21
2.3.2.3 Metode pembelajaran
Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan
praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.
23
K.O Gangel memahami metode mengajar dari jenis dan bentuk komunikasi interaksi guru dengan peserta didiknya.
1. Metode yang hanya menekakan komunikasi satu arah, yaitu dari pihak guru
kepada peserta didiknya. Metode yang termasuk ke dalamnya ialah ceramah, kuliah, cerita, demonstrasi, dan metode audio visual video, poster,dll.
2. Metode yang menekankan komunikasi dua arah, yaitu terjadinya relasi dan
interaksi dialog antara pengajar dan anak serta anak dan teman-temannya. Metode yang termasuk dapat menciptakan relasi dan interaksi dialog itu
diantaranya kelompok kecil, diskusi panel, drama, permainan, bermain peran,dll.
24
Robert J. Choun berpendapat bahwa pemilihan metode mengajar yang “tepat”
itu salah satunya ditentukan oleh tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik. Berapakah usia peserta didik yang diajar pengajar? Bagaimana perkembangan kognitif
dan spritual mereka? Dalam segi apakah guru mengharapkan peserta didik mengalami perubahan?
25
Berkaitan dengan Pendidikan Kristen, Gangel memperkenalkan 23 jenis metode yang dapat diterapkan guru dalam mengelola kegiatan belajar: kuliah, ceramah,
bermain peran, penelitian Alkitab, diskusi dan tanya jawab, diskusi kelompok kecil, diskusi panel, debat, simposium, penemuan, proyek, permainan, studi lapangan,
23
Trianto,Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik,Jakarta:PT Prestasi Pustakaraya,2009,132- 133.
24
Gangel, K.O H.G Hendrik, The Chritian Educator Handbook on Teaching, San Fransisco: Viktor Book, 1988, 25.
25
B. S Sidjabat, Mengajar Secara Profesional mewujudkan visi guru Profesional, Bandung: Yayasan Kalam Hidup,1993,209.
22
menghafalkan, riset dan laporan, musik, pekerjaan tangan, wawancara, studi kasus, drama, tulisan kecil, tugas, Ujian.
26
Sehubungan dengan metode pembelajaran, ada sekitar enam belas model mengajar yang diselidiki, dipelajari dan diusulkan oleh Bruce
Joyce dan Marsha Weil dalam sebuah karya tulis mereka yang terkenal ”Models of Teaching”. Akan tetapi ke enam belas model tersebut dikelompokkan dalam empat
rumpun saja, yaitu : i.
Information Models Model Pemprosesan Informasi Fokus perhatian rumpun ini adalah aktivitas pengembangan keterampilan dan
isi pembelajaran yang akan disampaikan kepada naradidik.
27
Pengajar yang memilih model ini setidak-tidaknya mengharapkan peningkatan pengetahuan pemahaman akan
materi yang disampaikan. Metode-metode yang dapat digunakan : a
Metode ceramah
28
Model ini yang seringkali dipakai di SM Sekolah Minggu dalam proses pembelajaran. Pendidik yang berbicara, sedangkan naradidik diam, dan
mendengarkan saja. Metode ini dapat diterapkan pada sekumpulan orang dalam jumlah yang besar. Metode ini sangat efektif, jikalau pengajar mempunyai bakat
membawakan pokok pengajaran dengan suara nyaring dan dengan bahasa yang menarik.
b Metode penggunaan gambar, lambang-lambang, audio visual
29
Alat bantu ini dibutuhkan untuk membentuk anak mengerti dan menghayati masuk ke dalam kisah yang dibawakan oleh pengajar. Tidak hanya
pemahaman kognitif melainkan afektif dapat dijangkau oleh alat bantu ini. c
Mendogeng dengan Memesona
30
26
B. Suryobroto, Metode pengajaran di Sekolah, Yogyakarta: Amarta, 1986, 52-52.
27
Dien Sumiyatiningsih, Mengajar dengan Kreatif Menarik, 76.
28
I. H. Enklaar , Pendidikan Agama Kristen,96.
29
Andar Ismail, Ajarlah Mereka Melakukan,Jakarta;GM,2003,136.
23
Mendongeng sebetulnya merupakan model yang tidak kalah pentingnya dibanding model-model lain karena model tersebut dapat diterapkan untuk
semua kategori umur. Model berceritamendongeng sudah merupakan bagian dari kebudayaan kita di Indonesia. Kakek, nenek, dan orang tua pada masa lalu
sering memakai dongeng untuk mengajar dengan berbagai tujuan. Metode yang amat sering digunakan dalam rangka pembinaan iman dalam Sekolah Minggu.
ii. Personal Models Model Pribadi
Model ini mengutamakan pengembangan kepribadian dan hubungan antar pribadi yang dihasilkan melalui aktivitas mengajar. Metode yang sesuai dengan model
ini adalah : a
Metode drama
31
Nara didik dapat dipersiapkan untuk melakukan beberapa peran sesuai dengan cerita yang akan dibawakan untuk dimainkan bersama-sama. Sehingga baik
penonton maupun nara didik yang memerankan peranannya dapat menghayati cerita yang dibawakan.
d Metode menghafal
32
Metode ini akan membuat naradidik mengulang apa saja yang disuruh pengajar. Cara ini tidak masuk ke dalam kepala dan akal mereka melainkan melekat saja
pada otaknya disebelah luar. Cara ini akan berfaedah untuk hal-hal yang menyangkut doa-doa, nats-nats penting dalam Alkitab, daftar kitab suci,
nyanyian Gereja, dan lain sebagainya.
30
Dien Sumiyatiningsih, Mengajar dengan Kreatif Menarik,Yogyakarta:ANDI,2006, 106-107.
31
Ruth S. Kadarmanto,Tuntunlah ke Jalan yang Benar,Jakarta: BPK GM,2003 ,92.
32
Ibid,99.
24
b Metode bermain
33
Masa kanak-kanak adalah masa yang penuh dengan keceriaan. Kecerian tersebut sangat nampak ketika mereka bermain. Permainan digunakan untuk
menciptakan suasana belajar dari pasif ke aktif, dari kaku menjadi gerak, dan dari jenuh menjadi riang. Metode ini diarahkan agar tujuan belajar dapat
dicapai secara efisien dan efektif dalam suasana gembiri meskipun membahas hal-hal yang sulit atau berat. Sebaiknya permainan digunakan bukan hanya
untuk mengisi waktu kosong atau sekedar permainan. Permainan sebaiknya dirancang menjadi suatu ”aksi” atau kejadian yang dialami sendiri oleh
perserta didik, kemudian diambil refleksi dalam kegiatan yang dilakukan. iii.
Interactive Models Model Interaksi Titik berat model ini adalah penggunaan energi kelompok dan proses interaksi
yang terjadi dalam kelompok. Individu dihadapkan kepada situasi yang cukup demokratis dan dapat bekerja lebih produktif dalam masyarakat.
34
a Metode percakapan atau diskusi
35
Cara ini cukup efektif. Pemimpin harus menjaga jangan sampai seorang saja yang berbicara, atau diskusi meruncing menjadi perdebatan yang sengit. Begitu pula para
naradidik jangan hanya merasa senang karena pertukaran pikiran, melainkan sungguh-sungguh mencoba mencapai kesimpulan bersama mengenai pokok yang
dirundingkan. Suasana percakapan seharusnya selaras dengan pertalian rohani yang menghubungkan anggota kelompok tersebut. Maksudnya bukan untuk mengalahkan
lawan dalam perdebatan melainkan supaya membina rohani masing-masing pribadi.
33
http:muhfida.compemilihan-dan-penentuan-strategi-pembelajaran kamis 27 Oktober 2011
pukul 23:15
34
M. D. Dahlan, Model – Model Mengajar,25.
35
I. H. Enklaar, 98.
25
b Metode tanya jawab
36
Metode mengajar yang memungkinkan terjadinya komunikasi langsung dengan peserta didik. Anak bertanya dan pengajar menjawab, dan sebaliknya sehingga ada
hubungan timbal balik secara langsung terjadi dikelas. Misalnya, mengenai tokoh Daud. Kita dapat bertanya siapakah Daud? Hikayatnya terdapat dimana? Bagaimana
keadaan Israel pada zaman itu? Dan seterusnya tentang riwayat hidup dan perjuangan Daud.
iv. Behavioral Models Model Perilaku
Model ini dibangun atas dasar teori yang umum, yaitu kerangka teori perilaku. Belajar tidak dipandang sebagai sesuatu menyeluruh, akan tetapi diuraikan dalam
langkah-langkah yang konkrit dan dapat diamati. Model ini mengutamakan perubahan perilaku yang spesifik, misalnya sikap-sikap dari tokoh-tokoh dalam Alkitab.
37
Model pembelajaran langsung Direct Instruction merupakan salah satu dari rumpun ini.
Gambar.2.1 Model Pembelajaran
36
Ibid,133.
37
Ibid,25.
26
2.4 Kecerdasan Majemuk