Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pasar modal di indonesia yang di laksanakan oleh Bursa Efek Indonesia belakangan ini tumbuh dengan cepat , hal ini ditandai dengan banyaknya perusahaan yang sudah go public di Indonesia. Perusahaan – perusahaan go publik menjadikan pasar modal sebagai lembaga alternatif untuk memperoleh sumber dana yang di butuhkan untuk pengembangan perusahaan. Pada sisi lain investor melakukan investasi untuk memperoleh laba atau sering di sebut dengan return yang terbaik , return diperoleh investor dari dua sumber, yaitu dalam bentuk pembagian dividen dan kenaikan harga saham di pasar modal. Naik dan turunnya harga saham pada dasarnya menjadi perhatian utama investor melakukan investasi dari pada mengharapkan pembagian dividen yang dilakukan secara berkala dan tidak ada jaminan pembayaran dividen meskipun perusahaan memperoleh laba , dan jika diperhatikan maka tingkat return dari pembayaran dividen pada dasarnya lebih kecil daripada return yang diperoleh dari kenaikan harga saham. Harga saham yang terjadi di Bursa Efek Indonesia sewaktu – waktu dapat berubah secara acak. Hal ini dapat di lihat dari hasil temuan oleh Husnan Mamduh tentang harga saham dalam pengamatan pada tahun 1990, menyatakan bahwa harga saham adalah acak dan efisiensi pasar Bursa Efek Indonesia berada pada bentuk efisiensi lemah Husman dan Mamduh 1991. Universitas Sumatera Utara Kondisi ekonomi dimana terjadinya krisis finansial global pada tahun 2008, Krisis ini memberi dampak buruk pada perkembangan dunia khususnya dunia perbankan. Hampir seluruh negara di dunia mengalami keterpurukan ekonomi termasuk Indonesia dan banyak perusahaan yang collapsed tidak bisa melanjutkan operasi usahanya. Krisis yang berasal dari Amerika Serikat ini berawal dari jatuhnya Lehman Brothers, sebuah perusahaan jasa keuangan global di Amerika Serikat Depkeu, 2008. Krisis ini secara beruntun menyebabkan effect domino terhadap solvabilitas dan likuiditas lembaga- lembaga keuangan di negara Eropa, yang antara lain menyebabkan kebangkrutan ratusan bank, perusahaan sekuritas, reksadana, dana pensiun dan asuransi kemudian merambat ke belahan Asia. Demikian juga halnya dengan pasar modal domestik yang mengalami gejolak dan harga saham terjun bebas, yang ditunjukkan dengan penurunan indeks harga saham gabungan IHSG secara tajam yakni dari 2830 pada tanggal 9 Januari 2008 menjadi 1155 pada tanggal 20 November 2008 atau menurun lebih dari 50. Secara individu beberapa perusahaan besar baik di dalam negeri maupun di luar negeri mengalami penurunan nilai kapitalisasi pasar yang sangat besar. Di Indonesia, gelombang pemutusan hubungan kerja PHK terjadi di mana-mana dan mencapai 10.306 orang Outlook Bank Indonesia, 2009. Kondisi tidak sehatnya kinerja keuangan perbankan di Indonesia sangat mungkin sudah terjadi sebelum datangnya masa krisis moneter, namun hal ini tidak terdeteksi secara nyata oleh masyarakat. Kebijakan yang dibuat oleh pemerintahan Orde Baru yang memudahkan syarat-syarat pendirian suatu bank, sehingga banyak Universitas Sumatera Utara bank-bank baru yang bermunculan. Mayoritas bank-bank tersebut dimiliki oleh kalangan pengusaha, dan bukan bankir sehingga ketika krisis moneter mengguncang Indonesia, banyak perbankan yang tidak siap menanggung beban akibat tidak sehatnya kinerja keuangan bank. Imbasnya, sejumlah bank yang ada di Indonesia dilikuidasi oleh Pemerintah. Dari sekitar 200-an bank yang ada di Indonesia pada saat itu, terdapat 16 bank yang telah dilikuidasi oleh pemerintah per 1 November 1997, 38 bank yang dibekukan kegiatan kliringnya, serta 10 bank yang juga dibekukan kegiatan operasinya pada Agustus 1998. Jika ditotal terdapat sekitar 64 bank yang dlikuidasi atau dibekukan kegiatan operasinya. Jumlah ini sekitar 30 dari 200-an bank yang ada di Indonesia. Kondisi ini tentu sangat memukul perbankan nasional pada waktu tersebut. Berkaca pada peristiwa tersebut maka, kelangsungan hidup suatu bank juga merupakan faktor yang penting bagi kestabilan perekonomian Indonesia saat ini. Kasus PT. Bank Century pada tahun 2008 merupakan salah satu kasus dimana kecukupan modal tidak dapat memenuhi kewajiban. Bank Indonesia BI berhasil menemukan berbagai surat berharga valuta asing milik PT. Bank Century, Tbk. Surat berharga tersebut telah jatuh tempo dan Bank Century kesulitan likuidasi sehingga mengalami gagal bayar dengan jumlah hutang sebesar 56 juta. Kondisi seperti ini sudah dialami oleh Bank Century sejak tahun 2006. Universitas Sumatera Utara Kelangsungan hidup sebuah perusahaan selalu dihubungkan dengan kemampuan manajemen dalam mengelola perusahaan untuk dapat bertahan dalam jangka waktu yang panjang dan bukan merupakan tanggung jawab auditor. Dalam menjalankan suatu bisnis setiap perusahaan memiliki banyak kebutuhan, terutama yang berkaitan dengan dana. Dana merupakan elemen utama yang mendasari setiap kegiatan bisnis, dimana dana diperlukan untuk membiayai berbagai kegiatan operasional perusahaan agar perusahaan dapat berjalan sebagaimana mestinya. Dana harus selalu tersedia di dalam perusahaan pada jumlah tertentu sehingga pada saat dibutuhkan perusahaan tidak kesulitan untuk menutupi biaya yang timbul akibat kegiatan operasional perusahaan tersebut. Ada kalanya perusahaan mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan dana, maka dalam situasi seperti ini perusahaan dihadapkan pada beberapa pilihan atas sumber dana mana yang dapat digunakan. Adalah tugas seorang manajer keuangan untuk dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Dalam hal ini seorang manajer keuangan harus dapat mengambil keputusan berdasarkan rasionalitas, pengalaman, dan intuisi, sumber dana mana yang dapat digunakan dan baik bagi perusahaan kedepannya. Karena tidak semua sumber dana baik digunakan oleh perusahaan, perlu berbagai pertimbangan untuk dapat memutuskan bahwa sumber dana tersebut pantas digunakan. Kedua sumber dana tersebut memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing. Penggunaan modal sendiri internal financing mudah diperoleh, dengan syarat yang ringan dan masa pengembalian yang relatif Universitas Sumatera Utara lama, selain itu tidak terdapat beban bunga dan beban lainnya dalam pembayaran angsuran. Namun sebagai sumber dana jumlah yang ditawarkan terbatas, ini merupakan masalah bila dana yang dibutuhkan relatif besar. Modal asingpinjaman external financing menawarkan jumlah dana yang tidak terbatas, namun diimbangi dengan bunga cukup tinggi dan masa pengembalian yang singkat. Tekanan pemenuhan kewajiban inilah yang dapat memotivasi kinerja manajemen agar bekerja lebih aktif dalam menghasilkan pundi-pundi laba yang kemudian dapat digunakan untuk membayar pokok dan bunga pinjaman. Selanjutnya kembali lagi kepada manajer keuangan untuk dapat mengolah dan memanfaatkan dana-dana yang sudah diperoleh agar dapat diinvestasikan kedalam aktiva produktif guna menghasilkan keuntungan yang telah direncanakan. Manajer harus melakukan kombinasi dari setiap sumber dana, penggunaan dana-dana tersebut jangan sampai membebani perusahaan dimasa mendatang. Perlu dilakukan pembatasan penggunaan dana yang berasal dari modal asingpinjaman external financing, mengingat risiko dari sumber dana ini cukup tinggi. Kombinasi dari penggunaan sumber dana tersebut dikenal dengan rasio penggunaan dana pinjaman, atau lebih dikenal dengan rasio solvabilitas atau rasio leverage. Rasio solvabilitas bank relatif tidak jauh berbeda dengan rasio solvabilitas perusahaan nonbank, hal ini dikarenakan komponen laporan keuangan bank yang berbeda dengan komponen laporan keuangan perusahaan nonbank. Dimana rasio solvabilitas bank merupakan ukuran kemampuan bank dalam mencari sumber dana untuk membiayai kegiatannya. Universitas Sumatera Utara Baik buruknya kinerja keuangan dapat diukur dengan menggunakan rasio keuangan . Bukti empiris menunjukkan bahwa current rasio , debt to equity dan return on asset berpengaruh positif terhadap return saham di pasar modal. Tetapi berbeda dengan apa yang terjadi indonesia dimana faktor-faktor ekternal nampak mempunyai pengaruh yang lebih dominan terhadap pembentukan harga saham. Capital Adequacy Ratio adalah rasio likuiditas yang menggambarkan mengenai kemampuan perusahaan untuk membayar semua kewajiban financial jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Debt to equity rasio adalah adalah rasio leverage yang menggambarkan kinerja perusahaan secara keseluruhan yang membandingkan total liabilities dengan total equity return on asset adalah rasio profitabilitas yang dapat menggambarkan kinerja perbandingan antara net profit after tax dengan total asset suatu perusahaan. Secara bersama-sama capital adequacy ratio, debt to equity rasio , dan return on asset memiliki pengaruh signifikan Emmanuel : 2006 Menurut Abdullah 2005: 120, rasio yang digunakan dalam mengukur kinerja keuangan bank adalah rasio solvabilitas kecukupan modal, rasio likuiditas dan rasio profitabilitas. Rasio yang menggambarkan solvabilitas bank adalah Capital Adequacy Ratio CAR yang mengukur kecukupan modal yang yang dimiliki oleh suatu bank untuk menunjang aktiva yang mengandung resiko dan sekaligus menunjukkan tingkat kesehatan bank dalam aspek permodalannya SE BI No. 6DPNP2004. Universitas Sumatera Utara Gambaran likuiditas suatu bank dapat di ukur dengan rasio Loan to Deposit Ratio LDR yang mengukur rasio kredit terhadap dana pihak ketiga dan sekaligus menunjukkan tingkat kesehatan bank ditinjau dari segi likuiditasnya SE BI No. 623DPNP2004, sendangkan Return on Asset ROA merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam mengelola asetnya untuk mendapatkan pendapatan atau laba dan sekaligus menunjukkan tingkat kesehatan dalam aspek Asset Quality SE BI No. 623 DPNP2004,oleh sebab itu penulis mengukur kinerja keuangan perbankan dari ketiga rasio tersebut yakni Capital Adequacy Ratio CAR, Loan to deposit Ratio LDR dan Return on asset ROA. Kinerja keuangan perbankan yang diwakili oleh rasio CAR, LDR, dan ROA serta harga saham perbankan menunjukkan perkembangan yang berbeda- beda. Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh kinerja keuangan terhadap harga saham perbankan di Bursa Efek Indonesia. Universitas Sumatera Utara

1.2 Perumusan Masalah