Subjek DT Hasil Penelitian

94 anak. Tidak lama dari mereka tinggal bersama, anak yang dikandung DT berhasil di keluarkan. Namun sampai sampai saat ini, DT masih tinggal bersama dengan pasangannya yaitu RK, karena alasan ekonomi. Sejak DT memasuki semester 8, kiriman uang dari ibunya mulai tidak tepat waktu lagi. DT mulai berusaha mencari uang untuk menghidupi dirinya di tanah rantau. Ditambah lagi DT belum bisa menyelesaikan kuliahnya, ibunya semakin jarang mengirimnya uang dengan alasan agar tidak menjadi malas dan lupa skripsi karena selalu dikirimi uang. Hampir setahun DT dan RK melakukan kumpul kebo. DT sangat membutuhkan RK untuk mencukupi kehidupan sehari-hari, disamping itu RK setiap bulannya mendapatkan kiriman hampir 2 juta lebih sehingga membuat DT terpenuhi hari-harinya dengan RK. Selain itu, DT juga berprofesi sebagai wanita panggilan agar bisa menabung untuk pegangan hidupnya di suatu hari nanti. Namun RK tidak mengetahui kerja sampingan DT ini. DT dan RK melakukan kumpul kebo dalam satu kos. Kos yang mereka tempati yaitu kos yang diperuntukkan bagi pasangan suami isteri pasutri dan untuk perempuan. Sehingga dengan mereka tinggal di kos seperti itu, tidak ada yang mengetahui jika mereka bukan lah pasangan suami isteri. Peraturan untuk tinggal di kos pasutri dan perempuan tersebut tidaklah sulit, mereka hanya perlu menunjukka KTP Kartu Tanda Penduduk dan nomor hp. Ketika akan tinggal di kos tersebut, DT dan RK mengaku telah menikah, namun KTP yang mereka miliki belum selesai dalam proses, sehingga 95 mereka memberikan fotokopi KTP lama dan akhirnya mereka diterima di kos tersebut. Selain di kos, mereka juga pernah menginap di tempat-tempat wisata seperti hotel-hotel terdekat dari perjalanan mereka. DT merupakan orang yang segan meminta kepada orang tuanya. DT juga adalah orang yang tidak suka ikut dalam urusan orang lain. DT mempunyai prinsip dari pada mengurusi orang lain, lebih baik mengurusi diri sendiri. Selain itu DT adalah orang yang percaya diri. DT sedang menyiapkan diri dan tabungan ketika DT sudah tidak bersama dengan RK lagi.

B. Pembahasan

1. Reduksi Data Penelitian

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan peniliti. Berikut reduksi data yang dibutuhkan dalam penelitian ini sesuai dengan tujuan awal dilakukannya penelitian ini.

a. Subjek FB

1 Latar Belakang a Faktor Internal Penyebab Subjek Melakukan Kumpul Kebo Faktor internal penyebab subjek melakukan kumpul kebo berawal dari didikan orang tua. Berkut FB menjelaskan mengenai dirinya: “harus ngikutin semua kata orang tua, pokoknya kalau nggak dimarah..gituuuu terus dari aku kecil sampe aku SMA. Pas udah kuliah gini baru ngerasa agak bebas” transkrip wawancara 24 Desember 2015. 96 Selanjutnya peneliti menanyakan apakah ada penyebab dari luar FB bisa sampai sejauh ini. Berikut penuturan FB: “kayanya ga ada deh...ya ngalir aja sampe bisa kaya gini. Ya mungkin kalau dipikir-pikir mungkin karena aku dah lepas kan dari orang tua, jauh…, aku jadi ngerasa lebih bebas lebih bisa apa ya namanyaaa.......ya pokoknya apa yang aku mau, aku bisa ngelakuin” transkrip wawancara 24 Desember 2015. Kemudian peneliti menggali informasi mengenai pribadi subjek. Berdasarkan hasil wawancara, peneliti menemukan bahwa FB mempunyai pribadi yang tidak terbuka dengan orang tua. Seperti penuturan FB dibawah ini: “aku dari kecil gak pernah cerita apa-apa mbak sama orang tua. Kalau ada kesempatan aku juga mau kaya anak-anak lainnya yang bisa cerita panjang lebar sama orang tua. Tapi belum aku cerita ntar udah ada perintah. Jadi dari pada aku cerita mending aku diem aja” transkrip wawancara 30 Desember 2015. Berdasarkan penuturan FB diatas, peneliti menggali informasi apa yang menyebabkan FB tidak bercerita apa pun tentang dirinya. Berikut penuturan FB mengenai sosok ayahnya: “dari kecil itu, kalau salah atau ngelawan, ngomongnya kuat aja, atau pulang main lewat batasnya, saya udah dimarah, dipukul pake tangan kaki, sampe digantung kaki aku pun pernah. Jadi mungkin aku terdidik seperti itu mbak dari kecil” transkrip wawancara 8 Januari 2016. Kemudian FB menjelaskan bagaimana sikap ibunya: “ibu ya kaya gitu, misal pas kecil dulu, main ga bilang atau apa lah, ibu ku yang kaya ngompori itu lho mbak, “ini pak, anaknya main nggak pulang-pulang, ga pamit”, terus akhirnya bapak kepancing..akhirnya gitu lah” transkrip wawancara 8 Januari 2016. 97 Mendapat penuturan dari FB seperti di atas, peneliti menanyakan cerita masa kecil FB mengenai jadwal FB ketika baru belajar mengenal sosial. Berikut penuturan FB: “mmmmm jamnya menurut orang tua, ga ada jam patokan. Aku dari umur 2 tahun apa ya..jadi kalau aku baru mau keluar main dari rumah itu, aku udah dipanggil disuruh main di rumah. Jadi ya pinter-pinter aku pas masih kecil dulu gimana caranya main keluar.” transkrip wawancara 8 Januari 2016. Peneliti kemudian menanyakan bagaimana reaksi teman-teman FB ketika itu. berikut penjelasan FB: “gimana mau banyak temen mbak, baru mau keluar dari rumah aja udah dipanggil, ga boleh main tanah, main hujan, harus bersih lah. Temen-temen waktu itu yaaa….kalau aku udah kumpul sama mereka, kadang aku diajak main kadang nggak, tapi aku tetep pengen ikut main pokoknya” transkrip wawancara 8 Januari 2016. Peneliti juga menggali informasi mengenai bagaimana kehangatan yang diciptakan di dalam keluarga FB. berikut penuturan FB: “nggak pernah nggak ada kumpul keluarga, semua sendiri- sendiri. Paling ibu sama bapak yang ngobrol berdua, kita anak- anak gak pernah diajak atau disapa. Paling nyapa juga nyuruh makan, bangunin tidur. Kalo gak bangun dimarah-marah..” transkrip wawancara 30 Desember 2015. Jika dilihat dari penuturan-penuturan FB mengenai keluarganya. FB lebih cenderung mempunyai pribadi tertutup. Hal ini dikuatkan oleh penuturan HN yaitu pasangan FB: “selain sama aku, dia cuma akrab sama temen-temennya mbak, temen kos…kalau temen-temen kampus cuma temen kampus aja, temen main di kampus. kalo ngobrol sama temen-temen kos