Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham Emiten Perbankan yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

SKRIPSI

PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP HARGA SAHAM EMITEN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK

INDONESIA (BEI)

OLEH :

NAMA : RUDYONO

NIM : 0 7 0 5 0 3 0 7 7 DEPARTEMEN : AKUNTANSI

GUNA MEMENUHI SYARAT UNTUK MEMPEROLEH GELAR SARJANA EKONOMI

MEDAN 2011


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham Emiten Perbankan yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia” adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul ini belum pernah dimuat, dipublikasikan, atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi untuk program S1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas, benar, apa adanya dan apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.

Medan, 14 Agustus 2011 Yang Membuat Pernyataan,

Nama : Rudyono


(3)

KATA PENGANTAR

Dengan kerendahan hati, penulis menyampaikan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat, anugerah, dan karuniaNya yang menyertai, membimbing dan memberikan kekuatan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis menemui berbagai macam kesulitan, kendala dan hambatan, akan tetapi berkat bimbingan, bantuan, dan dukungan, dari berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikannya. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Firman Syarif,M.Si,Ak. dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak. selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Zainul Bahri Torong,M.Si,Ak. selaku Dosen Pembimbing. Terima kasih yang sebesar-besarnya atas waktu, bimbingan, dan arahan yang diberikan selama proses penyusunan dan penyelesaian skripsi ini. 4. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak selaku Dosen Pembanding I dan

Bapak Drs. Sucipto, M.M, Ak selaku Dosen Pembanding II, terima kasih atas masukan dan saran yang telah diberikan.

5. Bapak dan Ibu dosen pengajar serta seluruh pegawai Fakultas Ekonomi Sumatera Utara, khususnya Departemen Akuntansi.


(4)

6. Kedua orang tua penulis, Andreo dan Linda, atas kasih sayang, dukungan, nasehat, dan motivasi yang tiada hentinya kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.

Medan, 14 Agustus 2011

Penulis,

Rudyono NIM : 070503077


(5)

ABSTRAK

Salah satu faktor yang mempengaruhi naik turunnya harga saham di pasar modal adalah kinerja keuangan perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kinerja keuangan baik secara parsial maupun simultan terhadap harga saham emiten perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Populasi penelitian ini mencakup 27 perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2007-2009, dengan 20 perusahaan yang digunakan sebagai sampel. Metode pengambilan sampel bertujuan digunakan dalam pemilihan sampel. Data yang digunakan adalah data sekunder berupa laporan keuangan dari masing-masing sampel yang dipublikasikan di www.idx.co.id dan Indonesia Capital Market Directory (ICMD). Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis regresi linear berganda, setelah pengujian asumsi klasik dilakukan sebelumnya. Variabel independen yang digunakan adalah

Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Return On Equity

(ROE),Earning Per Share (EPS), dan Loan to Deposit Ratio (LDR) dengan harga saham sebagai variabel dependen..

Hasil analisis menunjukkan bahwa Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Return On Equity, Earning Per Share, dan Loan to Deposit Ratio secara simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Secara parsial, hanya variabel Return On Equity dan Earning Per Share yang berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

Kata kunci: capital adequacy ratio, non performing loan, return on equity,


(6)

ABSTRACT

One of the factors that influences the up and down of the stock price in capital market is corporate’s financial performance. The purpose of this research is to analyze the influence of financial performance, either partially or simultaneously, on stock price of banking companies listed in Indonesia Stock Exchange.

Population of this research consists of 27 banking companies listed in Indonesia Stock Exchange during 2007-2009, with 20 companies taken as sample. Purposive sampling method is used for the sample selection. Data used in this study is secondary data in the form of financial statements of each sample, which is published in www.idx.co.id and Indonesia Capital Market Directory (ICMD). The analytical method used is multiple linear regression, after the classic assumption test has been done previously. Independent variables used are Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Return On Equity (ROE), Earning Per Share (EPS), and Loan to Deposit Ratio (LDR) with stock price as the dependent variable.

The result shows that simultaneously are Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Return On Equity, Earning Per Share, and Loan to Deposit Ratio have a significant influence on stock price. Partially, only variables of Return On Equity and Earning Per Share have significant influence on Price to Book Value.

Key words: capital adequacy ratio, non performing loan, return on equity, earning per share, stock price, banking companies


(7)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... ABSTRAK... ABSTRACT... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... B. Perumusan Masalah ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian... 2. Manfaat Penelitian... BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis

1. Saham ... 2. Harga saham ... 3. Kinerja Keuangan...


(8)

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis

1. Kerangka Konseptual ... 2. Hipotesis ... BAB III. METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian ... B. Populasi dan Sampel Penelitian ... C. Jenis dan Sumber Data... D. Teknik Pengumpulan Data... E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel... F. Metode Analisis Data... BAB IV. ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data Penelitian... B. Analisis Hasil Penelitian

1. Uji Asumsi Klasik ... 2. Pengujian Hipotesis ... 3. Pembahasan Hasil Penelitian... BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN

A. Kesimpulan ... B. Keterbatasan... C. Saran ... DAFTAR PUSTAKA... LAMPIRAN...


(9)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1. Ringkasan Tinjauan Penelitian Terdahulu... Tabel 4.1. Statistik Deskriptif... Tabel 4.2. Hasil Uji Normalitas K-S ... Tabel 4.3. Hasil Uji Normalitas K-S setelah transformasi data (Ln)... Tabel 4.4. Hasil Uji Multikolinearitas ... Tabel 4.5. Hasil Uji Run Test ... Tabel 4.6. Hasil Pengujian Goodness of Fit ... Tabel 4.7. Hasil Uji t... Tabel 4.8. Hasil Uji F ...


(10)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1. Kerangka Konseptual ... Gambar 4.1. Histogram (1)... Gambar 4.2. Grafik P-P Plot (1) ... Gambar 4.3. Histogram setelah transformasi data (Ln) (2)... Gambar 4.4. Grafik P-P Plot setelaha transformasi data (Ln) (2) ... Gambar 4.5. Grafik Scatterplot ...


(11)

 

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul Halaman

Lampiran 1 Daftar Populasi – Sampel Perusahaan Perbankan

yang terdaftar di BEI ... Lampiran 2 Data Variabel Penelitian – Capital Adequacy Ratio ... Lampiran 3 Data Variabel Penelitian – Non Performing Loan... Lampiran 4 Data Variabel Penelitian – Return On Equity ... Lampiran 5 Data Variabel Penelitian – Earning Per Share... Lampiran 6 Data Variabel Penelitian – Loan to Deposit Ratio ... Lampiran 7 Data Variabel Penelitian – Harga Saham ...


(12)

ABSTRAK

Salah satu faktor yang mempengaruhi naik turunnya harga saham di pasar modal adalah kinerja keuangan perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kinerja keuangan baik secara parsial maupun simultan terhadap harga saham emiten perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Populasi penelitian ini mencakup 27 perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2007-2009, dengan 20 perusahaan yang digunakan sebagai sampel. Metode pengambilan sampel bertujuan digunakan dalam pemilihan sampel. Data yang digunakan adalah data sekunder berupa laporan keuangan dari masing-masing sampel yang dipublikasikan di www.idx.co.id dan Indonesia Capital Market Directory (ICMD). Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis regresi linear berganda, setelah pengujian asumsi klasik dilakukan sebelumnya. Variabel independen yang digunakan adalah

Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Return On Equity

(ROE),Earning Per Share (EPS), dan Loan to Deposit Ratio (LDR) dengan harga saham sebagai variabel dependen..

Hasil analisis menunjukkan bahwa Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Return On Equity, Earning Per Share, dan Loan to Deposit Ratio secara simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Secara parsial, hanya variabel Return On Equity dan Earning Per Share yang berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

Kata kunci: capital adequacy ratio, non performing loan, return on equity,


(13)

ABSTRACT

One of the factors that influences the up and down of the stock price in capital market is corporate’s financial performance. The purpose of this research is to analyze the influence of financial performance, either partially or simultaneously, on stock price of banking companies listed in Indonesia Stock Exchange.

Population of this research consists of 27 banking companies listed in Indonesia Stock Exchange during 2007-2009, with 20 companies taken as sample. Purposive sampling method is used for the sample selection. Data used in this study is secondary data in the form of financial statements of each sample, which is published in www.idx.co.id and Indonesia Capital Market Directory (ICMD). The analytical method used is multiple linear regression, after the classic assumption test has been done previously. Independent variables used are Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Return On Equity (ROE), Earning Per Share (EPS), and Loan to Deposit Ratio (LDR) with stock price as the dependent variable.

The result shows that simultaneously are Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Return On Equity, Earning Per Share, and Loan to Deposit Ratio have a significant influence on stock price. Partially, only variables of Return On Equity and Earning Per Share have significant influence on Price to Book Value.

Key words: capital adequacy ratio, non performing loan, return on equity, earning per share, stock price, banking companies


(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pasar modal di Indonesia dewasa ini berkembang dengan baik yang dapat terlihat dari adanya sekitar 400-an perusahaan yang telah go public pada akhir tahun 2009 dimana sebagian besar dari perusahaan go public tersebut menjadikan pasar modal sebagai suatu lembaga alternatif dalam menghimpun dana dari investor untuk pengembangan perusahaan ke depannya.

Salah satu instrumen keuangan pasar modal yang paling banyak digunakan oleh perusahaan go public adalah saham. Saham merupakan selembar kertas yang berisi tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan terbatas. Keuntungan yang dimiliki investor yang menanam investasinya dalam bentuk saham dapat berupa capital gain (kenaikan harga saham) dan dividen. Harga saham merupakan suatu nilai saham yang mencerminkan kekayaan perusahaan yang menerbitkan saham tersebut, dimana perubahan harga saham ini banyak ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan yang terjadi di pasar modal. Oleh karena itu dapat dikatakan juga bahwa harga saham emiten menunjukkan nilai penyertaan investor dalam perusahaan dan nilai perusahaan di mata masyarakat. Nilai suatu perusahaan dapat diketahui dengan mengalikan harga saham emiten dengan jumlah lembar saham yang telah diterbitkan emiten. Kekuatan permintaan dan penawaran di pasar modal yang mempengaruhi perubahan harga saham disebabkan oleh beberapa


(15)

faktor eksternal seperti tingkat suku bunga, tingkat resiko, laju inflasi, kebijakan pemerintah, keadaan makro ekonomi, politik keamanan suatu negara. Sedangkan faktor internal yang berpengaruh terhadap kekuatan permintaan dan penawaran ini adalah kinerja keuangan perusahaan bersangkutan.

Kinerja keuangan perusahaan merupakan salah satu faktor yang dilihat oleh investor dalam menentukan pilihan dalam berinvestasi saham. Kinerja umumnya mencerminkan kemampuan perusahaan dalam mengelola sumber daya yang dimilikinya. Oleh karenanya analisis kinerja keuangan penting untuk dilakukan oleh investor mengingat resiko dan jumlah dana yang akan diinvestasikan cukup besar. Analisis kinerja keuangan dapat dilakukan dengan menggunakan informasi keuangan yang berasal dari laporan keuangan emiten yang bersangkutan. Informasi keuangan ini haruslah akurat dan bebas dari salah saji agar dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi investor dalam menentukan pilihan investasi. Contoh alat yang dapat digunakan untuk menganalisis kinerja keuangan adalah analisis rasio keuangan. Melalui rasio-rasio keuangan ini, pemakai informasi keuangan dapat mengetahui kondisi dan posisi keuangan perusahaan, serta kinerja ekonomis perusahaan di masa depan. Kemudian dengan mengasumsikan investor adalah pelaku yang rasional, maka aspek fundamental akan menjadi dasar penilaian yang sangat berharga. Hal ini didasarkan pada argumen bahwa nilai keseluruhan saham mewakili nilai perusahaan, tidak hanya nilai intrinsik pada saat itu saja, namun juga merupakan harapan akan kemampuan perusahaan dalam meningkatkan nilai kekayaan perusahaan di kemudian hari. Kinerja keuangan bank yang baik umumnya akan meningkatkan nilai saham bank


(16)

tersebut, dan sebaliknya apabila kinerja keuangan bank buruk maka hal ini akan mempengaruhi nilai saham bank tersebut karena hilangnya kepercayaan dari investor. Kinerja keuangan dalam penelitian ini diukur melalui rasio likuiditas yaitu loan to deposit ratio (LDR), rasio kualitas aset yaitu non-peforming loan

(NPL), rasio solvabilitas yaitu capital adequacy ratio (CAR), rasio profitabilitas yaitu return on equity (ROE) dan earning per share (EPS). Penggunaan rasio keuangan diatas dinilai peneliti memiliki korelasi yang positif terhadap harga saham.

Rasio solvabilitas bank merupakan ukuran kemampuan bank dalam mencari sumber dana untuk membiayai kegiatannya (Kasmir,2009:229). Rasio solvabilitas bank diukur melalui rasio Capital Adequacy Ratio (CAR). CAR menunjukkan seberapa besar modal bank telah memadai untuk menunjang kebutuhannya dan sebagai dasar untuk menilai prospek kelanjutan usaha bank bersangkutan. Semakin besar CAR maka akan semakin besar daya tahan bank dalam menghadapi penyusutan aset bank yang timbul karena adanya aset yang bermasalah. Jika CAR suatu bank tinggi, kepercayaan masyarakat terhadap bank tersebut akan semakin besar sehingga akan meningkatkan nilai saham bank tersebut. Namun penelitian oleh Fanny (2009) dan Helena (2010) menunjukkan bahwa CAR tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

Rasio kualitas asset diukur melalui rasio Non Performing Loan (NPL). NPL merupakan indikator penilaian terhadap kondisi aset bank dan kecukupan manajemen resiko kredit. Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004, semakin tinggi nilai NPL (di atas 5%) maka bank tersebut tidak


(17)

sehat. NPL yang tinggi akan menyebabkan menurunnya laba yang akan diterima oleh bank. Penurunan laba akan membuat investor menarik investasinya sehingga harga saham akan turun. Namun penelitian oleh Fanny (2009) menunjukkan bahwa NPL tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

Rasio profitabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan (Kasmir,2009:229). Rasio profitabilitas diukur melalui rasio Return On Equity (ROE) dan Earning Per Share (EPS). ROE menunjukkan kemampuan bank dalam menghasilkan laba kepada pemegang saham dengan menggunakan modal yang dimiliki. Semakin tinggi nilai rasio ROE maka akan semakin efektif perusahaan dalam menghasilkan laba bagi pemegang saham. Laba yang tinggi kemudian akan meningkatkan harga saham bank. Penelitian oleh Juventus (2007) menunjukkan ROE berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Namun penelitian oleh Fanny dan Lina Surya Kie menunjukkan bahwa ROE tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Sedangkan EPS merupakan ukuran yang digunakan untuk menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba per lembar saham bagi pemiliknya / pemegang saham. Semakin besar EPS suatu perusahaan, maka semakin menguntungkan dan menarik investasi pada perusahaan tersebut. Semakin menguntungkan suatu investasi, maka semakin tinggi harga saham perusahaan tersebut. Namun penelitian oleh Lina Surya Kie menunjukkan bahwa EPS tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham.


(18)

Rasio likuiditas bank merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya pada saat ditagih (Kasmir,2009:229). Rasio likuiditas diukur melalui rasio Loan to Deposit Ratio (LDR). LDR menunjukkan perbandingan jumlah antara jumlah kredit yang diberikan oleh bank terhadap dana yang diterima oleh bank. Semakin besar jumlah kredit yang diberikan oleh bank maka akan semakin rendah tingkat likuiditas bank yang bersangkutan, namun diharapkan bank akan mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi pula. Hal ini akan mempengaruhi penilaian investor dalam mengambil keputusan investasinya sehingga hal ini akan mempengaruhi harga saham bank tersebut. Penelitian oleh Fanny (2009) menunjukkan bahwa LDR tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Helena (2009) yang menguji pengaruh kinerja keuangan terhadap harga saham bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2005 sampai 2007. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah (1) periode tahun penelitian dimana periode penelitian terdahulu adalah 2005 sampai 2007, sedangkan dalam penelitian ini menggunakan periode 2007 sampai 2009 dimana selama periode ini terjadi suatu krisis keuangan di Amerika Serikat yang berdampak pada pasar modal di Indonesia yang sampai anjlok 41%. (2) variabel independen yang digunakan penelitian terdahulu yaitu Cash Ratio (CR), Return On Asset (ROA), Capital Adequacy Ratio (CAR) sedangkan variabel independen yang digunakan pada penelitian ini adalah Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan


(19)

(NPL), Return On Equity (ROE), Earning Per Share (EPS), dan Loan to Deposit Ratio (LDR).

Motivasi peneliti dalam penelitian ini adalah ingin mengetahui sampai sejauh mana rasio-rasio keuangan yang dipilih peneliti akan mempengaruhi harga saham pada periode dimana terjadinya suatu krisis keuangan yang berdampak terhadap pasar modal di Indonesia. Pemilihan rasio keuangan di atas juga didasarkan atas suatu fenomena yang terjadi pada bank century atau sekarang bernama bank mutiara dimana pada tahun 2008 rasio CAR -22,29%, rasio NPL 10,42%, rasio ROE -981,63%, rasio EPS -256,83, dan rasio LDR 93,16% yang kemudian membuat harga saham bank century jatuh dari Rp 68 pada tahun 2007 menjadi 1 sen rupiah per lembar saham ketika dibeli oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).

Berdasarkan fenomena dan kondisi di atas serta adanya ketidakkonsistenan hasil penelitian, menbuat peneliti tertarik untuk meneliti kemungkinan kinerja keuangan akan mempengaruhi harga saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Oleh karena itu, peneliti akan menuangkannya di dalam sebuah karya tulis ilmiah yang berbentuk skripsi dengan judul : “Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham Emiten Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka peneliti membuat perumusan masalah sebagai berikut “Apakah kinerja keuangan yang diproksikan dalam Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Return On


(20)

Equity (ROE), Earning Per Share (EPS), Loan to Deposit Ratio (LDR) secara parsial dan simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham emiten perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007 – 2009?”

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan penelitian ini adalah “untuk menguji dan memberikan bukti empiris pengaruh dari Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL),

Return On Equity (ROE), Earning Per Share (EPS), Loan to Deposit Ratio

(LDR) secara parsial dan simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham emiten perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007 – 2009”

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat pada pihak-pihak terkait antara lain :

1. Bagi investor, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan mengenai pengambilan keputusan investasi oleh investor.

2. Bagi kalangan akademik dan praktisi, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemahaman kinerja keuangan dan pengaruhnya terhadap harga saham.


(21)

3. Bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat untuk menambah dan mengembangkan wawasan pengetahuan peneliti khususnya mengenai pengaruh kinerja keuangan terhadap harga saham.

4. Bagi calon peneliti, sebagai bahan referensi dan informasi dalam melakukan penelitian selanjutnya, dan diharapkan dapat memperbanyak pengetahuan di bidang perbankan.


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis 1. Saham

Menurut Anoraga, Pakarti (2006:54) pengertian saham dapat diartikan sebagai tanda penyertaan modal pada suatu perseroan terbatas dan memiliki manfaat diantaranya dividen dan capital gain. Dividend merupakan bagian dari keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham sedangkan capital gain adalah keuntungan yang diperoleh dari selisih harga jual dengan harga belinya.

Saham terbagi atas saham biasa (common stock), saham preferen (preferred stock), dan saham treasuri (treasury stock). Karakteristik saham biasa adalah pemegang saham memiliki tanggung jawab terbatas terhadap klaim pihak lain sebesar proporsi saham, pemegang saham merupakan pihak terakhir yang mendapat pembagian hasil usaha, dan pemegang saham memiliki hak untuk menentukan arah dan tujuan perusahaan. Sedangkan saham preferen merupakan saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa yaitu preferen terhadap dividen dan preferen terhadap likuidasi. Preferen terhadap dividen artinya pemegang saham preferen memiliki hak untuk menerima dividen terlebih dahulu dibandingkan dengan pemegang saham biasa. Preferen terhadap likuidasi artinya pemegang


(23)

saham preferen memiliki hak untuk mendapatkan aktiva perusahaan terlebih dahulu dibandingkan dengan saham biasa pada saat terjadi likuidasi.

2. Harga saham

Harga saham merupakan nilai suatu saham yang mencerminkan kekayaan perusahaan yang mengeluarkan saham tersebut. Harga saham juga dapat didefinisikan sebagai harga yang dibentuk dari interaksi antara penjual dan pembeli saham di bursa efek yang dilatarbelakangi oleh harapan mereka terhadap keuntungan perusahaan.

Perubahan harga saham dapat terjadi akibat dari kekuatan permintaan dan penawaran yang terjadi di bursa. Semakin tinggi permintaan saham suatu perusahaan, maka semakin tinggi harga saham tersebut dengan asumsi faktor lain tetap. Sebaliknya, semakin rendah permintaan saham suatu perusahaan, maka semakin rendah harga saham tersebut dengan asumsi faktor lain tetap. Hal ini sejalan dengan Hipotesis Pasar Efisien ( Efficient Market Hypothesis) yang menjelaskan bahwa dalam pasar modal yang efisien, harga suatu saham pasti telah mencerminkan seluruh informasi yang berkaitan dengan aktivitas manajemen dan prospek di masa mendatang dan ketika muncul informasi baru tentang perusahaan tersebut maka harga saham akan spontan berubah mencerminkan adanya informasi baru tersebut.

Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kekuataan permintaan dan penawaran tersebut dapat berasal dari internal misalnya kondisi dan kinerja keuangan perusahaan (faktor fundamental perusahaan), sedangkan


(24)

dari eksternal seperti tingkat suku bunga, indeks harga saham gabungan, rumor dan sentimen pasar.

Penilaian harga saham penting untuk dilakukan oleh investor terkait keputusan investasinya karena bertujuan untuk menentukan saham mana yang akan memberikan tingkat keuntungan yang maksimal dengan resiko dan jumlah investasi tertentu. Pendekatan penilaian harga saham dapat dilakukan dengan beberapa cara, misalnya analisis fundamental dan analisis teknikal.

a. Analisis fundamental merupakan salah satu cara yang lazim digunakan oleh para pemodal untuk menilai saham. Penilaian saham dengan pendekatan fundamental dilakukan dengan mempelajari dan mengamati berbagai indikator terkait kondisi makro ekonomi dan kondisi industri perusahaan. Analisis fundamental memiliki asumsi dasar bahwa harga saham tidaklah diukur dari standar harga di pasar, melainkan diprediksikan terlebih dahulu dengan analisis perusahaan (Husnan, 2002:336). Analisis fundamental menekankan bahwa faktor-faktor fundamental mempengaruhi harga saham karena menitikberatkan pada analisis rasio keuangan. Informasi atau gambaran tentang kondisi keuangan perusahaan tersebut dapat diperoleh melalui analisis rasio keuangan.

b. Analisis teknikal menggunakan suatu asumsi dasar bahwa harga saham dibentuk melalui hasil spekulasi. Kegiatan spekulasi ini lebih menitikberatkan pada suatu tren yang dibentuk harga saham pada periode lalu dan tidak ada hubungannya dengan nilai intrinsik


(25)

saham. Penilaian saham dengan pendekatan teknikal dilakukan dengan menggunakan data-data statistik yang dihasilkan dari aktivitas perdagangan saham. Kenaikan dan penurunan harga saham pada periode sebelumnya digunakan untuk memprediksi harga saham pada periode berikutnya. Tren harga saham akan dijadikan sebagai tolok ukur dalam memprediksi harga saham periode berikutnya.

3. Kinerja Keuangan

Kinerja keuangan menggambarkan suatu keadaan yang mencerminkan kemampuan suatu perusahaan dalam mengelola keuangan perusahaan selama periode tertentu. Menurut Abdullah (2005:120), kinerja keuangan bank merupakan gambaran kondisi keuangan bank pada suatu periode tertentu baik menyangkut aspek penghimpunan dana maupun penyaluran dan yang biasanya diukur dengan indikator solvabilitas, likuiditas, dan profitabilitas. Adapun tujuan dari analisis kinerja keuangan bank adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui keberhasilan pengelolaan keuangan bank terutama kondisi likuiditas, kecukupan modal dan profitabilitas yang dicapai dalam tahun berjalan maupun tahun sebelumnya.

b. Untuk mengetahui kemampuan bank dalam mengelola semua aset yang dimiliki dalam menghasilkan laba secara efisien.

Pengukuran kinerja dapat didefinisikan sebagai suatu usaha yang dilakukan oleh perusahaan untuk menilai efisiensi dan efektivitas aktivitas perusahaan yang telah dilaksanakan selama periode akuntansi.


(26)

Munawir (2002:31) menyatakan bahwa tujuan dari pengukuran kinerja keuangan perusahaan ada empat, yaitu mengetahui tingkat likuiditas, tingkat solvabilitas, tingkat rentabilitas, dan tingkat stabilitas. Pengukuran kinerja keuangan memberikan penilaian atas pengelolaan aset perusahaan oleh manajemen. Pengukuran kinerja keuangan juga memberikan penilaian atas kemampuan perusahaan untuk bertahan dan terus berkembang. Manajemen perusahaan diharapkan untuk melakukan evaluasi dan tindakan perbaikan atas kinerja keuangan perusahaan yang tidak sehat.

Pengukuran kinerja perusahaan akan digunakan oleh para pemegang kepentingan sebagai suatu dasar pengambilan keputusan yang berhubungan dengan kepentingan mereka di dalam perusahaan. Pengukuran kinerja perusahaan menjadi dasar dari pendekatan fundamental dalam analisis investasi karena harga saham akan dipengaruhi oleh kinerja perusahaan.

Pendekatan analisis rasio keuangan dapat digunakan untuk menilai kinerja keuangan pada perusahaan perbankan. Bagi investor, informasi mengenai kinerja perusahaan dapat digunakan untuk melihat apakah mereka akan mempertahankan investasi mereka di perusahaan tersebut atau mencari alternatif lain. Apabila kinerja perusahaan publik meningkat maka nilai perusahaan akan semakin tinggi yang membuat para investor akan menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. Hal ini kemudian akan direfleksikan oleh pasar dalam bentuk kenaikan harga saham perusahaan.


(27)

Rasio keuangan secara umum digunakan untuk mengetahui gambaran prospek dan risiko yang dihadapi perusahaan maupun investor di masa mendatang. Rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Capital Adequacy Ratio

Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan salah satu rasio perbankan yang digunakan untuk mengukur kemampuan permodalan suatu bank dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dan menghadapi kemungkinan resiko yang terjadi di dalam kegiatan perkreditan dan perdagangan surat-surat berharga. Modal bukan saja sebagai salah satu sumber penting dalam memenuhi kebutuhan dana bank, tetapi juga posisi modal akan mempengaruhi keputusan-keputusan manajemen dalam pencapaian laba dan kemungkinan timbulnya resiko. Kecukupan modal merupakan faktor yang penting bagi bank dalam rangka pengembangan usaha dan menampung resiko kerugian. Semakin tinggi nilai CAR suatu bank maka semakin besar daya tahan bank dalam menghadapi aset-aset bank yang bermasalah. Daya tahan bank yang baik juga menunjukkan kinerja yang baik, dimana nantinya permintaan akan saham bank akan bertambah. Permintaan yang tinggi kemudian akan meningkatkan harga saham bank tersebut.

Sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, Bank Indonesia menetapkan CAR yaitu kewajiban penyediaan modal minimum yang harus selalu dipertahankan oleh setiap bank sebagai suatu


(28)

proporsi tertentu dari aktiva tertimbang menurut resiko (ATMR). ATMR adalah nilai total masing-masing aktiva bank setelah dikalikan dengan masing-masing bobot resiko aktiva tersebut. Menurut Peraturan Bank Indonesia No 10/15/PBI/2008, kewajiban penyediaan modal minimum ini adalah sebesar 8% dari Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR). b. Non Performing Loan

Non-Performing Loan merupakan salah satu indikator kesehatan kualitas aset bank. Rasio Non-Performing Loan menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank, sehingga semakin tinggi rasio ini maka akan semakin buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar dan memungkinkan pencapaian laba semakin rendah.

Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004, semakin tinggi nilai NPL ( di atas 5% ) maka bank tersebut dikatakan tidak sehat. NPL yang tinggi menyebabkan menurunnya laba yang akan diterima oleh bank. Penurunan laba mengakibatkan dividen yang dibagikan juga semakin berkurang sehingga pertumbuhan harga saham bank akan mengalami penurunan.

Kredit yang digolongkan sebagai non-performing adalah kredit dengan kolektibilitas kurang lancar (tunggakan pokok/ bunga di atas 90 hari sampai 120 hari), diragukan(tunggakan pokok/ bunga di atas 120 hari sampai 180 hari), dan macet (tunggakan pokok/ bunga di atas 180


(29)

hari). Kredit dalam kategori ini adalah kredit dengan kemungkinan tertagih sangat tipis.

c. Return On Equity

Return On Equity merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba yang diukur dari jumlah dana yang telah digunakan untuk menghasilkan laba tersebut. ROE juga merupakan pengukuran efektivitas perusahaan untuk mendapatkan keuntungan dengan menggunakan modal perusahaan yang dimilikinya.

Peningkatan ROE perusahaan akan berdampak terhadap harga saham perusahaan. Peningkatan ROE berarti peningkatan laba bersih yang dihasilkan perusahaan dibandingkan dengan modal sendiri yang digunakan untuk menghasilkan laba bersih tersebut. Akibat peningkatan laba bersih ini, investor akan menilai bahwa perusahaan mempunyai kinerja yang bagus dan hal ini akan berpengaruh pada permintaan saham perusahaan. Permintaan saham yang meningkat akan mendorong harga saham bergerak naik.

d. Earning Per Share

Earning Per Share merupakan rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur kondisi dan pertumbuhan perusahaan. Earning Per Share yang didistribusikan kepada para investor tergantung pada kebijakan perusahaan dalam pembayaran dividen. Earning Per Share dapat menunjukkan tingkat kesejahteraan perusahaan, artinya apabila Earning


(30)

Per Share yang dibagikan kepada para investor tinggi maka hal itu menandakan bahwa perusahaan tersebut mampu memberikan tingkat kesejahteraan yang baik kepada pemegang saham.

Dengan demikian, Earning Per Share menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba yang diraih perusahaan kepada para pemegang saham. Earning Per Share juga dapat dijadikan sebagai indikator tingkat nilai perusahaan dan salah satu cara untuk mengukur keberhasilan dalam mencapai keuntungan bagi para pemilik saham perusahaan. Earning Per Share yang tinggi akan membuat permintaan atas saham perusahaan meningkat dimana tingginya permintaan saham ini akan menyebabkan harga saham perusahaan bergerak naik.

e. Loan to Deposit Ratio

Menurut Simorangkir (2004:147), Loan to Deposit Ratio adalah perbandingan antara kredit yang diberikan dengan dana pihak ketiga, termasuk pinjaman yang diterima. Rasio ini menggambarkan kemampuan bank membayar kembali penarikan yang dilakukan nasabah deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya.

Penilaian likuiditas merupakan penilaian terhadap kemampuan bank untuk memelihara tingkat likuiditas yang memadai dan kecukupan manajemen resiko likuiditas. LDR paling sering digunakan oleh analis keuangan dalam menilai suatu kinerja bank terutama dari seluruh jumlah kredit yang diberikan oleh bank dengan dana yang diterima oleh bank.


(31)

LDR yang tinggi menunjukkan tingkat likuiditas yang rendah namun berpotensi menghasilkan laba yang lebih tinggi karena penggunaan aset-aset produktif yang lebih besar. Laba yang lebih tinggi akan menarik minat investor terhadap saham bank sehingga permintaan saham bank akan meningkat. Tingginya permintaan saham akan membuat harga saham bank bergerak naik.

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Fanny (2009) menganalisis Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR), Non Performing Loan (NPL), Return On Equity (ROE), dan Dividend Per Share (DPS) terhadap harga saham pada industri perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian membuktikan secara parsial bahwa hanya Dividend Per Share (DPS) yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham, sedangkan secara simultan CAR, LDR, NPL, ROE, dan DPS memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham.

Helena (2010) menganalisis Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham Bank Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2005 Sampai 2007. Hasil penelitian menunjukkan bahwa CR, ROA, CAR tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham baik secara parsial maupun simultan.

Lina Surya Kie (2009) menganalisis Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia selama periode 2005 sampai 2007. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ROA, ROE, NPM, EPS, PER, dan PBV tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham baik secara parsial maupun simultan.


(32)

Juventus (2007) menganalisis Pengaruh Ratio Profitabilitas dan Leverage Terhadap Harga Saham Perbankan di Bursa Efek Jakarta Periode 2004 sampai 2006. Hasil penelitian membuktikan bahwa hanya ROE dan DAR memiliki pengaruh positif terhadap harga saham secara parsial; rasio profitabilitas dan rasio leverage juga berpengaruh terhadap harga saham secara simultan.

Tabel 2.1.

Ringkasan Tinjauan Penelitian Terdahulu

Peneliti Judul Variabel Kesimpulan & Hasil Fanny

R.Ria 2009

Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR), Non Performing Loan (NPL), Return On Equity (ROE), dan

Dividend Per Share (DPS) terhadap harga saham pada

Dependen : CAR, LDR, NPL, ROE, DPS Independen : Harga saham DPS memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham ; CAR, LDR, NPL, ROE, DPS secara simultan berpengaruh terhadap harga saham.

Helena 2010

Pengaruh Kinerja

Keuangan Terhadap Harga Saham Bank yang

Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2005 sampai 2007 Dependen : CR, ROA, CAR Independen : Harga saham

CR, ROA, CAR tidak berpengaruh

signifikan terhadap harga saham baik secara parsial maupun simultan. Lina Surya Kie 2009 Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Dependen : ROA, ROE, NPM, EPS, PER, PBV Independen : Return saham

ROA, ROE, NPM, EPS, PER, PBV tidak berpengaruh

signifikan terhadap return saham baik secara parsial maupun simultan.


(33)

Juventus 2007

Pengaruh Ratio

Profitabilitas dan Leverage Terhadap Harga Saham Perbankan di Bursa Efek Jakarta Periode 2004 sampai 2006. Dependen : ROA, ROE, DAR, DER Independen : Harga saham

ROE dan DAR memiliki pengaruh positif terhadap harga saham secara parsial ; Rasio profitabilitas dan leverage

berpengaruh terhadap harga saham secara simultan.

Sumber : Peneliti, 2011

C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis 1. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Capital Adequacy Ratio mencerminkan kemampuan permodalan dan cadangan bank yang digunakan untuk menunjang kegiatan operasi

H1

H2

H3

H4

H5 Capital Adequacy Ratio

(X1)

Non Performing Loan (X2)

Return On Equity (X3) Earning Per Share

(X4)

Loan to Deposit Ratio (X5)

Harga Saham (Y) H6


(34)

perusahaan. Non Performing Loan mencerminkan penilaian terhadap kondisi dan kualitas dari aset bank serta kecukupan manajemen resiko kredit. Return On Equity mencerminkan kemampuan ekuitas bank dalam menghasilkan laba. Earning Per Share menunjukkan besarnya laba bersih yang siap dibagikan kepada para pemegang saham. Loan to Deposit Ratio mencerminkan kemampuan bank membayar kembali penarikan-penarikan yang dilakukan oleh nasabah dan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya.

Harga saham merupakan salah satu indikator keberhasilan pengelolaan perusahaan. Pergerakan harga saham ditentukan oleh kekuataan permintaan dan penawaran saham itu sendiri di pasar modal. Bagi investor itu sendiri, harga saham mencerminkan nilai suatu perusahaan.

Kesemua rasio-rasio yang dijelaskan sebagai variabel independen merupakan rasio yang berpengaruh terhadap keputusan investor dalam melakukan keputusan investasinya pada saham suatu perusahaan. Semakin baik kinerja suatu perusahaan, maka semakin tinggi minat investor terhadap saham perusahaan.

2. Hipotesis

Berdasarkan kerangka konseptual dan uraian teoritis di atas, maka peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut : “Kinerja keuangan yang diproksikan dengan Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Return On Equity, Earning Per Share, Earning Per Share, Loan to Deposit Ratio


(35)

berpengaruh signifikan baik secara parsial maupun simultan terhadap harga saham emiten perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2009”


(36)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain kausal. Dimana, berguna untuk menganalisis hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya.

Penelitian ini bertujuan untuk menguji variabel kinerja keuangan terhadap harga saham emiten perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan rancangan penelitian sebagai berikut :

1. Rancangan penelitian ini adalah penelitian ex post facto yaitu penelitian yang dilakukan untuk meneliti peristiwa yang telah terjadi dan kemudian mengamati kembali peristiwa tersebut untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat menimbulkan kejadian tersebut tanpa ada manipulasi langsung terhadap variabel independen.

2. Rancangan penelitian merupakan penelitian asosiatif dengan hubungan kausal, sebab tujuan penelitian berusaha menjelakan hubungan sebab akibat dalam bentuk pengaruh antar variabel melalui pengujian hipotesis. 3. Rancangan penelitian merupakan penelitian kuantitatif dengan data

kontinum berbentuk rasio yaitu data yang jaraknya sama dan memiliki nilai nol mutlak.


(37)

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi pada penelitian ini meliputi seluruh perusahaan perbankan yang terdaftar (listing) di Bursa Efek Indonesia tahun 2007 – 2009.

Sedangkan sampel yang digunakan peneliti dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan teknik purposive sampling, yaitu teknik pengumpulan sampel dengan pertimbangan tertentu.

Adapun kriteria yang menjadi pertimbangan dalam pengambilan sampel adalah sebagai berikut :

1. Perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007 sampai tahun 2009

2. Perusahan tersebut mempublikasikan laporan keuangan secara lengkap dan telah diaudit selama tahun 2007 - 2009

3. Perusahaan tersebut melaporkan laba positif selama tahun 2007 – 2009

Berdasarkan kriteria tersebut, maka perusahaan yang menjadi sampel penelitian berjumlah 20 perusahaan (Lampiran 1).

C. Jenis dan Sumber Data

Menurut jenisnya, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Menurut Umar (2008 : 60), “Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut, misalnya dalam bentuk tabel, grafik, diagram gambar dan sebagainya sehingga lebih informatif jika digunakan oleh pihak lain.” Menurut waktu pengumpulannya, data yang digunakan termasuk dalam Pooling Data. Pooling data merupakan gabungan dari data yang melibatkan urutan waktu


(38)

(time series) dan data yang melibatkan satu waktu tertentu dengan banyak sampel (cross sectional) (Jogiyanto, 2004 : 54).

Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari website Bursa Efek Indonesia yaitu www.idx.co.id dan data dari ICMD (Indonesia Capital Market Directory).

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data penelitian adalah studi dokumentasi. Pengumpulan data sekunder penelitian dilakukan dengan cara mengunggah catatan-catatan, laporan keuangan maupun informasi lainnya yang terkait dengan data penelitian melalui media internet di situs www.idx.co.id dan dari ICMD (Indonesia Capital Market Directory).

E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Variabel independen

Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Capital Adequacy Ratio (CAR)

Rasio ini merupakan rasio ekuitas yang diklasifikasikan terhadap jumlah kredit yang disalurkan, yang menunjukkan kemampuan permodalan dan cadangan yang digunakan untuk menunjang kegiatan opersasi perusahaan. Rasio CAR dihitung dengan formula berikut :


(39)

b. Non Performing Loan

Rasio ini merupakan salah satu indikator kesehatan kualitas aset bank. Penilaian kualitas aset merupakan penilaian terhadap kondisi aset bank dan kecukupan manajemen resiko kredit. Rasio NPL dihitung dengan formula berikut :

c. Return On Equity

Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memperoleh laba yang dibandingkan dengan jumlah dana yang telah digunakan. Rasio ROE dihitung dengan formula berikut :

d. Earning Per Share

Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar tiap lembar saham dapat memberikan keuntungan bagi pemiliknya. Rasio EPS dihitung dengan formula berikut :

e. Loan to Deposit Ratio

Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan bank membayar kembali penarikan-penarikan yang dilakukan oleh nasabah dan deposan


(40)

dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Rasio LDR dihitung dengan formula berikut :

2. Variabel dependen

saham merupakan harga suatu kepemilikan yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar dan oleh permintaan dan penawaran saham yang bersangkutan dengan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Harga saham yang digunakan adalah

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah harga saham. Harga

closing price per tahun dari aan yang diteliti dengan periode penelitian dari tahun

pengaruh dari masing-masing faktor yang diteliti terhadap harga saham, maka r berganda dengan terlebih dahulu melakukan pengujian asum

Pengujian asum a. Uji Normalitas masing-masing perusah

2007 sampai dengan tahun 2009.

F. Metode Analisis Data

Dalam penelitian ini, metode analisis data dilakukan dengan menggunakan metode analisis statistik dengan menggunakan software. Untuk mengetahui

penelitian ini menggunakan regresi linea si klasik.

1. Uji Asumsi Klasik

si klasik yang digunakan meliputi:


(41)

normal atau tidak. Pengujian ini diperlukan karena untuk melakukan uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. (Erlina 2007:103). Menurut Ghozali (2006:110), terdapat dua cara

rafik, penelitian ini menggunakan histogram dan

2) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan/ atau tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak

gnifikansi lebih kecil dari 0.05

normal atau melanggar asumsi normalitas dapat dij

1)

si data dapat dilakukan dengan logaritma natural

2) rimming

rimming adalah memangkas observasi yang bersifat outlier. untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak, yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik.

Dalam analisis g

normal probability plot atau P-P Plot dimana dasar pengambilan keputusannya yaitu :

1) Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak memenuhi asumsi normalitas.

Uji statistik yang digunakan adalah uji Kolmogrov-Smirnov (K-S) dengan signifikansi sebesar 5%. Bila nilai si

berarti distribusi tidak normal. Sebaliknya bila nilai signifikansi lebih besar dari 0.05 berarti distribusi normal.

Distribusi yang tidak

adikan bentuk normal dengan beberapa cara : Transformasi data

Transforma

(Ln), log 10, maupun akar kuadrat.

T


(42)

Winsorizing

Winsorizing meng 3)

ubah nilai-nilai outliers menjadi nilai-nilai aksimum yang diizinkan supaya distribusi

e < 0,10 dan nilai VIF > 10. 0,10 atau nilai VIF < 10 , maka dapat disim

aknya minimum atau m

menjadi normal. b. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi diantara variabel independen (Erlina, 2008:105). Jika terjadi korelasi, berarti terjadi masalah multikolinieritas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Untuk melihat ada atau tidaknya multikolinieritas dalam model regresi dilihat dari nilai tolerance dan nilai Variance Inflation Factor (VIF). Batasan yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya mutikolineritas adalah nilai toleranc

Apabila nilai tolerance >

pulkan tidak terjadi multikolinearitas. c. Uji Heterokedastisitas

Pengujian ini diperlukan untuk mengetahui apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain (Umar, 2008:179). Deteksi ada tid heterokedastisitas dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot dengan dasar analisis (Ghozali, 2006:105) :


(43)

1) jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas,

rti titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi

ri 0,05 maka dapat disimpulkan tidak terdapat hubungan wa residual adalah acak

odel regresi berganda. Analisis ini digunakan untuk mengetahui apakah semua variabel independen mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen.

2) jika tidak ada pola yang jelas, sepe heteroskedastisitas.

d. Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 atau sebelumnya. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang tahun yang berkaitan satu dengan lainnya. Untuk mendeteksi adanya autokorelasi dapat dijelaskan dengan uji run test. Run test dapat digunakan untuk menguji apakah antar residual terdapat korelasi yang tinggi. Bila hasil probabilitas signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat gejala autokorelasi pada model regresi. Jika hasil probabilitas signifikansi lebih besar da

korelasi antar residual atau dapat dikatakan bah atau random.

2. Pengujian Hipotesis


(44)

resi untuk menguji hipotesis tersebut adalah sebagai berikut : b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + e

independen AR)

L)

g Per Share (EPS)

e = error

ependen dan jika R2 semakin kecil men

Model reg

Y = a + Dimana :

Y = Harga saham a = Konstanta

b1..6 = Koefisien regresi dari variabel X1 = Capital Adequacy Ratio (C X2 = Non Performing Loan (NP X3 = Return On Equity (ROE) X4 = Earnin

X5 = Loan to Deposit Ratio (LDR)

Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk menentukan besarnya variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variasi variabel independennya, dengan kisaran nilai antara 0 dan 1. Nilai R2 = nol menunjukkan tidak adanya pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen. Jika R2 semakin besar mendekati satu menunjukkan semakin kuatnya pengaruh variabel independen terhadap variabel d

dekati nol maka dapat dikatakan semakin kecil pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.


(45)

Pengujian hipotesis pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji-t dan

dap variabel dependen. Variabel independen i pengaruh terhadap variabel dependen apabila vari

terhadap variabel dependen. Variabel-variabel independen secara simultan dikatakan berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen apabila memiliki nilai signifikansi (sig) di bawah 0,05 (Ghozali, 2006 : 87).

uji-F. Berikut ini adalah penjelasan masing-masing analisis data :

a. Uji t (t-test)

Uji ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara parsial terha

dikatakan memilik

abel independen memiliki nilai signifikansi (sig) di bawah 0,05 (Ghozali, 2006 : 87).

b. Uji F (F-test)

Uji ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara bersama-sama


(46)

BAB IV

penelitian ini adalah Capital Adequacy Ratio (CAR),

Non

Deskripsi data penelitian secar dari masing-masing variabel yang diteliti meliputi nilai rata-rat ilai maksimum dan standar deviasi dapat dilihat pada tabel.

el 4.1 Stat Deskr

ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data Penelitian

Data cross section yang digunakan berjumlah 20 perusahaan dengan time series selama 3 tahun pengamatan sehingga diperoleh sampel sebanyak 60. Variabel independen dalam

Performing Loan (NPL), Return On Equity (ROE), Earning Per Share (EPS), dan Loan to Deposit Ratio (LDR). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah harga saham.

a statistik a, nilai minimum, n

Tab

istik iptif Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

CAR 60 .1033 .4971 .183718 .0805733

NPL 60 .0001 .0820 .029972 .0179360

ROE 60 .0037 .3522 .133642 .0861536

EPS 60 .3800 609.5000 105.798500 139.3750777

LDR 60 .4360 1.0388 .730840 .1576100

Harga Saham 60 50 8000 1620.22 2075.943

Valid N (listwise) 60


(47)

Berikut ini adalah penjelasan dari data deskriptif yang telah diolah :

1. variabel independen pertama yaitu Capital Adequacy Ratio, pada sampel penelitian berjumlah 60, memiliki nilai terkecil (minimum) 0,1033 dan nilai terbesar (maximum) 0,4971 dengan rata-rata (mean) Capital Adequacy Ratio yang diperoleh emiten perbankan selama tahun 2007-2009 sebesar 0,1837. Hal ini menunjukkan bahwa pada penelitian ini, seluruh sampel yang diamati mempunyai nilai Aktiva Tertimbang Menurut Resiko

ahwa pada penelitian ini, rata-rata sampel

pada penelitian ini rata-rata sampel dapat (ATMR) yang lebih besar daripada modal yang dimilikinya. Simpangan baku (standar deviation) dari Capital Adequacy Ratio adalah sebesar 0,0805733.

2. variabel independen kedua yaitu Non Performing Loan, pada sampel penelitian berjumlah 60, memiliki nilai terkecil (minimum) 0,0001 dan nilai terbesar (maximum) 0,082 dengan rata-rata (mean) Non Performing Loan yang diperoleh emiten perbankan selama tahun 2007-2009 sebesar 0,0299. Hal ini menunjukkan b

yang diamati mempunyai kredit bermasalah sebesar 2,99% dari total kredit yang diberikan. Simpangan baku (standar deviation) dari Non Performing Loan adalah sebesar 0,017936.

3. variabel independen ketiga yaitu Return On Equity, pada sampel penelitian berjumlah 60, memiliki nilai terkecil (minimum) 0,0037 dan nilai terbesar (maximum) 0,3522 dengan rata-rata (mean) Return On Equity yang diperoleh emiten perbankan selama tahun 2007-2009 sebesar 0,1336. Hal ini menunjukkan bahwa


(48)

menghasilkan laba bersih sebesar Rp 0,13 setiap Rp 1 modal yang dikeluarkan. Simpangan baku (standar deviation) dari Return On Equity

adalah sebesar 0,0861536.

4. variael independen keempat yaitu Earning Per Share, pada sampel penelitian berjumlah 60, memiliki nilai terkecil (minimum) 0,38 dan nilai terbesar (maximum) 609,5 dengan rata-rata (mean) Earning Per Share

yang diperoleh emiten perbankan selama tahun 2007-2009 sebesar 105,8. Hal ini menunjukkan bahwa pada penelitian ini rata-rata sampel dapat

rata-rata sampel yang

terbesar (maximum) (mean) harga saham yang diperoleh emiten menghasilkan laba bersih sebesar Rp 105,8 per 1 lembar saham. Simpangan baku (standar deviation) dari Earning Per Share adalah sebesar 139,375.

5. variabel independen kelima yaitu Loan to Deposit Ratio, pada sampel penelitian berjumlah 60, memiliki nilai terkecil (minimum) 0,436 dan nilai terbesar (maximum) 1,0388 dengan rata-rata (mean) Loan to Deposit Ratio

yang diperoleh emiten perbankan selama tahun 2007-2009 sebesar 0,7308. Hal ini menunjukkan bahwa pada penelitian ini

diamati memberikan pinjaman sebesar 73,08% dari total Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dimiliki sampel. Simpangan baku (standar deviation) dari Loan to Deposit Ratio adalah sebesar 0,15761.

6. Variabel dependen yaitu harga saham, pada sampel penelitian berjumlah 60, memiliki nilai terkecil (minimum) 50 dan nilai


(49)

perbankan selama tahun 2007-2009 sebesar 1620,22. Simpangan baku (standar deviation) dari harga saham adalah 2075,94.

Analisis Hasil Penelitian 1. Uji Asumsi Klasik

Model regresi yang baik harus memenuhi asumsi-asumsi klasik, yan B.

g endasari analisis regresi. Uji asumsi klasik dilakuk

regr norm

pengujian normalitas data adalah untuk mengetahui apakah gresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distrib

res sta i.

edangkan pada grafik P-P Plot, terlihat titik-titik menyebar menjauh dari garis diagonal. Hal ini menunjukkan bahwa normalitas data tidak terpenuhi. Normalitas data dapat dilihat merupakan asumsi yang m

an untuk menghasilkan analisis yang akurat dalam suatu model esi. Pengujian asumsi klasik dalam penelitian ini mencakup uji

alitas, uji multikolinearitas, uji heterokedastisitas dan uji autokorelasi. a. Uji Normalitas Data

Tujuan

dalam suatu model re

usi normal atau tidak. Terdapat dua cara untuk mendeteksi apakah idual berdistribusi normal, yaitu dengan analisis grafik dan analisis tistik.

Analisis Grafik

Dalam analisis ini, grafik yang digunakan berupa grafik histogram dan grafik P-P Plot, dimana data yang baik adalah data yang memiliki pola distribusi normal.

Dari grafik histogram di bawah terlihat bahwa pola distribusi menceng dan tidak normal. S


(50)

dari grafik histogram dan normal probability plot yang ditunjukkan gambar 4.1 dan 4.2 berikut :

Gambar 4.1 Histogram (1)

Sumber: Data yang diolah peneliti, 2011

Gambar 4.2 Grafik P-P Plot (1) Sumber: Data yang diolah peneliti, 2011


(51)

ii.

adalah data yang memiliki nilai sig ifikansi lebih besar dari 0

Analisis statistik

Uji statistik yang dilakukan adalah uji Kolmogorov-Smirnov (1

sample K-S) dengan signifikansi sebesar 5%. Pengujian dilakukan terhadap nilai residual dari model regresi karena jika terdapat normalitas, maka nilai residual akan terdistribusi secara normal dan independen. Data yang normal

n ,05.

Tabel 4.2

Hasil Uji Normalitas K-S One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 60

Mean .0000000

Normal Parametersa,b

Std. Deviation 950.70845235

Absolute .225

Positive .225

Most Extreme Differences

Negative -.149

Kolmogorov-Smirnov Z 1.745

Asymp. Sig. (2-tailed) .005

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

a dapat disimpulkan ba

model regresi menjadi normal Sumber: Data yang diolah peneliti, 2011

Dari tabel diatas terlihat bahwa nilai signifikansi (Asymp. Sig. (2-tailed)) dari residual sebesar 0,005 < 0,05, sehingg

hwa data penelitian tidak berdistribusi normal. Ada beberapa cara mengubah


(52)

a. lakukan transformasi ke bentuk lainnya,

b. lakukan trimming, yaitu membuang data outlier,

c. lakukan winsorizing, yaitu mengubah nilai data outlier ke

histogram, normal probability plot, dan tabel Kolmogorov Smirnov. suatu nilai tertentu.

Untuk menormalkan nilai residual, peneliti melakukan transformasi data ke model logaritma natural (Ln) dari Harga Saham = f(CAR,NPL,ROE,EPS,LDR) menjadi Ln_HargaSaham = f(Ln_CAR,Ln_NPL,Ln_ROE,Ln_EPS,Ln_LDR). Setelah dilakukan transformasi data, maka hasil uji normalitas dapat dilihat pada grafik

Gambar 4.3

Histogram setelah transformasi data (Ln) (2)

berbentuk lonceng yang menunjukkan kemiringan yang hampir setara. Sumber: Data yang diolah peneliti, 2011


(53)

Gambar 4.4

Grafik P-P Plot setelah transformasi data (Ln) (2)

Pada grafik P-P Plot setelah transformasi data, terlihat titik-titik menyebar mendekati arah garis diagonal. Hal ini menunjukkan bahwa data berdistribusi normal.

Sumber: Data yang diolah peneliti, 2011

Tabel 4.3

Hasil Uji Normalitas K-S setelah transformasi data (Ln) One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 60

Mean .0000000

Normal Parametersa,b

Std. Deviation .56089537

Absolute .062

Positive .062

Most Extreme Differences

Negative -.059

Kolmogorov-Smirnov Z .483

Asymp. Sig. (2-tailed) .974

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.


(54)

Dari tabel 4.3 dapat dilihat bahwa nilai signifikansi (Asymp. Sig. (2-tailed)) dari residual setelah ditransformasi data sebesar 0,974 > 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa data penelitian berdistribusi normal dan hal ini sejalan dengan hasil pengujian grafik yang menggambarkan data berdistribusi normal.

b. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas dilakukan untuk mengetahui apakah dalam suatu model regresi terdapat korelasi di antar variabel bebas (independen). Gejala multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance dan nilai

Variance Inflation Factor (VIF). Jika nilai tolerance < 0,1 dan nilai VIF > 10, maka terdapat gejala multikolinearitas. Jika nilai tolerance > 0,1 dan nilai VIF < 10, maka tidak terjadi multikolinearitas.

Tabel 4.4

Hasil Uji Multikolinearitas Coefficientsa

Collinearity Statistics Model

Tolerance VIF

Kesimpulan

(Constant)

LN_CAR .661 1.512 Tidak terjadi multikolinearitas

LN_NPL .609 1.643 Tidak terjadi multikolinearitas

LN_ROE .215 4.649 Tidak terjadi multikolinearitas

LN_EPS .220 4.540 Tidak terjadi multikolinearitas 1

LN_LDR .886 1.129 Tidak terjadi multikolinearitas

a. Dependent Variable: LN_HargaSaham


(55)

Pada tabel 4.4 di atas memperlihatkan bahwa penelitian ini bebas dari adanya multikolinearitas. Hal ini dapat dilihat dari nilai VIF untuk semua variabel < 10, dan nilai tolerance untuk semua variabel > 0,1, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat gejala multikolinearitas antar variabel independen.

c. Uji Heterokedastisitas

Tujuan pengujian heterokedastisitas adalah untuk melihat apakah dalam suatu model regresi terdapat korelasi antar kesalahan pengganggu antara satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Pengujian heterokedastisitas dilakukan dengan uji grafik dengan melihat grafik

scatterplot seperti pada gambar di bawah ini.

Gambar 4.5 Grafik Scatterplot


(56)

Dari grafik scatterplot di atas dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar secara acak dan tidak membentuk suatu pola tertentu yang jelas serta titik-titik tersebut tersebar baik di atas maupun di bahwa angka 0 pada sumbu Y. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi.

d. Uji Autokorelasi

Pengujian autokorelasi dilakukan untuk melihat apakah dalam suatu model regresi linear terdapat korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (periode sebelumnya).

Uji yang digunakan untuk melihat autokorelasi dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan run test. Run test digunakan untuk melihat apakah data residual terjadi secara random atau tidak. Hipotesis yang akan diuji adalah :

Ho : residual (res_2) random (acak) H1 : residual (res_2) tidak random

Runs Test

Unstandardized Residual

Test Valuea .04947

Cases < Test Value 30 Cases >= Test Value 30

Total Cases 60

Number of Runs 26

Z -1.302

Asymp. Sig. (2-tailed) .193 Tabel 4.5


(57)

Analisis :

Dari tabel 4.5 diatas terlihat bahwa nilai test adalah sebesar 0,04947 dengan Sig/Asymptotic significance dua sisi adalah 0,193 atau probabilitas diatas 0,05 sehingga Ho diterima dan disimpulkan bahwa

residual random (acak) atau tidak terjadi autokorelasi antar nilai residual. 2. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linear berganda (uji t dan uji F), karena variabel independen berjumlah lebih dari satu. Analisis regresi linear berganda bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Sebelum melakukan analisis regresi, terlebih dahulu dilakukan goodness of fit atau uji determinan untuk menentukan kelayakannya. Kelayakan dapat dilihat dari nilai adjusted R square yang mengukur proporsi atau persentase sumbangan variabel independen yaitu variabel Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Return On Equity (ROE), Earning Per Share (EPS) dan Loan to Deposit Ratio (LDR). Nilai adjusted R square dapat dilihat dari tabel 4.6 di bawah ini:

Tabel 4.6

Hasil Pengujian Goodness of Fit Model Summary

Model

R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

dimension0 1 .924

a

.854 .841 .58629

a. Predictors: (Constant), LN_LDR, LN_NPL, LN_EPS, LN_CAR, LN_ROE b. Dependent Variable : LN_HargaSaham


(58)

Dari tabel 4.6 dapat dilihat bahwa nilai R sebesar 0,924 yang mengindikasikan hubungan atau korelasi yang signifikan antara variabel CAR, NPL, ROE, EPS, dan LDR (variabel independen) dengan variabel harga saham (variabel dependen). Nilai adjusted R Square (R2) atau koefisien determinasi sebesar 0,841 menunjukkan pengaruh yang diberikan oleh variabel independen terhadap variabel dependen adalah sebesar 84,1%, sedangkan sisanya sebesar 15,9% disebabkan oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

a. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji statistik t)

Pengujian statistik t dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh setiap variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial. Pengaruh CAR, NPL, ROE, EPS, LDR secara parsial terhadap harga saham dapat diketahui dari hasil uji t yang terdapat pada tabel 4.7 berikut :

Tabel 4.7 Hasil Uji t

Coefficientsa

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients Model

B Std. Error Beta t Sig.

(Constant) -2.310 1.154 -2.002 .050

LN_CAR .057 .260 .014 .219 .827

LN_NPL -.201 .101 -.133 -1.999 .051

LN_ROE -1.393 .197 -.792 -7.062 .000

LN_EPS 1.372 .099 1.533 13.841 .000

1

LN_LDR .076 .361 .012 .210 .834


(59)

Berdasarkan tabel 4.7 dapat dilihat bahwa variabel CAR, NPL dan LDR secara parsial tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham karena ketiga variabel tersebut masing-masing memiliki signifikansi yang lebih besar dari 0,05. Dua variabel lain yaitu variabel ROE dan variabel EPS masing-masing memiliki signifikansi sebesar 0,000 dan 0,000 dimana signifikansi kedua variabel tersebut lebih kecil dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa secara parsial variabel ROE dan variabel EPS berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

Berdasarkan dari tabel 4.7 dapat diperoleh suatu model regresi yang dibentuk dari nilai unstandardized coefficients sebagai berikut:

Y =  + 1X1 + 2X2 + 3X3 + 4X4 + 5X5 + e

Harga Saham =  + 1CAR + 2NPL + 3ROE + 4EPS + 5LDR + e Dimana:

 (konstanta) = -2,310

1 (koefisien regresi CAR) = 0,057 2 (koefisien regresi NPL) = -0,201 3 (koefisien regresi ROE) = -1,393 4 (koefisien regresi EPS) = 1,372 5 (koefisien regresi LDR) = 0,076

Berikut merupakan persamaan regresi dalam bentuk logaritma natural yang dibentuk dari persamaan di atas :

Harga Saham = -2,310 + 0,057 CAR – 0,201 NPL – 1,393 ROE + 1,372 EPS + 0,076 LDR + e


(60)

Interepretasi dari persamaan regresi di atas adalah sebagai berikut: 1.  = -2,310, merupakan nilai konstanta yang

menunjukkan bahwa jika tidak terdapat variabel CAR, NPL, ROE, EPS, dan LDR maka harga saham yang terbentuk adalah sebesar -2,310.

2. 1 = 0,057 merupakan koefisien regresi untuk variabel CAR, yang menunjukkan bahwa setiap satu satuan kenaikan variabel CAR, maka variabel harga saham akan naik sebesar 0,057 atau 5,7% dengan asumsi variabel lain tetap.

3. 2 = -0,201 merupakan koefisien regresi untuk variabel NPL, yang menunjukkan bahwa setiap satu satuan kenaikan variabel NPL, maka variabel harga saham akan turun sebesar 0,201 atau 20,1% dengan asumsi variabel lain tetap.

4. 3 = -1,393 merupakan koefisien regresi untuk variabel ROE, yang menunjukkan bahwa setiap satu kesatuan kenaikan variabel ROE, maka variabel harga saham akan turun sebesar 1,393 atau 139,3% dengan asumsi variabel lain tetap.

5. 4 = 1,372 merupakan koefisien regresi untuk variabel EPS, yang menunjukkan bahwa setiap satu kesatuan kenaikan variabel EPS, maka variabel harga saham akan naik sebesar 1,372 atau 137,2% dengan asumsi variabel lain tetap.

6. 5 = 0,076 merupakan koefisien regresi untuk variabel LDR, yang menunjukkan bahwa setiap satu kesatuan kenaikan


(61)

variabel LDR, maka variabel harga saham akan naik sebesar 0,076 atau 7,6% dengan asumsi variabel lain tetap.

b. Uji Signifikansi Simultan (Uji statistik F)

Pengujian statistik F dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara simultan dengan tingkat keyakinan 95%. Pengaruh CAR, NPL, ROE, EPS, LDR secara simultan terhadap harga saham dapat diketahui dari hasil uji F yang terdapat pada tabel 4.8 berikut :

Tabel 4.8 Hasil Uji F

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Regression 108.629 5 21.726 63.205 .000a

Residual 18.562 54 .344

1

Total 127.191 59

a. Predictors: (Constant), LN_LDR, LN_NPL, LN_EPS, LN_CAR, LN_ROE b. Dependent Variable: LN_HargaSaham

Sumber: Data yang diolah peneliti, 2011

Dari tabel 4.8 di atas dapat dilihat bahwa semua variabel independen (CAR,NPL,ROE,EPS,LDR) secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (Harga saham). Hal ini ditunjukkan dari nilai signifikansinya yang sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05.

3. Pembahasan Hasil Penelitian

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial, diantara variabel independen yaitu CAR, NPL, ROE, EPS, dan LDR, hanya variabel Return On Equity dan Earning Per Share yang berpengaruh signifikan terhadap harga


(62)

saham (variabel dependen). Hal ini dapat dibuktikan dari nilai signifikansi variabel Return On Equity dan Earning Per Share yang lebih kecil dari 0,05. Tiga variabel lainnya, yaitu variabel Capital Adequacy Ratio, variabel Non Performing Loan dan variabel Loan to Deposit Ratio secara parsial tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham, yang dapat dibuktikan dari nilai signifikansi ketiga variabel tersebut yang lebih besar dari 0,05.

Variabel CAR secara parsial berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap harga saham, sebagaimana ditunjukkan oleh nilai signifikansi sebesar 0,827 yang lebih besar dari 0,05 berdasarkan uji t. Pengaruh positif CAR terhadap harga saham menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai CAR suatu bank maka semakin tinggi pula harga sahamnya. CAR yang tinggi menunjukkan daya tahan bank dalam meminimalisir resiko atas aset bermasalah juga tinggi. Daya tahan bank yang baik menunjukkan kinerja yang baik, dimana nantinya permintaan akan saham bank akan bertambah. Permintaan yang tinggi kemudian akan meningkatkan harga saham bank tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel CAR bukan merupakan faktor yang relevan yang dapat mempengaruhi harga saham. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Fanny (2009) dan Helena (2010), dimana hasil penelitian mereka menyatakan bahwa CAR tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Terkait keputusan investasinya, kemungkinan besar investor hanya menjadikan CAR sebagai faktor sekunder dan bukan merupakan faktor utama yang diperhatikan


(63)

investor. Hal ini dapat dilihat dari analisis desktriptif yang menunjukkan nilai rata-rata CAR dari seluruh sampel yaitu 18,37% berada jauh di atas ketentuan minimum yang ditetapkan Bank Indonesia sebesar 8%.

Variabel NPL secara parsial berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap harga saham, dengan signifikansi sebesar 0,051 yang lebih besar dari 0,05 berdasarkan uji t. Pengaruh negatif NPL terhadap harga saham menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai NPL suatu bank maka semakin rendah pula harga sahamnya. NPL yang tinggi menunjukkan kondisi kualitas aset bank yang semakin buruk. Kualitas aset bank yang buruk menunjukkan kinerja bank yang semakin memburuk, dimana terjadi penurunan tingkat laba bank dan peningkatan resiko aset-aset bermasalah. Penurunan laba mengakibatkan dividen yang dibagikan juga semakin berkurang sehingga pertumbuhan saham bank akan mengalami penurunan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel NPL bukan merupakan faktor yang relevan yang dapat mempengaruhi harga saham. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Fanny (2009) yang menyatakan bahwa NPL tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Namun terkait keputusan investasinya, kemungkinan besar investor hanya menjadikan NPL sebagai faktor sekunder dan bukan merupakan faktor utama yang diperhatikan investor. Hal ini dapat dilihat dari analisis deskriptif yang menunjukkan rata-rata NPL dari seluruh sampel hanya 2,99% dari batas aman yang ditentukan Bank Indonesia sebesar 5%.


(64)

Variabel ROE secara parsial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap harga saham, dengan signifikansi sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05 berdasarkan uji t. Pengaruh negatif ROE terhadap harga saham menunjukkan bahwa semakin tinggi ROE maka semakin rendah harga sahamnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel ROE merupakan faktor yang relevan yang dapat mempengaruhi harga saham. Artinya informasi mengenai ROE yang dihitung dari laporan keuangan yang dipublikasikan emiten merupakan faktor utama yang diperhatikan oleh investor terkait keputusan investasinya. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Juventus (2007) yang menunjukkan bahwa ROE secara parsial berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan perbankan. Hasil penelitian yang berbeda ditunjukkan oleh penelitian Lina (2009) yang menghasilkan kesimpulan bahwa ROE secara parsial tidak berpengaruh terhadap retur saham pada perusahaan perbankan. ROE adalah rasio yang mengukur kemampuan pencapaian laba bersih perusahaan dibandingkan dengan modalnya. Peningkatan ROE berarti peningkatan laba bersih yang dihasilkan perusahaan dibandingkan dengan modal sendiri yang digunakan untuk menghasilkan laba bersih tersebut. Akibat peningkatan laba bersih ini, investor akan menilai bahwa perusahaan mempunyai kinerja yang bagus dan hal ini akan berpengaruh pada permintaan saham perusahaan. Permintaan saham yang meningkat akan mendorong harga saham bergerak naik. Namun sentimen pasar pada masa resesi di tahun 2008 membuat hal yang sebaliknya yang terjadi. ROE perbankan yang tinggi dicapai melalui laba bersih yang sebagian besar dibiayai oleh hutang.


(65)

Kekhawatiran investor mengenai kondisi industri perbankan dikarenakan pada umumnya industri perbankan mempunyai tingkat hutang yang tinggi yang berasal dari dana masyarakat. Tingkat hutang yang tinggi pada masa resesi membuat kondisi perbankan menjadi lebih beresiko.

Variabel EPS secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham, dengan signifikansi sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05 berdasarkan uji t. Pengaruh positif EPS terhadap harga saham menunjukkan bahwa semakin tinggi EPS maka semakin tinggi pula harga sahamnya. EPS yang tinggi menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba yang diraih perusahaan kepada para pemegang saham juga tinggi. Peningkatan kemampuan memperoleh laba kepada para pemegang saham akan membuat permintaan atas saham perusahaan ini meningkat dimana tingginya permintaan saham ini akan menyebabkan naiknya harga saham perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel EPS merupakan faktor yang relevan yang dapat mempengaruhi harga saham. Artinya, informasi mengenai EPS yang dipublikasikan oleh emiten dalam laporan keuangannya merupakan faktor utama yang diperhatikan oleh investor terkait keputusan investasinya. Hal ini dapat dilihat dari koefisien regresi EPS yaitu 1,372 yang menunjukkan tiap kenaikan 1 satuan EPS maka harga saham akan naik 137,2%. Namun hasil penelitian yang berbeda ditunjukkan oleh penelitian Lina (2009) dimana didapat kesimpulan bahwa EPS secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap retur saham pada perusahaan perbankan.


(1)

Data Variabel Penelitian – Capital Adequacy Ratio (setelah transformasi)

Tahun

No Nama

Emiten

2007 2008 2009

1

Bank Artha Graha Internasional Tbk

-2,11

-1,9 -1,98

2

Bank Bukopin Tbk

-2,05

-2,19 -1,94

3

Bank Bumi Arta Tbk

-1,07

-1,17 -1,26

4

Bank ICB Bumiputera Indonesia Tbk

-2,13

-2,14 -2,19

5

Bank Capital Indonesia

-,70

-1,36 -0,81

6

Bank Central Asia Tbk

-1,65

-1,85 -1,88

7

Bank Danamon Indonesia Tbk

-1,59

-1,87 -1,58

8

Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk

-1,90

-2,06 -1,97

9

Bank Kesawan Tbk

-2,27

-2,27 -2,08

10

Bank Mandiri (Persero) Tbk

-1,57

-1,85 -1,87

11

Bank Mayapada Internasional Tbk

-1,21

-1,44 -1,64

12

Bank MEGA Tbk

-2,13

-1,83 -1,71

13

Bank Negara Indonesia Tbk

-1,85

-2 -1,98

14

Bank OCBC NISP Tbk

-1,82

-1,77 -1,71

15

Bank Nusantara Parahyangan Tbk

-1,77

-1,96 -2,07

16

Bank Pan Indonesia Tbk

-1,53

-1,59 -1,52

17

Bank Permata Tbk

-2,02

-2,23 -2,1

18

Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk

-1,84

-2,03 -2,02

19

Bank Swadesi Tbk

-1,58

-1,1 -1,11

20

Bank Victoria Internasional Tbk

-1,87

-1,48 -1,78


(2)

Data Variabel Penelitian – Non Performing Loan (setelah transformasi)

Tahun

No Nama

Emiten

2007 2008 2009

1

Bank Artha Graha Internasional Tbk

-3,28

-3,36 -3,36

2

Bank Bukopin Tbk

-3,33

-3,02 -3,57

3

Bank Bumi Arta Tbk

-3,79

-3,95 -3,84

4

Bank ICB Bumiputera Indonesia Tbk

-2,8

-2,88 -2,88

5

Bank Capital Indonesia

-9,21

-4,33 -5,15

6

Bank Central Asia Tbk

-4,83

-5,12 -4,96

7

Bank Danamon Indonesia Tbk

-3,77

-3,77 -3,1

8

Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk

-4,44

-4,45 -4,35

9

Bank Kesawan Tbk

-2,69

-3,2 -2,86

10

Bank Mandiri (Persero) Tbk

-2,63

-3,06 -3,58

11

Bank Mayapada Internasional Tbk

-5,34

-3,56 -4,65

12

Bank MEGA Tbk

-4,18

-4,44 -4,07

13

Bank Negara Indonesia Tbk

-2,5

-3,02 -3,06

14

Bank OCBC NISP Tbk

-3,68

-3,6 -3,45

15

Bank Nusantara Parahyangan Tbk

-4,23

-4,49 -4,01

16

Bank Pan Indonesia Tbk

-3,49

-3,14 -3,46

17

Bank Permata Tbk

-3,08

-3,35 -3,22

18

Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk

-3,37

-3,58 -3,35

19

Bank Swadesi Tbk

-3,94

-3,84 -4,01

20

Bank Victoria Internasional Tbk

-3,73

-3,67 -3,34


(3)

Data Variabel Penelitian – Return On Equity (setelah transformasi)

Tahun

No Nama

Emiten

2007 2008 2009

1

Bank Artha Graha Internasional Tbk

-3,5

-3,19 -3,08

2

Bank Bukopin Tbk

-1,5

-1,67 -1,8

3

Bank Bumi Arta Tbk

-2,59

-2,36 -2,42

4

Bank ICB Bumiputera Indonesia Tbk

-3,2

-5,6 -4,62

5

Bank Capital Indonesia

-2,27

-2,73 -2,73

6

Bank Central Asia Tbk

-1,32

-1,2 -1,15

7

Bank Danamon Indonesia Tbk

-1,47

-1,92 -2,19

8

Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk

-1,6

-1,53 -1,74

9

Bank Kesawan Tbk

-2,9

-3,56 -3,42

10

Bank Mandiri (Persero) Tbk

-1,85

-1,71 -1,51

11

Bank Mayapada Internasional Tbk

-2,85

-3,12 -3,15

12

Bank MEGA Tbk

-1,37

-1,59 -1,68

13

Bank Negara Indonesia Tbk

-2,53

-2,41 -1,81

14

Bank OCBC NISP Tbk

-2,44

-2,39 -2,13

15

Bank Nusantara Parahyangan Tbk

-2,2

-2,41 -2,46

16

Bank Pan Indonesia Tbk

-1,97

-2,29 -2,26

17

Bank Permata Tbk

-1,71

-2,09 -2,02

18

Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk

-1,15

-1,06 -1,04

19

Bank Swadesi Tbk

-2,56

-2,26 -2,01

20

Bank Victoria Internasional Tbk

-1,87

-2,55 -2,53


(4)

Data Variabel Penelitian – Earning Per Share (setelah transformasi)

Tahun

No Nama

Emiten

2007 2008 2009

1

Bank Artha Graha Internasional Tbk

0,94

0,94 1,59

2

Bank Bukopin Tbk

4,2

4,17 4,14

3

Bank Bumi Arta Tbk

2,2

2,48 2,5

4

Bank ICB Bumiputera Indonesia Tbk

1,41

-0,97 0,01

5

Bank Capital Indonesia

1,39

2,08 2,05

6

Bank Central Asia Tbk

5,21

5,46 5,63

7

Bank Danamon Indonesia Tbk

6,05

5,72 5,23

8

Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk

3,05

3,22 3,17

9

Bank Kesawan Tbk

2,52

1,83 1,85

10

Bank Mandiri (Persero) Tbk

5,35

5,54 5,83

11

Bank Mayapada Internasional Tbk

2,76

2,77 2,77

12

Bank MEGA Tbk

5,77

5,73 5,13

13

Bank Negara Indonesia Tbk

4,16

4,38 5,09

14

Bank OCBC NISP Tbk

3,81

4 4,32

15

Bank Nusantara Parahyangan Tbk

4,62

4,5 4,53

16

Bank Pan Indonesia Tbk

3,75

3,54 3,71

17

Bank Permata Tbk

4,16

4,06 4,13

18

Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk

6

6,21 6,41

19

Bank Swadesi Tbk

3,3

3,47 3,76

20

Bank Victoria Internasional Tbk

3,05

2,56 2,57


(5)

Data Variabel Penelitian – Loan to Deposit Ratio (setelah transformasi)

Tahun

No Nama

Emiten

2007 2008 2009

1

Bank Artha Graha Internasional Tbk

-0,2

-0,07 -0,17

2

Bank Bukopin Tbk

-0,43

-0,18 -0,27

3

Bank Bumi Arta Tbk

-0,65

-0,51 -0,68

4

Bank ICB Bumiputera Indonesia Tbk

-0,17

-0,1 -0,11

5

Bank Capital Indonesia

-0,31

-0,39 -0,7

6

Bank Central Asia Tbk

-0,83

-0,62 -0,69

7

Bank Danamon Indonesia Tbk

-0,13

-0,15 -0,12

8

Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk

-0,06

0,02 -0,05

9

Bank Kesawan Tbk

-0,38

-0,29 -0,4

10

Bank Mandiri (Persero) Tbk

-0,61

-0,52 -0,49

11

Bank Mayapada Internasional Tbk

0,04

0 -0,18

12

Bank MEGA Tbk

-0,76

-0,44 -0,56

13

Bank Negara Indonesia Tbk

-0,5

-0,38 -0,44

14

Bank OCBC NISP Tbk

-0,11

-0,27 -0,32

15

Bank Nusantara Parahyangan Tbk

-0,71

-0,41 -0,31

16

Bank Pan Indonesia Tbk

-0,08

-0,24 -0,31

17

Bank Permata Tbk

-0,13

-0,2 -0,1

18

Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk

-0,37

-0,22 -0,21

19

Bank Swadesi Tbk

-0,48

-0,21 -0,21

20

Bank Victoria Internasional Tbk

-0,58

-0,63 -0,68


(6)

Lampiran 13

Data Variabel Penelitian – Harga Saham (setelah transformasi)

Tahun

No Nama

Emiten

2007 2008 2009

1

Bank Artha Graha Internasional Tbk

4,61

3,91 4,33

2

Bank Bukopin Tbk

6,33

5,3 5,93

3

Bank Bumi Arta Tbk

5,6

4,09 4,89

4

Bank ICB Bumiputera Indonesia Tbk

4,88

4,13 4,79

5

Bank Capital Indonesia

4,66

4,62 4,58

6

Bank Central Asia Tbk

8,9

8,09 8,49

7

Bank Danamon Indonesia Tbk

8,99

8,04 8,42

8

Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk

5

3,91 5,63

9

Bank Kesawan Tbk

6,21

6,51 6,61

10

Bank Mandiri (Persero) Tbk

8,16

7,61 8,46

11

Bank Mayapada Internasional Tbk

6,87

7,42 7,42

12

Bank MEGA Tbk

8,06

8,16 7,74

13

Bank Negara Indonesia Tbk

7,59

6,52 7,59

14

Bank OCBC NISP Tbk

6,8

6,55 6,91

15

Bank Nusantara Parahyangan Tbk

7,32

7,32 7,17

16

Bank Pan Indonesia Tbk

6,52

6,36 6,63

17

Bank Permata Tbk

6,79

6,19 6,68

18

Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk

8,91

8,43 8,94

19

Bank Swadesi Tbk

6,8

6,4 6,4

20

Bank Victoria Internasional Tbk

5,02

4,53 4,93