produksi semakin tinggi dan pendapatan petani juga meningkat. Oleh karena itu, diperlukan suatu analisis efisiensi produksi dan pendapatan di desa ini.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dapat dirumuskan beberapa pemasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana produksi jagung di desa Kuala?
2. Bagaimana efisiensi produksi usahatani jagung di desa Kuala?
3. Bagaimana penerimaan dan pendapatan usahatani jagung di desa Kuala?
4. Berapa RC serta BEP volume dan BEP harga pada usahatani jagung di
desa Kuala?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui produksi jagung di desa Kuala.
2. Untuk menganalisis tingkat efisiensi produksi usahatani jagung di desa
Kuala. 3.
Untuk menganalisis jumlah penerimaan dan pendapatan usahatani jagung di desa Kuala.
4. Untuk menganalisis nilai RC serta nilai BEP volume dan BEP harga pada
usahatani jagung di desa Kuala.
Universitas Sumatera Utara
1.4 Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah: 1.
Sebagai bahan informasi bagi petani dalam mengelola dan mengembangkan usahataninya.
2. Sebagai masukan bagi pemerintah daerah dalam membuat suatu kebijakan.
3. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi pihak yang membutuhkan.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka
Di Indonesia, tanaman jagung sudah dikenal sekitar 400 tahun yang lalu, didatangkan oleh orang Portugis dan Spanyol. Daerah sentrum produksi jagung di
Indonesia pada mulanya terkonsentrasi di wilayah Jawa Tengah, Jawa Timur dan Madura. Selanjutnya tanaman jagung lambat laun meluas ditanam di Indonesia.
Areal pertanaman jagung sekarang sudah terdapat di seluruh provinsi di Indonesia dengan luas areal bervariasi Rukmana, 1997.
Tanaman jagung termasuk jenis tumbuhan semusim annual. Susunan morfologi tanaman jagung terdiri atas akar, batang, daun, bunga dan buah. Produksi utama
usahatani jagung adalah biji. Biji jagung merupakan sumber karbohidrat yang potensial untuk bahan pangan ataupun nonpangan. Biji jagung tersusun dalam
barisan yang melekat secara lurus atau berkelok-kelok dan berjumlah antara 8-20 baris biji. Rukmana, 1997.
Penentuan saat panen jagung yang paling tepat amat tergantung pada tujuan penggunaan produksi. Untuk dikonsumsi sebagai jagung rebus atau jagung bakar,
saat panen yang tepat adalah pada stadium tongkol stengah tua, yakni tongkol berukuran maksimum, berbiji penuh, padat, dan bila biji ditekan tampak bekas
melekuk. Pada skala usaha komersial, panen tongkol jagung umumnya dilakukan setelah mencapai stadium tua matang fisiologis, karena biji-bijinya akan
dikeringkan Rukmana, 1997.
Universitas Sumatera Utara
Waktu panen yang terlalu awal atau tongkol belum mencapai matang fisiologis dapat menyebabkan penurunan kualitas produksi, yaitu persentasi butir muda
cukup tinggi dan daya simpannya rendah. Sebaliknya panen jagung yang terlambat menyebabkan kerusakan biji akibat deraan lingkungan dan terserang
hama. Panen pada musim hujan sering menyebabkan biji jagung berjamur Rukmana, 1997.
2.2 Landasan Teori 2.2.1 Efisiensi Produksi