38
sebagai pemimpin dalam menggunakan kewenangannya menggerakkan organisasi di sekolah diarahkan pada keharmonisan interaksi antara Kepala Sekolah dengan
stafnya, yang diimplementasikan melalui kegiatan pembimbingan dan supervisi. Kepala Sekolah dalam menjalankan tugasnya perlu melengkapi diri
dengan ketrampilan mempengaruhi perilaku guru dan karyawan agar berpikir dan bertindak sedemikian rupa sehingga melakukan perilaku yang positif bagi
tercapainya tujuan sekolah. Upaya mempengaruhi dilakukan dengan mendorong, mempengaruhi, mengarahkan dan menggerakkan staf agar bekerja dengan penuh
semangat dan kepercayaan Burhanudin, 1994:87. Secara lebih rinci Kepala Sekolah perlu membekali diri dengan kompetensi-kompetensi sebagaimana
diamanatkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional no. 13 Tahun 2007, yang terdiri dari kompetensi kepribadian, kompetensi manajerial, kompetensi
kewirausahaan, kompetensi supervisi dsn kompetensi sosial. Dalam kontek penelitian ini kompetensi kompetensi mengembangkan budaya organisasi
merupakan bagaian dari kompetenasi manajerial, pada butir 2.2 yaitu mengembangkan organisasi sekolah seuai dengan kebutuhan.
E. Penelitian yang Relevan
Hariyadi 2002 dalam penelitiannya tentang budaya organisasi sekolah menemukan bahwa prestasi sekolah antara lain dipengaruhi oleh; 1 fasilitas yang
lengkap; 2 iklim kerja dan belajar yang sehat; 3 motivasi berprestasi yang tinggi; 3 adanya semangat kebersamaan dan pemberdayaan. Prestasi sekolah
juga didukung oleh 1 sejarah dan usia sekolah; 2 predikat sekolah yang
39
diunggulkan masyarakat; 3 dukungan dari orang tua serta 4 komitmen yang tinggi dari pengelola.
Penelitian yang dilakukan oleh Yayat Hidayat 2005, menunjukkan bahwa kepemimpinan Kepala Sekolah swasta berciri khas Islam ditemukan
perbaikan mutu sekolah setidaknya dipengaruhi oleh kemampuan Kepala Sekolah dalam; 1 menterjemahkan visi pendidikan, 2 mengembangkan budaya sekolah
dan 3 menginternalisasi semangat perbaikan mutu secara berkelanjutan. Pengelolaan budaya organisasi sekolah didasarkan atas perspektif otonomi.
Kewenangan kepala sekolah dalam mengembangkan budaya organisasi yang ada merupakan faktor yang mempengaruhi mutu pendidikan di sekolah. Berdasarkan
penelitiannya peranan kepala sekolah cukup strategis dalam rangka mengembangkan budaya sekolah, baik bagi staf, maupun siswanya.
Dengan demikian terdapat perbedaan dengan penelitian ini, karena dalam penelitian ini difokuskan kepada peranan Kepala Sekolah dalam pengembangan
budaya organisasi. Pengembangan budaya organisasi melalui kegiatan sosialisasi, memelihara dan mengembangkan budaya bagi staf yang merupakan motor
penggerak aktivitas kegiatan di sekolah, dalam hal ini adalah TK Al Irsyad Al Islamiyah Pemalang.
F. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir dimaksudkan untuk menggambarkan hubungan antar dimensi Miles Huberman, 1992: 31. Kerangka berpikir yang dapat berbentuk
grafik atau naratif dari dimensi-dimensi kajian utama, yang berupa faktor, kunci
40
atau variabel. Kerangka berpikir ini dimaksudkan untuk membangun hipotesis mengenahi apa yang dilihat dan didengar di lokasi penelitian.
Kerangka berpikir dibangun untuk melakukan eksplorasi dan konfirmasi pada tingkat empirik mengenahi bagaimana Kepala Sekolah mensosialisasikan,
memelihara, dan mengembangkan budaya organisasi. Kegiatan sosialisasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain telah dimulai pada rekrutmen
karyawan, penempatan , pembinaan, atau penyampaian berbagai informasi terkait budaya organisasi yang diagendakan sekolah. Kegiatan memelihara budaya
organisasi kepada para staf dapat dilakukan melalui kegiatan monitoring, supervisi serta kegiatan pengamatan sedangkan kegiatan pengembangan budaya
organisasi kepada para staf melalui pemantapan nilai-nilai dasar dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan sekolah.
Kerangka berpikir
disusun berdasarkan pengamatan bahwa adanya kesenjangan antara teori dan realitas tentang budaya organisasi. Secara teori budaya
oranisasi memiliki peranan yang cukup strategis dalam sebuah organisasi, karena menjadi acuan bagi staf dalam melaksanakan proses pembelajaran, namun pada
kenyataannya unsur budaya ini belum mendapat perhatian yang proporsional. Pada pendidikan di TK, budaya organisasi perlu ditekankan kepada staf,
yaitu guru dan karyawan. Penekanan ini didasarkan asumsi selain staf sebagai motor penggerak kegiatan pembelajaran, juga didasarkan atas asumsi bahwa
siswa TK masih sangat tergantung kepada guru dalam memahami budaya organisasi. Pemahaman yang baik atas budaya organisasi oleh staf sekolah
menjadi kerangka awal dalam pengelolaan pendidikan di TK.
41
Penerapan dan Rekomendasi Peranan Kepala Sekolah
Pengembangan Budaya Organisasi
Temuan Penelitian Peranan Kepala Sekolah dalam
Mengembangkan Budaya Organisasi Adapun model pengembangan budaya organisasi yang dijadikan kerangka
berpikir dalam melakukan penelitian ini dan peranan yang dilakukan oleh Kepala TK Al Irsyad Al Islamiyah Pemalang dalam mengembangkan budaya organisasi
adalah sebagai berikut:
Teori dan Masalah
Kondisi Empirik TK Al Irsyad Al Islamiyah Pemalang
Gambar 6. Kerangka Berpikir Pengembangan Budaya Organisasi
Kepala Sekolah
Mengembangkan
Efektivitas Organisasi
BUDAYA ORGANISASI
42
Kerangka berpikir sebagaimana digambarkan di atas dapat dijelaskan sebagai berikut :
a Ada kesenjangan antara teori dan praktik tentang budaya organisasi bagi staf
di sekolah. Secara teori bahwa sekolah yang efektif perlu didukung dengan adanya budaya organisasi yang kuat, namun pada kenyataannya sebagaian
besar sekolah, khususnya TK belum memiliki budaya organisasi bagi stafnya sebagaimana teori yang ada.
b Belum kuatnya budaya organisasi bagi staf di sekolah, ada indikasi antara lain
disebabkan masih lemahnya peranan Kepala Sekolah, oleh karenanya perlu diadakan penelitian yang berkaitan dengan bagaimana peranan Kepala
Sekolah dalam mengembangkan budaya organisasi di sekolah. c
Untuk mendukung membuktikan indikasi sebagaimana tersebut di atas dilakukan penelitian tentang peranan Kepala Sekolah dalam mengambangkan
budaya organisasi. Lokasi penelitian dilakukan di TK Al Irsyad Al Islamiyah Pemalang.
d Di TK Al Irsyad Al Islamiyah Pemalang diharapkan ditemukan kondisi
empirik yang menggambarkan bagaimana peranan Kepala Sekolah dalam mengembangkan budaya organisasi. Kegiatan pengembangan budaya
organisasi tidak terlepas dari proses sosialisasi dan pemeliharaan budaya organisasi. Pengembangan budaya organisasi yang ada di TK Al Irsyad Al
Islamiyah dapat terlihat pada efektifnya kegiatan TK Al Irsyad Al Islamiyah. e
Berdasarkan temuan yang didapatkan di TK Al Irsyad Al Islamiyah, akan disampaikan rekomendasi kepada pihak terkait, tentang bagaimana peranan
43
Kepala Sekolah dalam mengambangkan budaya sekolah agar terjadi efektivitas sekolah yang dipimpinnya.
Melalui kerangka berpikir sebagaimana tersebut diharapkan ditemukan model pengembangan budaya organisasi yang dilakukan di TK Al Irsyad Al
Islamiyah Pemalang. Serangkaian wawancara, pengamatan dan studi dokumen akan melengkapi data sebagai bahan analisis menuju efektivitas penyelenggaraan
pendidikan dari sisi pengembangan budaya organisasi. Efektivitas kegiatan yang terdapat di TK Al Irsyad Al Islamiyah, dilihat
dari sisi pengembangan budaya organisasi yang dilakukan oleh Kepala Sekolah, diharapkan dapat diterapkan juga di TK lainnya. Secara lebih umum budaya
organisasi sebagaimana terdapat di TK Al Irsyad Al Islamiyah Pemalang diharapkan tidak hanya dapat diterapkan di TK, tetapi juga di lembaga pendidikan
lainnya, misalnya di SD, SMP atau SMA.
44 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian