Gambaran Histopatologi Tumor Payudara di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik-Medan Tahun 2009-2010

(1)

GAMBARAN HISTOPATOLOGI TUMOR PAYUDARA DI INSTALASI PATOLOGI ANATOMI

RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK-MEDAN TAHUN 2009-2010

Oleh:

JUANG IDAMAN ZEBUA 080100132

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(2)

GAMBARAN HISTOPATOLOGI TUMOR PAYUDARA DI INSTALASI PATOLOGI ANATOMI

RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK-MEDAN TAHUN 2009-2010

Oleh :

JUANG IDAMAN ZEBUA 080100132

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011

GAMBARAN HISTOPATOLOGI TUMOR PAYUDARA DI INSTALASI PATOLOGI ANATOMI


(3)

RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK-MEDAN TAHUN 2009-2010

“Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran”

Oleh :

JUANG IDAMAN ZEBUA 080100132

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(4)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Gambaran Histopatologi Tumor Payudara di Instalasi Patologi Anatomi

Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik-Medan Tahun 2009-2010

Nama : Juang Idaman Zebua

NIM : 080100132

Pembimbing Penguji I

(dr. H. Joko S. Lukito, Sp. PA) (dr. Nurchaliza Hazaria Siregar, Sp. M) NIP: 19460308 197802 1 001 NIP: 19700908 200003 2 001

Penguji II

(dr. Ruly Hidayat, Sp. M) NIP: 19740918 200501 1 001

Medan, Desember 2011 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp. PD – KGEH) NIP: 19540220 198011 1 001


(5)

ABSTRAK

Tumor merupakan kondisi neoplasma, dimana suatu jaringan mengalami pertumbuhan secara berlebihan dan tidak terkoordinasi meskipun rangsangan yang memicu pertumbuhan tersebut telah berhenti. Metode pemeriksaan yang menjadi baku emas untuk mengetahui dan mendiagnosis tumor adalah dengan pemeriksaan histopatologi. Pemeriksaan ini dapat membedakan tingkat keganasan dari suatu tumor, apakah mengarah ke perubahan yang jinak atau ganas. Saat ini, tumor payudara merupakan salah satu neoplasma yang paling banyak dijumpai, terutama untuk jenis tumor ganas, dan merupakan penyebab kematian yang tinggi di dunia. Untuk itulah penelitian ini dilaksanakan guna mencari tahu gambaran histopatologi dari tumor payudara.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain cross sectional yang dilakukan di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Medan. Pengumpulan data dilakukan melalui analisis pada 279 data rekam medis dari gambaran histopatologi tumor payudara pada tahun 2009-2010 yang dipilih dengan metode total sampling. Gambaran histopatologi yang diperoleh dikelompokkan berdasarkan klasifikasi WHO tahun 2003.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa gambaran histopatologi tumor payudara yang paling banyak di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum Pusat haji Adam Malik, Medan pada tahun 2009-2010 adalah Invasive Ductal Carcinoma sebagai tumor ganas terbanyak yaitu 151 orang (77.8%) dari 194 orang penderita tumor ganas dan Fibroadenoma Mammae sebagai tumor jinak terbanyak yaitu 64 orang (75.3%) dari 85 orang penderita tumor jinak.


(6)

ABSTRACT

Tumor is a neoplastic condition, means the local tissue is overgrowth and incoordinated though the stimulus that triggers the growth has ceased. Histopathological examination is the gold standard methode to determine and diagnose tumors. This examination distinguish the degree of malignancy of a tumor, whether leading to a benign or malignant changes. Currently, breast tumor is one of the neoplasm most often found, especially for malignant tumor, and cause high mortality in the world. The aim of this study is to find out the histopathological type of the breast tumor.

The method of this descriptive study is cross sectional, which is conducted in the Anatomical Pathology Installation in Haji Adam Malik General Hospital Center, Medan. Data collecting procedure was carried out by analyses to each 279 data of medical records of breast tumor histopathology type in the years 2009-2010, selected by total sampling method. Histopathological type obtained grouped by the WHO classification in 2003.

The results of this study indicate that the type of the most breast tumor histopathology on the Anatomical Pathology Installation in Haji Adam Malik General Hospital Center, Medan in 2009-2010 is Invasive Ductal Carcinoma as the most malignant tumor which is 151 people (77.8%) of 194 patients with malignant tumors and Fibroadenoma mammae as the most benign mammary tumors of 64 people (75.3%) of 85 patients with benign tumors.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya yang begitu besar sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan hasil penelitian ini. Sebagai salah satu area kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh seorang dokter umum, laporan hasil penelitian ini disusun sebagai rangkaian tugas akhir dalam menyelesaikan pendidikan di program studi Sarjana Kedokteran, Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah turut serta membantu penulis dalam menyelesaikan laporan hasil penelitian ini, diantaranya:

1. Kepada Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. Kepada dosen pembimbing dalam penulisan penelitian ini, dr. H. Joko S. Lukito, Sp. PA, yang dengan sepenuh hati telah meluangkan segenap waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis, mulai dari awal penyusunan penelitian, pelaksanaan di lapangan, hingga selesainya laporan hasil penelitian ini. Juga kepada dr. Nurchaliza Hazaria Siregar, Sp. M dan dr. Ruly Hidayat, Sp. M selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan yang membangun untuk penelitian ini.

3. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dr. Ashri Yudhistira, Sp. THT-KL yang telah menjadi dosen penasehat akademik penulis selama menjalani pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. 4. Kepada dr. Sumondang M. Pardede, Sp. PA selaku kepala bagian Instalasi

Patologi Anatomi RSUP HAM Medan dan dr. Stephan Udjung, Sp. PA yang telah membantu dalam pengumpulan data dalam penelitian ini

5. Kepada kedua orangtua penulis, Ayahanda Metiedi Zebua dan Ibunda Kareno Zebua, kakak penulis, Mekarni A. Zebua, Amk., serta abang-abang penulis, Fatizaro Zai, S.H., Nasran Zebua, S.T., dan Aktivitas F. Zebua,


(8)

Amd., yang senantiasa mendukung dan memberikan bantuan dalam menyelesaikan laporan penelitian ini.

6. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh sahabat-sahabat yang luar biasa, khususnya Welliyani I. F. Siagian, Rizky Amalia, Edwin Y. Silitonga, Lahi P. Haloho, Daniel K. P. Lesmana, William M. T. Simanjuntak, Melani P. S. Simarmata, Irene S. M. Sembiring dan Siska Situmorang atas dukungan dan motivasi yang sangat membantu penulis. 7. Standing Committee on Research Exchange Pemerintahan Mahasiswa

(SCORE-PEMA) FK USU, atas ilmu dan pengalaman yang berharga dalam bidang penelitian yang telah diperoleh penulis selama ini.

Cakupan belajar sepanjang hayat dan mengembangkan pengetahuan baru, dalam area kompetensi KIPDI-3, telah memotivasi penulis untuk melaksanakan penelitian yang berjudul ”Gambaran Histopatologi Tumor Payudara di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik-Medan Tahun 2009-2010” ini. Semoga penelitian ini dapat memberikan sumbangsih bagi perkembangan ilmu pengetahuan khusunya di bidang ilmu kedokteran.

Penulis menyadari bahwa penulisan laporan hasil penelitian ini masih belum sempurna, baik dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan laporan hasil penelitian ini di kemudian hari.

Medan, Desember 2011


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR... ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. Payudara ... 5

2.1.1. Anatomi Organ Payudara ... 5

2.1.2. Histologi Organ Payudara ... 6

2.2. Tumor Payudara ... 7

2.2.1. Faktor Resiko ... 7

2.2.2. Etiologi dan Patogenesis ... 9

2.2.3. Klasifikasi Tumor Payudara ... 12

2.2.4. Tumor Jinak Payudara ... 17

2.2.5. Tumor Ganas Payudara ... 19


(10)

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL... 27

3.1. Kerangka Konsep ... 27

3.2. Definisi Operasional ... 27

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 29

4.1. Jenis Penelitian ... 29

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 29

4.2.1. Waktu Penelitian ... 29

4.2.2. Tempat Penelitian ... 29

4.3. Populasi dan Sampel ... 29

4.3.1. Populasi ... 29

4.3.2. Sampel ... 29

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 30

4.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 30

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 31

5.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 31

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 31

5.1.2. Deskripsi Data Penelitian ... 32

5.2. Pembahasan ... 37

4.2.1. Pemeriksaan Histopatologi ... 37

4.2.2. Analisis Distribusi Data Penelitian ... 38

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 43

6.1. Kesimpulan ... 43

6.2. Saran... 44

DAFTAR PUSTAKA ... 45 LAMPIRAN


(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1 Tumor Jinak dan Tumor Ganas Payudara... 16 Tabel 2.2 Grading Histopatologi... 25 Tabel 5.1 Distribusi Penderita Tumor Payudara

berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2009-2010... 32 Tabel 5.2 Distribusi Penderita Tumor Payudara

berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2009-2010... 33 Tabel 5.3 Distribusi Penderita Tumor Payudara berdasarkan

Gambaran Histopatologi Tahun 2009-2010... 34 Tabel 5.4 Distribusi Penderita Tumor Payudara berdasarkan

Jenis Kelamin dan Tingkat Keganasan... 35 Tabel 5.5 Distribusi Penderita Tumor Payudara berdasarkan


(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian ... 27 Gambar 5.1 Distribusi Tumor Jinak dan Tumor Ganas


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Daftar Riwayat Hidup

LAMPIRAN 2 Data Induk

LAMPIRAN 3 Output Data Hasil Penelitian

LAMPIRAN 4 Gambar Tumor Payudara

LAMPIRAN 5 Lembar Ethical Clearence


(14)

ABSTRAK

Tumor merupakan kondisi neoplasma, dimana suatu jaringan mengalami pertumbuhan secara berlebihan dan tidak terkoordinasi meskipun rangsangan yang memicu pertumbuhan tersebut telah berhenti. Metode pemeriksaan yang menjadi baku emas untuk mengetahui dan mendiagnosis tumor adalah dengan pemeriksaan histopatologi. Pemeriksaan ini dapat membedakan tingkat keganasan dari suatu tumor, apakah mengarah ke perubahan yang jinak atau ganas. Saat ini, tumor payudara merupakan salah satu neoplasma yang paling banyak dijumpai, terutama untuk jenis tumor ganas, dan merupakan penyebab kematian yang tinggi di dunia. Untuk itulah penelitian ini dilaksanakan guna mencari tahu gambaran histopatologi dari tumor payudara.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain cross sectional yang dilakukan di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Medan. Pengumpulan data dilakukan melalui analisis pada 279 data rekam medis dari gambaran histopatologi tumor payudara pada tahun 2009-2010 yang dipilih dengan metode total sampling. Gambaran histopatologi yang diperoleh dikelompokkan berdasarkan klasifikasi WHO tahun 2003.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa gambaran histopatologi tumor payudara yang paling banyak di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum Pusat haji Adam Malik, Medan pada tahun 2009-2010 adalah Invasive Ductal Carcinoma sebagai tumor ganas terbanyak yaitu 151 orang (77.8%) dari 194 orang penderita tumor ganas dan Fibroadenoma Mammae sebagai tumor jinak terbanyak yaitu 64 orang (75.3%) dari 85 orang penderita tumor jinak.


(15)

ABSTRACT

Tumor is a neoplastic condition, means the local tissue is overgrowth and incoordinated though the stimulus that triggers the growth has ceased. Histopathological examination is the gold standard methode to determine and diagnose tumors. This examination distinguish the degree of malignancy of a tumor, whether leading to a benign or malignant changes. Currently, breast tumor is one of the neoplasm most often found, especially for malignant tumor, and cause high mortality in the world. The aim of this study is to find out the histopathological type of the breast tumor.

The method of this descriptive study is cross sectional, which is conducted in the Anatomical Pathology Installation in Haji Adam Malik General Hospital Center, Medan. Data collecting procedure was carried out by analyses to each 279 data of medical records of breast tumor histopathology type in the years 2009-2010, selected by total sampling method. Histopathological type obtained grouped by the WHO classification in 2003.

The results of this study indicate that the type of the most breast tumor histopathology on the Anatomical Pathology Installation in Haji Adam Malik General Hospital Center, Medan in 2009-2010 is Invasive Ductal Carcinoma as the most malignant tumor which is 151 people (77.8%) of 194 patients with malignant tumors and Fibroadenoma mammae as the most benign mammary tumors of 64 people (75.3%) of 85 patients with benign tumors.


(16)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Payudara adalah organ yang dibentuk oleh kelenjar mammae dan merupakan spesialisasi dari kelenjar keringat yang mensekresikan susu selama masa laktasi. Tiap payudara terdiri dari 15-20 lobus yang terbagi lagi ke dalam beberapa lobulus yang berisi alveolus. Alveolus yang bertindak sebagai kelenjar penghasil susu akan menyalurkan sekretnya ke duktus mamilaris kemudian ke sinus laktiferus dan akhirnya bermuara ke duktus laktiferus di dekat puting susu (Junqueira, 2005). Lobulus dan duktus payudara sangat responsif terhadap estrogen karena sel epitel lobulus dan duktus mengekspresikan reseptor estrogen (ER) yang menstimulasi pertumbuhan, diferensiasi, perkembangan kelenjar payudara, dan mammogenesis (Van De Graaff, 1995). Sebagai suatu organ, payudara juga dapat mengalami beberapa kelainan, seperti kelainan bentuk anatomi, peradangan akibat infeksi, dan yang paling sering menimbulkan keluhan adalah munculnya pertumbuhan yang tidak terkoordinasi yang nantinya berkembang menjadi tumor baik tumor jinak maupun tumor yang ganas.

Tumor atau dalam istilah medis disebut sebagai neoplasma, secara harafiah berarti pertumbuhan baru. Neoplasma merupakan massa abnormal jaringan yang pertumbuhannya berlebihan dan tidak terkoordinasi dengan pertumbuhan jaringan normal serta terus demikian, walaupun rangsangan yang memicu perubahan tersebut telah berhenti. Hal mendasar tentang asal neoplasma adalah hilangnya responsivitas terhadap faktor pengendali pertumbuhan yang normal (Kumar, 2007).

Tumor dapat dibedakan menjadi tumor jinak dan tumor ganas atau lebih sering dikenal dengan sebutan kanker. Suatu tumor dikatakan jinak apabila masih berdiferensiasi baik (secara morfologis dan fungsional masih mirip dengan sel asal), tumbuh perlahan, tidak menginfiltrasi jaringan sekitar serta tidak bermetastasis ke organ lain. Dan hal yang berlawanan terdapat pada tumor ganas atau kanker. Kanker cenderung lebih anaplastik, laju pertumbuhan lebih cepat


(17)

serta tumbuh dengan cara infiltrasi, invasi, destruksi, sampai metastasis ke jaringan sekitar dan cukup potensial untuk menimbulkan kematian (Kumar, 2007). Tumor dapat muncul pada berbagai organ tubuh manusia dalam bentuk pembesaran organ seperti pada otak, paru, tulang, ovarium, serviks, payudara, dan lain-lain. Namun, angka morbiditas dan mortalitas tumor ganas (kanker) cenderung lebih tinggi bila dibandingkan dengan tumor yang masih dalam kondisi

“jinak”.

Kanker adalah penyebab kematian ketiga di dunia setelah peyakit kardiovaskular dan penyakit infeksi. Data statistik menunjukkan bahwa kanker payudara adalah kanker yang menempati urutan pertama sebagai kanker terbanyak di dunia, baik di Amerika, Eropa, dan Mediterania. Terdapat pengecualian di Afrika dan Asia Tenggara, termasuk Indonesia, karena urutan pertama ditempati oleh kanker leher rahim kemudian disusul oleh kanker payudara (WHO, 2007). Sementara itu, sumber lain juga menyatakan 202.964 orang wanita di Amerika Serikat didiagnosa menderita kanker payudara dan 40.598 orang meninggal akibat kanker payudara (CDC, 2007). Di Indonesia sendiri, terdapat 7.844 (16.9%) orang pasien rawat inap dan sebanyak 8.829 orang (22.33%) pasien rawat jalan yang menderita tumor ganas payudara (Profil Kesehatan Indonesia, 2005). Dan berdasarkan data dari Rumah Sakit Kanker Dharmais, pada tahun 2007 terdapat 437 kasus baru penderita tumor ganas payudara.

Banyak hal yang bisa menjadi faktor yang mempermudah seseorang menderita tumor payudara. Usia yang lebih tua (di atas 30 tahun) menunjukkan resiko menderita tumor payudara terutama kanker payudara lebih besar daripada usia yang lebih muda. Adanya riwayat keluarga yang mengidap tumor payudara, riwayat usia menarke sebelum umur 12 tahun, usia menopause setelah umur 55 tahun, serta usia kelahiran hidup pertama yang semakin tua akan meningkatkan kemungkinan seseorang untuk mendapat tumor. Selain itu terdapat pula faktor resiko yang masih belum dapat dipastikan seperti paparan dengan rokok, pemakaian kontrasepsi oral, estrogen eksogen, diet tinggi lemak, dan konsumsi alkohol turut mempermudah seseorang mengidap tumor payudara (Smith, 1999).


(18)

Saat ini, metode yang dipakai untuk mencari tahu apakah seseorang menderita tumor payudara sudah sangat berkembang. Seperti biopsi sampai dengan pencitraan mammografi. Namun, sampai sekarang pemeriksaan histopatologi masih menjadi gold standard dalam menentukan apakah seseorang menderita suatu tumor, khususnya tumor payudara, atau tidak. Dari hasil operasi jaringan yang dicurigai suatu pertumbuhan neoplastik, dapat diketahui bagaimana tipe pertumbuhan jaringan tersebut, apakah ganas atau jinak (Euhus, 2008).

Sampai sekarang, belum ada data yang menunjukkan pembagian yang jelas dari tumor payudara tersebut, sementara data ini sangat penting untuk penentuan klasifikasi tumor, sehingga pada akhirnya dapat juga ditentukan penatalaksanaan yang sesuai serta prognosis yang muncul akibat tumor payudara. Maka penulis tertarik untuk mengamati karakteristik gambaran histopatologi tumor payudara tersebut yang nantinya akan diperoleh data yang menunjukkan gambaran histopatologi tumor payudara, baik yang jinak maupun yang ganas, berdasarkan klasifikasi WHO tahun 2003.

1.2. Rumusan Masalah

Dengan memperhatikan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

Bagaimanakah tipe gambaran histopatologi, baik tumor jinak maupun tumor ganas, dari tumor payudara di Instalasi Patologi Anatomi RSUP H. Adam Malik-Medan tahun 2009-2010?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui tipe gambaran histopatologi tumor payudara, baik tumor jinak maupun tumor ganas di Instalasi Patologi Anatomi RSUP H. Adam Malik-Medan pada tahun 2009-2010.


(19)

1.3.2. Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :

a. Mengetahui prevalensi penderita tumor jinak payudara di RSUP H. Adam Malik-Medan pada tahun 2009-2010.

b. Mengetahui prevalensi penderita tumor ganas payudara di RSUP H. Adam Malik-Medan pada tahun 2009-2010.

c. Mengetahui jenis tumor jinak payudara di RSUP H. Adam Malik-Medan pada tahun 2009-2010.

d. Mengetahui jenis tumor ganas payudara di RSUP H. Adam Malik-Medan pada tahun 2009-2010.

e. Mengetahui usia tersering penderita tumor jinak payudara di RSUP H. Adam Malik-Medan pada tahun 2009-2010.

f. Mengetahui usia tersering penderita tumor ganas payudara di RSUP H. Adam Malik-Medan pada tahun 2009-2010.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat, diantaranya : 1. Memberi informasi kepada pihak praktisi medis tentang predominasi

tumor payudara sehingga penanganan yang tepat dapat segera dilakukan.

2. Hasil penelitian yang diperoleh dapat dipergunakan sebagai sumber informasi data epidemiologi untuk penelitian ilmiah tentang tumor payudara di masa mendatang, baik oleh peneliti maupun oleh pihak-pihak lainnya.

3. Memberi informasi yang jelas kepada masyarakat terutama golongan wanita tentang insidens tumor payudara sehingga untuk ke depannya masyarakat akan lebih peka dalam mencegah timbulnya tumor payudara dengan cara menghindari faktor-faktor resiko.

4. Memberi edukasi kepada masyarakat agar segera berobat ke dokter apabila ada tanda-tanda menderita tumor payudara.


(20)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Payudara

2.1.1. Anatomi Organ Payudara

Payudara adalah sebuah organ yang berisi kelenjar untuk reproduksi sekunder serta berasal dari lapisan ektodermal. Kelenjar ini dinamakan sebagai kelenjar payudara dan merupakan modifikasi dari kelenjar keringat. Payudara terletak di bagian superior dari dinding dada. Pada wanita, payudara adalah organ yang berperan dalam proses laktasi, sedangkan pada pria organ ini tidak berkembang dan tidak memiliki fungsi dalam proses laktasi seperti pada wanita (Van De Graaff, 2001).

Proses perkembangan payudara dimulai pada janin berumur 6 minggu dimana terjadi penebalan lapisan epidermis pada bagian ventral, superfisial dari fasia pektoralis serta otot-otot pektoralis mayor dan minor. Penebalan yang terjadi pada venteromedial dari regio aksila sampai ke regio inguinal menjadi ‘milk lines’ dan selanjutnya pada bagian superior berkembang menjadi puting susu dan bagian lain menjadi atrofi (Kissane, 1990).

Payudara lazimnya terletak di antara tulang sternum bagian lateral dan lipatan ketiak, serta terbentang dari iga ke 2 sampai iga ke 6 atau 7. Pada bagian puncak dari payudara terdapat struktur berpigmen dengan diameter 2-6 cm yang dinamakan areola. Warna areola itu sendiri bervariasi mulai dari merah muda sampai coklat tua. Warna areoala ini bergantung pada umur, jumlah paritas, dan pigmentasi kulit (Djamaloedin, 2008).

Payudara adalah organ yang kaya akan suplai pembuluh darah yang berasal dari arteri dan vena. Cabang dari arteri torakalis interna menembus ruang antara iga 2, 3, dan 4 untuk memperdarahi setengah dari bagian medial payudara. Arteri ini menembus sampai otot-otot interkostalis dan membran interkostalis anterior untuk mensuplai otot-otot pektoralis mayor dan pektoralis minor di kedua payudara. Cabang-cabang kecil dari arteri interkostalis anterior juga mensuplai darah untuk payudara di bagian medial. Di daerah lateral, payudara disuplai oleh


(21)

cabang dari arteri aksilaris dan arteri torakalis lateral. Cabang dari arteri aksilaris adalah arteri arteri torakoakromial, kemudian bercabang lagi menjadi arteri pektoralis. Sementara cabang dari arteri torakalis lateral adalah arteri mamari eksternal yang menyusuri otot pektoralis mayor untuk memperdarahi setengah payudara bagian lateral (Poggi, 2003).

Aliran darah balik pembuluh vena dari payudara mengikuti aliran arteri secara berlawanan. Darah kembali menuju vena cava melalui vena aksilaris dan vena torakalis interna. Selain itu, darah juga kembali ke vena cava melalui pleksus vertebralis. Aliran balik vena pada kuadran atas lebih besar daripada aliran balik vena dari kuadran bawah (Poggi, 2003).

Persarafan kulit payudara ditanggung oleh cabang pleksus servikalis dan n. interkostalis. Jaringan kelenjar payudara sendiri diurus oleh saraf simpatik. Aliran limfe dari payudara sekitar 75% menuju ke aksila, sisanya ke kelenjar parasternal dan interpektoralis (Juan, 2004).

2.1.2. Histologi Organ Payudara

Payudara pada wanita dewasa disusun oleh sistem kelenjar, duktus, dan stroma yang terdiri dari jaringan ikat fibrosa dan jaringan lemak. Setiap payudara terdiri dari 15-20 lobus. Bagian dasar dari setiap lobus tersebut berada di daerah proksimal dekat tulang iga sedangkan bagian puncaknya adalah puting yang merupakan muara dari duktus setiap lobus. Jadi, setiap duktus laktiferus akan bergabung menjadi sinus laktiferus dan akhirnya bermuara pada puting (nipple) (Junqueira, 2005).

Diantara kelenjar susu dan fasia pektoralis serta diantara kulit dan kelenjar payudara terdapat jaringan lemak. Diantara lobulus terdapat ligamentum Cooper yang memberi rangka untuk payudara. Setiap lobulus terdiri dari sel-sel asini yang terdiri dari sel epitel kubus dan mioepitel yang mengelilingi lumen. Sel epitel mengarah ke lumen, sedangkan sel mioepitel terletak diantara sel epitel dan membran basalis (Sjamsuhidajat, 2000).


(22)

2.2. Tumor Payudara

Tumor atau dalam istilah medis disebut sebagai neoplasma, secara harafiah berarti pertumbuhan baru. Neoplasma merupakan massa abnormal jaringan yang pertumbuhannya berlebihan dan tidak terkoordinasi dengan pertumbuhan jaringan normal serta terus demikian, walaupun rangsangan yang memicu perubahan tersebut telah berhenti. Hal mendasar tentang asal neoplasma adalah hilangnya responsivitas terhadap faktor pengendali pertumbuhan yang normal (Kumar, 2007).

Tumor dapat dibedakan menjadi tumor jinak dan tumor ganas atau lebih sering dikenal dengan sebutan kanker. Suatu tumor dikatakan jinak apabila masih berdiferensiasi baik (secara morfologis dan fungsional masih mirip dengan sel asal), tumbuh perlahan, tidak menginfiltrasi jaringan sekitar serta tidak bermetastasis ke organ lain. Dan hal yang berlawanan terdapat pada tumor ganas atau kanker. Kanker cenderung lebih anaplastik, laju pertumbuhan lebih cepat serta tumbuh dengan cara infiltrasi, invasi, destruksi, sampai metastasis ke jaringan sekitar dan cukup potensial untuk menimbulkan kematian (Kumar, 2007). Tumor dapat muncul pada berbagai organ tubuh manusia dalam bentuk pembesaran organ seperti pada otak, paru, tulang, ovarium, serviks, payudara, dan lain-lain. Namun, angka morbiditas dan mortalitas tumor ganas (kanker) cenderung lebih tinggi bila dibandingkan dengan tumor yang masih dalam kondisi

“jinak”.

2.2.1. Faktor Resiko a. Usia

Kanker payudara jarang terjadi pada usia sebelum 25 tahun, kecuali pada beberapa kasus yang berhubungan dengan faktor familial. Secara keseluruhan dapat terjadi pada semua usia, 77 % terjadi pada wanita di atas 50 tahun dan rata-rata diagnosis ditegakkan pada wanita usia 64 tahun (Cotton, 1992).


(23)

b. Usia Menarche

Pada 20 % kasus, terjadi peningkatan insiden kanker payudara pada wanita yang usia menarche kurang dari 11 tahun jika dibandingkan dengan usia yang mendapat menarche pada usia 14 tahun. Menopause yang terlambat juga merupakan faktor penyebab terjadinya resiko kanker payudara (Cotton, 1992).

c. Usia Kehamilan

Pada wanita dengan usia kehamilan anak pertama kurang dari 20 tahun memiliki faktor resiko separuhnya jika dibandingkan dengan wanita pada saat usia kehamilan anak pertama lebih dari 35 tahun atau pada nullipara. Diduga, pada saat kehamilan menyebabkan terjadi diferensiasi terminal sel-sel epitel yang dikatakan berkompetensi untuk terjadinya perubahan ke arah keganasan (Cotton, 1992).

d. Ras

Walaupun secara keseluruhan insiden kanker payudara rendah pada wanita Afrika dan Amerika, tetapi pada kelompok ini ditemukan pada stadium yang lanjut sehingga angka mortalitas meningkat jika dibandingkan dengan wanita kulit putih. Kanker payudara lebih banyak ditemukan pada wanita kulit hitam jika dibandingkan dengan wanita kulit putih serta berusia lebih dari 40 tahun. Pada wanita kulit hitam yang menderita kanker payudara umumnya dengan ‘nuclear high-grade’, lebih sering tanpa reseptor hormonal dan terjadinya mutasi sporadik p53. Penderita kanker payudara paling banyak ditemukan pada wanita kaukasia. Faktor sosial yang berpengaruh seperti keterlambatan pemeriksaan ke pusat kesehatan dan sedikitnya penggunaan mammografi juga memegang peranan penting (Juan, 2004; Mills, 2004)


(24)

e. Paparan Estrogen

Penggunaan hormon pengganti pada wanita postmenopausal menunjukkan peningkatan faktor resiko terjadinya kanker payudara. Pemberian estrogen dan progesteron secara bersamaan meningkatkan terjadinya insiden kanker payudara jika dibandingkan dengan pemberian estrogen saja. Keadaan ini terutama dijumpai pada karsinoma lobular invasif. Tidak adanya estrogen endogen (oovorektomi) dapat menurunkan insiden kanker payudara mencapai 75 %. Faktor-faktor lain yang berpengaruh seperti geografik, diet, obesitas, olah raga teratur, menyusui, toksin lingkungan dan merokok dikatakan mempunyai faktor keterkaitan (Kumar, 2007)

2.2.2. Etiologi & Patogenesis

Dasar patogenesis dari tumor adalah suatu proses yang dinamakan karsinogenesis (Mitchel, 2007). Karsinogenesis terkait dalam proses-proses yang meliputi :

a. Menghasilkan sendiri sinyal pertumbuhan

b. Insensivitas terhadap sinyal penghambat pertumbuhan c. Menghindari apoptosis

d. Potensi replikasi tanpa batas e. Angiogenesis berkelanjutan

f. Kemampuan menginvasi dan beranak sebar

Suatu pertumbuhan yang tak terkontrol dari organ payudara dipengaruhi oleh faktor genetik dan hormonal. Berbagai faktor yang dapat mencetuskan suatu pertumbuhan yang berlebihan bahkan yang ganas dari organ payudara adalah:

1. Herediter

Ditemukan 13% tumor payudara terjadi secara herediter pada garis pertama keturunan, hanya sekitar 1 % yang diakibatkan oleh multifaktor dan mutasi germline.


(25)

Sekitar 23 % kanker payudara terjadi secara familial (atau 3% dari seluruh kanker payudara) hal ini diakibatkan dengan BRCA1 dan BRCA2 probabilitas terjadinya kanker yang berhubungan dengan mutasi gen ini meningkat jika terjadi pada garis pertama keturunan. Penderita terkena sebelum menopause dan atau dengan kanker multiple, atau pada pria dengan kanker payudara dan jika pada anggota keluarga menderita kanker ovarium. Secara herediter, penyebab terjadinya mutasi multifaktorial dan pada umumnya antar faktor ini saling mempengaruhi. Perubahan terjadi pada salah satu dari gen dan sekian banyak gen yang dapat mencetuskan suatu transformasi maligna didukung oleh faktor lain (Rubin, 2003)

Gen BRCA1 dan BRCA2

Pada kanker payudara ditemukan dua gen yang bertanggung jawab pada dua pertiga kasus kanker payudara familial atau 5 % secara keseluruhan, yaitu gen BRCA1 yang berlokasi pada kromosom 17 (17q21) dan gen BRCA2 yang berlokasi pada kromosom 13q-12-13. Adanya mutasi dan delesi BRCA1 yang bersifat herediter pada 85 % menyebabkan terjadinya peningkatan resiko untuk terkena payudara 10 % secara nonherediter dan kanker ovarium. Mutasi dari BRCA1 menunjukkan perubahan ke arah karsinoma tipe medular, cenderung ‘high grade’, mitotik sangat aktif, pola pertumbuhan dan mempunyai prognosis yang buruk. Gen BRCA2 yang berlokasi pada kromosom 13q melibatkan 70 % untuk terjadinya kanker payudara secara herediter dan bukan merupakan mutasi sekunder dari BRCA1. Seperti halnya BRCA1, BRCA2 juga dapat menyebabkan terjadinya kanker ovarium dan pada pria dapat meningkat resiko terjadinya pada kanker payudara (Tapia, 2007).

2. Mutasi Sporadik

Secara mayoritas keadaan mutasi sporadik berhubungan dengan paparan hormon, jenis kelamin, usia menarche dan menopause, usia reproduktif, riwayat menyusui dan estrogen eksogen. Keadaan kanker seperti yang dijumpai pada wanita postmenopause dan overekspresi estrogen reseptor. Estrogen


(26)

sendiri mempunyai dua kemampuan untuk berkembang menjadi kanker payudara. Metabolit estrogen pada penyebab mutasi atau menyebabkan perusakan DNA-radikal bebas. Melalui aktivitas hormonal, estrogen dapat menyebabkan proliferasi lesi premaligna menjadi suatu maligna. Sifat bergantung hormon ini berkaitan dengan adanya estrogen, progesterone dan reseptor hormon steroid lain ini di sel payudara. Pada neoplasma yang memiliki reseptor ini terapi hormon (antiestrogen) dapat memperlambat pertumbuhannya dan menyebabkan regresi tumor (Kissane, 1990).

3. Mutasi Germline

Faktor genetik ditunjukkan dengan kecendrungan familial yang kuat. Tidak adanya pola pewarisan menunjukkan bahwa insiden familial dapat disebabkan oleh kerja banyak gen atau oleh faktor lingkungan serupa yang bekerja pada anggota keluarga yang sama. Pada penderita sindroma Li-Fraumeni terjadi mutasi dari tumor suppressor gen p53. Keadaan ini dapat menyebabkan keganasan pada otak dan kelenjer adrenal pada anak-anak dan kanker payudara pada orang dewasa. Ditemukan sekitar 1 % mutasi p53 pada penderita kanker payudara yang dideteksi pada usia sebelum 40 tahun (Kissane, 1990).

4. HER2/neu

HER2/neu (c-erbB-2) merupakan suatu onkogen yang meng-encode glikoprotein transmembran melalui aktivitas tirosin kinase, yaitu p185. Overekspresi HER2/neu dapat dideteksi melalui pemeriksaaan imunohistokimia, FISH (‘Fluorencence In Situ Hybridization’) dan CISH (‘Chromogenic In Situ Hybridization’). Suatu kromosom penanda (1q+) telah dilaporkan dan peningkatan ekspresi onkogen HER2/neu telah dideteksi pada beberapa kasus. Adanya onkogen HER2/neu yang mengalami amplikasi pada sel-sel payudara berhubungan dengan prognosis yang buruk (Moriki, 2006).


(27)

5. Virus

Diduga menyebabkan kanker payudara. Faktor susu Bittner adalah suatu virus yang menyebabkan kanker payudara pada tikus yang ditularkan melalui air susu. Antigen yang serupa dengan yang terdapat pada virus tumor payudara tikus telah ditemukan pada beberapa kasus kanker payudara pada manusia tetapi maknanya tidak jelas (Rubin, 2003).

2.2.3. Klasifikasi Tumor Payudara

Berdasarkan gambaran histologisnya, WHO tahun 2003 membagi tumor pada payudara menjadi:

1. Epithelial Tumor

a) Invasive ductal carcinoma b) Invasive lobular carcinoma c) Tubular carcinoma

d) Invasive cribiform carcinoma e) Medullary carcinoma

f) Mucinous carcinoma and the other tumours with abundant mucin 1) Mucinous carcinoma

2) Cystadenocarcinoma and columnar cell mucinous carcinoma 3) Signet ring cell carcinoma

g) Neuroendocrine tumours

1) Solid neuroendocrine carcinoma 2) Atypical carcinoid tumour 3) Small cell/oat cell carcinoma

4) Large cell neuroendocrine carcinoma h) Invasive papillary carcinoma

i) Invasive micropapillary carcinoma j) Apocrine carcinoma

k) Metaplastic carcinoma

1) Pure epithelial metaplastic carcinomas (a) Squamous cell carcinoma


(28)

(b) Adenocarcinoma with spindle cell metaplasia (c) Adenosquamous carcinoma

(d) Mucoepidermoid carcinoma

2) Mixed epithelial/mesenchymal metaplastic carcinomas l) Lipid-rich carcinoma

m) Secretory carcinoma n) Oncocytic carcinoma o) Adenoid cystic carcinoma p) Acinic cell carcinoma

q) Glycogen-rich clear cell carcinoma r) Sebaseous carcinoma

s) Inflammatory carcinoma t) Lobular neoplasia

1) Lobular carcinoma in situ u) Intraductal proliferative lesions

1) Usual ductal hyperplasia 2) Flat epithelial atypia

3) Atypical ductal hyperplasia 4) Ductal carcinoma in situ v) Microinvasive carcinoma w) Intraductal papillary neoplasms

1) Central papilloma 2) Peripheral papilloma 3) Atypical papilloma

4) Intraductal papillary carcinoma 5) Intracystic papillary carcinoma x) Benign epithelial proliferations

1) Adenosis including variants a)Sclerosing adenosis b)Apocrine adenosis c)Blunt duct adenosis


(29)

d)Microglandular adenosis e)Adenomyoepithelial adenosis 2) Radial scar/complex sclerosing lesion y) Adenomas

1) Tubular adenoma 2) Lactating adenoma 3) Apocrine adenoma 4) Pleomorphic adenoma 5) Ductal adenoma 2. Myoepithelial lesions

a. Myoeptheliosis

b.Adenomyoepitheliosis c. Adenomyoepithelioma d.Malignant myoepithelioma 3. Mesenchymal tumours

a. Haemangioma b.Angiomatosis

c. Haemangiopericytoma

d.Pseudoangiomatous stromal hyperplasia e. Myofibroblastoma

f. Fibromatosis (agressive)

g.Inflammatory myofibroblastic tumour h.Lipoma

1) Angiolipoma i. Granular cell tumour j. Neurofibroma k.Schwannoma l. Angiosarcoma m. Liposarcoma n.Rhabdomyosarcoma o.Osteosarcoma


(30)

p.Leiomyoma q.Leiomyosarcoma 4. Fibroepithelial tumours

a. Fibroadenoma b.Phyllodes tumour

1) Benign 2) Borderline 3) Malignant

c. Periductal stromal sarcoma, low grade d.Mammary hamartoma

5. Tumours of the nipple a. Nipple adenoma

b.Syringomatous adenoma c. Paget disease of the nipple 6. Malignant lymphoma

a. Diffuse large B-cell lymphoma b.Burkitt lymphoma

c. Extranodal marginal-zone B-cell lymphoma of MALT type d.Follicular lymphoma

7. Metastatic tumours

8. Tumours of the male breast a. Gynecomastia

b.Carcinoma 1) Invasive 2) In situ


(31)

Tabel 2.1 Tumor Jinak dan Tumor Ganas Payudara (dikutip dari: World Health Organization, 2003)

Tumor Jinak

Tumor Ganas

Carsinoma In Situ Malignant Tumour

a) Intraductal Papillary Neoplasms

1) Central papilloma 2) Peripheral

papilloma b) Adenomas

1) Tubular adenoma 2) Lactating adenoma 3) Apocrine adenoma 4) Pleomorphic

adenoma

5) Ductal adenoma c) Adenomyoepithelioma d) Haemangioma

e) Myofibroblastoma f) Lipoma

g) Granular cell tumour h) Neurofibroma i) Schwannoma j) Leiomyoma k) Fibroadenoma l) Phyllodes tumour m) Nipple adenoma n) Syringomatous adenoma a) Lobular Carcinoma In Situ b) Ductal Carcinoma In Situ c) Intraductal Papillary Carcinoma d) Intracystic Papillary Carcinoma e) Carcinoma In

Situ (Male Breast Tumor)

a) Invasive ductal carcinoma b) Invasive lobular carcinoma c) Tubular carcinoma

d) Invasive cribiform carcinoma

e) Medullary carcinoma f) Mucinous carcinoma and the

other tumours with abundant mucin

g) Neuroendocrine tumours h) Invasive papillary carcinoma i) Invasive micropapillary

carcinoma

j) Apocrine carcinoma k) Metaplastic carcinoma l) Lipid-rich carcinoma m) Secretory carcinoma n) Oncocytic carcinoma o) Adenoid cystic carcinoma p) Acinic cell carcinoma q) Glycogen-rich clear cell

carcinoma

r) Sebaseous carcinoma s) Inflammatory carcinoma


(32)

2.2.4. Tumor Jinak Payudara

Bentuk utama tumor jinak payudara menurut Kumar (2007), antara lain:

2.2.4.1. Fibroadenoma

Fibroadenoma muncul sebagai nodus diskret, biasanya tunggal, mudah digerakkan dan bergaris tengah 1 cm sampai 10 cm. Walaupun jarang, tumor ini mungkin multipel dan, juga sama jarangnya, tumor mungkin bergaris tengah lebih dari 10 cm (fobroadenoma raksasa). Berapapun ukurannya, tumor ini biasanya

mudah „dikupas‟. Secara makroskopis, semua tumor teraba padat

dengan warna seragam coklat-putih pada irisan, dengan bercak-bercak kuning merah muda yang mencerminkan daerah kelenjar. Secara histologis, tampak stroma fibroblastik longgar yang mengandung rongga mirip duktus berlapis epitel dengan ukuran dan bentuk beragam. Rongga mirip duktus atau kelenjar ini dilapisi satu atau lebih lapisan sel yang regular dengan membran basal jelas dan utuh. Meskipun di sebagian lesi rongga duktus terbuka, bundar sampai oval, dan cukup teratur (fibroadenoma perikanalikularis), sebagian lainnya tertekan oleh proliferasi ekstensif stroma sehingga pada potongan melintang rongga tersebut tampak sebagai celah atau struktur ireguler mirip bintang (fibroadenoma intrakanalikularis) (Crum, 2007).

2.2.4.2. Tumor Filoides

Tumor ini jauh lebih jarang ditemukan daripada fibroadenoma dan diperkirakan berasal dari stroma intralobulus, jarang dari fibroadenoma yang sudah ada. Tumor ini mungkin kecil (bergaris tengah 3-4 cm), tetapi sebagian besar tumbuh hingga berukuran besar, mungkin masif hingga payudara membesar. Sebagian mengalami lobulasi menjadi kistik dan karena pada


(33)

potongan memperlihatkan celah mirip daun, tumor ini disebut tumor filoides. Perubahan yang paling merugikan adalah peningkatan selularitas stroma disertai anaplasia dan aktivitas mitotik yang tinggi, disertai oleh peningkatan pusat ukuran, biasanya dengan invasi jaringan payudara di sekitarnya oleh stroma maligna. Sebagian besar tumor ini tetap lokalisata dan disembuhkan dengan eksisi; lesi maligna mungkin kambuh, namun lesi ini juga cenderung terlokalisasikan. Hanya yang paling ganas, sekitar 15% kasus, menyebar ke tempat jauh (Crum, 2007).

Perbedaan histologis antara tumor filoides yang jinak, tumor filoides yang ganas, dan dengan fibroadenoma sangat sulit ditentukan (Naruns, 2004). Kriteria patologis yang membedakan antara tumor floides jinak dan ganas adalah gambaran dari stromanya, antara lain batas dari tumor, adanya infiltrat, derajat selularitas, adanya gambaran nekrosis jaringan, tipe selular dan jumlah aktivitas mitotik (WHO, 2002).

2.2.4.3. Papiloma Intraduktus

Merupakan pertumbuhan tumor neoplastik di dalam suatu duktus. Sebagian besar lesi bersifat soliter, ditemukan dalam sinus atau duktus laktiferosa utama. Lesi ini menimbulkan gejala klinis berupa keluarnya discharge serosa atau berdarah dari puting susu, adanya tumor subareola kecil dengan garis tengah beberapa milimeter, atau retraksi puting payudara (jarang).

Tumor biasanya tunggal dengan garis tengah kurang dari 1 cm, terdiri atas pertumbuhan yang halus, bercabang-cabang di dalam suatu kista atau duktus yang melebar. Secara histologis, tumor terdiri atas papila-papila, masing-masing memiliki aksis jaringan ikat yang dibungkus oleh sel epitel slindris atau kuboid yang sering tediri atas 2 lapis, dengan lapisan epitel luar terletak di atas lapisan mioepitel (Crum, 2007; Berek, 2004).


(34)

2.2.5. Tumor Ganas Payudara

Kanker payudara dibagi menjadi kanker yang belum menembus membran basal (noninvasif) dan yang sudah menembus membran basal dan yang sudah menembus membran basal. Bentuk utama tumor ganas payudara dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

a. Noninvasif

Terdapat dua tipe karsinoma payudara yang noninvasif yaitu: karsinoma duktus in situ (DCIS) dan karsinoma lobulus in situ (LCIS). Penelitian morfologik memperlihatkan bahwa keduanya biasanya berasal dari unit lobulus duktus terminal. DCIS cenderung mengisi, mendistorsi dan membuka lobulus yang terkena sehingga tampaknya melibatkan rongga mirip duktus. Sebaliknya LCIS biasanya meluas, tetapi tidak mengubah arsitektur dasar lobulus. Keduanya dibatasi oleh membran basal dan tidak menginvasi stroma atau saluran limfovaskular.

1) Karsinoma Duktus in situ (DCIS)

DCIS memperlihatkan gambaran histologik yang beragam. Pola arsitekturnya, antara lain tipe solid, kribiformis, papilaris, mikopapilaris, dan clinging. Secara makroskopis, DCIS dapat menghasilkan suatu massa keras yang terdiri atas struktur-struktur seperti tali dan massa nekrotik. Kalsifikasi adalah gambaran yang biasanya dijumpai (Tavasolli, 2003).

Berdasarkan histologinya DCIS terbagi atas lima subtipe: komedokarsinoma, solid, kribriform, papilari, dan mikropapilari. Beberapa kasus menunjukkan hanya mempunyai satu gambaran subtipe, tetapi mayoritas kasus menunjukkan campuran dari kelima tipe ini. Sebelumnya DCIS terbagi atas dua bagian yaitu yang

„highgrade‟ dengan karakteristik sel-sel besar dan plemorfis serta dijumpai adanya nekrosis (comedokarsinoma). Sedangkan yang ‘low -grade’ terdiri atas sel-sel kecil yang uniform serta tidak dijumpai


(35)

adanya nekrosis (solid, kribiform, mikropapilari). Sekarang ini DCIS terbagi atas tiga grade berdasarkan atas kriteria sitologi. Yang termasuk grade 3 adalah komedokarsinoma yang klasik, solid klasik/kribiform/mikropapilari termasuk ke dalam grade 1 DCIS, dan sedangkan gambaran diantara kedua kriteria di atas dimasukkan kedalam grade 2 DCIS (Crum, 2007).

2) Karsinoma Lobulus in situ (LCIS)

LCIS cenderung bersifat multifokal dan bilateral. LCIS tidak menghasilkan lesi yang dapat diraba dan tidak terlihat pada mammografi. Kondisi ini biasanya merupakan temuan patologik insidental. Sel-sel pada DCIS dan LCIS kehilangan ekspresi e-cadherin, suatu protein transmembran yang bertanggung jawab atas adhesi sel-sel epitelial. Pada keadaan ini ditemukan ‘loss of heterozygocity’ pada 16q posisi gen e-cadherin (Rosen, 2001; Crum, 2007).

Sel-sel abnormal dari hiperplasia lobular atipik, karsinoma lobular insitu dan karsinoma lobular invasif adalah identik, terdiri dari sel-sel kecil dengan inti yang oval atau bulat dan anak inti yang kecil serta tidak berdekatan satu sama lain. Sering dijumpai adanya ’signet ring cell’ yang mengandung mucin. Karsinoma lobular insitu tidak merubah bentuk dasarnya dan acini yang terlibat masih tetap dapat dikenali sebagai lobule-lobule. Karsinoma lobular insitu sering menampilkan reseptor estrogen dan progesteron dan overekspresi HER2/neu belum didapat (Tavasolli, 2003).

b. Invasif

1) Karsinoma Duktus Invasif

Merupakan jenis yang paling banyak ditemukan dan mencapai 80% dari kanker payudara. Kebanyakan tumor berkembang dari sel-sel epitel yang terdapat pada permukaan duktus (King, 2005).


(36)

Secara makroskopis tumor berupa massa infiltratif berwarna putih-keabuan yang teraba keras seperti batu dan berpasir. Gurat kapur putih kekuningan merupakan ciri khas karsinoma ini dan dapat terjadi akibat deposit jaringan elastik (elastosis) di sekitar duktus di daerah yang terkena. Fibrosis dapat luas (desmoplasia) dan menghasilkan suatu karsinoma tipe keras (scirrhous) (Crum, 2007).

Gambaran morfologinya berbeda-beda dari kasus ke kasus dan sering strukturnya kurang teratur berhubungan dengan tipe spesifik tumor. Bentuk sel-sel tumor dapat tersusun seperti ikatan (‘cord’), kelompokan, trabekula dimana beberapa tumor dikarakteristikkan dengan sebagian besar padat dan menginvasi sedikit stroma. Kasus-kasus diferensiasi kelenjar dapat menunjukkan bentuk tubular dengan central luminal pada kelompok-kelompok sel tumor. Adakalanya, daerah dengan infiltrasi single file atau gambaran targetoid terlihat tetapi ini kurang menunjukkan karakteristik dari sitomorfologi untuk invasif lobular karsinoma. Sel-sel ganas menunjukkan gambaran yang berubah-ubah. Sitoplasmanya selalu banyak dan eosinofilik. Nukleusnya dapat regular, seragam atau pleomorfik yang tinggi dengan nukleoli yang menonjol dan selalu multipel, mitotik hampir dijumpai dan banyak (Rosen, 2001)

Diatas 80% kasus karsinoma duktal invasive berhubungan dengan ductal carcinoma insitu dan yang tersering adalah DCIS tipe comedo yang ‘high grade’ (Tavasolli, 2003).

Komponen stromanya sangat bervariasi. Dapat mempunyai proliferasi fibroblastik yang tinggi, hanya sedikit elemen jaringan konektif atau petanda hialinisasi. Daerah jaringan elastik dapat dijumpai, pada distribusi periduktal atau perivenous. Daerah nekrosis biasanya luas. Sebagian kecil kasus dapat dijumpai lymphoplasmacytoid (Tavasolli, 2003).

Pada beberapa kanker, secara jelas mengekspresikan reseptor hormon dan tidak overekspresi terhadap HER2/neu. Pada tumor yang


(37)

lain dijumpai sel-sel pleomorfik yang tersusun secara anastomosis, lebih sedikit mengekspresikan reseptor hormon dan lebih banyak mengekspresikan HER2/neu (Crum, 2007).

2) Karsinoma Lobulus Invasif

Tipe kanker payudara ini biasanya tampak sebagai penebalan di kuadran luar atas dari payudara. Tumor ini berespon baik terhadap terapi hormon. Terjadi sebanyak 5% dari kasus kanker payudara. Karsinoma lobular invasif biasanya tampak seperti karsinoma duktal insitu yaitu massa yang dapat teraba dan densitas pada mammografi. Sekitar ¼ kasus adalah bentuk difus dari invasif tanpa desmoplasia yang menonjol dan adanya daerah penebalan dari payudara atau perubahan arsitektur pada mammografi. Metastasis sulit dideteksi berdasarkan klinis dan radiologis pada tipe invasif. Karsinoma lobular dilaporkan paling banyak dijumpai bilateral. Insiden dari karsinoma lobular dilaporkan meningkat pada wanita yang postmenopause. Diduga ada hubungan dengan terapi hormon pengganti pada wanita yang postmenopause.

Secara mikroskopis menunjukkan gambaran klasik dengan kecenderungan populasi sel yang sedikit. Sel-sel tersebar tunggal atau

membentuk kelompokan kecil dengan karakteristik gambaran „single files‟, sitoplasma sedikit, banyak dijumpai „naked cells‟, inti irregular,

hiperkromatik dan ukuran inti uniform. Ukuran sel sedikit lebih besar dari limfosit, inti bulat – oval, ukuran inti 11,8 μm, tepi ireguler, kadang tampak nukleoli dan indentasi pada tepi inti, kadang-kadang inti eksentrik, sitoplasma banyak dan mengandung musin. Pada karsinoma lobular secara umum dapat dijumpai dua jenis sel yaitu, sel-sel kecil yang tersebar merata biasanya dijumpai pada wanita postmenopause dan sel-sel yang tersusun dalam kelompokan pleomorfik, membentuk gambaran tiga dimensi, ukuran sel lebih besar sedikit dari sel-sel darah merah. Kadang-kadang dapat dijumpai


(38)

lumina intrasitoplasmik, vakuol musin atau „signet ring cell‟. Stroma

banyak, terdiri dari jaringan ikat atau desmoplastik. Sel-sel neoplastik tidak begitu erat melekat ke stroma dan pada sediaan hapus menunjukkan populasi yang sedikit. Pada beberapa karsinoma lobular

dijumpai kondensasi droplet musin pada sentral („bull‟s eye inclusion‟) tetapi keadaan ini bukan suatu karakteristik (Crum, 2007; Mills, 2004).

3) Karsinoma Medularis

Secara makroskopis berbentuk bulat dengan ukuran yang berbeda-beda, dengan diameter 2 -2,9 cm, dengan batas yang tegas dan konsisten lunak. Berwarna coklat sampai abu-abu. Sering dijumpai daerah nekrosis dan perdarahan-perdarahan.

Secara histopatologi karsinoma terdiri dari sel-sel yang berdiferensiasi buruk yang tersusun pada lembaran-lembaran besar, dengan tidak dijumpai struktur kelenjar, dengan stroma yang sedikit dan infiltrasi limphoplasmasitik yang menonjol. Ada lima bentuk karakteristik yaitu bentuk sinsitial, tidak dijumpai bentuk glandular atau tubular, infiltrasi limphoplasmasitik pada stroma yang diffuse, selselnya biasanya bulat dengan sitoplasma yang banyak dan anak inti vesikuler mengandung satu atau beberapa anak inti. Inti plemorfis dengan ukuran sedang. Mitotis sering dijumpai. Dapat dijumpai sel-sel besar yang atipik, sel- sel yang berfoliferasi dibatasi oleh jaringan ikat fibrous (Juan, 2004).

4) Karsinoma Koloid (Karsinoma Musinosa)

Insiden karsinoma musinosum juga lebih tinggi pada wanita yang mengalami mutasi gen BRCA1. Mirip dengan yang diamati pada karsinoma medullari, hypermetilasi dan promoter BRCA1 juga terdapat pada 55% dari karsinoma musinosum yang tidak berhubungan dengan mutasi germline BRCA1 (Crum, 2007)


(39)

Secara makroskopis konsistensi tumor sangat lunak seperti gelatin dan berwarna pucat biru keabuan. Sel tumor tampak berkelompok dan memiliki pulau-pulau sel yang kecil dalam sel musin yang besar yang mendorong ke stroma terdekat.

Secara sitologi sel-sel kanker dengan bentuk atipik, membentuk agregat kecil yang solid dan ada juga yang tersebar membentuk „files‟

tunggal, inti membesar, pleomorfik, „moderate‟ atipia, dengan

sitoplasma yang banyak. Latar belakang sediaan hapus didominasi oleh musin yang sangat menonjol dan secara makroskopis dapat terlihat. Pada pewarnaan MGG, musin memperlihatkan warna biru dan pada pewarnaan Hemaktosilin dan Eosin serta Pap memberikan warna pucat. Pada beberapa kasus dapat dijumpai musin

intrasitoplasmik dan „signet ring cell‟, seperti pada karsinoma lobular

invasif. Selain itu juga dapat dijumpai gambaran „chicken wire‟ yang berasal dari pembuluh darah dan sangat prominen. Keadaan ini mendukung suatu karsinoma musinosum walaupun pada fibroadenoma mamma juga kadang-kadang dapat dijumpai. Pada

sediaan hapus tidak dijumpai massa nekrotik (Mills, 2004).

5) Karsinoma Tubulus

Metastasis pada axilla kurang dari 10 %. Subtipe ini penting dikenali untuk menentukan prognosisnya. Tipe ini banyak ditemukan pada wanita usia sekitar 50 tahun. Pada pemeriksaan mikroskopik gambaran struktur tubulusnya sangat khas. Dengan kata lain semua adalah ‘well differentiated’ dan angka 10 ysr (‘year survival rate’) mencapai 95 (Tavasolli, 2003).

Gambaran mikroskopisnya tumor ini terdiri dari „well formed tubules‟ dan terkadang sulit dibedakan dengan lesi sklerotik yang jinak. Namun demikian tumor ini tidak memiliki lapisan sel myoepitel dan sel-sel tumor ini berkontak langsung dengan stroma. Hampir semua karsinoma tubulus mengekspresikan reseptor hormon, dan


(40)

sangat jarang mengekspresikan ERBB2 secara berlebihan (Crum, 2007).

2.2.6. Grading Histopatologi & Stadium Klinis 2.2.6.1. Grading Histopatologi

Prognostik kanker payudara ditentukan oleh grading maupun stadium dari kanker payudara. Adapun sistem yang banyak digunakan adalah berdasarkan ‘Scarff-Bloom Richardson Grading System dengan menilai formasi tubulus, inti pleomorfik serta derajat mitosis.

Untuk menghitung skor total dengan cara menjumlahkan nilai dari tabel di bawah ini sebagai konfirmasi grading.

 Grade I : Skor 3-5  Grade II : Skor 6-7  Grade III : Skor 8-9

Tabel 2.2 Grading Histopatologi

Gambaran Skor

Formasi tubulus

 Mayoritas pada tumor  Moderate

 Minimal < 10%

1 2 3 Inti pleomorfik

 Inti kecil, regular

 Moderate, peningkatan ukuran

 Adanya variasi pada ukuran, nucleoli, kromatin kasar dan lain-lain

1 2


(41)

3 Derajat mitosis

 < 10 per 10 HPF  10 – 20 per 10 HPF  > 20 per HPF

1 2 3

(Dikutip dari: Protocol Applied to All Invasion carcinoma of the Breast.[cited: 2009/12/10] Available from : www.cap.org/apps/docs/commitees/cancer/cancer protocols/2005/breast05 ckw.pdf)

2.2.6.2. Stadium Klinis

Stadium klinis kanker payudara adalah sebagai berikut; Stadium 0 : karsinoma insitu (duktal atau lobular)

Stadium 1 : karsinoma invasive awal, tumor berukuran diameter <2 cm dan tidak ada metastase ke kelenjar limfe.

Stadium 2 : tumor berukuran > 2 cm dan atau terbukti adanya metastasis ke kelenjar limfe lokal (untuk tumor berukuran < 5 cm)

Stadium 3 : kanker yang „locally advanced‟, dimana tumor

bermetastase ke kelenjar limfe soft tissue


(42)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran histopatologi tumor payudara di Instalasi Patologi Anatomi RSUP H. Adam Malik dari bulan Januari 2009 sampai Desember 2010.

Berdasarkan latar belakang dan tinjauan pustaka, maka kerangka konsep dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

3.2. Definisi Operasional

Tumor payudara adalah segala bentuk pembesaran yang tidak normal pada organ payudara tanpa memperhatikan jenisnya apakah jinak atau ganas.

Gambaran histopatologi adalah hasil dari pembacaan sedian histopatologi tumor payudara oleh dokter spesialis Patologi Anatomi.

Cara pengukuran gambaran histopatologi adalah dengan analisis data rekam medik dari sediaan histopatologi tumor payudara yang ada di Instalasi Patologi Anatomi RSUP H. Adam Malik pada tahun 2009-2010.

Alat ukur yang digunakan adalah data rekam medis yang menunjukkan karakteristik histopatologi dari tumor payudara.

Hasil pengukuran yang diperoleh adalah jenis-jenis gambaran histopatologi dari tumor payudara baik tumor jinak maupun tumor ganas,

Gambaran Histopatologi Tumor Payudara


(43)

berdasarkan klasifikasi yang paling spesifik dari WHO tahun 2003 dengan skala pengukuran berupa skala nominal.

Klasifikasi Utama Tumor Payudara berdasarkan WHO tahun 2003 yaitu: a. Ephitelial Tumours

b. Myoepithelial Lessions c. Mesenchymal Tumours d. Fibroepithelial Tumours e. Tumours of the Nipple f. Malignant Lymphoma g. Metastatic Tumours


(44)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif, dengan desain penelitian cross sectional (potong lintang). Dengan satu kali pengamatan didapatkan data gambaran histopatologi tumor payudara di Instalasi Patologi Anatomi RSUP H. Adam Malik tahun 2009-2010

4.2. Waktu & Tempat Penelitian

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan selama dua bulan, yaitu dari bulan Agustus 2011 hingga September 2011.

Tempat penelitian adalah Instalasi Patologi Anatomi RSUP H. Adam Malik-Medan. Tempat penelitian ini dipilih karena RSUP H. Adam Malik adalah Rumah Sakit tipe A sesuai SK MENKES No. 335/MENKES/SK/VII/1990 yang merupakan tempat rujukan dari berbagai sarana pelayanan kesehatan sehingga cukup representatif untuk dijadikan acuan sumber data epidemiologi khusunya di propinsi Sumatera Utara. Selain itu RSUP H. Adam Malik juga adalah Rumah Sakit Pendidikan sesuai SK MENKES No. 502/MENKES/SK/IX/1991.

4.3. Populasi dan Sampel 4.3. 1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah semua sediaan histopatologi dari tumor payudara dari bulan Januari 2009 sampai Desember 2010 di Instalasi Patologi Anatomi RSUP H. Adam Malik-Medan.

4.3.2. Sampel

Sampel pada penelitian ini menggunakan total sampling, dimana seluruh populasi digunakan sebagai sampel penelitian.


(45)

Adapun kriteria inklusi dan eksklusi dalam penelitian ini adalah : Kriteria inklusi :

Semua data rekam medik berupa nama, jenis kelamin, umur dari sediaan histopatologi tumor payudara yang dilengkapi dengan tipe histologinya pada bulan Januari 2009 sampai Desember 2010.

Kriteria eksklusi :

Data rekam medis dengan pemeriksaan secara Sitologi.

4.4. Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data rekam medik sediaan histopatologi tumor payudara pada bulan Januari 2009 sampai Desember 2010. Data dikumpulkan kemudian diolah dan dikelompokkan sesuai gambaran histopatologinya.

4.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Semua data yang telah dikumpulkan, dicatat, dikelompokkan kemudian diolah dengan menggunakan program Statistic Package for Social Science (SPSS) versi 17.0 sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui gambaran histopatologi dari hasil operasi organ payudara di RSUP H. Adam Malik-Medan.


(46)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik merupakan rumah sakit kelas A sesuai dengan SK Menkes No. 335/Menkes/SK/VII/1990 dan sesuai dengan SK Menkes No. 502/Menkes/SK/IX/1991, Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik juga sebagai Pusat Rujukan wilayah Pembangunan A yang meliputi Provinsi Sumatera Utara, Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, dan Riau.

Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik terletak di Jalan Bunga Lau No. 17 Km. 12 Kecamatan Medan Tuntungan, Kotamadya Medan, Provinsi Sumatera Utara.

Penelitian ini dilakukan di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik-Medan yang dikepalai oleh dr. Sumondang M. Pardede, Sp. PA. Instalasi Patologi Anatomi ini berada di lantai dua gedung Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik-Medan.

Instalasi Patologi Anatomi adalah mitra klinis dalam menunjang diagnosis penyakit untuk tindakan atau pengobatan yang akurat. Hampir semua klinisi membutuhkan hasil pemeriksaan Patologi Anatomi, antara lain Kebidanan, Bedah (Onkologi, Urologi, Thoraks, Saraf, dan lain-lain), THT, Penyakit Dalam, dan lain-lain.

Jenis pelayanan Laboratorium Patologi Anatomi yang tersedia adalah pra-bedah, yaitu Sitologi (Biopsi Aspirasi, Pap’s Smear, Sitologi Ascites, Urin, Pleura, dan lain-lain), Histopatologi (Core Biopsy, Kuret, Eksisi), Intra Bedah (Sitologi Imprint/Kerokan, Frozen Section/Potong Beku), Pasca Bedah Histopatologi blok Parafin rutin, pemeriksaan khusus Histokimia, pewarnaan khusus imunohistokimia (IHC) terbatas (ER, PR, Her-2 Neu). Jenis pelayanan unggulan adalah Frozen Section (potong


(47)

beku) dan pemeriksaan IHC, yang akan dikembangkan terus dengan jenis pemeriksaan lainnya.

5.1.2. Deskripsi Data Penelitian

Data penelitian yang digunakan adalah data sekunder, yaitu data yang berasal dari rekam medis penderita tumor payudara yang berisi hasil pemeriksaan histopatologi dari tumor payudara di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik. Data yang diambil berasal dari dua kurun waktu, yaitu data rekam medis pada tahun 2009 sampai tahun 2010.

Jumlah data keseluruhan adalah 279 data rekam medis lengkap yang berisi nomor PA, nama pasien, umur, jenis kelamin dan hasil pemeriksaan histopatologi tumor payudara. Untuk tahun 2009, terdapat 139 data rekam medis, sedangkan untuk tahun 2010 terdapat 140 data rekam medis.

5.1.2.1. Distribusi Penderita Tumor Payudara berdasarkan Jenis Kelamin

Distribusi data penelitian berdasarkan jenis kelamin penderita tumor payudara untuk tahun 2009-2010 dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.1. Distribusi Penderita Tumor Payudara berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2009-2010

Jenis Kelamin N %

Laki-laki 12 4.3

Perempuan 267 95.7


(48)

Berdasarkan tabel 5.1., didapati bahwa untuk tahun 2009-2010, jumlah pasien laki-laki yang menderita tumor payudara adalah 12 orang (4.3%) dan perempuan sebanyak 267 orang (95.7%).

5.1.2.2. Distribusi Penderita Tumor Payudara berdasarkan Kelompok Umur

Distribusi data penelitian yang menunjukkan umur penderita tumor payudara pada tahun 2009-2010 dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.2. Distribusi Penderita Tumor Payudara berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2009-2010

Kelompok Umur N %

10-19 tahun 30 10.8

20-29 tahun 29 10.4

30-39 tahun 52 18.6

40-49 tahun 86 30.8

50-59 tahun 57 20.4

60-69 tahun 19 6.8

70-79 tahun 6 2.2

Total 279 100

Berdasarkan tabel 5.2., didapati bahwa jumlah penderita tumor payudara pada rentang usia 10-19 tahun sebanyak 30 orang (10,8%), pada rentang usia 20-29 tahun sebanyak 29 orang (10.4%), pada rentang usia 30-39 tahun sebanyak 52 orang (18.6%), pada rentang usia 40-49 tahun sebanyak 86 orang (30.8%), pada rentang usia 50-59 tahun sebanyak 57 orang (20.4%), pada rentang usia 60-69 tahun sebanyak 19 orang (6.8%), dan pada rentang usia 70-79 orang sebanyak 6 orang (2.2%).


(49)

5.1.2.3. Distribusi Penderita Tumor Payudara berdasarkan Gambaran Histopatologi

Gambaran histopatologi dari tumor payudara pada tahun 2009 -2010 adalah sebagai berikut.

Tabel 5.3. Distribusi Penderita Tumor Payudara berdasarkan Gambaran Histopatologi Tahun 2009-2010

Tingkat Keganasan N % Tingkat

Keganasan % Total

Tumor Jinak

Fibroadenoma Mammae 64 75.3 22.9

Phyllodes Tumor 11 12.9 3.9

Intraductal Papillary

Neoplasm 5 5.9 1.8

Lipoma 2 2.4 0.7

Atypical Ductal

Hyperplasia 2 2.4 0.7

Gynecomastia 1 1.2 0.4

Total Tumor

Jinak Payudara 85 100 30.5

Tumor Ganas

Invasive Ductal

Carcinoma 151 77.8 54.1

Invasive Lobular

Carcinoma 36 18.6 12.9

Phyllodes Malignant 4 2.1 1.4

Medullary Carcinoma 2 1 0.7

Paget Disease 1 0.5 0.4

Total Tumor

Ganas Payudara 194 100 69.5

Total Tumor

Payudara 279 100

Berdasarkan tabel 5.3., dapat dilihat bahwa untuk penderita tumor payudara di tahun 2009-2010, total penderita tumor jinak pada payudara


(50)

adalah 85 orang (30.5%) dengan penyebaran jenis gambaran histopatologi antara lain, Fibroadenoma Mammae sebanyak 64 orang (75.3%). Phyllodes Tumor sebanyak 11 orang (12.9%), Intraductal Pappilary Neoplasm sebanyak 5 orang (5.9%), Lipoma sebanyak 2 orang (2.4%), Atypical Ductal Hyperplasia sebanyak 2 orang (2.4%) dan Gynecomastia 1 orang (1.2%)

Sementara untuk tumor ganas payudara, total penderita adalah 194 orang (69.5%) dengan penyebaran jenis gambaran histopatologi berupa Invasive Ductal Carcinoma sebanyak 151 orang (77.8%), Invasive Lobular Carcinoma sebanyak 36 orang (18.6%), Phyllodes Malignant sebanyak 4 orang (2.1%), Medullary Carcinoma sebanyak 2 orang (1%), dan Paget Disease 1 orang (0.5%).

5.1.2.4. Distribusi Penderita Tumor Payudara berdasarkan Jenis Kelamin dan Tingkat Keganasan

Distribusi penderita tumor payudara jika ditinjau dari jenis kelamin dan tingkat keganasan untuk tahun 2009-2010 dapat dilihat pada tabel 5.4. berikut.

Tabel 5.4. Distribusi Penderita Tumor Payudara berdasarkan Jenis kelamin dan Tingkat Keganasan

Jenis Kelamin

Tingkat Keganasan

Total

Tumor Jinak Tumor Ganas

Laki-laki N 4 8 12

% 1.4 2.9 4.3

Perempuan N 81 186 267

% 29.0 66.7 95.7

Total N 85 194 279

% 31.9 68.1 100

Berdasarkan tabel 5.4., pada tahun 2009-2010, jumlah pasien laki-laki yang menderita tumor jinak payudara sebanyak 4 orang (1.4%),


(51)

jumlah pasien laki-laki yang menderita tumor ganas payudara sebanyak 8 orang (2.9%), jumlah pasien perempuan yang menderita tumor jinak payudara sebanyak 81 orang (29%) dan jumlah pasien perempuan yang menderita tumor ganas payudara sebanyak 186 orang (66.7%).

5.1.2.5. Distribusi Penderita Tumor Payudara berdasarkan Kelompok Umur dan Tingkat Keganasan

Jika ditinjau dari distribusi penderita tumor payudara berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin, maka penyebaran data penelitian tumor payudara untuk tahun 2009-2010 adalah sebagai berikut.

Tabel 5.5. Distribusi Penderita Tumor Payudara berdasarkan Kelompok Umur dan Tingkat Keganasan Kelompok

Umur

Tingkat Keganasan

Total

Tumor Jinak Tumor Ganas

10-19 tahun N 25 5 30

% 9.0 1.8 10.8

20-29 tahun N 23 6 29

% 8.2 2.2 10.4

30-39 tahun N 23 29 52

% 8.2 10.4 18.6

40-49 tahun N 13 73 86

% 4.7 26.2 30.8

50-59 tahun N 1 56 57

% 0.4 20.1 20.4

60-69 tahun N 0 19 19

% 0.0 6.8 6.8

70-79 tahun N 0 6 6

% 0.0 2.2 2.2

Total N 85 194 139

% 30.5 69.5 100

Tabel 5.5. di atas memperlihatkan bahwa pada kelompok umur 10-19 tahun, terdapat frekuensi tumor jinak sebanyak 25 orang (9%) dan tumor ganas sebanyak 5 orang (1.8%). Untuk kelompok umur 20-29 tahun


(52)

terdapat frekuensi tumor jinak sebanyak 23 orang (8.2%) dan tumor ganas sebanyak 6 orang (2.2%). Untuk kelompok umur 30-39 tahun terdapat frekuensi tumor jinak sebanyak 23 orang (8.2%) dan tumor ganas 29 orang (10.4%). Untuk kelompok umur 40-49 tahun terdapat frekuensi tumor jinak sebanyak 13 orang (4.7%) dan tumor ganas 73 orang (26.2%). Untuk kelompok umur 50-59 tahun terdapat frekuensi tumor jinak sebanyak 1 orang (0.4%) dan tumor ganas 56 orang (20.1%). Untuk kelompok umur 60-69 tahun tidak terdapat insidensi tumor jinak sedangkan tumor ganas sebanyak 19 orang (6.8%). Dan untuk kelompok umur 70-79 tahun juga tidak terdapat insidensi frekuensi tumor jinak sementara tumor ganas sebanyak 6 orang (2.2%).

5.2. Pembahasan

5.2.1. Pemeriksaan Histopatologi

Pemeriksaan histopatologi, seperti yang dilakukan pada penelitian ini, sampai sekarang merupakan gold standart/baku emas dalam penentuan diagnosis suatu neoplasma apakah neoplasma tersebut ganas ataupun jinak (Dewi, 2009).

Metode diagnosis dengan pemeriksaan histopatologi dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu : metode potongan blok parafin (paraffin embeded tissue selection) dan metode potongan beku (frozen section). Metode potongan blok parafin merupakan metode dimana jaringan sampel didehidrasi kemudian ditanam dalam parafin padat, lalu dipotong dan diwarnai dengan pewarnaan hematoksilin eosin/H-E dan selanjutnya diperiksa di bawah mikroskop. Metode pengambilan sampel pada potongan blok parafin dapat berupa spesimen biopsi (biopcy specimens) ataupun spesimen besar (gross specimens).

Sedangkan metode potongan beku merupakan metode pemeriksaan dengan cara mengambil sekeping jaringan segar, tidak perlu difiksasi, dan dibawa ke bagian patologi untuk dicetak beku secara cepat, diwarnai dan


(53)

didiagnosis. Umumnya proses ini berlangsung singkat (30 menit). Namun, karena potong beku sifatnya mendesak, jaringan belum dapat difiksasi, desikasi dan tahapan lain, hingga pewarnaan sediaan kurang baik, maka ketepatan diagnosisnya lebih rendah daripada metode potongan blok parafin. Oleh sebab itu, pada penelitian ini potongan beku tidak boleh menggantikan diagnosis dari potongan blok parafin (Desen, 2011).

Sehingga penentuan diagnosis apakah seseorang menderita tumor payudara dan juga penentuan tingkat keganasan dari tumor payudara tersebut ditentukan oleh pemeriksaan histopatologi dengan metode blok parafin.

5.2.2. Analisis Distribusi Data Penelitian

5.2.2.1. Analisis Distribusi Tingkat Keganasan Tumor Payudara

Berdasarkan hasil penelitian, didapati bahwa insidensi tumor ganas pada payudara ternyata jauh lebih tinggi daripada tumor jinak. Insidensi tumor ganas adalah sebanyak 194 orang (69.5%) sementara untuk tumor jinak sebanyak 85 orang (30.5%). Tingkat keganasan juga tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin, pada laki-laki insidensi tumor ganas payudara sebanyak 8 orang (2.9%) sedangkan tumor jinak sebanyak 4 orang (1.4%). Demikian juga, insidensi tumor ganas pada perempuan lebih besar daripada tumor jinak. Jumlah perempuan yang menderita tumor ganas adalah 186 orang (66.7%) dan tumor jinak sebanyak 85 orang (31.9%).

Hal serupa juga didapati dari berbagai laporan terpisah yang merujuk pada tingginya angka keganasan dari suatu tumor termasuk tumor payudara. Begitu juga menurut laporan Nadella (2006) yang menyatakan bahwa tumor ganas payudara merupakan neoplasma tersering pada wanita di Amerika Serikat.

Sementara data demografi yang cukup lengkap menggambarkan distribusi dari tumor yang jinak pada payudara masih belum ada. Namun,


(54)

hal ini sebaiknya janganlah dijadikan suatu patokan umum, karena menurut penelitian, sebagian besar tumor ganas payudara tersebut berkembang dari tumor jinak payudara. Menurut Scott dalam New England Journal of Medicine (2005), seseorang yang sedang didiagnosis ataupun pernah didiagnosis menderita tumor jinak payudara, sudah menjadi faktor resiko untuk berkembang menjadi tumor ganas payudara.

Selain itu, masih rendahnya sarana diagnostik untuk menemukan kasus-kasus tumor payudara terutama tumor jinak pada payudara juga mempengaruhi jumlah angka kejadian dari tumor payudara. Serta masih kurangnya kesadaran dari masyarakat sendiri untuk mendatangi pihak sarana kesehatan, dokter dan rumah sakit saat mengalami gejala awal yang masih tergolong ringan dan cenderung baru mengeluhkan saat sudah berada pada stadium lanjut. Seperti penelitian kasus kontrol oleh Azamris (2000) di RSUP Dr. M. Djamil Padang yang melaporkan persentase kasus kanker payudara tertinggi saat didiagnosis adalah pada stadium III B (40%) dan spektrum stadium pasien terbanyak pada stadium lanjut lokal sebesar 68,6%. Hal ini tentu menyamarkan laporan jumlah insidensi tumor jinak payudara.

5.2.2.2. Analisis Distribusi Gambaran Histopatologi Tumor Payudara Berdasarkan gambaran histopatologi, dari 85 orang penderita tumor jinak payudara, tipe gambaran histopatologi yang tersering adalah Fibroadenoma mammae, yaitu sebanyak 64 orang (75.3%). Kemudian disusul oleh Phyllodes Tumor sebanyak 11 orang (12.9%).

Fibroadenoma mammae biasanya terjadi pada wanita di usia muda, yaitu pada usia remaja atau sekitar 20 tahun. Berdasarkan laporan dari NSW Breats Cancer Institute, Fibroadenoma mammae umumnya terjadi pada wanita dengan usia 21-25 tahun, kurang dari 5% terjadi pada usia di atas 50, sedangkan prevalensinya menurut Euhus (2008) lebih dari 9% populasi wanita terkena Fibroadenoma mammae. Sedangkan laporan dari


(55)

Western Breast Services Alliance, Fibroadenoma mammae terjadi pada wanita dengan umur antara 15 dan 25 tahun, dan lebih dari satu dari enam (15%) wanita mengalami Fibroadenoma mammae dalam hidupnya. Namun, kejadian Fibroadenoma mammae dapat terjadi pula wanita dengan usia yang lebih tua atau bahkan setelah menopause, tentunya dengan jumlah kejadian yang lebih kecil dibanding pada usia muda.

Pada tumor ganas payudara didapati frekuensi tertinggi di tahun 2009-2010 masih berada pada tipe tumor dengan gambaran histopatologi Invasive Ductal Carcinoma sebanyak 151 orang (77.8%) disusul dengan tipe gambaran Invasive Lobular Carcinoma yaitu sebanyak 36 orang (18.6%).

Pada suatu penelitian cross sectional di India oleh Saxena (2005) juga menyatakan bahwa prevalensi tertinggi tumor ganas payudara adalah Invasive Ductal Carcinoma sebanyak 88,2% dan seterusnya tipe Invasive Lobular Carcinoma sebanyak 3,7 %. Begitu juga dengan penelitian Wahyuni (2006), yang menemukan tipe histopatologi kanker payudara terbanyak yang dilaporkan di RS Kanker Dharmais adalah Invasive Ductal Carcinoma yaitu sebanyak 59 orang (76.6%), kemudian disusul oleh tipe Invasive Lobular Carcinoma sebanyak 10 orang (13%).

5.2.2.3. Analisis Distribusi Umur Penderita Tumor Payudara

Distribusi kelompok umur pasien tumor payudara ternyata berbeda untuk tumor ganas dan tumor jinak. Untuk tumor jinak payudara, frekuensi tertinggi berada pada kelompok umur yang lebih muda yaitu < 40 tahun. Dan umur rata-rata dari penderita tumor jinak payudara adalah 28,45 tahun.

Suatu penelitian di Benin, Nigeria oleh Umanah (2010) yang mengamati tentang pola tumor payudara pada remaja berusia 10-19 tahun melaporkan bahwa pada usia tersebut jenis tumor yang paling banyak didapati adalah tumor jinak, sementara kejadian tumor ganas ternyata


(56)

sangat jarang. Hal ini sesuai dengan penelitian ini, yang menunjukkan bahwa pada usia 10-19 tahun insidensi tumor jinak payudara mencapai puncak tertinggi, yaitu sebanyak 25 orang (9.0%). Namun, data yang dilaporkan Robbins (2007) menunjukkan bahwa usia puncak penderita Fibroadenoma mammae, sebagai tumor jinak yang paling sering adalah pada usia 30-an.

Untuk tumor ganas, frekuensi tertinggi terdapat pada kelompok usia 40-49 tahun yaitu sebanyak 73 orang (26.2%), dan paling rendah adalah kelompok umur 10-19 tahun, yaitu sebanyak 5 orang (1.8%).

Hal ini sesuai dengan pelaporan Bugis (2007) sebuah penelitian kasus kontrol di Rumah Sakit Dokter Kariadi Semarang bahwa kasus tumor payudara paling banyak ditemukan pada kelompok umur 40-49 tahun. Dan umur rata-rata penderita tumor ganas payudara pada penelitian ini adalah 47,32 tahun. Selain itu, berdasarkan penelitian Wahyuni (2006), juga melaporkan bahwa usia tersering dari penderita tumor ganas payudara adalah <50 tahun.

Hal ini ternyata tidak sesuai dengan hasil pelaporan ACS pada tahun 2009 yang menyatakan bahwa usia rata-rata seseorang terkena tumor ganas payudara adalah 61 tahun dan dengan jumlah kasus 129.850 kasus dalam setahun untuk kelompok umur 55-65 tahun.

Namun demikian, berdasarkan suatu studi yang dilakukan di Shanghai oleh Ye, et al (2008) menunjukkan bahwa usia rata-rata penderita tumor ganas payudara adalah 46,9 tahun. Suatu angka yang menandakan bahwa usia rata-rata penderita tumor ganas payudara pada ras Asia adalah pada rentang umur 40-49 tahun. Hal ini menunjukkan usia rata-rata seseorang terkena tumor payudara di Indonesia yang tergolong pada ras Asia lebih rendah daripada di USA. Sehingga faktor ras bisa dipertimbangkan sebagai faktor resiko dalam kejadian tumor ganas payudara.

Secara garis besar terdapat perubahan pola keganasan pada tumor payudara seiring dengan meningkatnya usia. Saat usia muda (<40 tahun),


(57)

tumor payudara yang paling sering didapati adalah tumor jinak, sedangkan untuk usia yang lebih tua (>40 tahun), terdapat peningkatan insidensi tumor ganas payudara dan penurunan insidensi dari tumor jinak payudara. Perubahan pola keganasan tersebut dapat dilihat pada grafik linear yang membandingkan antara frekuensi tumor jinak dan tumor ganas payudara berdasarkan kelompok usia pada tahun 2009-2010.

Gambar 5.1. Distribusi Tumor Jinak dan Tumor Ganas Payudara berdasarkan Kelompok Umur


(58)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh, maka kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Gambaran histopatologi dari penderita tumor payudara di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik-Medan pada tahun 2009-2010 dibedakan menjadi tumor jinak dan tumor ganas. Total penderita tumor payudara adalah sebanyak 279 orang. Jumlah penderita tumor ganas lebih banyak daripada penderita tumor jinak.

2. Prevalensi tumor jinak payudara di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik-Medan pada tahun 2009-2010 adalah sebanyak 85 orang (30.5%). 3. Prevalensi tumor ganas payudara di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam

Malik-Medan pada tahun 2009-2010 adalah sebanyak 194 orang (69.5%). 4. Gambaran histopatologi dari penderita tumor jinak payudara di Rumah

Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik-Medan pada tahun 2009-2010 yang tersering didapati adalah tipe Fibroadenoma mammae yaitu sebanyak 64 orang (75.3%).

5. Gambaran histopatologi dari penderita tumor ganas payudara di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik-Medan pada tahun 2009-2010 yang tersering didapati adalah tipe Invasive Ductal Carcinoma yaitu sebanyak 151 orang (77.8%).

6. Usia tersering dari penderita tumor jinak payudara di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik-Medan pada tahun 2009-2010 adalah adalah kelompok 10-19 tahun yaitu sebanyak 25 orang (9.0%).

7. Usia tersering dari penderita tumor ganas payudara di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik-Medan pada tahun 2009-2010 adalah kelompok umur 40-49 tahun yaitu sebanyak 73 orang (26.2%).


(1)

Gambaran Histopatologi Tumor Payudara

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Invasive Ductal Carcinoma 151 54.1 54.1 54.1

Invasive Lobular Carcinoma 36 12.9 12.9 67.0

Fibroadenoma Mammae 64 22.9 22.9 90.0

Phyllodes Tumor 11 3.9 3.9 93.9

Intraductal Papillary Neoplasm

5 1.8 1.8 95.7

Medullary Carcinoma 2 .7 .7 96.4

Lipoma 2 .7 .7 97.1

Phyllodes Malignant 4 1.4 1.4 98.6

Paget Disease 1 .4 .4 98.9

Atypical Ductal Hyperplasia 2 .7 .7 99.6

Gynecomastia 1 .4 .4 100.0

Total 279 100.0 100.0

Tingkat Keganasan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tumor Ganas 194 69.5 69.5 69.5

Tumor Jinak 85 30.5 30.5 100.0


(2)

b.

Crosstab Data Penelitian

Jenis Kelamin * Tingkat Keganasan Crosstabulation

TingkatKeganasan

Total Tumor Ganas Tumor Jinak

JenisKelamin Laki-laki Count 8 4 12

% within JenisKelamin 66.7% 33.3% 100.0% % within

TingkatKeganasan

4.1% 4.7% 4.3%

% of Total 2.9% 1.4% 4.3%

Perempuan Count 186 81 267

% within JenisKelamin 69.7% 30.3% 100.0% % within

TingkatKeganasan

95.9% 95.3% 95.7%

% of Total 66.7% 29.0% 95.7%

Total Count 194 85 279

% within JenisKelamin 69.5% 30.5% 100.0% % within

TingkatKeganasan

100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 69.5% 30.5% 100.0%

Kelompok Umur * Tingkat Keganasan Crosstabulation

TingkatKeganasan

Total Tumor Ganas Tumor Jinak

UmurKelompok 10-19 Count 5 25 30

% within UmurKelompok 16.7% 83.3% 100.0% % within TingkatKeganasan 2.6% 29.4% 10.8%

% of Total 1.8% 9.0% 10.8%


(3)

% within UmurKelompok 20.7% 79.3% 100.0% % within TingkatKeganasan 3.1% 27.1% 10.4%

% of Total 2.2% 8.2% 10.4%

30-39 Count 29 23 52

% within UmurKelompok 55.8% 44.2% 100.0% % within TingkatKeganasan 14.9% 27.1% 18.6%

% of Total 10.4% 8.2% 18.6%

40-49 Count 73 13 86

% within UmurKelompok 84.9% 15.1% 100.0% % within TingkatKeganasan 37.6% 15.3% 30.8%

% of Total 26.2% 4.7% 30.8%

50-59 Count 56 1 57

% within UmurKelompok 98.2% 1.8% 100.0% % within TingkatKeganasan 28.9% 1.2% 20.4%

% of Total 20.1% .4% 20.4%

60-69 Count 19 0 19

% within UmurKelompok 100.0% .0% 100.0% % within TingkatKeganasan 9.8% .0% 6.8%

% of Total 6.8% .0% 6.8%

70-79 Count 6 0 6

% within UmurKelompok 100.0% .0% 100.0% % within TingkatKeganasan 3.1% .0% 2.2%

% of Total 2.2% .0% 2.2%

Total Count 194 85 279

% within UmurKelompok 69.5% 30.5% 100.0% % within TingkatKeganasan 100.0% 100.0% 100.0%


(4)

LAMPIRAN 4

Gambar Tumor Payudara

1.

Fibroadenoma

(dikutip dari: Kumar, Vinay, Ramzi

S. Cotran, Stanley L. Robbins,

2007.

Buku Ajar Patologi Vol. 2.

Ed. 7. Jakarta: EGC)

2.

Karsinoma Duktus In Situ

(dikutip dari: Mills, Stacey, et all.

2004.

Stenberg’s

Diagnostic

Surgical Pathology. Volume IIB. 4

th

ed. USA: Lippincott Williams &

Wilkins)

3.

Karsinoma Lobulus In Situ

(dikutip dari: Kumar, Vinay, Ramzi

S. Cotran, Stanley L. Robbins, 2007.

Buku Ajar Patologi Vol. 2. Ed. 7.


(5)

4.

Karsinoma Duktus Invasif

(dikutip dari: Juan, Rosai.

Ackerman’s

Surgical Pathology. Volume I. 9

th

edition. Mosby. 2004: 52-3. 2098-9)

5.

Karsinoma Lobulus Invasif

(dikutip dari: Juan, Rosai.

Ackerman’s

Surgical Pathology. Volume I. 9

th

edition. Mosby. 2004: 52-3. 2098-9)

6.

Karsinoma Medularis

(dikutip dari: Cotton, RE. 1992.

Lecture Notes on Pathology. 4

th

edition.

Blackwell

Scientific

Publications. 1992: 53-5.


(6)

7.

Karsinoma Musinosum

(dikutip dari: Juan, Rosai.

Ackerman’s

Surgical Pathology. Volume I. 9

th

edition. Mosby. 2004: 52-3. 2098-9)

8.

Karsinoma Tubulus

(dikutip dari: Mills, Stacey, et all.

2004.

Stenberg’s Diagnostic Surgical

Pathology. Volume IIB. 4

th

ed. USA:

Lippincott Williams & Wilkins)