Probabilitas dan Normalisasi Aplikasi Metode Beda Hingga Pada Persamaan Schrödinger Menggunakan Matlab

partikelnya, walaupun ditemukan probabilitas berubah secara kontiniu dan partikelnya menghilang secara tiba-tiba dari suatu titik dan muncul kembali pada titik lainnya, namun fungsinya haruslah bernilai tunggal, artinya tidak boleh ada dua probabilitas untuk menemukan partikel di satu titik yang sama. Probabilitas harus liniear, agar gelombangnya memiliki sifat superposisi yang diharapkan sebagai miliki gelombang yang berperilaku baik. c. Pemecahan partikel bebas sesuai dengan gelombang de Broglie tunggal Tahun 1924 de Broglie menyatakan bahwa materi mempunyai sifat gelombang disamping sifat partikel. Bentuk persamaan differensial apapun, haruslah taat asas terhadap hipotesis de Broglie. Untuk menyelesaikan persamaan matematik bagi sebuah partikel dengan momentum p, maka pemecahannya harus berbentuk fungsi gelombang dengan panjang gelombang λ yang sama dengan ⁄ . Sesuai dengan persamaan ⁄ . Maka energi kinetik dari gelombang de Broglie partikel bebas haruslah ⁄ ⁄ . Bentuk persamaan harus taat asas kekekalan energi seperti yang dijelaskan di atas , K muncul dalam pangkat satu dan ⁄ ⁄ , sehingga satu-satunya cara untuk memperoleh suku yang mengandung k 2 adalah dengan mengambil turunan kedua dari terhadap x. Sehingga dihasilkan persamaan Schrödinger sebagai berikut: 2.28 Persamaan 2.28 merupakan bentuk persamaan Schrödinger tidak bergantung waktu dalam satu dimensi.

2.7 Probabilitas dan Normalisasi

Fungsi gelombang menyatakan suatu gelombang yang memiliki panjang gelombang dan bergerak dengan kecepatan fase yang jelas masalah yang muncul ketika hendak menafsirkan amplitudonya. Ini merupakan suatu jenis Universitas Sumatera Utara gelombang yang berbeda, yang nilai mutlaknya memberikan probabilitas untuk menemukan partikelnya pada suatu titik tertentu. Dimana | | memberikan probabilitas untuk menemukan partikel dalam selang dx di x. Rapat probabilitas Px terhadap menurut persamaan Schrödinger sebagai berikut: | | 2.29 Tafsiran | | ini membantu memahami persyaratan kontiniu . Walaupun amplitudonya berubah secara tidak jelas dan kontiniu. Probabilitas untuk menemukan partikel antara x 1 dan x 2 adalah jumlah semua probabilitas dalam selang antara x 1 dan x 2 adalah sebagai berikut: ∫ ∫ | | 2.30 dari aturan ini, maka probabilitas untuk menemukan partikel disuatu titik sepanjang sumbu x, adalah 100 persen, sehinga berlaku: ∫ | | 2.31 Persamaan 2.31 dikenal dengan syarat normalisasi, yang menunjukkkan bagaimana mendapatkan tetapan A. Dimana tetapan A tidak dapat ditentukan dari persamaan differensialnya. Sebuah fungsi gelombang yang tetapan pengalinya ditentukan dari persamaan 2.31 disebut ternormalisasi secara tepat, yang dapat digunakan untuk melakukan semua perhitungan yang mempunyai makna fisika. Jika normalisasinya telah dilakukan secara tepat, maka persamaan 2.30 akan selalu menghasilkan suatu probabilitas yang terletak antara 0 dan 1. Setiap pemecahan persamaan Schrödinger yang menghasikan | | bernilai tak berhingga, harus dikesampingkan. Karena tidak pernah terdapat probabilitas tak hingga untuk menemukan partikel pada titik manapun. Maka harus mengesampingkan suatu pemecahan dengan mengembalikan faktor pengalinya sama dengan nol. Sebagai contoh, jika pemecahan matematika bagi persamaan differensial menghasilkan bagi seluruh daerah x 0, maka syaratnya A = 0 agar pemecahannya mempunyai makna fisika. Jika tidak, | | akan menjadi tak hingga untuk x menuju tak hingga tetapi jika pemecahannya dibatasi dalam selang 0 x L, maka A tidak boleh sama dengan nol. Tetapi jika pemecahannya berlaku pada seluruh daerah negatif sumbu x 0, maka B = 0. Kedudukan suatu partikel tidak dapat dipastikan, dalam hal ini tidak dapat menjamin kepastian hasil satu kali pengukuran suatu besaran fisika yang bergantung pada kedudukannya. Namun jika menghitung probabilitas yang berkaitan dengan Universitas Sumatera Utara setiap koordinat, maka ditemukan hasil yang mungkin dari pengukuran satu kali atau rata-rata hasil dari sejumlah besar pengukuran berkali-kali. Krane, 1992

2.8 Penerapan Persamaan Schrödinger