Tantangan-tantangan dalam Pembinaan Pembinaan masa yuniorat Bruder Msc untuk menghayati spiritualitas hati kudus Yesus.

26

D. Tantangan-tantangan dalam Pembinaan

1. Budaya

Indonesia memiliki ragam budaya yang majemuk. Iklim budaya membentuk karakter dari masing-masing orang yang hidup dalam satu kebudayaan. Hal ini membuat karakter orang bisa berbeda karena faktor budaya. Begitupun dalam hidup membiara, setiap individu yang masuk dalam biara membawa budayanya masing-masing. Dalam konteks tarekat MSC, setiap individu yang masuk dalam tarekat MSC berasal dari hampir seluruh pelosok Indonesia, maka secara otomatis ikut membawa budayanya. Dalam hal ini budaya sebenarnya bukan suatu halangan atau hambatan untuk masuk dalam hidup membiara. Dalam GS. Art. 53 dikatakan bahwa budaya itu menyempurnakan dan mengembangkan hidup manusia secara utuh. Dengan demikian budaya juga ikut membantu mengembangkan hidup dalam hidup membiara. Begitupun dalam PPLR no. 89 menunjuk hubungan yang erat antara hidup bakti dan kebudayaan bahwa setiap kebudayaan haruslah diuji, artinya harus dimurnikan dan disembuhkan dari luka-luka dosa. Serentak pula kebijaksanaan yang dikandung oleh kebudayaan-kebudayaan itu telah diungguli, diperkaya dan disempurnakan oleh kebijaksanaan salib. Dalam pengertian ini mau dikatakan bahwa Yesus dan Injil-Nya mengatasi kebudayaan. Yesus mempersatukan setiap orang dengan berbagai macam latar belakang budayanya. Lalu yang menjadi pertanyaan dimana letak tantangannya ? Koentjaraningrat 2005:VI-VII membagi tantangan kebudayaan menjadi 7 yaitu, bahasa suku bangsa, kesenian tradisional, teknologi tradisional, sistem-sistem 27 kekerabatan, kesatuan hidup, religi dan kepercayaan. Ini menjadi landasan untuk bisa melihat lebih mudah akan tantangan yang dihadapi dalam hal kebudayaan. Bagi penulis sendiri seperti yang dilihat dalam kehidupan sebagai anggota MSC yang menjadi tantangan dalam hal kebudayaan salah satu contoh adanya strata sosial dalam suatu budaya masyarakat atau tingkatan menurut kasta sehingga tanpa disadari atau disadari mempengaharui kehidupan baik dalam komunitas maupun karya. Memang ini tidak mempengaharui seluruh anggota tetapi berdampak pada sebagian anggota yang berasal dari suku tertentu.

2. Hidup dalam Zaman Modern

Generasi muda sekarang ini yang masuk dalam biara adalah generasi modern. Artinya generasi yang hidup dalam suasana atau alam yang serba canggih. Yang sangat menonjol sekarang ini adalah kemajuan teknologi yang serba cepat dan canggih seperti televisi, telepon, hp, internet. Dengan peralatan ini dunia serasa semakin sempit karena dari pelosok manapun di dunia ini bisa kita ketahui lewat televisi dan internet dan kita juga bisa berbicara seakan berhadap- hadapan lewat hp. Dengan demikian para biarawan muda yang masuk tarekat tahu akan perangkat-perangkat canggih tersebut. Hal ini membawa dampak pada sifat individualisme menjadi kuat. Dengan adanya alat-alat canggih tersebut anggota akan asyik sendiri dengan barang-barang yang dimilikinya. Hal ini akan berdampak pada kehidupan komunitas. Anggota komunitas tidak akan betah berlama-lama berdoa, yang dipikirkan hanya nonton tv atau internetan ataupun rekreasi komunitas hanya sebentar saja selanjutnya asyik sendiri berbicara dengan 28 orang lain lewat hp. Hal lain yang membawa dampak yaitu menimbulkan budaya instant. Sekarang ini banyak hal serba instant ada makanan dan minuman instant mie, kopi yang disajikan cepat. Memang budaya instant bisa membuat orang untuk bisa berpikir dan bekerja cepat namun dalam konteks membiara anggota tarekat tidak mempunyai daya tahan yang kuat dalam menghadapi masalah sehingga cepat-cepat untuk mundur.

3. Keluarga

Keluarga adalah dasar dalam membangun iman seseorang dan keluarga juga adalah dasar dalam pembinaan iman sehingga orang bisa tertarik menjadi seorang biarawan. Dalam GS.art. 52, mengatakan melalui pendidikan hendaknya anak-anak dibina sedemikian rupa, sehingga bila nanti sudah dewasa mereka mampu penuh tanggungjawab mengikuti panggilan mereka, juga panggilan hidup bakti serta memilih status hidup mereka. Namun perlu disadari juga bahwa tidak semua keluarga memiliki pengalaman yang membahagiakan sehingga pembinaan iman dalam keluarga berjalan baik. Dan setiap keluarga mempunyai caranya masing-masing dalam membangun imannya. Dalam PDV. art 44 dikatakan, ada kalanya situasi keluarga-keluarga sendiri, tempat timbulnya panggilan-panggilan imam, akan menampilkan tidak sedikit kelemahan bahkan kadang-kadang kekurangan yang cukup serius. Sebagai contoh ada yunior yang diijinkan untuk berlibur ke rumah orang tuanya tapi sekembalinya dari liburan menghadapi dilema karena tidak tahan 29 melihat kehidupan keluarga maka mengambil jalan untuk keluar dari biara. Dalam hal ini memang perlu dilihat lagi permasalahannya tetapi bukan menjadi alasan untuk keluar meninggalkan biara. Keluarga memang masih bisa menjadi tantangan dalam hidup membiara apabila keluarga mendapat masalah.

4. Pribadi

Pribadi dari setiap anggota tarekat mempunyai karakter yang berbeda- beda. Hal ini disebabkan karena anggota tarekat berasal dari budaya yang berbeda dan tumbuh dalam suatu lingkungan yang berbeda. Namun perbedaaan ini bisa diatasi dengan saling mengenal dan memahami budaya serta karakteristik masing- masing orang. Namun dalam hal ini yang mau ditekankan adalah soal identitas diri. Dalam perjalanan panggilannya si calon begitu bersemangat dalam menjalani hidup panggilan terutama sewaktu dibina di novisiat. Banyak hal tentang kehidupan baik jasmani dan rohani diberikan untuk memperkuat panggilan. Namun yang diajarkan di novisiat akan berbeda setelah hidup dalam satu komunitas karya. Di novisiat diajarkan tentang semangat berkorban tetapi dalam komunitas karya kadang mengalami hal yang berbeda sehingga menimbulkan pertentangan, belum lagi menghadapi anggota yang lebih senior yang kurang menunjukan semangat tarekat. Hal-hal semacam ini akan menimbulkan pertanyaan dalam diri dan menimbulkan tantangan mengenai identitas dirinya. Identitas kabur menghasilkan kepribadian tidak menentu, identitas yang tidak diterima berakibat benci akan diri sendiri yang tidak disadari dan pribadi yang bersikap memusuhi orang lain. Agudo, 1989 : 93. 30 Tantangan yang dihadapi juga adalah merasa tidak mampu menjalankan tugas perutusan tarekat walaupun sudah berusaha sekuat tenaga. Hal seperti ini menimbulkan keraguan dalam diri. Tantangan lain juga jika melihat anggota yang lebih senoir mampu menjalankan tugas perutusan dengan penuh semangat dan kegembiraan sedangkan diri sendiri tidak mampu untuk melakukan seperti annggota yang lain sehingga menimbulkan sifat minder karena tidak sanggup melakukan apa-apa. Tantangan-tantangan seperti ini sering dijumpai dalam diri para anggota yunior karena merasa belum dapat berbuat sesuatu untuk tarekat.

E. Pergulatan dalam Pembinaan Yunior Bruder MSC