARI di Surakarta.

Para perajin batik Bayat bergabung dalam keanggotaan Koperasi Batik

“BATARI” di Surakarta antara tahun 1960 - 1967, batik Bayat berkembang cukup pesat karena para anggota koperasi tersebut mendapatkan kemudahan baik dalam mendapatkan bahan baku batik maupun dalam hal pemasarannya. Bahkan pada

tahun 1967 berdirilah Koperasi Batik “PBT” di Bayat yang anggotanya dari

Koperasi Batik BATARI, mereka mendirikan koperasi primer dan langsung tergabung dalam koperasi induk Gabungan Koperasi Batik Indonesia (GKBI). Kejayaan Batik Bayat berlangsung hingga tahun 1975, hal ini dapat disimak dari jumlah keanggotaan koperasi PBT (Perajin Batik Tulis) yang pada saat itu mencapai sejumlah 460 orang. Setelah itu keanggotaan koperasi batik tersebut terus berkurang seiring dengan jatuhnya industri batik Bayat, dan saat ini keanggotaan koperasi batik PBT Bayat tinggal 116 orang. Dari jumlah 116 anggota yang masih aktif memproduksi kain batik tinggal 7 - 10 perajin. Berkembangnya industri batik printing (pabrikan) yang dipelopori oleh Batik Keris di Surakarta pada tahun 1970 merupakan salah satu pemicu hancurnya industri batik tradisional, terutama kerajinan batik tulis yang memerlukan biaya tinggi dan waktu relatif lama. .


(38)

Kekhasan batik Bayat adalah batik tulis halus menggunakan bahan pewarna alami (warna dari bahan-bahan tumbuhan) dengan latar ireng (dasaran warna hitam atau gelap) dan motif tradisional gaya Keraton Surakarta. Produk yang dihasilkan berupa kain panjang atau jarit motif parang rusak, trumtum, sido mukti, dan lain-lain (Ismadi, 2008:167).

2.3.3 Bentuk dan Gaya Batik Bayat

Gaya merupakan bentuk tetap atau konstan, kualitas, dan ekspresi seni, baik yang dihasilkan oleh individu maupun sebuah kelompok. Gaya dapat dilihat dari aspek visual yang berupa garis, elemen bentuk atau motif, keterkaitan bentuk, warna, tekstur. Djoko Soekiman menjelaskan bahwa suatu karya dapat dikatakan mempunyai gaya bilamana memiliki bentuk (form), hiasan (versiering) dari benda tersebut mempunyai keselarasan (harmonis), sesuai dengan kegunaan dan bahan material yang dipergunakan (Ismadi, 2008:171). Djoko Soekiman membagi gaya sebagai berikut :

1. Gaya objektif (objective stijl), yaitu gaya dari suatu benda atau barang itu sendiri,

2. Subjective stijl atau persoonlijke stijl, yaitu gaya yang dimiliki oleh sang seniman, penulis, pemahat, pelukis dan arsitek yang merupakan sebuah ciri sebagai penanda dari hasil pekerjaannya, 3. Gaya massa (nationale stijl), yaitu gaya yang menjadi ciri atau

sebuah pertanda (watak) suatu bangsa, misalnya Indonesia, Eropa, Timur Tengah dan lain-lain,

4. Gaya khusus pada suatu keistimewaan teknik (technische stijl), yaitu tentang bahan atau material yang dipergunakan, seperti bahan kayu, besi dari suatu bangunan atau karya yang dibuat seseorang.

Sekitar tahun 1978 batik Bayat menjadi karya seni yang banyak diburu konsumen di Pasar Klewer, Solo. Batik motif lereng dengan satu warna coklat tua, batik tipe ini hampir terdapat pada semua kios dan toko di pasar Klewer dan


(39)

banyak disukai konsumen. Dibuat secara sederhana, yaitu mori biru di cap tembokan parang rusak dan dicelup warna coklat tua inilah salah satu tipe batik Bayat di tahun 1978. Ketertarikan konsumen pada saat itu dikarenakan jika dilihat cukup indah seperti batik biasa, sedang harganya lebih rendah 25 % dari pada batik pada umumnya. Namun kesederhanaan itu tidak semata-mata menjadi ciri dari batik Bayat, karena ada beberapa produk yang lain dengan kualitas bahan motif halus maupun kasar. Warna yang menggunakan satu warna dan cenderung coklat tua dan hitam sepertinya menjadi karakter atau gaya batik Bayat pada waktu itu.

Kini hasil produksi industri batik tulis bayat, bukan semata-mata hanya berupa batik kain, melainkan sudah berkembang dengan produk lain, yaitu batik kayu. Batik kain merupakan cikal bakal industri batik tulis di Jarum, terutama batik kain jarik. Namun dengan perkembangnya permintaan pasar dan perkembangan mode, maka produk batik kain sudah meluas pada batik pakaian, batik kain hiasan, dan aksesoris rumah tangga lain seperti taplak,sarung bantal, seprai, dan sajadah.

Batik tulis Bayat mempunyai motif khas, yang tidak ada pada daerah industri batik lainnya. Motif batik khas Bayat antara lain latar putih, kambil secukil atau kopi pecah, dan remukan. Sejak awal tahun 2011 daerah Bayat mulai mengembangkan Batik Cagar Budaya yaitu mengenalkan motif-motif yang diinspirasi dari objek Cagar Budaya, salah satu diantaranya motif ragam hias yang ditemukan pada relief Candi. Daerah Bayat yang secara kultural tidak jauh dari kawasan candi-candi di Prambanan dan sekitarnya, dari beberapa relief seperti


(40)

misalnya Pohon Kalpataru dan Kinara-Kinari yang ditemukan di Kompleks Candi Lara Jonggrang, Prambanan.

Industri batik tulis Bayat mempunyai beberapa kelebihan, selain motif khas dan penciptaan kreasi baru. Kelebihan yang dimiliki oleh pembatik Jarum adalah warna natural, yang merupakan pewarnaan kain batik dengan menggunakan bahan-bahan alami, seperti dari kulit pohon mahoni, kilit pohon duwet, kulit pohon secang, dan kulit pohon tangi. Dari kulit pohon-pohon tersebut diperoleh berbagai warna, antara lain cokelat, violet, merah hati, kuning dan gambir. Bahkan warna-warna alami tersebut dapat dikombinasikan untuk memperoleh efek warna baru, sehingga akan mendapatkan banyak pilihan warna.

Gambar 2.4 Batik Remukan (Khas Batik Bayat) (Sumber : Hasil Observasi di Batik Sekar Mawar, 2014)

Batik pada gambar diatas disebut batik remukan karena proses pembuatan batik ini telah di modifikasi, yaitu dengan memecahkan malam pada pola batik yang telah kering, sehingga pada proses pencelupan warnanya meresap pada retakan malam yang telah berbentuk.


(41)

Gambar 2.5 Batik Latar Putih (Khas Batik Bayat). Batik latar putih merupakan batik yang warna dasarannya batik yaitu warna putih.

(Sumber : Hasil Observasi di Unik Batik, 2014)

Gambar 2.6 Proses Pembuatan Batik Kambil secukil atau kopi pecah (Khas Batik Bayat)

(Sumber : Hasil Observasi di Batik Purwanti, 2014)

Gambar 2.7 Hasil Jadi dari Kambil secukil atau kopi pecah (Khas Batik Bayat) (Sumber : Hasil Observasi di Batik Purwanti, 2014)


(42)

Batik kambil secukil atau kopi pecah ini biasanya dibuat langsung pada kemeja, blus, sajadah, bantal kursi dan lain-lainnya, kain tersebut masih polos yang akan dibatik, dengan menggunakan dua kuas dan malam yang sudah cair lalu motif yang sudah dibentuk ditutup dan kedua kuas diberi malam yang sudah cair dan digesek-gesekan dua kuas tersebut (seperti gambar diatas).

Gambar 2.8 Batik tulis Bayat motif di ambil dari Pohon Kalpataru dan Kinara-Kinari yang ditemukan di Kompleks Candi Lara Jonggrang, Prambanan.

(Sumber : Hasil Observasi di Sri Endah Batik, 2014)

2.3.4 Macam-macam batik

Murtihadi (1979:27), berpendapat bahwa batik digolongkan menjadi tiga macam, yaitu : batik tradisional, batik modern dan batik kontemporer.

2.3.4.1 Batik tradisional

Batik tardisional yaitu batik yang corak dan gaya motifnya terikat oleh aturan-aturan tertentu dan dengan isen-isen tertentu pula tidak mengalami perkembangan atau biasa dikatakan sudah pakem.


(43)

2.3.4.2 Batik modern

Batik modern yaitu batik yang motif dan gayanya seperti batik tradisional, tetapi dalam penentuan motif dan ornamennya tidak terikat pada ikatan-ikatan tertentu

2.3.4.3 Batik kontemporer

Batik Kontemporer yaitu batik yang dibuat oleh seseorang secara spontan tanpaenggunakan pola, tanpa ikatan atau bebas dan merupakan penuangan ide yang ada dalam pikirannya. Sifatnya tertuju pada seni lukis.

2.3.5 Macam-macam teknik membatik

Rina Pandan Sari (2013:30) mengemukakan bahwa macam-macam teknik membatik ada 3 yaitu : batik tulis, batik cap dan batik printing.

2.3.5.1 Batik tulis

Batik tulis merupakan batik yang eksklusif karena merupakan produk handmade dan proses pembuatannya panjang sehingga memakan waktu lama. 2.3.5.2 Batik cap

Batik cap adalah batik yang proses pembatikannya menggunakan canting cap, umumya canting cap berukuran sekitar 20 x 20 cm.

2.3.5.3 Batik printing

Batik printing atau batik sablon adalah jenis batik yang teknik pembuatannya melalui proses sablon manual atau printing dengan mesin pabrik.

2.3.6 Susunan Motif Batik

Rina Pandan Sari (2013:26), Pola Batik merupakan susunan dari beberapa unsur sehingga menjadi satu kesatuan yang baru. Pola batik tradisional biasanya


(44)

terdiri atas tiga unsur pokok, yaitu motif pokok, motif pengisi bidang dan motif isen.

2.3.6.1Motif pokok

Motif pokok merupakan unsure pokok dalam motif batik, yaitu berupa gambar dengan bentuk tertentu yang berukuran cukup besar atau dominan dalam sebuah pola. Ornamen ini disebut juga ornamen pokok. Contoh ornamen pokok adalah meru, pohon hayat, tumbuhan, garuda, burung, candi atau perahu (bangunan), lidah api, naga, binatang, dan kupu-kupu.

2.3.6.2Motif pengisi bidang atau motif pendukung

Motif pengisi bidang adalah motif di luar motif pokok yang mengisi bidang secara keseluruhan. Motif pengisi bidang bentuknya lebih kecil dari pada motif pokok. Ornamen ini digunakan sebagai pengisi bidang untuk memperindah motif secara keseluruhan.Selain berukuran lebih kecil, ornamen ini juga berbentuk lebih sederhana dibanding ornamen pokok. Contoh ornamen pengisi bidang adalah ornamen berbentuk burung, kuncup, sayap, dan daun.

2.3.6.3Motif isen

Motif isen adalah motif yang berfungsi untuk mengisi atau melengkapi motif pokok. Motif isen biasanya berbentuk garis-garis dan titik-titik.

2.3.7 Peralatan dan bahan membatik

Rina Pandan Sari (2013:42),membagi macam-macam alat dan bahan untuk membatik ada 12 yaitu : gawangan, bandul, wajan, kompor, taplak, saringan malam, dingklik, canting, lilin malam, kain dan pewarna batik.


(45)

2.3.7.1 Gawangan

Gawangan adalah perkakas untuk meletakkan dan membentangkan kain mori saat dibatik. Gawangan dapat dibuat dari kayu atau bambu. Gawangan harus mudah dipindah, kuat, dan ringan.

Gambar 2.9 Gawangan

(Sumber : http://kantongseni.blogspot.com/2011/05/alat-alat-untuk-membatik.html)

2.3.7.2 Bandul

Bandul berfungsi untuk menahan kain mori agar tidak bergeser saat dibatik. Bandul dapat dibuat dari timah, kayu, atau batu yang diletakkan di dalam suatu kantong.

Gambar 2.10 Bandul

(Sumber : http://kantongseni.blogspot.com/2011/05/alat-alat-untuk-membatik.html)

2.3.7.3 Wajan

Wajan merupakan perkakas yang digunakan bersama kompor untuk mencairkan lilin malam. Wajan bias terbuat dari logam baja atau tanah liat. Wajan


(46)

sebaiknya dipilih yang bertangkai supaya mudah diangkat dan diturunkan dari perapian.

Gambar 2.11 Wajan

(Sumber : http://kantongseni.blogspot.com/2011/05/alat-alat-untuk-membatik.html)

2.3.7.4 Kompor

Kompor digunakan untuk memanaskan lilin malam di wajan supaya mencair. Ukuran kompor disesuaikan dengan ukuran wajan.

Gambar 2.12 Kompor

(Sumber : http://kantongseni.blogspot.com/2011/05/alat-alat-untuk-membatik.html)

2.3.7.5 Taplak

Taplak merupakan selembar kain. Taplak digunakan untuk menutup paha pembatik supaya tidak terkena tetesan lilin malam panas saat membatik. Taplak yang digunakan disini biasanya merupakan kain berkas atau kain perca.


(47)

Gambar 2.13 Taplak

(Sumber : http://kantongseni.blogspot.com/2011/05/alat-alat-untuk-membatik.html)

2.3.7.6 Saringan malam

Saringan digunakan untuk menyaring lilin malam panas yang banyak kotorannya. Dengan disaring, kotoran pada lilin malam dapat dibuang sehingga tidak menyumbat lubang pada canting saat dipergunakan untuk membatik.

Gambar 2.14 Saringan malam

(Sumber : http://kantongseni.blogspot.com/2011/05/alat-alat-untuk-membatik.html)

2.3.7.7 Dingklik

Dingklik merupakan bangku kecil dengan kaki yang pendek. Dingklik merupakan tempat duduk pembatik akan lebih nyaman sehingga tidak cepet capek, tapi pembatik dapat juga duduk di atas tikar.


(48)

Gambar 2.15 Dingklik

(Sumber : http://kantongseni.blogspot.com/2011/05/alat-alat-untuk-membatik.html)

2.3.7.8 Canting

Canting adalah alat pokok untuk membatik. Canting dipergunakan untuk melukiskan lilin malam pada kain dalam proses membuat motif batik.

Gambar 2.16 Canting

(Sumber : http://kantongseni.blogspot.com/2011/05/alat-alat-untuk-membatik.html)

2.3.7.9 Lilin malam

Lilin malam merupakan bahan perintang dalam seni batik. Yang dimaksud perintang yaitu menghalangi agar pewarna tidak mengenai kain yang dilapisi lilin malam.


(49)

Gambar 2.17 Lilin malam

(Sumber : http://kantongseni.blogspot.com/2011/05/alat-alat-untuk-membatik.html)

2.3.7.10 Kain

Kain merupakan komponen terpenting untuk melukiskan motif batik. Kain untuk membatik umumnya merupakan kain dari serat alam seperti kain kapas dan sutra. Kain dari serap alam memiliki daya serap yang baik terhadap lilin malam, pewarna, dan suhu panas. Jenis kain yang digunakan untuk membatik antara lain, yaitu :

2.3.7.11 Pewarna Batik

Ada dua jenis warna yang dapat digunakan untuk membatik, yaitu pewarna dari bahan alami dan pewarna sintetis.


(50)

37

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1

Metode Penelitian

Penelitian adalah suatu metode studi yang dilakukan seseorang melalui penyelidikan yang hati-hati dan sempurna terhadap suatu masalah, sehingga diperoleh masalah pemecahan yang tepat terhadap masalah tersebut (Syofian Siregar, 2012: 7). Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data dalam penelitian (Suharsimi Arikunto, 2006: 126). Dalam penelitian ini, penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif.

3.2

Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Suharsimi Arikunto, 2010:161). Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2013: 60). Variabel dalam penelitian ini merupakan variabel tunggal yaitu peranan perajin batik dan sub variabel yaitu peranan produksi, peranan promosi dan peranan pemasaran dan memiliki indikator sebagai berikut :


(51)

Tabel 3.1 Variabel Penelitian

Variabel Sub Variabel Indikator

Peranan perajin batik Peranan produksi Sejarah batik bayat

Alat dan bahan baku Gaya dan bentuk batik Proses produksi Kapasitas produksi Tenaga kerja Workshop

Peranan promosi Promosi penjualan

Showroom

Peranan pemasaran Wilayah pemasaran

Teknik pemasaran

Sumber : Landasan Teori

3.3

Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Suharsimi Arikunto, 2010:173). 2010: 173). Syofian Siregar (2012:56), Populasi penelitian merupakan keseluruhan (universum) dari objek penelitian yang dapat berupa manusia, sikap hidup, dan sebagainya, sehingga objek-objek ini dapat menjadi sumber data penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah semua perajin batik Bayat yang ada di desa Jarum yang berjumlah 25 perajin batik.

3.3.2 Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti (Suharsimi Arikunto, 2010:174). Cara menentukan besarnya sampel adalah bila subyeknya kurang dari 100 orang lebih baik diambil semua dan jika subyeknya besar atau lebih dari 100 orang dapat diambil 10-15% atau 20-25%. Sesuai dengan


(52)

pernyataan tersebut teknik pengambilan sampling penelitian ini dengan cara total sampling karena subyek pada penelitian ini kurang dari 100.

Sampel dalam penelitian ini adalah pengusaha industri batik bayat di desa Jarum diperoleh 25 orang pengusaha industri batik (lampiran 16, halaman 137).

3.4

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket, dokumentasi, dan observasi yang dipaparkan dalam penjelasan berikut.

3.4.1 Angket atau Kuesioner

Kuesioner merupakan sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang diketahui (Suharsimi Arikunto, 2010:194).Bentuk angket yang dipakai dalam penelitian ini adalah angket tertutup, yakni angket yang sudah disediakan jawaban, responden tinggal memilih salah satu alternatif jawaban yang telah disediakan, angket atau kuesioner ini merupakan metode utama dalam penelitian ini berfungsi untuk mengungkap peranan perajin dalam melestarikan batik bayat, meliputi peranan produksi, peranan promosi dan peranan pemasaran.

Angket dalam penelitian ini memuat 39 butir item tersebut dibagikan kepada responden. Setiap subyek memilih salah satu dari empat jawaban alternatif yang telah tersedia sesuai dengan keadaan mereka masing-masing. Adapun skor 4 = kriteria sangat baik, 3 = kriteria baik, 2 = kriteria cukup baik, dan 1 = kriteria kurang baik. Dengan demikian skor minimum (terendah) 39x1 = 39, dan skor maksimal (tertinggi) 39x4 = 156, berarti perajin batik mempunyai skor antara 39 sampai 156 dalam bentuk data kuantitatif.


(53)

3.4.2 Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data yang bersumber pada tulisan (Suharsimi Arikunto, 2010:201). Metode dokumentasi pada penelitian digunakan sebagai pelengkap angket untuk mengetahui gambaran masyarakat industri batik didesa Jarum. Data diperoleh dari Kelurahan Jarum, yaitu data pengusaha industri batik, gambar proses produksi batik, gambar showroom batik dan foto dokumentasi penelitian.

3.4.3 Observasi

Observasi yaitu pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra (Suharsimi Arikunto, 2010:199). Observasi dalam penelitian ini dilakukan secara langsung dengan penuh ketelitian, kecermatan serta hati-hati terhadap mengamati proses produksi batik. Bertujuan untuk mengetahui apakah batik yang dibuat sesuai dengan ciri khas motif dan warna batik bayat. Berikut ini ditampilkan tabel berisi pedoman observasi.

3.5

Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang dapat digunakan untuk memperoleh, mengolah, dan menginterprestasikan informasi yang diperoleh dari para responden yang dilakukan dengan menggunakan pola ukur yang sama (Syofian Siregar, 2012: 75). Langkah-langkah penyusunan instrumen dalam penelitian adalah berdasarkan landasan teori yang digunakan untuk menyusun instrumen yang mengacu pada ruang lingkup tentang peranan perajin dalam


(54)

melestarikan batik Bayat di desa Jarum Kabupaten Klaten. Untuk lebih jelasnya dapat dijelaskan dalam table sebagai berikut:

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Penelitian

Variabel Sub variabel Indikator No Item Jumlah

Peranan masyarakat industri batik (pengusaha batik bayat) Peranan produksi

Sejarah batik bayat Alat dan bahan baku Gaya dan bentuk batik Proses produksi Kapasitas produksi Tenaga kerja Workshop 1-3 4-5 6-10 11-14 15-17 18-21 22-23 3 2 5 4 3 4 2 Peranan promosi Promosi penjualan Showroom 24-28 29-31 5 3 Peranan pemasaran Wilayah pemasaran Teknik pemasaran 32-34 35-39 3 5

Jumlah 39

Sumber : Landasan Teori

3.6

Uji Instrumen Penelitian

Uji instrumen merupakan suatu yang mempunyai kedudukan paling penting dalam penelitian ini. Benar tidaknya suatu data sangat menentukan mutu hasil penelitian. Benar tidaknya suatu data, tergantung dari baik tidaknya instrumen pengumpulan data. Data merupakan penggambaran variabel yang diteliti dan sebagai alat pembuktian (Suharsimi Arikunto, 2010:164). Instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan yaitu valid dan reliabel. Populasi uji coba instrumen dalam penelitian in adalah di luar desa Jarum, berada di desa Banaran berjumlah 10 pengusaha.


(55)

3.7

Validitas dan Reliabilitas

3.7.1 Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen (Suharsimi Arikunto,2010:211). Untuk memperoleh validitas logis dalam penyusunan intrumen bertindak hati-hati dengan mengikuti langkah-langkah penyusunan instrumen, yaitu memecah indikator menjadi sub indikator baru memasukkan dibutir-butir pertanyaan sehingga menurut logika dicapai suatu validitas yang dikehendaki.

Dalam penelitian ini, untuk mengukur validitas alat pengumpulan data menggunakan metode analisis butir soal dan rumus korelasi product moment sebagai berikut:

r

xy

=

 

   } ) ( }{ ) (

{N X2 X 2 N Y2 Y 2

Y X XY

N

Dimana :

rxy : Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel yang

dikorelasikan

N : Jumlah subyek/siswa yang diteliti ∑ X : Jumlah skor tiap butir soal

∑ Y : Jumlah skor total ∑ X2

: Jumlah kuadrat skor butir soal ∑ Y2

: Jumlah kuadrat skor total

Cara untuk menentukan valid tidaknya instrumen adalah dengan cara mengkonsultasikan hasil perhitungan koefisiensi korelasi dengan tabel nilai koefisiensi korelasi dengan tabel nilai koefisiensi korelasi r pada taraf signifikan


(56)

5% atau taraf kepercayaan 95%. Apabila r hitung > r tabel berarti instrumen tersebut

dapat dikatakan valid dan dapat digunakan sebagai alat pengumpul data sebaliknya bila r hitung < r tabel berarti instrumen tidak valid. Hasil perhitungan

validitas instrumen diperoleh r hitung > r tabel untuk N = 10, r hitung menghasilkan

angka 0.75 sedangkan r tabel 0.632 maka instrumen tersebut sudah layak untuk

mengambil data. Dari hasil uji coba instrumen yang berjumlah 46 butir soal setelah dianalisis menghasilkan 39 butir soal valid dan 7 butir soal tidak valid.

3.7.2 Reliabilitas

Reliabilitas menunjukkan pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen itu sudah baik (Suharsimi Arikunto,2010:221). Instrumen dikatakan reliabel apabila alat tersebut sudah baik. Merupakan ketetapan atau kondisikonsisten artinya jika alat tersebut dikenakan pada obyek yang sama pada waktu yang berbeda hasilnya akan relatif sama atau tetap.

Pada penelitian ini pengujian reliabilitas dilakukan dengan menganalisis konsistensi butir-butir yang ada pada instrumen dengan teknik statistik. Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan rumus Alpha (Suharsimi Arikunto, 2010:221) digunakan untuk menguji reliabilitas instrument yang skala pengukurannya berupa skala bertingkat atau skornya merupakan rentangan antara beberapa nilai. Adapun rumus Alpha yang digunakan untuk mengukur tingkat reliabilitas dalam penelitian ini adalah :

 

      

2

2 11 1 1 t b k k r


(57)

Keterangan:

r11 = reliabilitas instrumen

k = banyaknya pertanyaan atau banyaknya soal

2

b

= jumlah varian butir

2

t

= varian total

Selanjutnya �11diperoleh untuk masing-masing soal dikonsultasikan dengan nilai

rtabeluntuk taraf signifikan 5 %. Jika harga �11>rtabel maka item instrumen dapat

dikatakan reliabel. Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha > rtabel. Sebaliknya jika r11 lebih kecil dari rtabel maka instrumen

tersebut tidak reliabel.

Dari hasil uji coba instrumen setelah dianalisis menghasilkan angka 0.973 setelah dikonsultasikan dengan nilai yang ada pada r tabel yaitu 0.632 sehingga

nilai koefisien hitung lebih besar dari nilai r tabel. Jadi angket tersebut dapat

digunakan sebagai alat pengumpulan data.

3.8

Analisis Data

Analisis data merupakan hal yang sangat penting dalam penelitian. Data yang telah diperoleh kemudian dianalisis, hasil analisis inilah yang dapat menjawab permasalahan dalam penelitian. Dalam penelitian ini menggunakan uji analisis deskriptif persentase.

3.8.1 Uji Analisis Diskriptif Persentase

Metode analisis data dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif persentase (DP). Analisis deskriptif persentase digunakan untuk menggambarkan suatu keadaan atau fenomena (Suharsimi Arikunto 2006:239). Analisis deskriptif


(58)

persentase digunakan untuk mengetahui seberapa besar peranan perajin dalam melestarikan batik Bayat di desa Jarum. Adapun tahapan dalam analisis deskriptif ini adalah :

1) Menentukan skor jawaban skala kesiapan dengan ketentuan untuk setiap item terdapat option yang masing-masing option mempunyai nilai yang berbeda yaitu 1, 2, 3, dan 4.

2) Menjumlahkan setiap skor yang diperoleh responden dalam setiap variabel dan dalam setiap indikator yang ada dalam instrument. 3) Menentukan skor tertinggi/maksimal yang diperoleh responden. 4) Menentukan skor terendah/minimal yang diperoleh oleh responden. 5) Menentukan range dari setiap kriteria dengan cara :

skor tertinggi – skor terendah : jumlah kelas kriteria

6) Setelah diketahui skor pada masing-masing kelas/kategori, maka langkah selanjutnya adalah jumlah total skor diperoleh masing-masing responden dibagi dengan jumlah skor seluruhnya.

7) Langkah terakhir adalah memasukkan skor hitung yang diperoleh kedalam kelas / kategori yang telah tersedia (Suharsimi Arikunto, 2006:239).

Analisis diskriptif persentase ini menggambarkan rumus sebagai berikut : % = �

� x 100

Keterangan :

% = Persentase soal yang diperoleh n = Jumlah skor yang diberi N = Jumlah skor maksimum (Muhammad Ali, 1998 : 184)

Setelah data deskriptif persentase yang berupa data statistik telah diketahui kemudian menggolongkan atau mengklasifikasikan hasil yang ada ke dalam kriteria yang telah ditentukan. Menentukan interval nilai persentase yang akan digunakan sebagai dasar mengklasifikasikan hasil perhitungan persentase. Cara yang dilakukan adalah sebagai berikut (Muhammad Ali, 1998 : 184).


(59)

1)Menentukan skor persentase tertinggi dan terendah 100% x terendah nilai Bobot tertinggi nilai Bobot Tertinggi

Skor 

x 100% 100% 4 4   100% x terbesar nilai Bobot terendah nilai Bobot Terendah

Skor 

25% 100% x 4 1  2)Menentukan interval nilai

i Klasifikas Banyaknya Terendah Skor -Tertinggi Skor Nilai Interval  19 18,75 4 25 -100   

3)Menyusun klasifikasi tingkat presentase

Dengan panjang interval 19 dibuat interval kriteria sebagaimana terlihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 3.3 Interval Nilai dan Kategorinya Kelas Interval Kategori

81 – 100 61 – 80 41 – 60 21 – 40

Sangat tinggi Tinggi Rendah Sangat Rendah (Muhammad Ali, 1998 : 184)


(60)

65

BAB 5

SIMPULAN DAN SARAN

5.1

Simpulan

Sesuai dengan hasil penelitian dan pembahasan yang ada di bab 4 maka dapat disimpulkan bahwa :

5.1.1 Peranan perajin dalam melestarikan batik Bayat di Desa Jarum Kabupaten Klaten adalah peranan produksi, peranan promosi, dan peranan pemasaran.

5.1.2 Besarnya Peranan perajin dalam melestarikan batik Bayat di Desa Jarum Kabupaten Klaten yaitu mendapatkan persentase 71.33% termasuk dalam kategori tinggi.

5.2

Saran

Sesuai dengan hasil penelitian tersebut di atas, maka dalam penelitian ini disarankan beberapa hal sebagai berikut :

5.2.1 Bagi para pengrajin batik Bayat dan pemerintah hendaknya bekerja sama untuk membangun kawasan berikat di Klaten sebagai suatu kawasan yang membuka peluang dan kemudahan bagi usaha-usaha yang memerlukan alat dan bahan baku terutama alat dan bahan baku batik, jadi para pengrajin batik kalau membeli alat dan bahan baku batik tidak jauh dan tidak diluar wilayah industri yaitu di Solo, Yogyakarta dan Pekalongan.

5.2.2 Bagi para pengrajin batik Bayat hendaknya lebih meningkatkan lagi dalam promosi penjualan batik dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi, yaitu


(61)

melalui internet seperti facebook, blog dan lain-lain karena internet dapat diakses didalam maupun diluar negeri. Sehingga dapat meningkatkan omzet penjualan. 5.2.3 Bagi para pengrajin batik Bayat hendaknya lebih meningkatkan wilayah

pemasaran batik dengan memperluas wilayah pemasaran batik yaitu luar kota, luar provinsi sampai ke luar negeri, sehingga batik Bayat dapat dikenal oleh masyarakat luas dan batik Bayat dapat bersaing dengan batik dari daerah-daerah lain.


(62)

67

DAFTAR PUSTAKA

Ari Wulandari. 2011. Batik Nusantara Makna Filosofis, Cara Pembuatan dan Industri Batik.Yogyakarta : ANDI OFFSET.

Asti Musiman Dkk. 2011. Batik Warisan Adiluhung Nusantara. Yogyakarta : G-Media.

Basuswastha. 1998. Azas-azas Marketing. Yogyakarta : Liberty.

Darwin Bangun. 1989. Manajemen Perusahaan. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.

Dendy Sugono. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta : Pusat Bahasa.

Depperindagkop dan UMKM Kabupaten Klaten. 2014. Pemberdayaan Depperindagkop dan UMKM Kabupaten Klaten. Tersedia di http://www.pajak.go.id/content/news/workshop-pemberdayaan-umkm-di-klaten (diakses 20/05/2014)

Gambar Alat-alat Membatik. Tersedia di

http://kantongseni.blogspot.com/2011/05/alat-alat-untuk-membatik.html (diakses 07/4/2014)

Ismadi. 2008. Batik Bayat Klaten Tinjauan Sejarah, Bentuk dan Gaya. Yogyakarta : Pendidikan Seni Rupa FBS UNY.

Jocobus Ranjabar. 2006. Melestarikan Budaya. Tersedia di http://larantuka.com/blog/melestarikan-kebudayaan-lokal.html

(diakses 20/05/2014)

Kube Batik Sekar Kedaton. Mentranslasikan Cinta Budaya Melalui Belajar Batik Melestarikan Budaya. Tersedia di

http://larantuka.com/blog/melestarikan-kebudayaan-lokal.html (diakses 20/05/2014)

Muhammad Ali. 1985. Penelitian Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.

Murtihadi Mukminatun. 1979. Pengetahuan Teknik Batik. Jakarta : Depdikbud. Rina Pandan Sari. 2013. Ketrampilan Membatik Untuk Anak. Surakarta :

ARCITA.

Rina Rachmawati. 2009. Kewirausahaan Paparan Perkuliahan Mahasiswa. Semarang : UNNES.


(63)

Singgih Wibowo. Dkk. 1994. Petunjuk Mendirikan Usaha Kecil. Jakarta : Penebar Swadaya.

Soerjono Soekanto. 2007. Sosiolosi Suatu Pengantar. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Sugiyono. 2013. MetodePenelitianPendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Suharsimi Arikunto.2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

________________. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

Surayin. 2001. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Bandung : Yrama Widya. Syarif Nurhidayat. 2010. Sejarah Batik Indonesia. Yogyakarta : G-Media.

Syofian Siregar. 2013. Statistik Parametrik Untuk Penelitian Kuantitatif. Jakarta : PT Bumi Aksara.


(64)

(65)

(66)

70

KISI-KISI INSTRUMEN ANGKET

PERANAN PERAJIN DALAM MELESTARIKAN BATIK BAYAT

DI

DESA JARUM KABUPATEN KLATEN”

Indikator Sub Indikator Item Soal Skor Nilai

Peranan produksi

- Sejarah batik bayat

1. Keberadaan batik Bayat ini sudah ada sejak zaman dahulu, hal apa yang melatar belakangi para pengusaha industri batik Bayat berdiri ?

a. Adanya turun-temurun dari nenek moyang kepada pemilik usaha industri batik untuk menekuni usaha tersebut dengan tujuan untuk melestarikan batik Bayat b. Untuk mencari pendapatan keuangan

c. Untuk kepentingan pribadi

d. Hanya sebagai usaha sampingan saja

2. Dalam memproduksi batik, jenis batik apa yang sering saudara produksi ?

a. Memproduksi batik tradisional dan batik modern dengan motif ciri khas bayat b. Memproduksi batik tradisional dan batik modern dengan motif ciri khas bayat dan

motif campuran dari daerah lain

c. Memproduksi batik tradisional dan batik modern dengan motif campuran dari daerah lain

a = 4

b = 3 c = 2 d = 1

a = 4 b = 3

c = 2

L

ampi

ra

n


(67)

71

d. Hanya memproduksi batik modern saja dengan motif campuran dari daerah lain 3. Untuk melestarikan batik Bayat apa yang saudara lakukan ?

a. Memproduksi, menjaga dan mempertahankan keberadaan dan keaslian dari ciri khas motif batik tulis Bayat dan warna alami dari batik Bayat

b. Memproduksi, menjaga dan mempertahankan keberadaan dan keaslian batik khas bayat dengan motif ciri khas bayat dan motif serta warna batik campuran dari daerah lain

c. Memproduksi, menjaga dan mempertahankan keberadaan dan keaslian batik bayat dengan motif campuran dari daerah lain

d. Memproduksi batik bayat dengan motif campuran dari daerah lain dan tidak menjaga kualitas dari batik bayat

d = 1

a = 4

b = 3

c = 2

d = 1

- Alat dan

bahan baku

4. Jenis kain apa saja yang saudara gunakan dalam membuat batik Bayat ? a. Kain mori, kain sutra ATBM, dan kain sutra polos

b. Kain satin dan kain katun c. Kain sifon dan kain brokat d. Kain kaca

5. Sebutkan macam-macam pewarna alam apa saja yang saudara gunakan untuk mewarnai batik khas bayat?

a = 4 b = 3 c = 2 d = 1


(68)

72

a. Kayu tingi, daun talok, kayu secang, daun jati, kayu mahoni, dan daun mangga b. Kayu secang dan daun talok

c. Daun jati dan rapid d. Naphtol

a = 4 b = 3 c = 2 d = 1 - Gaya dan

bentuk batik

6. Sebutkan ciri khas motif dari batik Bayat yang saudara ketahui ? a. Motif Latar putih, kambil secukil atau kopi pecah dan remukan b. Motif Latar putih dan remukan

c. Motif candi lara jonggrang atau prambanan d. Motif sidomukti

7. Kelebihan apa yang dimiliki dari produk batik bayat ?

a. Warna batik menggunakan warna natural atau warna alami khas batik bayat b. Warna batik menggunakan warna sintetis dan warna alami khas batik bayat c. Warna batik menggunakan warna natural dari batik khas daerah lain d. Menggunakan zat warna kimia yang tidak berkualitas untuk bahan

8. Dari bahan-bahan pewarna alami dari kulit pohon tersebut diperoleh berbagai macam warna, sebutkan warna apa saja yang saudara ketahui ?

a. Warna cokelat, violet, merah hati, kuning dan gambir b. Warna cokelat dan kuning

c. Warna violet

a = 4 b = 3 c = 2 d = 1

a = 4 b = 3 c = 2 d = 1

a = 4 b = 3 c = 2


(69)

73

d. Warna biru muda

9. Dalam memproduksi batik untuk memilih motif batik, motif apa yang saudara pilih ? a. Motif dibuat sesuai dengan ciri khas batik Bayat

b. Motif dibuat sesuai dengan trend c. Sesuai dengan keinginan pembeli d. Motif yang umum dipasaran

10.Warna apa yang saudara ketahui yang menjadi karakter atau gaya dari batik Bayat ? a. Coklat tua dan hitam

b. Hitam

c. Coklat tua dan violet d. Merah hati

d = 1

a = 4 b = 3 c = 2 d = 1

a = 4 b = 3 c = 2 d = 1

- Proses produksi

11.Proses membatik adalah rangkaian aktifitas yang dilakukan dalam membuat batik, mulai dari menyiapkan kain polos sampai menjadi kain batik yang siap digunakan sesuai keperluan. Langkah proses membatik apa saja yang saudara lakukan dalam membuat batik ?

a. Proses persiapan, proses pembatikan, proses pewarnaan dan proses penghilangan lilin

b. Proses persiapan, dan proses pembatikan

a = 4


(70)

74

c. Proses pembatikan, proses pewarnaan dan proses penghilangan lilin d. Proses pembatikan dan proses penghilangan lilin

12.Sebutkan proses persiapan membatik apa saja yang saudara lakukan dalam membuat batik?

a. Memotong kain, pencucian kain, pengetelan kain, penganjian kain dan pengemplongan kain

b. Memotong kain, pencucian kain dan pengetelan kain c. Pencucian kain, pengetelan kain dan penganjian kain d. Memotong kain, pencucian kain

13.Membatik kerangka, ngisen-iseni, nerusi, nembok dan bliriki, menurut saudara tahap tersebut merupakan proses apa ?

a. Proses pembatikan b. Proses persiapan c. Proses pewarnaan

d. Proses penghilangan lilin

14.Sebutkan proses penghilangan lilin apa saja yang saudara lakukan dalam membuat batik?

a. Kain dimasukan dalam bak air, kemudian dimasukan dalam air mendidih dengan ditambahkan obat pembantu, diangkat serta di cuci sampai bersih, dan di jemur

c = 2 d = 1

a = 4

b = 3 c = 2 d = 1

a = 4 b = 3 c = 2 d = 1


(1)

126

DATA PERAJIN BATIK DI DESA JARUM

KECAMATAN BAYAT KABUPATEN KLATEN

No. Nama Perajin Nama Perajin Tingkat Pendidikan Tahun Berdiri Produk

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.

Batik Handy Craft Adhimas Bima Sena Batik

Cavin Batik Jino Batik Zahira Batik Marcy Batik Gatot Kaca Batik Sri Endah Batik Danang Batik Edi Batik Batik Harsiyem Batik Sihdi Batik Suhardjo Suyanto Sularto Miyono Sajino Giyatno Hardi Trimanto Hardiyo Sri Endah Sugiyarto Edi Suryanto Harsiyem Sihdi Mulyono Suhardjo SMA SMA SMA SMA SMA SMA SMA SMA SMA SMA SMP SMA SMA 1994 1998 2000 1995 2000 1998 2001 2000 2012 2011 2004 2002 2006 Batik tulis Batik tulis Batik tulis Batik tulis Batik tulis Batik tulis Batik tulis

Batik tulis, cap dan colet Batik tulis dan cap Batik tulis, cap dan colet Batik tulis Batik tulis Batik tulis ampi ra n 15


(2)

127 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. Batik Indarto Batik Unik Batik Natural Batik Putri Kawung Nardho Batik Sekar Mawar Batik Purwanti Batik Suparman Ellsa Batik Batik Darji Batik Maritsa Umi Batik Indarto Suroto Sarwidi Suratmi Rudi Susanto Sarina, SE. Purwanti Suparman Suhada Sudarji Hj. Suratmi Umiyanti SMA SD SD SMA SMA Sarjana S1 SMA SMP SMA SMA SMA SMP 2001 1991 2006 2012 1994 1997 1968 2011 2001 2005 2009 2000 Batik tulis

Batik tulis, cap dan colet Batik tulis, cap dan colet Batik tulis, dan cap Batik tulis, cap dan colet Batik tulis, cap dan colet Batik tulis, cap dan colet Batik tulis dan cap Batik tulis, cap dan colet Batik tulis

Batik tulis Batik tulis


(3)

67 Lampiran 16


(4)

129


(5)

(6)

131