2.4 Kelengkapan Penulisan Resep
Resep merupakan bagian terpenting sebelum pasien menerima obat. Dalam alur pelayanan resep, apoteker wajib melakukan skrining resep yang meliputi skrining
administrasi, kesesuaian farmasetis, dan kesesuian klinis untuk menjamin legalitas suatu resep dan meminimalkan kemungkinan terjadinya kesalahan pengobatan.
Dokter harus menulis resep dengan lengkap dan jelas untuk menghindari salah presepsi antara penulis dan pembaca resep. Terjadinya kegagalan komunikasi dan
kejadian salah interpretasi antara dokter dengan apoteker merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya kesalahan medikasi medication error yang dapat
berakibat fatal bagi pasien Cohen, 1999. Berdasarkan literatur, hasil kajian kelengkapan resep pediatri rawat jalan di
Kabupaten Gianyar diperoleh angka kejadian terkait kelengkapan administrasi yang berpotensi menimbulkan medication error sebesar 4,69. Angka kejadian yang
tergolong kecil bukan berarti masalah tersebut dapat diabaikan, karena kejadian yang terus menerus dapat memberi dampak buruk bagi pelayanan di rumah sakit Piliarta,
2012. Hasil penelitian dan analisis resep yang telah dilakukan di lima Apotek kota
Surakarta, diketahui kejadian kelengkapan administrasi resep yang ditulis antara lain, terjadi ketidaklengkapan nama dokter 0,66, nomor SIP 17,55, alamat dokter 0,16
, paraf dokter 21,68, tanggal penulisan resep 2,32, nama pasien 0,99, umur pasien 32,78, dan alamat pasien 55,80. Penelitian lain juga menunjukkan, dalam
penulisan resep sering kali terjadi penyimpangan dalam hal kelengkapan administrasi yang meliputi tanggal penulisan resep, SIP, alamat dokter, paraf dokter, dan
keterangan bentuk sediaan. Tidak lengkapnya tanggal penulisan dan paraf dokter membuat keabsahan atau keaslian resep diragukan Rahmawati dan Oetari, 2002.
Setiap komponen yang ada dalam administrasi kelengkapan penulisan resep memiliki peran penting untuk kejelasan keterangan dalam resep tersebut. Nama
dokter merupakan salah satu syarat administrasi resep yang harus dipenuhi, karena dengan dicantumkannya nama dokter menujukkan bahwa resep tersebut asli dan
dapat di pertanggungjawabkan dan tidak dapat disalahgunakan orang lain selain tenaga keprofesian dokter dalam hal ini untuk menentukan keputusan medis kepada
pasien. Penulisan SIP dokter wajib dicantumkan di dalam resep, terutama untuk dokter
praktik pribadi karena untuk menjamin bahwa dokter tersebut secara sah diakui dalam praktek keprofesian dokter. Peraturan menteri kesehatan juga menyebutkan
bahwa dokter dan dokter gigi wajib memiliki SIP Menkes RI, 2007. Alamat dokter terdiri dari alamat praktek, alamat rumah, dan nomor telepon
dokter yang biasa dicantumkan dalam resep. Alamat dokter harus dicantumkan dengan jelas dan diperlukan apabila suatu resep tulisannya tidak jelas atau
meragukan dapat langsung menghubungi dokter yang bersangkutan, hal ini juga akan memperlancar pelayanan pasien pada waktu di apotek. Namun, khusus untuk resep
rumah sakit sudah lengkap dicantumkan alamat dan nomor telepon rumah sakit pada bagian atas resep.
Pencantuman paraf dokter digunakan agar resep yang ditulis otentik dan dapat dipertanggungjawabkan agar tidak disalahgunakan oleh masyarakat umum, hal itu
terkait dalam penulisan resep narkotik maupun psikotropika. Untuk tanggal penulisan resep dicantumkan untuk keamanan pasien dalam hal penggambilan obat.
Apoteker dapat menentukan apakah resep tersebut masih dapat dilayani di apotek atau disarankan kembali ke dokter.