Kromatografi Lapis Tipis KLT

14

5. Kromatografi Lapis Tipis KLT

Kromatografi Lapis Tipis KLT yang dikembangkan pada tahun 1938 oleh Schraiber dan Izmailoff merupakan salah satu bentuk kromatografi planar Khopkar, 2010. Metode pemisahan senyawa dalam suatu campuran yang didasarkan pada perpindahan fasa gerak dalam fasa diam. Dalam KLT fasa diam yang digunakan berupa lapisan seragam pada permukaan bidang datar yang didukung oleh lempeng kaca, plat aluminium, atau plat plastik. Metode pemisahan dengan KLT memiliki beberapa keuntungan dibandingkan dengan metode pemisahan yang lain karena merupakan metode pemisahan sederhana, cepat, dan tidak mahal. Metode KLT ini dapat digunakan untuk identifikasi dan pemurnian senyawa organik dalam jumlah yang kecil Ibrahim dan Sitorus, 2013:24. Prinsip kerja dari metode pemisahan KLT ini adalah campuran senyawa yang akan dipisahkan dilarutkan dalam pelarut tertentu, senyawa tersebut diletakkan pada suatu plat. Setelah pelarut tersebut menguap, kemudian dielusi dalam chamber yang berisi campuran pelarut. Dalam hal ini sampel yang diletakan dalam plat sebagai fasa diam sedangkan pelarut yang digunakan sebagai fasa gerak eluen. Eluen yang berupa pelarut berfungsi untuk memisahkan komponen-komponen dalam sampel campuran. Plat yang tercelup pada eluen akan menunjukkan pergerakan hingga batas tertentu. Absorben yang sangat umum digunakan dalam kromatografi lapis tipis adalah silika gel dan alumina serta kalium sulfat sebagai perekat gel pada plat kaca. Namun, plat KLT terbuat dari aluminium lebih efisien karena mudah digunting sesuai kebutuhan analisis Ibrahim dan Sitorus, 2013:24- 25. 15 Identifikasi senyawa organik dapat ditentukan dengan harga Rf Retardation factor. Jarak pengembangan senyawa pada kromatogram biasanya dinyatakan dengan Rf . Harga Rf pada KLT didefinisikan sebagai berikut. Rf = Jarak yang ditempuh senyawa dari titik asal Jarak yang ditempuh pelarut dari titik asal Beberapa hal yang dapat mempengaruhi nilai Rf antara lain adalah ketebalan lapisan plat, kejenuhan chamber, kelembaban udara, campuran pelarut, dan sebagainya Stahl, 1969. Harga R f untuk senyawa murni dapat dibandingkan harga standard Sastrohamidjojo, 2007. Jarak yang telah ditempuh fase gerak dapat diukur dengan mudah, sedangkan jarak tempuh senyawa diukur pada pusat bercak, jika noda tidak tampak dapat dilihat dengan lampu UV pada panjang gelombang 254 nm dan 366 nm.

6. Spektroskopi Inframerah IR

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK) terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kabupaten/Kota Provinsi Nusa Tenggara Barat periode Tahun 2009-2012

1 17 161

Glucose Oleic Acid Synthesis using Microwave- Assisted Organic Synthesis (MAOS) Method

1 6 29

KONDENSASI ALDOL YANG RAMAH LINGKUNGAN ANTARA SIKLOHEKSANON DENGAN TURUNAN BENZALDEHIDA MENGGUNAKAN METODE MICROWAVE ASSIST ORGANIC SYNTHESIS (MAOS).

0 2 1

PENGARUH VARIASI RASIO MOL SIKLOHEKSANON-BENZALDEHIDA PADA SINTESIS BENZILIDINSIKLOHEKSANON.

0 0 10

Pengaruh Variasi Rasio Mol sikloheksanon-Benzaldehida pada Sintesis Benzilidinsikloheksanon.

0 0 86

PENGARUH NATRIUM HIDROKSIDA PADA SINTESIS 2,6-BIS-(4'-METOKSIBENZILIDIN)SIKLOHEKSANON MELALUI REAKSI CLAISEN-SCHMID.

0 1 13

OPTIMASI MOL NATRIUM HIDROKSIDA PADA SINTESIS 2,6-BIS-(3',4'-DIMETOKSIBENZILIDIN)SIKLOHEKSANON MELALUI REAKSI CLAISEN-SCHMIDT.

0 0 1

PENGARUH VARIASI RASIO MOL SINAMALDEHIDA-ASETON PADA SINTESIS 6-FENIL-3,5-HEKSADIEN-2-ON MENGGUNAKAN METODE MAOS (Microwave Assist Organic Synthesis.

0 0 1

PENGARUH GUGUS HIDROKSI DAN METOKSI PADA 4- HIDROKSI-3-METOKSIBENZALDEHIDA TERHADAP SINTESIS N’-(4-HIDROKSI-3-METOKSIBENZILIDEN) ISONICOTINOHIDRAZIDA DENGAN METODE IRADIASI GELOMBANG MIKRO

0 0 17

PENGARUH GUGUS METOKSI PADA SENYAWA 4- METOKSIBENZALDEHIDA TERHADAP SINTESIS SENYAWA N’- (4-METOKSIBENZILIDENE)-4-HIDROKSIBENZOHIDRAZIDA DENGAN METODE IRADIASI GELOMBANG MIKRO

0 0 19