Spiritualitas Hati Kudus Yesus

44

B. Spiritualitas Hati Kudus Yesus

1. Pengertian Hati

a. Hati dalam Kitab Suci

Kata ‘Hati” sering dipakai dalam Kitab Suci baik Perjanjian Baru maupun Perjanjian Lama. Bahasa Ibrani menyebutnya leb, lebab, beten, quereb. Bahasa Ibrani menyebutnya kardia, kolia sedangkan bahasa latin menyebutnya cor, venter, viscere. Namun pada intinya hati adalah istilah antropologis yang mengandung arti harafia dan kiasan. Dalam Perjanjian Lama hati lebih menunjuk pada istilah harafiah yang menunjuk salah satu organ tubuh yang menjadi pusat kekuatan dan kehidupan manusia. Dalam Perjanjian Lama hati dalam arti kiasan lebih luas yaitu sebagai pusat kehidupan manusia baik secara spiritual, intelektual, hakekat batin dan pusat perasaan yang mengandung emosi, kegembiraan, kesedihan, penderitaan dan ketenangan Yubileum 150 tahun MSC, 2004 : 1. Dalam Perjanjian Baru, kata hati juga dipakai untuk menunjukkan kehidupan fisik seperti organ, tempat kehidupan natural misalnya Luk 21:34 : “Jagalah dirimu, supaya hatimu jangan sarat oleh pesta pora dan kemabukan serta kepentingan-kepentingan duniawi dan supaya hari Tuhan jangan dengan tiba-tiba jatuh ke atas dirimu seperti suatu jerat. “ Kisah Para Rasul 14 ; 17 : “namun Ia bukan tidak menyatakan diriNya dengan berbagai-bagai kebajikan, yaitu menurunkan hujan dari langit dan memberikan musim-musim subur bagi kamu. Ia memuaskan hatimu dengan makanan dan kegembiraan.” Namun kata hati dalam Perjanjian Baru lebih dipusatkan pada kehidupan inteletual dan 45 spiritual. Bahkan lebih jauh hati dilihat sebagai akar hidup religius, tempat dimana Allah berdiam dan daripadaNyalah tingkah laku moral diukur dan ditentukan. Pengertian ini mengartikan bahwa hati adalah pusat hidup manusia. Hati adalah tempat Allah bersemayam. Dalam hatilah terpancar kualitas hidup manusia. Hati adalah pendorong manusia untuk membaharui diri sehingga mampu untuk memberikan makna dan berguna bagi Allah dan sesama. Dalam hatilah kita membangun relasi kejujuran dan ketulusan dengan Allah. Dalam kitab Amsal 4 : 23 mengatakan : “jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan karena dari situlah terpancar kehidupan.” Pada intinya Kitab Suci menggunakan kata hati untuk menunjuk keseluruhan pribadi orang yang meliputi kehidupan batin, afektif serta kehidupan intelektual kognitif. Hati adalah pribadi. J. Mangkey, 2009 : 14 Pater Jules Chevalier telah menuliskan bahwa hati guru merupakan pusat dimana seluruh Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru bertemu, titik sentral yang dikelilingi oleh seluruh ajaran kekristenan yang mengitari-Nya, matahari Gereja, inti jiwa-jiwa kita, sumber semua misteri kita, asal-usul semua sakramen Gereja, jaminan bagi rekonsiliasi kita, keselamatan bagi dunia, obat bagi semua penyakit kita. Itulah cara saya memahami devosi kepada Hati Kudus ; ia merangkum segala sesuatu dan merupakan jawaban atas segala sesuatu. Konstitusi dan statuta Tarekat MSC, hal. 10. 46

b. Hati Kudus Yesus

Hati Kudus Yesus seringkali digambarkan di dalam kesenian Kristiani sebagai sebuah hati yang terbakar yang berkilau dengan cahaya ilahi, yang terbuka oleh luka tusukan, yang dikelilingi oleh sebuah mahkota duri, dan yang berdarah. Terkadang gambar hati ini diletakkan di depan tubuh Yesus dengan tangannya yang terluka menunjuk pada hati tersebut. Luka-luka dan mahkota duri menjadi kiasan dari apa yang terjadi pada saat penderitaan Yesus hingga Ia wafat, sementara api melambangkan kekuatan perubahan dari cinta kasih. Hati Kudus Yesus adalah lambang dari cinta kasih Kristus yang tanpa batas kepada manusia. Hati Kudus Yesus penuh cinta kepada setiap orang yang mencintai, mengasihi bahkan memusuhinya. HatiNya tidak membeda-bedakan yang kecil, miskin dan menderita. Ia memandang semuanya dengan penuh cinta. Ia pergi masuk keluar kampung, mengajar dan menyembuhkan orang-orang. Ia tidak membiarkan orang-orang yang mengikuti-Nya menderita maka Hati-Nya tergerak oleh belaskasihan Mat 9:35-35. Melalui belaskasih-Nya yang tak terbatas, Yesus mengarahkan hati kita kepada Allah. Yesus menghendaki agar hati manusia terpusat pada Allah sebagai Bapa, hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati Luk 6:36. Bila hati kita seirama dengan hati Yesus, kita akan mudah mengampuni mereka yang berbuat salah kepada kita dengan hati yang iklas dan terbuka dan menyambut mereka dengan penuh cinta. Paulus dengan jelas memberikan gambaran tentang Hati-Nya dengan berkata : “Kasih itu sabar, kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia 47 tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kesabaran. 1 Kor 13:4-6. Cinta yang mengalir dari Hati Yesus telah sepenuhnya dipahami oleh para muridNya untuk melaksanakan tugas perutusan di dunia ini. Hati Yesus yang Kudus terus menyapa hati manusia agar manusia mampu mencintai seperti Hati-Nya. Cinta akan Hati-Nya membuka cakrawala berpikir dan merasa dari manusia akan penyelamatan yang telah Allah berikan kepada manusia. Dalam Hati Kudus Yesus menyampaikan betapa Allah sangat mencintai manusia dan dunia. Cinta Hati Kudus Yesus ingin menyentuh dan mengubah kita agar menjadi terang dunia dan umat yang baru. Mereka yang tertangkap oleh cinta Hati Yesus berdukacita atas dosa-dosa dunia yang mendambakan pemulihan Haring, 2002 : 2.

2. Pengertian Spiritualitas

Kata ‘Spiritualitas’ diambil dari bahasa latin yang jika diterjemahkan secara harafiah berarti ‘kerohanian’. Dengan demikian kata ‘Spiritualitas’ dapat diartikan cara orang menyadari, memikirkan dan menghayati hidup rohaninya. Harjawiyata, 1979 : 20, Spiritualitas adalah istilah agak baru yang menandakan ‘kerohanian’ atau ‘hidup rohani’. Kata ini menekankan segi kebersamaan, bila dibandingkan dengan kata yang lebih tua, yaitu kesalehan, yang menandakan hubungan orang perorangan dengan Allah. Selain itu spiritualitas dapat diterapkan pada aneka 48 bentuk kehidupan rohani, misalnya ‘spiritualitas modern’ atau ‘spiritualitas kaum awam’. Spiritualitas mencakup dua segi, yakni askese atau usaha melatih diri sendiri secara teratur supaya terbuka dan peka terhadap sapaan Allah. Segi lain adalah mistik sebagai aneka bentuk dan tahap pertemuan pribadi dengan Allah. Askese menandakan jalan dan mistik tujuan hidup keagamaan manusia. Dasar hidup rohani dan semua bentuk spiritualitas sejati adalah Roh Spiritus = latin, yaitu Roh Kristus seperti tampak dalam Injil. Orang yang peka akan mengalami buah kehadiran Roh dalam hatinya bdk. Rom 8 : 16. Heuken, SJ, 2002 : 11- 12, Spiritualitas dapat disebut cara mengamalkan seluruh kehidupan sebagai seorang beriman yang berusaha merancang dan menjalankan hidup ini semata- mata seperti Tuhan menghendakinya. Untuk mencapainya orang harus semakin mempererat hubungannya dengan Tuhan. Kata spiritualitas sulit dirumuskan arti yang tepat, spritualitas sulit ditangkap. Spiritualitas bukanlah sesuatu yang dirumuskan dengan ketetapan atau ajaran yang singkat. Spiritualitas adalah kebiasaan hidup suatu serikat kebiaraan dan hanya dapat dikenal dan dimengerti dari pengalaman hidup itu sendiri. Hanya secara umum sekali dapat ditunjuk apa yang dimaksudkan dengan spritualitas. Dan memang untuk itulah spiritualitas ditempatkan antara dua pola kehidupan yang konkrit. Dua pola kehidupan itu adalah Injil dan situasi kongkrit.Jacob, 1980 : 35. 49

a. Spiritualitas Hati dalam Kitab Suci

Spiritualitas hati menurut Kitab Suci selalu menunjuk pada inti hidup Allah, yaitu Allah yang mencintai manusia tanpa batas. Landasannya bahwa Allha sangat mencintai manusia sehingga Allah tidak berkenan manusia jatuh dalam dosa. Pada perjanjian di Sinai mau menjelaskan bahwa betapa Allah mau mengikat perjanjian yang erat dengan manusia sehingga manusia mempunyai pegangan untuk hidup. Dalam Kitab Keluaran 34:27-28 dikatakan : “Berfirmanlah Tuhan kepada Musa, “Tuliskanlah segala firman ini, sebab berdasarkan firman ini telah kuadakan perjanjian dengan engkau dan dengan Israel.” Dan Musa ada di sana bersama-sama dengan Tuhan empat puluh hari empat puluh malam lamanya tidak makan roti dan minum air, dan ia menuliskan pada loh segala perkataan perjanjian, yakni kesepuluh firman.” Kesepuluh perintah Allah adalah hukum yang mengikat perjanjian dengan Tuhan, namun prinsip dasarnya bukan semata-mata demi hukum tapi lebih pada kasih Allah yang tanpa batas kepada manusia sehingga manusia harus menanggapi kasih Allah itu dengan cinta tanpa batas. Cinta Allah lebih dilengkapi dengan kehadiran Putera-Nya ke dunia. Dalam diri Putera-Nya Spiritualitas Hati berpusat. Penjelmaan Allah menjadi manusia mengungkapkan secara jelas bahwa Allah mencintai manusia melalui hati manusiawi Putera-Nya. Seluruh hidup manusia ditarik kepada cinta Bapa. Putera-Nya menjadi manusia dan tinggal bersama manusia merupakan solidaritas Allah kepada manusia. Ia menjadi sama dan senasib dengan manusia. Yoh 1;14. 50

b. Spiritualitas Hati Menurut MSC

Spiritualitas hati yang menjadi daya penggerak bagi setiap anggota MSC dalam menjalankan tugas perutusannya merupakan spiritualitas cinta yang berakar dalam rahasia inkarnasi Kristus, sebagai pernyataan cinta Allah kepada manusia. Maksud ini dipertegas dalam Kitab Suci yang mengatakan Sang Sabda telah menjadi manusia dan tinggal di antara kita Yoh 1: 14. Dalam Konstitusi dan Statuta Tarekat MSC art. 10 dikatakan sebagai Misionaris Hati Kudus kita hidup berdasarkan kepercayaan akan cinta Allah Bapa yang dinyatakan di dalam Hati Kristus. Kita menyerupai Yesus yang mencintai dengan Hati manusia, kita mau mencinta melalui Dia dan bersama Dia serta mewartakan cintaNya kepada dunia. Dalam hal ini Allah yang mencintai manusia melalui hati manusiawi Yesus itu akan mengubah hati manusia kita menjadi hati Ilahi dalam hati kita pula. Dalam Yesuslah kepenuhan semua hati manusia. Menurut Hans Kwakman 2013 : 10 spiritualitas hati bukanlah semacam pintu darurat untuk orang bisa keluar dari hidup kemasyarakatan yang kacau balau atau dari hidup pribadi yang paling stress. Sebaliknya Spiritualitas hati memampukan orang untuk menghadapi tantangan kehidupan sosial dan pribadi secara berani dan terbuka. Spritualitas hati menyediakan ‘bahan bakar’ untuk menguatkan hati dalam perjalanan hidup yang penuh lika-liku. Di pihak lain Kapitel Umum MSC tahun 1999 menyatakan bahwa anugerah paling berharga yang dapat disumbangkan oleh tarekat kepada Gereja dan masyarakat milenium baru ialah kesaksiannya tentang spiritualitas hati. 51 Kita berbicara mengenai spiritualitas hati karena spiritualitas itu mencari apa yang hidup dan bergerak dalam “hati” yakni dalam inti kepribadian Allah, Kristus, sesama, dunia dan dalam diri kita sendiri : keinginan, harapan, kecemasan dan keprihatinan terdalam. Spiritualitas hati berfokus pada concern atau keprihatinan terdalam yang ditentukan dalam hati Allah dan manusia atau yang merupakan dorongan terdalam perkembangan dunia, dibalik semua perkembangan yang nampak di permukaan. Tarekat MSC tidak bisa dilepaskan dari spiritualias hati, karena lewat spiritualitas hati inilah maka tarekat MSC menjadi khas. Kekhasnya terletak pada semangat persaudaraan dalam Hati Kudus Yesus yang diungkapkan dalam semboyan “Ametur Ubique Terrarum Cor Jesu Sacratissimum” Dikasihilah Hati Kudus Yesus di Seluruh dunia. Secara simbolis Hati dalam spiritulaitas Hati MSC menunjuk pada dua hal penting. Pertama, simbol hati menunjuk pada hati Yesus yang tertikam. Hati Yesus adalah diri Yesus sendiri yang lambungNya ditikam di atas kayu salib sehingga mengeluarkan darah dan air Yoh 19 : 34. Darah dan air melambangkan cinta yang besar untuk dunia dan umat manusia. Pengorbanan Yesus menunjukkan cinta yang sehabis-habisnya kepada dunia dan manusia. Hati Yesus yang tertikam merupakan sumber kehidupan yang tak kunjung habis. Kedua, simbol hati yang tertikam menunjuk pada kualitas hati Yesus sendiri. Dari hati Yesus yang terbuka itulah, Yesus menanggapi manusia yang miskin dan menderita. Ketika melihat orang yang terusik dan patah hati, Yesus ada bersama mereka Mat 9:36. Ketika Ia melihat orang buta, lumpuh, tuli maka HatiNya 52 tergerak oleh belaskasihan Mrk 8:2. Dengan ini, mau dikatakan bahwa Hati Yesus yang ditombak oleh serdadu menunjuk pada sikap dan perasaan Yesus yang penuh belaskasihan, kelemahlembutan, keberanian, ketaatan dan penyerahan diri kepada kehendak Bapa. Maka Hati Yesus yang terbuka membuka mata hati setiap orang yang memandang kepada-Nya bahwa telah lahir dunia baru, kejahatan telah dikalahkan oleh cinta kasih yang terpancar dari Hati-Nya yang tertikam.

3. Spiritualitas Tarekat MSC menurut Konstitusi

a. Hidup Doa

Doa adalah ungkapan hati manusia kepada Bapa. Dalam doa kita mendapat semangat untuk memulai dan melaksanakan seluruh aktifitas hidup. Berdoa pada dasarnya pada saat orang mengadakan kontak secara sengaja dengan Allah. Allah dalam iman Kristiani ialah Allah yang bersabda dan menyapa manusia. Allah menyapa manusia agar manusia hidup bersama dengan diri-Nya dengan demikian manusia semakin menyerupai Allah dalam Putra-Nya yaitu hidup dalam penih kasih dan kemerdekaan yang dilandasi dengan kepercayaan J. Darminta, 1997 : 30. Doa bagi MSC adalah unsur yang tidak dapat tidak harus ada dalam setiap pribadi anggota MSC karena doa menunjang dalam hidup berkomunitas dan dalam tugas perutusan. Bentuk dan waktu berdoa bagi komunitas tergantung dari kesepakatan komunitas tetapi Perayaan Ekaristi adalah yang terutama Kons. No. 137-138. Perayaan Ekaristi adalah perjumpaan bukan hanya sebagai satu 53 komunitas tetapi lebih jauh sebagai perjumpaan dengan Dia yang telah datang ke dunia, wafat dan bangkit untuk menebus dosa-dosa manusia. Selain itu sebagai MSC yang perlu dikembangkan agar hidup doa berkembang adalah memeriksa hati nurani setiap hari dengan refleksi, dan sesering menerimakan sakramen tobat, berdevosi kepada Bunda Hati Kudus, berdoa rosario serta mengambil waktu yang sesuai untuk retret tahunan Kons. No. 139. Hal-hal ini merupakan keharusan dan kewajiban sebagai religius yang membaktikan hidupnya kepada Tuhan. Semangat doa harus bercermin pada Yesus sebagai pendoa ulung. Yesus selalu pergi ke tempat yang sunyi unuk berdoa kepada Bapa-Nya memohon kekuatan Mrk 1:35. Dalam berdoa Yesus tidak hanya sendirian tapi Ia mengajak para murid-Nya dan orang banyak untuk berdoa Mat 6:5-13. Selain berdoa bersama, Yesus meminta pengikut-Nya untuk berkumpul dan berdoa dengan berkata “Dimana dua atau tiga orang berkumpul atas nama-Ku, Aku ada di tengah-tengah mereka” Mat 18:20. Yesus selalu ada dan hadir dalam setiap doa yang dipanjatkan. Doa dengan ketulusan hati merupakan kunci hubungan manusia dengan Tuhan, karena dengan hatilah manusia mampu berkata, mendengarkan dan melaksanakan kehendak Tuhan. Belajar mengunakan hati dalam hidup doa akan menyadarkan kita akan keindahan dalam berdoa. Hati merupakan pusat hubungan manusia dengan Tuhan. Dengan Hati, manusia dapat mengungkapkan segala persoalan yang dialami dalam hidup. 54

b. Hidup akan Penghayatan Kaul-Kaul

1 Kaul Ketaatan Dewasa ini, kata ketaatan dipakai untuk struktur kepemimpinan dimana ada atasan dan bawahan. Namun dalam hidup religius, ketaatan harus dimengerti dalam hubungan relasi personal dengan Yesus terutama dalam pemberian dan penghampaan diri Fil 2:5. Penghampaan dan pemberian diri yang total dari Yesus Kristus agar Bapa mengisi dengan maksud dan kehendak-Nya. Bukan kehendak-Nyalah yang terjadi tetapi kehendak Bapa-Nya. Dengan demikian taat berarti berada untuk yang lain, bukan untuk diri sendiri. Dengan demikian ketaatan bukan berarti kuasa tetapi saling berbagi cinta dan kehidupan. Maka ketaatan Yesus berarti mendengarkan kehendak Bapa sampai Yesus mengungkapan dengan penuh kepasrahan diri “Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambilah cawan ini dari pada-Ku, tetapi bukanlah kehendak-Ku tetapi kehendak- Mulah yang terjadi” Luk 22:42. Sungguh Aku datang untuk melaksanakan kehendak-Mu Ibr 10:9. Dengan tegas Yesus mengungkapkan spiritualitas hidup- Nya yaitu lebih mengutamakan kehendak Allah daripada kehendak sendiri : “Aku tidak mengikuti kehendak-Ku sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus Aku” bdk. Yoh 5:30. Dalam Dekrit PC. 14, menegaskan bahwa ketaatan religius merupakan persembahan kepada Allah yang hendak menyelamatkan manusia. Karena itu, hidup patuh atau taat sama sekali tidak mengurangi martabat pribadi manusia melainkan justru membawanya kepada kematangan dan kesempurnaan hidup sebagai hamba Allah. 55 Dalam Tarekat MSC ketaatan dipahami untuk mengambil bagian dalam semangat ketaatanNya, supaya mampu melayani saudara-saudara dan mengambil bagian dalam tugas perutusan Tarekat dan Gereja. Kons. No. 38. Kaul ketaatan membuat kita melepaskan kepentingan pribadi dan mendahulukan kepentingan komunitas. Dengan berkaul kita menempatkan kehendak Allah di atas kepentingan pribadi. Konstitusi nomor 39 menegaskan bahwa kaul ini mengikat para anggota untuk mentaati perintah para pemimpin yang sah dalam segala hal sesuai Konstitusi. Dalam hal ini perintah dari pemimpin selalu dikaitkan dengan tugas perutusan dan bukan perintah atas dasar kemauan pemimpin. Satu keutamaan hati yang mesti dijalankan dalam tugas perutusan sebagai religius adalah kegembiraan dan rasa bahagia dalam menerima dan menjalankan tugas perutusan yang diberikan dengan kebebasan batin. Hal ini menjadikan kita sebagai misionaris sesuai dengan hatiNya menjadikan kita bukan hanya sebagai religius tapi kita adalah religius MSC. Hidup patuh atau taat tidak berarti menolak keinginan pribadi atau bersikap acuh tak acuh terhadap hati nurani. Dengan taat atau patuh orang menempatkan kepentingan pribadi tapi tidak memaksakan keinginan pribadi tersebut, melainkan mengutamakan kehendak Allah dan kepentingan bersama. Selain itu orang yang telah memilih hidup patuh atau taat harus sadar akan pilihan hidupnya bahwa hidup ini tidak mudah dijalani, jika tidak sadar maka akan terseret oleh keinginan pribadi dan akhirnya melanggar kaul ketaatan. Supaya dapat terus bertahan maka orang yang memilih jalan ini harus mempersatukan diri 56 dengan Tuhan sebagai sumber kekuatan dan tujuan hidup. Sebab ketaatan religius harus ditujukan kepada kehendak Allah, bukan kepada kehendak manusia sekalipun manusia itu adalah seorang pembesar Bdk. Kis 4:19 ; 5:29. 2 Kaul Kemiskinan Dalam KHK no. 600 dikatakan bahwa, dengan nasihat injili kemiskinan orang mengikuti jejak Kristus yang meskipun kaya menjadi miskin demi kita. Nasihat injili kemiskinan berarti hidup miskin dalam kenyataan dan dalam semangat, hidup kerja dalam kesederhanaan dan jauh dari kekayaan duniawi; disamping itu membawa-serta ketergantungan dan pembatasan dalam hal penggunaan serta penentuan harta-benda menurut peraturan hukum masing- masing tarekat. Hukum Kanonik tentang kaul kemiskinan menegaskan bahwa motivasi kaul kemiskinan adalah mau mengikuti jejak Kristus yang meskipun kaya namun bersedia menjadi miskin demi keselamatan umat manusia bdk. 2 Kor 8:9. Kaul kemiskinan mewajibkan untuk hidup miskin baik dalam kenyataan maupun dalam semangat bdk. Mat 5:3, 19:21. Kaul kemiskinan mewajibkan untuk bekerja dalam kesederhanaan dengan menjauhkan diri dari kekayaan duniawi bdk. Mat 6:19-21. Kemiskinan bukan hanya dari segi fisiknya tetapi sungguh-sungguh kemiskinan yang total yang hanya tergantung pada Tuhan. Yesus pada masa hidup-Nya juga bukan dari keluarga kaya Ia hanyalah anak seorang tukang kayu Mrk 6:3 dan anak desa Nazareth yang disepelekan Yoh 1:46. Yesus memilih 57 hidup di tengah-tengah kemiskinan dan kesederhanaan, dengan cara ini, Ia dekat dengan orang-orang. Yesus sungguh tergantung pada kehendak Bapa, Ia menyerahkan hidup-Nya ke dalam tangan Bapa. Dengan cara ini Ia memanggil kita untuk hidup miskin seperti Dia dengan tidak terikat pada barang-barang duniawi Kons. No 46. Jawaban kita atas panggilan-Nya diwujudkan dengan mengikrarkan kaul kemiskinan untuk mewujudkan panggilan-Nya dan sungguh-sungguh melayani Allah dan kerajaan-Nya seperti Yesus. Kita sungguh-sungguh melayani-Nya dengan seluruh kemampuan kita baik bakat, waktu dan usaha kita Kons. No. 47. Sikap lepas bebas yang kita pilih membuat kita bersemangat dalam melayani komunitas dan perutusan yang diberikan pada kita. Kita sebagai MSC mengutamakan kaum miskin dengan senantiasa mencerminkan kesederhanaan yang besar dengan hidup sederhana dan tidak mencari hak-hak keistimewaan kita sebagai religius karena kita sungguh tergantung pada Allah Kons. No. 49. Dengan hidup miskin atau sederhana kita tetap memberi tempat pada barang- barang duniawi namun tidak mengikat diri pada barang-barang duniawi tersebut. Dengan bersikap lepas bebas terhadap harta benda membuat kita dapat mengabdi Tuahn dengan sepenuh hati. Kaul kemiskinan yang dihayati dengan kegembiraan dan kesederhanaan memampukan kita sebagai MSC mempunyai rasa kepekaaan untuk melayani dan membantu mereka yang perlu mendapat pertolongan baik jasmani dan rohani. 58 3 Kaul Kemurniaan Dalam Kitab Hukum Kanonik KHK no. 599 dikatakan bahwa, nasehat Injili kemurnian yang diterima demi Kerajaan Allah, yang menjadi tanda dunia yang akan datang dan merupakan sumber kesuburan melimpah dalam hati yang tak terbagi membawa serta kewajiban bertarak sempurna dalam selibat Hukum Kanonik tentang kaul kemurnian menegaskan bahwa, kaul kemurnian yang diikrarkan adalah demi kerajaan Allah bukan karena alasan lain bdk. Mat 19:12, kaul kemurnian merupakan tanda dunia yang akan datang , dimana orang tidak kawin, melainkan hidup sebagai malaikat bdk. Mat 22:30. Kita sebagai MSC, mengikrarkan kaul kemurniaan untuk mengikuti Yesus bukan semata-mata karena Yesus tidak menikah tetapi untuk mengikuti Yesus dalam tugas perutusan-Nya dan kita menghayati bentuk cinta itu dengan selibat yang dibaktikan Kons. No. 42. Selibat yang dibaktikan ini bermaksud untuk mencintai Dia dengan hati yang bebas dan tidak terbagi-bagi dan berupaya mencintai sesama kita seperti Yesus mencintai sesama-Nya Kons. No 43 dan Mrk 12:33 . Penghayatan akan kaul kemurniaan dalam hidup sehari-hari membuat anggota MSC semakin tumbuh dan berkembang dalam hidup rohaninya karena selalu berefleksi serta memotivasi diri untuk mampu menyerupai Dia. Kaul kemurniaan membuat kita semakin dekat dengan Tuhan karena tidak adanya keterikatan. Kita menjadi orang yang bebas namun bukan bebas berbuat apa saja 59 semau kita, tapi kita bebas untuk menjalankan kehendak Allah dan mewartakan Kerajaan Allah ke seluruh dunia.

c. Hidup Komunitas

Komunitas menjadi tempat dan sarana untuk menghayati hidup religius. Kesatuan dasar Tarekat MSC adalah hidup komunitas yang berintegrasi dengan kehidupan dan tugas perutusan provinsi Statuta, no. 118. Komunitas yang dibangun bertujuan memajukan semangat persaudaraan bukan hanya diantara anggota-anggotanya tetapi juga dalam relasi dengan orang lain. Kons. No. 123. Komunitas yang dibangun ini juga harus dilandasi dengan hati yang terbuka untuk menerima siapa saja yang datang, terutama membuka hati untuk Tuhan agar setiap anggota komunitas memberikan pelayanan dan pengabdiannya berdasarkan sabda Tuhan. Injil Matius 13:1-23 dengan tegas mengatakan bahwa bukan benih yang harus menyesuikan dengan jenis tanah hal ini memberikan pengertian bahwa bukan sabda Allah yang harus menyesuikan dengan hati manusia namun hati manusialah yang harus menyesuikan dengan sabda Tuhan. Manusia harus mampu mengubah dirinya agar mampu menerima sabda Tuhan. Cinta Hati Kudus Yesus menjadi terang, penuntun jalan serta menjadi kekuatan dalam membangun hidup komunitas yang berdasarkan sabda Tuhan. Statuta Tarekat MSC nomor 126 menegaskan soal itu bahwa : “Sadar akan tanggungjawabnya atas hidup dan karyanya, komunitas akan bertemu secara teratur untuk membicarakan kehidupan komunitas serta tugas perutusannya. Demi memperkaya kebersamaan sebagai saudara serta memberi terang dan semangat, setiap anggota dengan senang hati akan membagikan pengalamannya di bidang kerasulan dengan saudara- saudaranya.” 60 Komunitas yang dibangun berdasarkan semangat persaudaraan adalah salah satu bentuk hidup berkomunitas yang dijalankan dan dihidupi oleh MSC. Semangat persaudaraan yang dilandasi cinta Hati Kudus Yesus membuat orang merasa diterima, didengar dan diperhatikan karena merasa sebagai satu keluarga. d. Karya Kerasulan Karya kerasulan adalah tindakan nyata kepada umat yang dilayani. Lewat karya kerasulan ini orang akan mengenal tarekat tersebut, sehingga bagi MSC kegiatan kerasulan termasuk inti hakekat sebagai tarekat yang membaktikan diri kepada karya-karya kerasulan yang disemangati oleh suatu semangat religius Kons. No. 145.1. Semangat religius ini menuntut agar komunitas selalu berdasarkan pada terang injil dan kharisma tarekat dan mampu berpikir bijaksana dalam membentuk karya kerasulan baru Kons. No. 145.2. Karya kerasulan yang dijalankan oleh MSC selalu bertujuan untuk melayani Allah dan sesama dalam terang spiritualitas hati, sehingga identitas ke- MSC-an nampak dalam karya-karya yang dijalankan. Karya yang dilakukan bukan semata-mata untuk kepentingan diri sendiri tetapi bagi dan demi orang lain. Selain itu karya kerasulan yang dijalankan haruslah sungguh profesional artinya dilakasanakan dan dikerjakan dengan sungguh-sungguh sehingga karya kerasulan itu menjadi sarana keselamatan bagi orang lain. Karya kerasulan yang dijalankan oleh MSC hendaknya didasarkan pada hidup komunitas artinya karya itu diketahui dan dijalankan bersama-sama oleh 61 komunitas Statuta no. 146. Komunitas menjadi pusat pelayanan atau tempat merefleksikan karya yang dijalankan bersama-sama dengan anggota komunitas.

e. Kepemimpinan

Jabatan kepemimpinan dalam Tarekat MSC diberikan kepada anggota yang sudah berkaul kekal Kons. No. 131 dan masa jabatan berlaku selama tiga tahun untuk 2 periode setelah itu harus mendapat ijin dari pemimpin umum Kons. No. 132. Fungsi utama kepemimpinan dalam tarekat MSC sesuai dengan statuta nomor 133 adalah pertama untuk membimbing dan mengarahkan anggota-anggota komunitas. Dalam pengertian ini seorang pemimpin dalam komunitas bukan hanya main perintah atau sebagai pemantau saja tetapi memberikan waktu untuk komunitas dalam membuat jadwal-jadwal komunitas, pertemuan-pertemuan komunitas, mengagendakan rekoleksi dan retret serta membantu anggota komunitas dalam menyelesaikan masalah. Kedua menjamin suasana hidup yang baik dan suasana iklim yang baik. Artinya pemimpin komunitas bukan menjadi pembawa masalah atau sumber perpecahan, ia harus mampu menjembatani antara anggota komunitas yang muda dan tua dalam hal ini komunikasi. Komunitas sebaik mungkin dihindari dari konflik. Hal yang sangat penting yang harus dilakukan adalah memperhatikan kehidupan rohani komunitas terutama hidup doa dan ekaristi. Karena doa dan ekaristi adalah sarana untuk lebih mendekatkan diri pada Tuhan dan menjadi sumber kekuatan dalam menjalankan tugas sehari-hari. Ketiga perutusan untuk merasul dalam komunitas. Artinya sebagai komunitas 62 religius yang aktif maka pemimpin komunitas mendorong para anggotanya untuk terjun langsung ke umat. Anggota komunitas harus aktif mengumat sehingga umat mengenal dan terjalin relasi yang baik dengan umat sehingga kehadiran kita bisa membawa kabar baik dan keselamatan bagi orang lain. Pemimpin dalam tarekat MSC adalah sebagai wujud pengabdian yang membangun komunitas dalam karisma tarekat. Ia menjadi jiwa dan penyemangat komunitas dalam menghayati semangat dan kepemimpinan Pater pendiri Jules Chevalier. Ia harus memiliki semangat rendah hati, kelemahlembutan dan kesabaran seperti ungkapan dalam Lukas 22:26-27 yang menyatakan : “...yang terbesar diantara kamu hendaklah menjadi menjadi yang paling muda dan pemimpin sebagai pelayan. Sebab siapakah yang lebih besar : yang duduk makan, atau yang melayani? Bukankah dia yang duduk makan? Tetapi Aku ada di tengah-tengah kamu sebagai pelayan.”

f. Harta Benda

Dalam Injil Markus 10 : 21 dikatakan jika ingin mengikuti Aku maka jualah seluruh milik dan bagikan kepada orang-orang miskin kemudian ikutilah Aku. Ungkapan Yesus sangat jelas mau mengatakan bahwa mengikuti Dia harus bebas dari kelekatan harta duniawi dan mampu menyangkal diri. Memang tuntutan Yesus ini tidak berlaku untuk semua orang artinya Yesus mengatakan ini sesuai dengan permintaan orang ini untuk mengikuti Yesus. Dalam arti mengikuti Dia, Yesus menghendaki agar setiap orang yang mengikuti-Nya tidak terhalang 63 oleh harta duniawi. Yesus sendiri tidak memandang kekayaan sebagai yang jahat. Ia bukan pula pengagum kemiskinan Stefen Leks, 2003 : 339. Maka berdasarkan teks di atas dalam hal pemilikan harta benda, Tarekat MSC dalam konstitusinya telah mengaturnya seperti dalam Konstitusi Tarekat MSC nomor 232 mengatakan : dalam hal perolehan, pemilikan, pengelolaan dan pengalihan harta benda duniawi, kita akan tetap setia pada semangat Injil. Demikian juga kita hendaknya sadar akan kesaksian kemiskinan yang sesuai dengan hakekat dan tugas perutusan tarekat. Tarekat berupaya agar harta benda yang dimiliki dikelola dengan baik bukan semata-mata mencari keuntungan tetapi semuanya untuk menunjang kehidupan tarekat dan pelayanan tarekat. Harus disadari bahwa pelayanan kepada anggota dan orang lain membutuhkan uang sehingga tarekat akan membantu anggotanya dalam hal material dan juga demi perutusan, tarekat tidak akan ragu- ragu untuk membagi harta benda kepada mereka umat yang dilayani Kons. No. 233. Dengan spiritualitas hati yang menjiwai semangat pelayanan setiap anggota MSC, maka kiranya dalam hal harta duniawi bukanlah suatu penghalang dalam pelayanan namun harta dalam hal material menjadi pendukung untuk membangun Gereja dan masyarakat menuju kepada kehisupan beriman yang mantap dan tangguh. 64

g. Pembinaan

Pembinaan adalah pintu masuk untuk mengetahui, mempelajari tentang Tarekat MSC. Setelah mengetahui dan memahami kemudian menerapkan dalam diri pribadi dan orang lain. Setiap anggota Tarekat MSC akan mendapat pembinaan apa saja untuk menunjang pertumbuhan manusiawi dan kristiani yang terpadu Kons. No. 73. Supaya maksud ini dicapai maka pembinaan rohani dan laku tapa diperkokoh dengan mempelajari hal ikwal tentang Tarekat MSC Kons. No. 74. Pembinaa bagi Tarekat MSC berlangsung terus menerus On Going Formation . Tidak ada seorang anggota tarekat yang luput dari pembinaan. Dalam hal pembinaan memang bisa dibagi menjadi 2 bagian. Pertama pembinaan awal yang terdiri dari pranovisiat, novisiat dan masa persiapan kaul kekal kemudian pembinaan lanjut mencakup semua bidang kehidupan religius Kons. No. 75.2. Tarekat MSC menyediakan semua sarana pembinaan ini agar anggotanya menuju pada keseimbangan jasmani dan rohani dalam mendukung pelayanan.

4. Spiritualitas Hati dalam Hidup MSC

Bagi kami MSC, hidup yang disatukan dengan Hati Kristus adalah lebih dari sekedar devosi - itulah inti dari spiritualitas kami. Pada abad ke-19 berbagai macam devosi bertumbuh subur: devosi kepada Hati Maria yang Tak Bernoda, devosi kepada Sakramen Mahakudus, devosi kepada Hati Kudus Yesus, dan sebagainya. Ketika kita berpikir tentang suatu devosi, barangkali kita membayangkan sekumpulan tindak-tanduk, seperti berlutut di depan patung salah 65 seorang Santo atau Santa, menyalakan lilin, mendaraskan doa dan seseorang dapat mempunyai beberapa devosi. Akan tetapi spiritualitas adalah sesuatu yang lebih dalam: ia bertumbuh dari dalam, dari sebuah visi yang membentuk cara hidup dan dapat diadaptasikan pada pelbagai macam situasi. Walaupun Pater Jules Chevalier 1842-1907 menyebutnya devosi, dari hidupnya dan tulisan-tulisannya nampak nyata bahwa Hati Kristus adalah inti yang utama dari spiritualitasnya. Baginya, devosi kepada Hati Kudus Yesus adalah sebuah visi yang menginspirasikan seluruh spiritualitasnya, cara hidupnya dan perutusannya. Sejak masa pendidikannya di seminari ia tergerak oleh penyakit-penyakit jaman saat itu, dan ia yakin bahwa Hati Kristus adalah obat bagi penyakit-penyakit jaman itu. Penyakit-penyakit jaman itu: rasionalisme, ketidakpedulian terhadap hidup rohani, dan anti-klerikalisme tersebar luas pada, abad ke-19 di Perancis. Yang mengesan begitu mendalam bagi Pater Chevalier adalah api cinta-Nya, cinta-Nya yang berbelarasa dengan mereka yang menderita. Ia melihat Hati Yesus sebagai sebuah Inkarnasi dan pewahyuan Cinta Allah Bapa. Itulah kharismanya, karunia Roh yang diberikan kepadanya, visi dasar yang mnginspirasikannya untuk menjadi saksi cinta dan kebaikan hati Allah penyelamat kita, untuk menyembuhkan hati-hati yang terluka. Ajaran Kitab Suci mengenai hati yang manusiawi ini begitu kaya: hal itu disebutkan sampai lebih dari 1100 kami. Dalam Kitab Suci hati menunjuk pada kedalaman seseorang; seperti kita baca tengang hati Allah, tetapi pada umumnya tentang hati manusiawi. Dalam kitab Yeremia 31,31-34; 32,37-41 dan Kitab Nabi 66 Yehezkiel 11,17-20; 36,24-27 Allah menjanjikan suatu perjanjian yang ditandai dengan Hati dan Roh yang Baru. Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat. Roh-Ku akan Kuberikan diam di dalam batinmu dan Aku akan membuat kamu hidup menurut segala ketetapan-Ku dan tetap berpegang pada peraturan-peraturan-Ku dan melakukannya. Yeh 36, 26-27. Dalam Surat kepada Orang Ibrani bab 8 Kristus digambarkan sebagai seorang pengantara dari perjanjian baru dan apa yang disebut dalam Kitab Nabi Yeremia 31, 31-34 dapat diterapkan pada-Nya. Ialah yang menulis ketetapan- ketetapan dan hukum Allah dalam hati kita. Bagaimanakah Ia melakukan-Nya? Melalui Hati Kristus yang adalah sumber air hidup, yakni Roh Kudus, Yoh 7, 37- 39. Di puncak Kalvari hati-Nya ditikam dengan tombak, darah dan air mengalir keluar. Sumber air hidup telah dibuka dan seperti nyata pada hari Pentekosta, Roh Kudus dicurahkan atas kita untuk membaharui muka bumi. Misteri Paskah adalah Misteri Pentekosta. Cinta Allah telah dicurahkan dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita Rom 5, 5. Karena Hati Kristus adalah sumber keselamatan dunia, bersama dengan Bapa pendiri, kami melihat hal itu sebagai tugas perutusan, untuk mewartakan kepada semua orang: Dikasihilah Hati Kudus Yesus di Seluruh Dunia. Kami percaya bahwa di masa kini pun orang dapat memerangi kejahatan pada sumbernya. Makna sebenarnya dari Hati yang Baru dapat ditemukan dalam Hidup Kristus sendiri. 67

C. Spiritualitas Hati dalam Panggilan Hidup Bruder MSC