Pembinaan Anak Sekolah Minggu

13 Raikes menyakini bahwa dengan pendidikan akan mengubah keadaan tersebut. Groome yang mengacu kepada Lawrence Cremin mendefenisikan pendidikan sebagai: ”Usaha sadar, sistematis, dan berkesinambungan untuk mewariskan, membangkitkan atau memperoleh baik pengetahuan, sikap-sikap, nilai- nilai, keterampilan-keterampilan, atau kepekaan- kepekaan, maupun hasil apa pun dari usaha tersebut.” 6 Dengan demikian, pendidikan mengarah kepada manusia seutuhnya, dimana seseorang tidak hanya memperoleh pengetahuan saja tetapi juga memperoleh apa yang mereka butuhkan dalam menjalani kehidupannya, seperti bagaimana seharusnya berperilaku dan bersikap dalam masyarakat. Tidak tertutup kemungkinan bahwa pendidikan dapat juga mengarahkan manusia untuk memahami dan mengimani yang transenden. Pada dasarnya manusia mencari yang transenden, yang kita pahami sebagai sesuatu yang religius dalam kepercayaan atau agama. Hal ini disebabkan karena pada hakikatnya manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan. Usaha Raikes dalam memberikan pendidikan mendapat hasil yang cukup baik karena di zaman sekarang ini, Sekolah Minggu telah mengalami perkembangan. Sekolah Minggu hadir tidak hanya sebagai sarana untuk membaca dan menulis tetapi juga untuk menanamkan nilai-nilai Kristiani dalam diri anak-anak. 7

2.2.2 Pembinaan Anak Sekolah Minggu

Gereja menyadari bahwa salah satu tugas Gereja adalah persekutuan belajar mengajar, sehingga PAK anak di Sekolah Minggu hadir sebagai sarana untuk mendidik anak-anak menjadi anak-anak Kristen yang memiliki visi yang benar dan bertumbuh sehingga mereka dapat menjadi penerus Gereja yang mencerminkan teladan dari Yesus Kristus. Untuk mencapai tujuan tersebut maka kehadiran Sekolah Minggu ditengah- 6 Daniel Nuhamara.PembimbingPAK,Bandung:Jurnal Info Media,2007,16. 7 Robert R. Boehlke,Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek Pendidikan Agama Kristeni,Jakarta:BPK GM,2009,378. 14 tengah pelayanan Gereja bukan sekedar aktivitas untuk anak-anak pada hari minggu, tetapi kehadiran Sekolah Minggu adalah sebagai wadah pembinaan iman dan pendidikan rohani yang bersifat melaksanakan misi yang telah ditetapkan oleh Yesus Kristus kepada GerejaNya, dimana Gereja membawa anak-anak kepada iman yang dewasa di dalam Tuhan. Oleh karena itu, pengajar Sekolah Minggu seharusnya menjadi orang tua kedua bagi anak-anak itu. Mereka tidak boleh menganak maskan yang satu dan mengabaikan yang lain melainkan mereka harus menunjukkan perhatian dan cinta sepenuhnya kepada masing-masing anak. 8 Seiring dengan perkembangan zaman setiap Gereja memiliki pembinaan untuk anak. Sebagian Gereja masih menggunakan istilah Sekolah Minggu dan sebagian lagi menyebutnya KebaktianIbadah Anak. Kebaktian anak karena gereja memahami bahwa pembinaan anak merupakan suatu kebaktian yang hampir sama dengan kebaktian pada umumnya namun pesertanya anak-anak. Oleh karena itu gereja perlu memperhatikan suasana kebaktian yang sesuai dengan anak-anak. Suasana kebaktian yang didalamnya anak beribadah dan berbakti. 9 Beribadah berarti didalamnya anak memuji Tuhan, bersyukur, memberikan persembahan, berdoa, membaca Alkitab. Semuanya itu dilakukan untuk mengajak anak merayakan perdamaian antara manusia dengan Allah dan manusia dengan manusia. Karena itu, kebaktian anak juga semestinya menampakkan persekutuan satu sama lain. Berbeda dengan gereja yang masih memakai istilah Sekolah Minggu. Hal ini berkaitan dengan kegiatan Sekolah Minggu yang diadakan oleh Raikes yang didalamnya anak diajar untuk baca tulis dan etika. Seba gai “sekolah” suasana yang ditimbulkan dalam proses belajar mengajar sebaiknya adalah suasana bebas, bukan menekan, dalam 8 I. H. Enklaar dan E.G. Homrighausen, Pendidikan Agama Kristen,Jakarta:BPK GM,1984,141. 9 Lihat Tabita Kartika Christia i, ”Pe didika A ak: Pe ti g tetapi Disepeleka ? Dala Andar Ismail,Ajarlah Mereka Melakukan,Jakarta;GM,2003,134-135. 15 arti setiap anak dapat menjadi dirinya sendiri, menjadi pribadi yang utuh dan tidak ada persaingan, perbedaan, penilaian dan pembandingan dengan anak lain. Hal ini sejalan dengan sikap Tuhan yang menerima setiap orang apa adanya. Komunikasi yang dijalin antara pengajar dan anak adalah komunikasi dua arah, sehingga pengajar tidak berfungsi sekedar menyampaikan kebenaran-kebenaran ajaran gereja melainkan bersama anak memikirkan dan menghayati iman Kristen dalam konteks masa kini. 10 Baik GPIB maupun GSJA dalam menjalankan misinya, memberikan pengajaran iman kepada anak, baik dari segi afektif, kognitif maupun psikomotorik dengan cara-cara yang disesuaikan dengan tumbuh kembang anak. Pembelajaran yang hendak disampaikan bukanlah gagasan-gagasan teologis yang abstrak dan mengawang-awang sehingga anak tidak dapat memahaminya. Yang disampaikan adalah hal-hal yang amat sederhana, sesuai dengan daya tangkap anak. Kepada anak-anak berikanlah susu, dan jangan makanan keras, begitu jika kita mau mengikuti nasihat Paulus bdk. I Kor.3. 11 Pada umumnya, Sekolah Minggu diadakan pada hari minggu setelah kebaktian minggu, bersamaan kebaktian minggu tetapi di tempat yang berbeda, atau adapula yang mengadakannya di sore hari. Anak-anak di Sekolah Minggu diajar untuk menyanyi, mendengarkan cerita dan membuat prakarya. Melalui nyanyian dan cerita yang sederhana anak belajar akan nilai-nilai Kristiani. Selain itu, melalui prakarya yang diajarkan oleh pendidik yang pada dasarnya disesuaikan dengan tema pembelajaran membantu anak-anak untuk lebih mengingat lagi makna dari pembelajaran yang dilakukan. 10 Ibid,135. 11 V. Sanjaya Indra, Dongeng Mendekatkan Kitab Suci pada Anak,Yogyakarta:Kanisius,2008,16-17. 16

2.3 Model Pembelajaran

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pandangan Jemaat GPIB Bukit Harapan Surabaya tentang Pelayanan Diakonia T1 712007077 BAB II

1 5 19

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sekolah Guru B di Salatiga T1 152008006 BAB II

0 0 20

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Studi Perbandingan Terhadap Model Pembelajaran Sekolah Minggu di GPIB Tamansari dengan GSJA Bukit Horeb Salatiga

0 1 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Studi Perbandingan Terhadap Model Pembelajaran Sekolah Minggu di GPIB Tamansari dengan GSJA Bukit Horeb Salatiga T1 712007020 BAB I

0 0 10

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Studi Perbandingan Terhadap Model Pembelajaran Sekolah Minggu di GPIB Tamansari dengan GSJA Bukit Horeb Salatiga T1 712007020 BAB IV

0 1 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Studi Perbandingan Terhadap Model Pembelajaran Sekolah Minggu di GPIB Tamansari dengan GSJA Bukit Horeb Salatiga T1 712007020 BAB V

0 0 3

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Khotbah Minggu sebagai Pendampingan Pastoral di GPIB Jemaat Tamansari Salatiga

0 0 1

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Ketidakaktifan Warga Sidi Baru dalam Pelayanan di GPIB Jemaat Tamansari Salatiga dari Prespektif Sosio-Teologis T1 712011008 BAB I

0 0 3

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Ketidakaktifan Warga Sidi Baru dalam Pelayanan di GPIB Jemaat Tamansari Salatiga dari Prespektif Sosio-Teologis T1 712011008 BAB II

0 1 7

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Ketidakaktifan Warga Sidi Baru dalam Pelayanan di GPIB Jemaat Tamansari Salatiga dari Prespektif Sosio-Teologis T1 712011008 BAB IV

0 0 3