Latar Belakang Analisis Kelengkapan Penulisan Resep di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Mata Bali Mandara.
kendala yang sering ditemui adalah kejadian kesalahan resep. Kesalahan resep yang sering terjadi yaitu karena tulisan resep yang tidak jelas dan tidak lengkap sehingga
tidak dapat terbaca dengan baik oleh petugas farmasi. Salah satu faktor yang meningkatkan resiko kesalahan dalam pengobatan adalah dari resep Cohen, 1999.
Kemajuan teknologi saat ini seharusnya dapat dijadikan sebagai jalan keluar untuk menyelesaikan masalah terkait resep. Salah satunya dengan menerapkan
sistem informasi berbasis komputer yaitu dengan menerapkan Electronic Prescription Record EPR. Dikutip dari artikel mengenai Antidote to Prescription
Error, diketahui bahwa hasil penelitian terdahulu menunjukkan sistem informasi yang ditingkatkan dapat mencegah 78 kesalahan yang dapat mengakibatkan efek
samping dari resep. Penulis juga mencatat, sistem yang ditingkatkan tersebut selain dapat memberikan signal peringatan kejadian kesalahan, juga dapat menghapus
kesalahan resep yang tidak terbaca. Dampak dari sistem diharapkan memberi pengaruh baik dimasa depan Voelker, 2000.
Penelitian yang dilakukan di Sunderland Eye Infimary, Inggris yang melibatkan 1952 resep menyebutkan kesalahan penulisan resep terbanyak adalah
dengan format yang tidak benar dengan kejadian 144 resep. Dari 144 resep tersebut terdapat 18 resep dengan tulisan dokter yang tidak terbaca Mandal, 2005.
Hasil penelitian lain yang dilakukan di apotek-apotek kota madya Yogyakarta menyatakan, bahwa masih kurangnya kesadaran penulis resep dalam menulis resep
dengan lengkap menurut peraturan yang berlaku. Jumlah resep yang memenuhi kriteria kelengkapan resep atas dasar peraturan perundangan yang berlaku sejumlah
39,8. Di Indonesia, Kepmenkes No. 1027MENKESSKIX2004 menyebutkan bahwa resep yang lengkap harus mencantumkan nama dan alamat penulis resep;
nomor ijin praktek jika dokter praktek pribadi; tanggal penulisan resep; tanda
tangan atau paraf dokter penulis resep; nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan berat badan pasien; nama obat, potensi, dosis, dan jumlah yang diminta; cara pemakaian
yang jelas; dan informasi lainnya Menkes, 2004. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di apotek-apotek kota madya Yogyakarta tersebut, ketidaklengkapan resep
terjadi karena tidak dicantumkannya paraf dokter, nomer SIP dokter, tanggal resep dan alamat pemilik pada resep dokter hewan. Selain itu, 0,4 resep ditulis oleh
petugas kesehatan lain, seperti perawat dan bidan Rahmawati dan Oetari, 2002. Salah satu rumah sakit dengan klasifikasi A di Bali yaitu RS Indera Provinsi
Bali, berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: 02.03I13282015 tanggal 15 Mei 2015 RS Indera Provinsi Bali berubah menjadi RS Mata Bali Mandara. RS
Mata Bali Mandara memiliki instalasi farmasi yang menjadi penunjang pelayanan di rumah sakit tersebut. Dari data jumlah pegawai diketahui jumlah dokter spesialis
sebanyak 16 orang dengan rincian, dokter spesialis mata sebanyak 8 orang, dokter spesialis THT sebanyak 3 orang, dan dokter spesialis kulit sebanyak 5 orang.
Sedangkan untuk apoteker sebanyak 4 orang dengan asisten apoteker sebanyak 6 orang. Untuk pelayanan dibuka dari pukul 08:00 sampai pukul 13:30 WITA.
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala instalasi farmasi rumah sakit tersebut, diketahui bahwa lembarblanko resep yang digunakan sudah memenuhi
komponen-komponen resep yang baik. Namun, dalam penulisan yang masih manual masih ditemui beberapa kesalahan, seperti ketidaklengkapan penulisan resep. Dari
data rumah sakit diketahui bahwa kejadian prescription error, kesalahan penyerahan obat, dan kesalahan pemberian obat banyak diakibatkan tidak lengkapnya penulisan
signa. Signa merupakan singkatan untuk keterangan aturan pakai. Sepanjang tahun 2015 dari bulan Januari-Desember diketahui resep yang masuk sebanyak 37.912
resep, dengan rata-rata resep tiap bulan sebanyak 3.000 resep, jadi rata-rata setiap
hari sebanyak lebih dari 100 resep yang masuk di instalasi farmasi rumah sakit tersebut. Dari data yang tercatat dalam buku catatan prescription error, kesalahan
penyerahan obat, dan kesalahan pemberian obat terjadi sebanyak 76 kejadian, dengan kesalahan dan ketidaklengkapan penulisan signa sebanyak 43 kasus Register
Instalasi Farmasi RS Mata Bali Mandara, 2015. Namun telaah yang telah dilakukan pada resep tersebut hanya pada prescription error atau hanya pada isi dari resep,
tidak mencakup komponen administrasi kelengkapan resep lainnya. Analisis yang komprehensif terkait kelengkapan penulisan resep dan penelitian yang terkait untuk
menggali persepsi penulis resep serta pembaca resep belum pernah dilakukan di rumah sakit tersebut.
Melihat dari dampak buruk yang dapat terjadi akibat ketidaklengkapan penulisan resep seperti kemungkinan kesalahan dalam pemberian obat dan waktu
penyelesaian resep yang membutuhkan waktu lebih lama, maka hal-hal tersebut penting untuk diteliti. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk menganalisis
kelengkapan penulisan resep serta menggali persepsi penulis resep dan pembaca resep terkait kelengkapan dalam penulisan resep.