Struktur dan Degradasi Pati

Seperti halnya sagu, beras juga dikonsumsi langsung dalam bentuk nasi. Beras beramilosa sedang umumya disukai oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Sebagian etnis Melayu di Sumatera menyukai beras beramilosa tinggi. Beras juga diolah menjadi berbagai produk seperti bihun dan berondong. Beras yang kurang disukai untuk konsumsi langsung memiliki peluang untuk diolah menjadi produk yang memiliki nilai ekonomi tinggi, seperti RS3.

2.2. Struktur dan Degradasi Pati

Granula pati memiliki bentuk dan ukuran spesifik tergantung pada sumbernya. Granula pati sagu berbentuk oval dan berukuran besar yakni lebih dari 30 µ m, sedangkan granula pati beras berbentuk poligonal berukuran kecil yakni kurang dari 10 µ m Ahmad et al.1999, Srichuwong et al. 2005, Yang et al. 2006 . Ukuran granula pati ikut mempengaruhi tingkat kemudahannya diakses oleh enzim-enzim pendegradasinya. Makin besar ukuran granula pati makin kecil rasio luas permukaannya terhadap volume sehingga mengurangi ikatan dengan enzim atau dengan kata lain menurunkan potensi hidrolisisnya Tester et al. 2004. Pati terdiri dari dua fraksi, yaitu amilosa dan amilopektin. Amilosa adalah polimer rantai lurus yang tersusun atas unit monomer glukosa melalui ikatan glikosidik α-1,4. Fraksi ini mudah larut dalam air dan mampu membentuk struktur helik ganda. Kadar amilosa pati sagu dan pati beras bervariasi antar varietas seperti tampak dalam Tabel 1. Berat molekul amilosa sagu berkisar antara 1,41x 10 6 - 2,23x 10 6 Da Ahmad et al. 1999. Amilopektin adalah polimer mirip amilosa namun bercabang melalui ikatan glikosidik α-1,6 pada titik percabangannya. Amilopektin membentuk struktur klaster. Rantai amilopektin di dalam klaster dibedakan menjadi rantai A dan B. Rantai A merupakan rantai yang tidak membawa rantai yang lain dan umumnya memiliki derajat polimerisasi DP 15 unit glukosa. Rantai B membawa rantai lain melalui ikatan glikosidik α-1,6 dan memiliki DP 13-24, 25-36 unit glukosa atau bahkan lebih panjang lagi. Tabel 1 Kadar amilosa pati sagu dan biji beras Komoditas Kadar amilosa , basis basah Pustaka Sagu Hapholo Hongleu Yepha Hongleu Panne Tuni Molat Ihur 28,63 27,55 31,14 33,82 34,96 30,90 Limbongan 2007 Limbongan 2007 Limbongan 2007 Limbongan 2007 Limbongan 2007 Limbongan 2007 Beras IR-36 Mekongga Batang Piaman 27,30 23,13 27,34 Purwani et al. 2007 Purwani et al. 2007 Purwani et al. 2007 Tabel 2 menampilkan perbedaan karakteristik dasar amilosa dan amilopektin, sedangkan Tabel 3 menampilkan distribusi panjang rantai cabang amilopektin pati beras dan pati sagu. Tabel 2Karakteristik amilosa dan amilopektin Karakteristik Amilosa Amilopektin Struktur Linear α-1,4 Bercabang α-1,4; α-1,6 Berat molekul ~10 6 ~ 10 Dalton 8 Derajat Polimerisasi Dalton 1500 - 6000 3 x 10 5 – 3 x 10 Kekuatan helix 6 Kuat Lemah Warna reaksi dengan Iod Biru Merah keunguan Stabilitas larutan encer Tidak stabil Stabil Retrogradasi Cepat Lambat Sifat gel Keras dan irreversible Lunak dan reversible Sifat film Kuat Rapuh Sumber: Chen 2003. Tabel 3 Distribusi rantai cabang amilopektin pada pati sagu dan beras ketan Komoditas Distribusi panjang rantai cabang DP 6-8 DP 9-12 DP 13-24 DP 25-30 Sagu 9,0 28,1 56,2 6,7 Beras 8,0 34,5 52,1 5,4 Sumber: Srichuwong et al. 2005a. Variasi sifat molekuler fraksi amilosa dan amilopekin memberikan konsekuensi terhadap perbedaan sifat fisiko kimia pati seperti kekuatan gel, sifat pasta, tingkat kemudahannya untuk dihidrolisis oleh enzim dan sebagainya Ahmad et al. 1999, Patindol Wang 2003, Srichuwong et al. 2005a, Srichuwong et al. 2005b. Pati dapat dihidrolisis oleh enzim α-amilase, ß-amilase, glukoamilase, dan isoamilase atau pululanase Mathewson 1998. Enzim α-amilase E.C. 3.2.1.1 merupakan enzim hidrolisis yang memotong ikatan glikosidik α-1,4 secara acak dari bagian dalam molekul pati. Enzim ini dikenal dengan endoamilase. Hidrolisis rantai amilosa oleh enzim tersebut berlangsung secara terus-menerus hingga tersisa rantai glukosa 10-20 unit. Pada rantai amilopektin, enzim amilase bekerja dengan cara sama dan menyisakan fragmen percabangan yang mengandung ikatan glikosidik α-1,4. Enzim β-amilase E.C.3.2.1.2 menghidrolisis ikatan α-1,4 dari ujung non pereduksi dan menghasilkan maltosa. Sistem pencernaan manusia tidak memiliki β-amilase.Glukoamilase EC 3.2.1.3 mengkonversi maltosa dan fragmen besar pati hasil hidrolisis α dan β amilase menjadi glukosa. Isoamilase memotong ikatan α-1,6. Isoamilase atau pululanase EC 3.2.1.41 memotong ikatan α-1,6 Gambar 1. Keperluan enzim dalam industri biasanya dihasilkan oleh mikroorganisme. Tingkat kemudahan pati diakses oleh enzim lebih tergantung pada strukturorganisasi molekul pati. Pati yang memiliki difraksi sinar x tipe A lebih mudah dihidrolisis oleh amilase dibanding tipe BSrichuwong et al. 2005a. Enzim pendegradasi pati juga dihasilkan oleh beberapa bakteri penghuni usus besar seperti Bifidobacteria, Bacteroides, Clostridium dan EubacteriumWang et al. 1999. Gambar 1Ilustrasi tempat pemotongan enzim pendegradasi patiMathewson 1998.

2.3. Pati Resisten Resistant StarchRS

Dokumen yang terkait

Karakteristik bekatul padi (Oryza Sativa) awet serta aktifitas antioksidan dan penghambatan proliferasi sel kanker secara in vitro dari minyak dan fraksinya

0 18 476

Aktivitas kitooligomer hasil reaksi enzimatik terhadap proliferasi sel limfosit dan sel kanker

1 32 256

Manfaat Buah Merah untuk Meningkatkan Kualitas Kesehatan: Studi Sifat Fungsional terhadap Peningkatan Sistem Imun dan Penghambatan Proliferasi Sel Kanker

0 6 1

Penghambatan proliferasi sel kanker kolon HCT-116 oleh produk fermentasi pati resistentipe 3 sagu dan beras

1 10 203

Toksisitas Short Chain Fatty Acid (SCFA), Produk Turunan Pati Resisten Tipe 3 Hasil Fermentasi Ubi Jalar (Ipomoea batatas) Oleh Bakteri Clostridium butyricum BCC B2571 Terhadap Sel HCT-116

1 10 90

Potensi Sitotoksik Ekstrak Batang Bunga Matahari (Helianthus annuus L.) terhadap Sel Kanker Kolon HCT 116

0 2 34

PENGARUH EKSTRAK ETANOL PROPOLIS DAN PERBEDAANNYA DENGAN 5-FLUOROURACIL TERHADAP EKSPRESI CASPASE 3, PROLIFERASI DAN APOPTOSIS PADA KULTUR SEL KANKER KOLON (CELL LINE WiDr).

0 0 7

PENGARUH EKSTRAK PROPOLIS TERHADAP EKSPRESI CASPASE 3, PROLIFERASI DAN INDUKSI APOPTOSIS PADA SEL KANKER KOLON (CELL LINE WiDr)

0 0 8

EFEK SITOTOKSIK DAN PENGHAMBATAN KINETIKA PROLIFERASI KOMBINASI EKSTRAK ETANOL DAUN KETAPANG (Terminalia catappa) DAN DOXORUBICIN TERHADAP SEL KANKER SERVIKS HeLa

0 1 17

AKTIVITAS PENGHAMBATAN PROLIFERASI SEL KANKER SERVIKS OLEH FRAKSI HEKSANA BIJI KECIPIR (Psophocarpus tetragonolobus L.) - repository perpustakaan

0 0 18